Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan


fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan
oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Oksigenasi
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
3. Gangguan padaOksigenasi

C. Tujuan
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui
tentang pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Oksigen

Oksigen adalah gas untuk bertahan hidup yang di edarkan ke sel-sel


dalam tubuh melalui system pernafasan dan system kardiovaskuler (
peredaran darah 1) . Dalam keadaan normal, proses oksigenasi terjadi
tanpa di sertai pemikiran apa yang terjadi .

2.2 Fisiologi Oksigenasi

Oksigen masuk ke saluran pernafasan melalui hidung dan mulut .


Oksigen kemud di edarkan melalui saluran pernafasan ( faring, trakea,
dan bronkus ) ke alveolus, yang merupakan pundi – pundi udara yang di
kelilingi pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler adalah pembuluh darah
kecil dengan dinding halus yang mempermudah pergantian gas.
Pergantian gas dimulai ketika oksigen yang dihirup masuk melalui
dinding kapiler yang di kelilingi alveolus dan dibawa oleh sel –sel darah
melalui dinding kapiler diedarkan ke jantung lalu di pompa ke seluruh
tubuh melalui aorta . Aorta bercabang menjadi arteri – arteri kecil dan
bahkan arteriolis yang lebih kecil, pada akhirnya menjadi pembuluh
kapiler . dinding kapiler yang paling tipis membiarkan terjadinya difusi
oksigen ke dalam sel – sel dalam berbagai jaringan tubuh ( gambar 12.1)

Lingkungan Saluran Alveoulus Pembuluh


O2 pernafasan kapiler
paru –
paru
Vena
Bilik kiri Serambi kiri Aorta
Pulmonalis

Arteri Arteriolis Pembuluh Seluruh


kapiler jaringan
dari tubuh
jaringan
tubuh

2
2.3 Faktor – factor yang mempengaruhi oksigenasi
 Factor Fisiologis
Beberapa sistem bekerja sama untuk memungkinkan oksigenasi
normal. Kita telah mendeskripsikam peran yang dilakukan paru-paru dan
jantung dalam oksigenasi, namun penting juga untuk mengenali bahwa
proses lain juga secara langsung memengaruhi fungsi paru-paru dan
jantung yang tepat. Diafragma, otot besar yang terletak tepat dibawah
paru-paru, membantu dengan inhalasi dan ekshalasi gas ke paru-paru.
Kontraksi dan relaksi otot jantung memampukan jantung untuk
memompa darah sescara efisien. Kontraksi dan relaksasi pada diafragma
dan otot-otot jantung tergantung pada pensinyalan yang tepat dari sistem
syaraf. Pembuluh darah juga tersusun oleh otot-otot halus yang
membantu sirkulasi darah yang kaya oksigen ke jaringan yang dituju.
 Usia dan tahap perkembangan
Sistem pernafasan dan sistem kekebalan tubuh yang tidak sempurna
diikuti ukuran jantung lebih kecil menjadikan anak-anak kecil beresiko
lebih besar terhadap gangguan oksigenasi. Orang dewasa lanjut juga
beresiko mengalami gangguan oksigenasi karena kapasitas fungsional
paru-paru dan jantung. Berkurang seiring bertambah usia seseorang.
TABEL 12.1 usia dan Faktor yang mempengaruhi perkembangan

Karakteristik Efek
Anak – anak
 Saluran pernafasan pendek, Naiknya resiko infeksi pernafasan
dangkal meningkat
 System kekebalan belum sempurna
 Jumlah saluran dan alveolus lebih Naiknya laju pernafasan
sedikit meningkat
 Otot pernafasan belum sempurna Pernafasan abnominal
 Jantung belum sempurna Naiknya denyut jantung
meningkat
Dewasa tua
 Turunnya elastisitas paru – paru Pertukaran udara kurang efektif
menurun
 Turunnya cilia dalam saluran Pembersihan saluran nafas tidak
pernafasan menurun efektif, yang menyebabkan
 Turunnya kekuatan tubuh menurun meningkatnya resiko infeksi

