PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Oksigenasi
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
3. Gangguan padaOksigenasi
C. Tujuan
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui
tentang pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Oksigen
2
2.3 Faktor – factor yang mempengaruhi oksigenasi
Factor Fisiologis
Beberapa sistem bekerja sama untuk memungkinkan oksigenasi
normal. Kita telah mendeskripsikam peran yang dilakukan paru-paru dan
jantung dalam oksigenasi, namun penting juga untuk mengenali bahwa
proses lain juga secara langsung memengaruhi fungsi paru-paru dan
jantung yang tepat. Diafragma, otot besar yang terletak tepat dibawah
paru-paru, membantu dengan inhalasi dan ekshalasi gas ke paru-paru.
Kontraksi dan relaksi otot jantung memampukan jantung untuk
memompa darah sescara efisien. Kontraksi dan relaksasi pada diafragma
dan otot-otot jantung tergantung pada pensinyalan yang tepat dari sistem
syaraf. Pembuluh darah juga tersusun oleh otot-otot halus yang
membantu sirkulasi darah yang kaya oksigen ke jaringan yang dituju.
Usia dan tahap perkembangan
Sistem pernafasan dan sistem kekebalan tubuh yang tidak sempurna
diikuti ukuran jantung lebih kecil menjadikan anak-anak kecil beresiko
lebih besar terhadap gangguan oksigenasi. Orang dewasa lanjut juga
beresiko mengalami gangguan oksigenasi karena kapasitas fungsional
paru-paru dan jantung. Berkurang seiring bertambah usia seseorang.
TABEL 12.1 usia dan Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Karakteristik Efek
Anak – anak
Saluran pernafasan pendek, Naiknya resiko infeksi pernafasan
dangkal meningkat
System kekebalan belum sempurna
Jumlah saluran dan alveolus lebih Naiknya laju pernafasan
sedikit meningkat
Otot pernafasan belum sempurna Pernafasan abnominal
Jantung belum sempurna Naiknya denyut jantung
meningkat
Dewasa tua
Turunnya elastisitas paru – paru Pertukaran udara kurang efektif
menurun
Turunnya cilia dalam saluran Pembersihan saluran nafas tidak
pernafasan menurun efektif, yang menyebabkan
Turunnya kekuatan tubuh menurun meningkatnya resiko infeksi
3
Turunnya elastisitas pembuluh Peredaran oksigen ke jaringan
darah berkurang kurang efektif
Faktor Lingkungan
Beberapa variabel dilingkungan memengaruhi kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan oksigennya. Polutan dan alergen diudra
(misal serbuk sari, kabut asap, zat kimia beracun) dan juga asa rokok
sekunder dapat merusak jaringan paru-paru dan mengarah pada dampak
jangka panjang seperti kanker paru-paru dan penyakit pulmonari
(COLED) dataran tinggi juga dapat mengganggu oksigenasi karena
terjadi penurunan jumlah oksigen diudara.
Makanan
Dampak makanan yang buruk didokumentasikan dengan baik.
Kandungan makanan dan juga jumlah makanan yang dicerna dapat
menyebabkan masalah yang secara langsung memengaruhi oksigenasi.
Kandungan Makanan
Makanan berlemak tinggi dan berkolestrol tinggi terkait dengan
muculnya plak yang tersusun dipembuluh darah, juga disebut
ateroskelrosis. Pertambahan plak dapat terjadi dipembuluh darah apa
saja. Jika terjadi di arteri koronel jantung seseorang akan beresiko
serangan jantung. Jika arteri ke otak yang menuju ke otak terhambat
orang mungkin mengalami stroke. Jika pembuluh di kaki dan tangan
tersumbat, maka orang tersebut akan mengalami penyakit arteri periferal,
yang dapat menyebabkan sakit, rasa geli, dan ulser. Makanan berlemak
tinggi, kolestrol tinggi, dan tinggi sodium juga mengakibatkan
kecenderungan hipertensi. Mengkonsumsi kapein dalam jumlah banyak
dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Gizi buruk juga
dapat meningkatkan risiko infeksi dan menyebabkan anemia, yang
keduanya dapat meningkatkan beban kerja jantung.
