Disusun Oleh :
(P27820721027)
TINGKAT 2 SEMESTER 4
Asuhan Keperawatan pada klien Diabetes Melitus Hipoglikemia Di Ruang Abimanyu RSUD
BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2023-10
Juni 2023 Telah disahkan sebagai laporan praktek klinik keperawatan medikal bedah1 semester IV
di ruangan abimanyu rsud bhakti dharma husada surabaya.
NIM : P27820721029
NIP. 198701222009121001
Mengetahui
Kepala Ruangan
NIP. 352022207850001
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS HIPOGLIKEMIA DI
RUANG ABIMANYU RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Menurut (Brunner & Suddarth.
2002 hal 1220). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Menurut (Price, Sylvia. 1995 hal 1111)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskuler, makrovaskuler, neuropati (NANDA,
2015).
Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan metabolic yang diakibatkan oleh
adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh atau hiperglikemia (Smeltzer&Bare,
2014).
2. Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM ) Diabetes yang
tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas disebabkan
oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini
ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
2 Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta. 2.
2. Diabetes Tipe II ( Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri atas identitas pasien dan identitas penganggung jawab pasien meliputi nama,
umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, no. RM, diagnosa medis dan
hubungan dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kronologi yang dialami pasien hingga masuk rumah sakit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mempunyai penyakit yang sama atau penyakit lain.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama atau mempunyai penyakit
keturunan.
c. Pola Kesehatan Fungsional
1) Pola persepsi dan penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan. Gambaran kesehatan
secara umum dan saat ini, gambaran terhadap sakit, penyebab dan penangan yang
dilakukan.
2) Pola nutrisi metabolic
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,
mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi. Gambaran yang biasa dimakan (pagi,
siang, sore), gambaran nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit. Berapa kali
miksi dalam sehari, karakteristik urine, adakah masalah dalam proses miksi,
apakah menggunakan alat bantu, gambaran pola BAB, karakteristik feses, bau
badan, keringat berlebih, lesi dan prunitus.
4) Pola aktivitas-latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan. Fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Gambaran kegiatan sehari-hari dan olahraga. Apakah mengalami kesulitan dalam
bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
5) Pola istirahat-tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Berapa lama
tidur di malam hari, jam berapa tidur-bangun, apakah terasa efektif, adakah
kebiasaan sebelum tidur, apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
6) Pola kognitif-persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman, dan
persepsi nyeri.
7) Persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri
dan perasaan terhadap diri sendiri.
8) Pola peran-hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
9) Pola seksualitas-reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.Apakah
menggunakan alat bantu/pelindung, apakah mengalami kesulitan.
10) Pola koping-toleransi stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan sistem
pendukung.
11) Pola nilai-kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan, dan tujuan dalam hidup.
d. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. TTV (Tanda – Tanda Vital) : Tekanan darah, Suhu, Nadi, SpO2
c. Aktivitas dan istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi, disorientasi, koma.
d. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit
panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
e. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
f. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada
diare.
g. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
h. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks
tendon menurun, kejang.
i. Kardiovaskular
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
j. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
k. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
l. Gastrointestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
m. Musculoskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
n. Integumen
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diabetes melitus Menurut (Mughfuri, 2016) antara lain:
1. Banyak kencing (polyuria) Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi
akan menyebabkan banyak kencing.
2. Banyak minum (polidipsia) Oleh karena sering kencing maka memungkinkan
sering haus banyak minum.
3. Banyak makan (polifagia) Penderita diabetes militus mengalami keseimbangan
kalori negative, sehingga timbul rasa lapar yang besar.
4. Penurunan berat badan dan lemah Hal ini disebabkan dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari
cadangan lain.yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan
lemak dan dan otot sehingga menjadi kurus.
Adapun tanda dan gejala diabetes melitus menurut (kowalak, 2011) yaitu:
1) Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih)
yang disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa
serum yang meningkat.
2) Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena glukosuria
yang menyebabkan keseimbangan kalori negatif.
3) Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa
oleh sel menurun.
4) Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada
kulit.
5) Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar
glukosa intrasel yang rendah.
6) Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat ketidak seimbangan
elektrolit
7) Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena
pembengkakan akibat glukosa
8) Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan
jaringan saraf.
9) Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena
neuropati otonom yang menimbulkan konstipasi.
10) Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkn karena dehidrasi dan ketida
kseimbangan eletrolit serta neuropati otonom.
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Glukosa Darah
1. Menstabilkan
kadar gula
darah
Edukasi elektrolit
1. Jelaskan tujuan 2. Untuk
dan prosedur mendokumentas
pemantauan ikan setiap
perkembangan
pemantauann
Edukasi
1. Menambah
informasi terkait
penyakit yang
diderita
3. Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan Intergritas Observasi
Integritas Kulit Jaringan (L.14125) Kulit (I.11353)
1. Untuk mengetahui
(D.0129) Setelah melakuan
Observasi penyebab dari
berhubungan asuhan keperawatan
kerusakan kulit
dengan 3×24 jam Integritas 1. Identifikasi penyebab
sehingga dapat
kerusakan kulit kulit meningkat gangguan integritas
menentukan
dengan kriteria hasil: kulit (mis: perubahan
Tindakan
1. Kerusakan sirkulasi, perubahan
selanjutnya.
jaringan menurun status nutrisi,
5. Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrim
6. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal 30
saat berada diluar
rumah
6. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik (lyer et al., 1996). Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
7. Evaluasi
Setelah diberi asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam penderita di evaluasi
kestabilan kadar glukosa darah, tekanan darah, serta perkembangan kebutuhan
elektrolit.
C. PATHWAY/WOC