3
 Turunnya elastisitas pembuluh Peredaran oksigen ke jaringan
darah berkurang kurang efektif

 Faktor Lingkungan
Beberapa variabel dilingkungan memengaruhi kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan oksigennya. Polutan dan alergen diudra
(misal serbuk sari, kabut asap, zat kimia beracun) dan juga asa rokok
sekunder dapat merusak jaringan paru-paru dan mengarah pada dampak
jangka panjang seperti kanker paru-paru dan penyakit pulmonari
(COLED) dataran tinggi juga dapat mengganggu oksigenasi karena
terjadi penurunan jumlah oksigen diudara.

 Makanan
Dampak makanan yang buruk didokumentasikan dengan baik.
Kandungan makanan dan juga jumlah makanan yang dicerna dapat
menyebabkan masalah yang secara langsung memengaruhi oksigenasi.

 Kandungan Makanan
Makanan berlemak tinggi dan berkolestrol tinggi terkait dengan
muculnya plak yang tersusun dipembuluh darah, juga disebut
ateroskelrosis. Pertambahan plak dapat terjadi dipembuluh darah apa
saja. Jika terjadi di arteri koronel jantung seseorang akan beresiko
serangan jantung. Jika arteri ke otak yang menuju ke otak terhambat
orang mungkin mengalami stroke. Jika pembuluh di kaki dan tangan
tersumbat, maka orang tersebut akan mengalami penyakit arteri periferal,
yang dapat menyebabkan sakit, rasa geli, dan ulser. Makanan berlemak
tinggi, kolestrol tinggi, dan tinggi sodium juga mengakibatkan
kecenderungan hipertensi. Mengkonsumsi kapein dalam jumlah banyak
dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Gizi buruk juga
dapat meningkatkan risiko infeksi dan menyebabkan anemia, yang
keduanya dapat meningkatkan beban kerja jantung.

 Jumlah Makanan
Obesitas meningkatkan beban kerja jantung, yang dapat mengurangi
aktivatas jantung untuk memompa dan pada akhirnya mengakibatkan
gagal jantung. Obesitas juga dapat membatasi gerakan dada, yang pada
gilirannya mengurangi ruang untuk paru-paru mengembang dan
membatasi inhalasi oksigen. Orang yang kegemukan biasanya kurang
aktif. Ketidakaktifan dapat mengganggu kekuatan otot, termasuk otot
yang membantu pernafasan dan otot jantung (‘jika tidak digunakan, Anda
akan kehilangan’).

4
 Gaya Hidup
Bagaimana seseorang memilih cara hidupnya juga dapat berkontribusi
pada gangguan oksigenasi. Bebrapa contoh pilihan gaya hidup dan
dampak terkaitnya diantaranya :
 Gaya hidup konstan meningkatkan beban kerja jantung karena ini
memicu obesitas dan mengurangi kekuatan otot (misal diafragma
jantung).
 Merokok terkait dengan kelainan pernafasan kronis dan kanker.
Selain itu, nikotin menyebabakan penyembaban arteri koroner dan
meningkatan tekanan darah (meningkatkan beban kerja jantung). Pada
saat yang sama, nikotin meningkatan jumlah karbon monoksida dalam
darah, yang menyebabkan kekurangan jumlah oksigen yang tersedia
untuk sirkulasi ke jaringan tubuh.
 Obat dan kecanduan alkohol terkait resiko berikut :
a. Narkotika dan jumlah alkohol yang banyak dapat menyebabkan
depresi pernafasan
b. Asprisasi dapat terjadi akibat intoksitasi alkohol
c. Penggunaan obat IV mempunyai resiko refticemia ( infeksi darah)
dan kerusakan pembuluh darah akibat penggunaan jarum suntik berulang
d. Berhentinya jantung di jumpai terjadi pada beberapa orang yang
kecanduan kokain.