Jumlah Makanan
Obesitas meningkatkan beban kerja jantung, yang dapat mengurangi
aktivatas jantung untuk memompa dan pada akhirnya mengakibatkan
gagal jantung. Obesitas juga dapat membatasi gerakan dada, yang pada
gilirannya mengurangi ruang untuk paru-paru mengembang dan
membatasi inhalasi oksigen. Orang yang kegemukan biasanya kurang
aktif. Ketidakaktifan dapat mengganggu kekuatan otot, termasuk otot
yang membantu pernafasan dan otot jantung (‘jika tidak digunakan, Anda
akan kehilangan’).
4
Gaya Hidup
Bagaimana seseorang memilih cara hidupnya juga dapat berkontribusi
pada gangguan oksigenasi. Bebrapa contoh pilihan gaya hidup dan
dampak terkaitnya diantaranya :
Gaya hidup konstan meningkatkan beban kerja jantung karena ini
memicu obesitas dan mengurangi kekuatan otot (misal diafragma
jantung).
Merokok terkait dengan kelainan pernafasan kronis dan kanker.
Selain itu, nikotin menyebabakan penyembaban arteri koroner dan
meningkatan tekanan darah (meningkatkan beban kerja jantung). Pada
saat yang sama, nikotin meningkatan jumlah karbon monoksida dalam
darah, yang menyebabkan kekurangan jumlah oksigen yang tersedia
untuk sirkulasi ke jaringan tubuh.
Obat dan kecanduan alkohol terkait resiko berikut :
a. Narkotika dan jumlah alkohol yang banyak dapat menyebabkan
depresi pernafasan
b. Asprisasi dapat terjadi akibat intoksitasi alkohol
c. Penggunaan obat IV mempunyai resiko refticemia ( infeksi darah)
dan kerusakan pembuluh darah akibat penggunaan jarum suntik berulang
d. Berhentinya jantung di jumpai terjadi pada beberapa orang yang
kecanduan kokain.
5
d. Serangan jantung
e. Ganguan fungsi katuk jantung
f. Anemia
g. Hipopolemia ( pendarahan besar, dehidrasi berat).
h. Penyakit vaskuler periferal
i. Cacat kongngental ( lahir)..
j. Penyimpangan kesehatan lainnya menggangu oksigenasi antara lain:
k. Sakit (misal operasi abdominal, fraktur tulang iga) yang menyebabkan
pernafasan dangkal.
l. Infeksi atau penyembuhan luka ( tingkat permintaan oksigen).
m. Kelainan syaraf ( misal luka sumsum tulang belakang,sindrom buillain-barre
n. Kelainan otot ( dapat memengaruhi otot yang digunakan untuk bernafas dan
otot jantung ).
o. Masuknya benda asing ( misal makanan,mainan ).
p. Kehamilan ( rahim yang membesar mengurangi ruang untuk ekspansi paru-
paru dan menybabkan nafas pendek.