2.4 Gangguan Kesehatan

Gangguan kesehatan secara langsung terkait dengan fungsi


pernafasan dan kardiovaskuler dan juga yang terkait dengan fungsi tubuh
lain yang berpotensi memengaruhi oksigenasi. Banyak penyimpangan
terjadi akibat pilihan hidup tidak sehat (misal makanan, rokok, gaya hidup
tetap). Pada akhirnya, salah satu interfensi utama adalah pelajaran
kesehatan untuk mencegah, mengendalikan, atau memutar balikan
dampak perlawanan dan pilihan tertentu.
Contoh penyimpangan sitem pernafasan antara lain:
a. Pneumonia
b. Ecopede dan ecolde.
c. Hipopentilasi( paru-paru basah, ecopede, ecolpede)
d. Hipopentilasi ( cemas,infeksi, obat, ketidak seimbangan asam basa, demam).
Contoh peyimpangan kesehatan kardiovaskuler diantaranya:
a. Dysarifhnia
b. Penyakit arteri koroner ( berkaitan dengan penumpukan plak).
c. Hipertensi

5
d. Serangan jantung
e. Ganguan fungsi katuk jantung
f. Anemia
g. Hipopolemia ( pendarahan besar, dehidrasi berat).
h. Penyakit vaskuler periferal
i. Cacat kongngental ( lahir)..
j. Penyimpangan kesehatan lainnya menggangu oksigenasi antara lain:
k. Sakit (misal operasi abdominal, fraktur tulang iga) yang menyebabkan
pernafasan dangkal.
l. Infeksi atau penyembuhan luka ( tingkat permintaan oksigen).
m. Kelainan syaraf ( misal luka sumsum tulang belakang,sindrom buillain-barre
n. Kelainan otot ( dapat memengaruhi otot yang digunakan untuk bernafas dan
otot jantung ).
o. Masuknya benda asing ( misal makanan,mainan ).
p. Kehamilan ( rahim yang membesar mengurangi ruang untuk ekspansi paru-
paru dan menybabkan nafas pendek.

2.5 Gangguan Pada Oksigenasi

Gangguan dalam oksigen berpotensi memengararuhi semua system


tubuh. Mengapa ? karena system tubuh terdiri dari organ – organ,
organerdiri atas jaringan – jaringan, dan jaringan tersusun atas sel – sel
yang bergantung pada oksigen untuk melakukan tugasnya . Sebagai
contoh, kekurangan oksigen di otak dapat menyebabkan gangguan status
mental . jika otak kekurangan O2 untuk waktu lama, kerusakannya dapat
semakin parah dan dapat permanen ( misal stroke, cacat, coma ) . Jika
anda melihat setiap coma system tubuh, anda dapat mengidentifikasi
suatu contoh bagaimana kekurangan oksigen dapat mengganggu fungsi
masing – masing . Hal paling signifikan adalah fakta bahwa perubahan
yang terjadi dalam fungsi tubuh sebagai akibat terganggunya oksigenasi
pada akhirnya memengaruhi kapasitas fungsional seseorang aktivitas
yang di lakukan terus ( missal mandi, makan, ketoilet sendiri ) sekarang
menjadi begitu sulit . seseorang bahkan dapat tidak mampu berbicara atau
berjalan beberapa langkah tanpa terengah – engah
Tanda – tanda pasti yang menunjukan bahwa seseorang pasien
mempunyai masalah dengan oksigenasi, diantaranya :
a. Cemas, bingung, disorentasi
b. Perubahan tanda – tanda vital ( suhu, denyut nafas, tekanan darah )
c. Nafas pendek
d. Cyanosis ( tanda terlambat ) \

6
e. Retraksi dinding dada
f. Suara nafas abnormal
g. Batuk
h. Cairan dalam paru – paru dan meningkatnya produksi sputum
i. Sakit dada ( di sebabkan pernafasan atau jantung )
j. Desir jantung abnormal
k. Jari – jari dan tumit kesemutan ( Dengan kekurangan oksigen kronis)
l. Isi ulang kapiler ≤ 3 detik
m. Edema atau bengkak
n. Perubahan warna kulit gelap dan ulser ( kekurangan O2 pada jaringan
peripheral )
o. Keram otot

2.6 Proses Keperawatan dan Oksigenasi

Ingat bahwa focus proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi


respon pasien terhadap proses manusia dan proses hidup untuk
mengembangkan rencana asuhan yang berkolaborasi dengan pasien
untuk mempromosikan kesehatan, selain itu juga memperbaiki fungsi
optial ketika terdapat gangguan kesehatan .
1 Penilaian
Data yang di kumpulkan selama penilaian membantu perawat
menentukan potensi dan respon pasien sebenarnya terhadap gangguan
oksigenasi . dalam beberapa contoh, pasien dapat menunjukan kerusakan
akut . jika ini kasusnya, perawat harus berfokus pada pengumpulan
informasi penting untuk mengatasi krisis yang mendesak . Penilaian lebih
detail di lakukan untuk pasien yang stabil dan tidak mengalami kerusakan
akut . data harus di kumpulkan dari pasien, penilaian fisik, dan studi dan
prosedur laboratorium dioagnostik. Lihat table 12.2 untuk daftar
pengumpulan data yang labih konfrehensif .
2 Diagnosis keperawatan
Dignosa keperawatan untuk seorang klien yang mengalami
gangguan oksigenasi termasuk yang berkaitan dengan fungsi dan
fungsi pernafasan dan fungsi kardiovaskuler. Diagnosa terkait juga
harus disertasakn jika data mendukung munculnya diagnosa tertentu.
Mengidentifikasi contoh diagnosa untuk pasien engan gangguan
oksigenasi.

7
Penilaian data untuk potensi gangguan oksigenasi dan ganguan
oksigenasi actual
Data pasien ( subjektif) Penilaian fisik ( Tes lab dan diagnostik (objektif)
objektif)
Kebiasaan ( makan dan Status pernafasan ( Hasil lab ( misal BC, gas
kebiasaan olahraga, misal batuk,suara darah,enzim jantung, kadar
merokok, obat, dan nafas,abnormal: kolesterol, trigliserida)
mengunakan alkohol) retraks, cyanosis,
Kemampuan jumlah dan kandungan
beraktivitas dalam sputum )
kehidupan sehari-hari
Sakit dulu dan sekarang Perubahan status CT Scan radiogram dada
mental ( misal cemas,
bingung)
Medikasi dan alergi Tanda – tanda vital dan Tes fungsi fullmonari
berat badan
Riwayat keluarga Desir jantung abnormal Tes kulit, TB
Pola tidur Jari dan tumit menebal EKG, ekokardiogram
atau menekuk
Lingkungan ( rumah Isi ulang kapiler < 3 Tes stres
dan kerja) detik
Sakit dada ( karena Edema atau bengkak Kateterisasi jatung
pernafasan atau jantung
)
Nafas pendek Kulit ( warna,
kelembaban, suhu )

8
TABEL 12.3 diagnosis Keperawatan untuk potensi gangguan ogsigenasi dan gangguan
oksigenasi actual

Pernafasan Kardiovaskuler Terkait


 Pembersihan  Keluaran  Cemas
saluran tidak jantung  Intoleransi
efektif menurun aktivitas
 Pola pernafasan  Perfusi jaringan  Kurang
tidak efektif tidak efektif ( merawat diri
 Pertukaran gas tipe spesifik :  Harga di rendah
terganggu serebral, kronis
 Ventilasi peripheral,  Penguasaan diri
spontan renal, dsb ) dari efektif
terganggu  Penguasaan
keluarga tidak
efektif
 Volume cairan
berlebih
 Resiko infeksi
 Nutrisi tidak
seimbang
 Pola tidur
terganggu
 Pemeliharaan
rumah
terganggu
 Kurangnya
pengetahuan

3 Perencanaan
Tujuan dan hasil untuk pasien yang berpotensi atau mengalami gangguan
oksigenasi sangat bersifat individual dan dipengaruhi oleh data yang
dikumpulkan selama penilaian. Tujuan dan hasil harus realistic dalam hal
ekspektasi dan kerangka waktu untuk pasien tertentu dan harus konsisten
dengan harapan pasien. Tidak ada keluhan lebih sering terjadi jika pasien
tidak menentukan tujuan dan menetapkan hasil.
4 Inflementasi

Sama seperti tujuan dari hasil yang ditentukan oleh data, interflentasi
keperawatan ditentukan oleh tujuan dan hasil yang d harapkan.
Pembelajaran adalah interflentasi primer baik untuk pasien yang beresiko
gangguan oksigenasi dan pasien yang mengalami gangguan oksigenasi.