6
e. Retraksi dinding dada
f. Suara nafas abnormal
g. Batuk
h. Cairan dalam paru – paru dan meningkatnya produksi sputum
i. Sakit dada ( di sebabkan pernafasan atau jantung )
j. Desir jantung abnormal
k. Jari – jari dan tumit kesemutan ( Dengan kekurangan oksigen kronis)
l. Isi ulang kapiler ≤ 3 detik
m. Edema atau bengkak
n. Perubahan warna kulit gelap dan ulser ( kekurangan O2 pada jaringan
peripheral )
o. Keram otot
7
Penilaian data untuk potensi gangguan oksigenasi dan ganguan
oksigenasi actual
Data pasien ( subjektif) Penilaian fisik ( Tes lab dan diagnostik (objektif)
objektif)
Kebiasaan ( makan dan Status pernafasan ( Hasil lab ( misal BC, gas
kebiasaan olahraga, misal batuk,suara darah,enzim jantung, kadar
merokok, obat, dan nafas,abnormal: kolesterol, trigliserida)
mengunakan alkohol) retraks, cyanosis,
Kemampuan jumlah dan kandungan
beraktivitas dalam sputum )
kehidupan sehari-hari
Sakit dulu dan sekarang Perubahan status CT Scan radiogram dada
mental ( misal cemas,
bingung)
Medikasi dan alergi Tanda – tanda vital dan Tes fungsi fullmonari
berat badan
Riwayat keluarga Desir jantung abnormal Tes kulit, TB
Pola tidur Jari dan tumit menebal EKG, ekokardiogram
atau menekuk
Lingkungan ( rumah Isi ulang kapiler < 3 Tes stres
dan kerja) detik
Sakit dada ( karena Edema atau bengkak Kateterisasi jatung
pernafasan atau jantung
)
Nafas pendek Kulit ( warna,
kelembaban, suhu )
8
TABEL 12.3 diagnosis Keperawatan untuk potensi gangguan ogsigenasi dan gangguan
oksigenasi actual
3 Perencanaan
Tujuan dan hasil untuk pasien yang berpotensi atau mengalami gangguan
oksigenasi sangat bersifat individual dan dipengaruhi oleh data yang
dikumpulkan selama penilaian. Tujuan dan hasil harus realistic dalam hal
ekspektasi dan kerangka waktu untuk pasien tertentu dan harus konsisten
dengan harapan pasien. Tidak ada keluhan lebih sering terjadi jika pasien
tidak menentukan tujuan dan menetapkan hasil.
4 Inflementasi
Sama seperti tujuan dari hasil yang ditentukan oleh data, interflentasi
keperawatan ditentukan oleh tujuan dan hasil yang d harapkan.
Pembelajaran adalah interflentasi primer baik untuk pasien yang beresiko
gangguan oksigenasi dan pasien yang mengalami gangguan oksigenasi.
9
Pentung bahwa perawat menempatan interfelntasi tersebut pada level
pasien atau pemberi asuhan mengulngi imstruksi tersebut atau melakukan
demonstrasi.
Contoh interfensi di antaranya :
a. Mencegah infeksi pernapasan melalui paksinasi ( misal pneumococcal
dan influenza )
b. Mengurangi atau menghilangkan respon alergi ( misal tes
kulit,desentifitasi,medikasi pertolongan )
c. Menawarkan program berenti merokok (kotak 12.2)
d. Mengelola dyspnea deangan intrfensi mandiri dan koloboratif ( misal
pemosisian, medikasi )
e. Memelihara saluran terbuka dengan interfensi mandiri dan koloboratif
(misal batu,cairan,mengatur kelembaban,megkabutan,fisiotrfai
dada,drainase postural,penyadatan,pemosisan,aepirometri
inssetif,perawatan saluran bantuan.
f. Melakukan resusitasi kardiopulmonari
5 Evaluasi
10
2.7 Perubahan Fungsi Pernafasan
Fungsi pernafasan dapat berubah karena kondisi yang memengaruhi
2. Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveolus dan kapiler paru.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Tiga perubahan utama dalam pernafasan adalah hipoksia, perubahan pola pernafasan,
dan obstruksi jalan nafas total atau sebagian.
1. Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun di dalam
tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap
bagian dalam pernafasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah dan dapat
disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah atau semua bagian dalam proses
tersebut.
11
Dengan hipoksia kronis, klien sering kali tampak letih dan letargi. Jari tangan dan
jari kaki klien dapat menjadi seperti gada akibat kekurngan oksigen dalam waktu lama
di dalam suplai darah aterial. Pada jari gada, dasar kuku menjadi membengkak dan
ukuran ujung jari tangan dan jari kaki membesar. Sudut antara kuku dan dasar kuku
meningkat sampai lebih dari 180 derajat.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dampak dari oksigenasi jaringan yang tidak mencukupi dapat menjadi
besar. Untuk mengintervensi secara efektiv, perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang proses oksigenasi, dampak gangguan oksigenasi, dan
menivestassi gangguan oksigenasi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15