9
Pentung bahwa perawat menempatan interfelntasi tersebut pada level
pasien atau pemberi asuhan mengulngi imstruksi tersebut atau melakukan
demonstrasi.
Contoh interfensi di antaranya :
a. Mencegah infeksi pernapasan melalui paksinasi ( misal pneumococcal
dan influenza )
b. Mengurangi atau menghilangkan respon alergi ( misal tes
kulit,desentifitasi,medikasi pertolongan )
c. Menawarkan program berenti merokok (kotak 12.2)
d. Mengelola dyspnea deangan intrfensi mandiri dan koloboratif ( misal
pemosisian, medikasi )
e. Memelihara saluran terbuka dengan interfensi mandiri dan koloboratif
(misal batu,cairan,mengatur kelembaban,megkabutan,fisiotrfai
dada,drainase postural,penyadatan,pemosisan,aepirometri
inssetif,perawatan saluran bantuan.
f. Melakukan resusitasi kardiopulmonari
5 Evaluasi

Penghentian pernafasan dan jantung dapat terjadi dengan cepat


kepada pasien yang mengalami gangguan oksigenasi. Evaluasi
mengenai status pasien dan efektivitas intvensi hharus teerus
berlangsung. Untuk mencegah terjadinya situasi mengancam nyawa,
perawat harus membaca tanda- tanda secara akurat dan merespon dengan
cepat.

Evaluasi terhadap tujuan, hasil yang diharapkan dan efektivitas


intervensi juga penting untuk pasien yang tidak mengalami episode akut
dari gangguan oksigenasi. Jika tujuan dan hasil yang diharapkan tidak
akan terpenuhi, perawat harus menentukan apakah itu karena intervensi
yang tidak efektiv, tujuan atau hasil yang diharapkan tidak sesuai atau
pasien tidak mengeluh.

10
2.7 Perubahan Fungsi Pernafasan
Fungsi pernafasan dapat berubah karena kondisi yang memengaruhi

1. Pergerakan udara masuk atau keluar dari paru.

2. Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveolus dan kapiler paru.

3. Transpor oksigen dan karbon dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

Tiga perubahan utama dalam pernafasan adalah hipoksia, perubahan pola pernafasan,
dan obstruksi jalan nafas total atau sebagian.
1. Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun di dalam
tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap
bagian dalam pernafasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah dan dapat
disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah atau semua bagian dalam proses
tersebut.

2. Hipoventilasi, yaitu ketidakadekuatan ventilasi alveolar, dapat menyebabkan


hipoksia. Hipoventilasi dapat terjadi karena penyakit otot pernafasan, obat – obatan,
atau anestesi. Dengan hipoventilasi, karbon dioksida sering kali menunpuk dalam darah,
sebuah kondisi yang disebut hiperkabia (hiperkapnia). Hipoksia juga dapat terjadi jika
difusi oksigen dari alveolus ke darah aterial menurun, seperti pada edema paru, atau
hipoksia dapat terjadi akibat masalah dalam penghantarn oksigen ke
jaringan.Istilah hipoksemia menunjukkan penurunan oksigen di dalam darh dan
ditandai dengan rendahnya tekanan parsial oksigen di darah aterial atau rendahnya
saturasi hemoglobin.
3. Sianosis (tanda kebiruan pada kulit, bantalan kuku, dan membrane mukosa, akibat
penurunan saturasi oksigen – hemoglobin) dapat juga terjadi. Sianosis terjadi apabila
terdapat dua kondisi berikut : Darah harus mengandung sekitar 5 gram atau lebih
hemoglobin tanpa oksigen per 100 ml darah dan permukaan kapiler darah harus dilatasi.
Beberaa faktor yang memengaruhi kedua koondisi ini (mis ; anemia berat atau peberian
epinefrin) akan menghilangkan tanda sianosis bahkan jika klien mengalami hipoksia.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat
menoleransi hipoksia hanya selama 3 samapai 5 menit sebelum terjadi kerusakan
permanen. Wajah orang yang mengalami hipoksia akut biasanya tampak cemas, lebih,
dan tertekan. Individu biasanya mengmbil posisi duduk, sering kali agak condong ke
depan untuk memungkinkan ekspansi rongga toraks yang lebih besar.

11
Dengan hipoksia kronis, klien sering kali tampak letih dan letargi. Jari tangan dan
jari kaki klien dapat menjadi seperti gada akibat kekurngan oksigen dalam waktu lama
di dalam suplai darah aterial. Pada jari gada, dasar kuku menjadi membengkak dan
ukuran ujung jari tangan dan jari kaki membesar. Sudut antara kuku dan dasar kuku
meningkat sampai lebih dari 180 derajat.

Perubahan Pola Pernafasan

Pola pernafasan menunjukkan frekuensi, volume, irama, dan kemudahan relative


atau upaya pernafasan. Respirasi normal (eupnea) bersifat tenang, berirama, dan tanpa
mengeluarkan usaha. Takipnea (frekuensi cepat) dijumpai pada saat demam, asidosis
metabolik, nyeri, dan hiperkapnia atau hioksemia.Bradipnea adalah frekuensi
pernafasan yang lambat secara abnormal,yang dapat dijumpai pada klien yang
menggunakan obat – obatan seperti morfin, yang mengalami alkalosis metabolik, atau
yang mengalami peningkatan tekanan itrkranial (mis ; akibatcedera otak). Apnea adalah
henti nafas.
Hiperventilasi, yang sering kali disebut Hiperventilasi alveolar, adalah suatu
peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama hiperventilasi,
frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, dan lebih banyak CO2 yang dibuang
daripada yang dihasilkan. Sebuah tipe hierventilasi tertentu yang menyertai asidosis
metabolik adalah pernafasan Kusmaul, yaitu tubuh berupaya untuk mengompensasi
(mengeluarakan kelebihan asam tubuh) dengan mengembuskan karbon dioksida melalui
nafas dalam dan pernafasan cepat. Hierventilasi dapat juga terjadi sebagai respons
terhadap stres, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Irama pernafasan abnormal
menciptakan pola pernafasan yang tidak teratur.Dua irama pernafasan yang tidak
normal yaitu:
1. Pernafasan Cheyne – Stokes, Irama penguatan dan pelemahan pernafasan yang sangat
jelas dari pernafasan yang sangat dalam ke pernafasan yang sangat dangkal dan apnea
temporer penyebab umum mencakup gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan
intracranial, dan overdosis obat.
2. Pernafasan Blot (cluster). Pernafasan dangkal yang diselingi dengan apnea dapat
terlihat pada klien penderita penyakit sistem saraf pusat.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dampak dari oksigenasi jaringan yang tidak mencukupi dapat menjadi
besar. Untuk mengintervensi secara efektiv, perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang proses oksigenasi, dampak gangguan oksigenasi, dan
menivestassi gangguan oksigenasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Craven RF, Hirnle CJ: Fundamentals Of Nursing: Human Health And


Function, 5th ed. Philadelpia: Lippincott, 2006.
Daniels R: Nursing Fundamentals: Caring & Clinical Decision
Making. New York: Delmar Thompson Learning, 2004.
O’Brien ME: Spirtuality In Nursing:Standing On Holy Ground, 3rd ed.
Sudbury, MA: Jones And Bartlett, 2008.
Potter PA, Perry AG: Fundamentals Of Nursing 6th ed. St. Louis:
Mosby, Elsevier, 2005.

14
15

Anda mungkin juga menyukai