Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

RESUME PERTEMUAN 1 – BTCLS

Disusun Oleh:

Putri Eka Nur Fadilah

NIM. P27820721029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI

NERS PROGRAM SARJANA TERAPAN

2023/2024
Pertemuan 1

(SPGT : SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU)

1. Definisi
Suatu mekanisme pelayanan korban/ pasien gawat darurat yang terintegrasi dan
berbasis call center dengan menggunakan kode akses telekomunikasi 119
dengan melibatkan Masyarakat.
2. Tujuan SPGDT
 Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan
 Mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/pasien gawat
darurat dan menurunkan angka kematian serta kecacatan.
3. Penyelenggaraan SPGDT
 Sistem komunikasi gawat darurat
 Sistem penanganan korban/pasien gawat darurat
 Sistem transportasi gawat darurat.
4. Penanganan Korban/Pasien Gawat Darurat
 Penanganan prafasilitas pelayanan kesehatan
 Penanganan intrafasilitas pelayanan kesehatan
 Penanganan antarfasilitas pelayanan kesehatan
5. Prafasilitas Pelayanan Kesehatan
 Tindakan pertolongan terhadap korban/pasien gawat darurat yang cepat
dan tepat di tempat kejadian sebelum mendapatkan tindakan di fasilitas
pelayanan kesehatan
 Harus memperhatikan kecepatan penanganan korban/pasien gawat
darurat.
 Pemberian pertolongan terhadap korban/pasien gawat darurat oleh
masyarakat hanya dapat diberikan dengan panduan operator call center
sebelum tenaga kesehatan tiba di tempat kejadian
6. Intrafasilitas Pelayanan Kesehatan
 Pelayanan gawat darurat yang diberikan kepada pasien di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan gawat darurat
 Dilakukan melalui suatu sistem dengan pendekatan multidisiplin dan
multiprofesi
7. Monitoring dan Evaluasi
a. Untuk mewujudkan sinergi, kesinambungan, dan efektifitas pelaksanaan
kebijakan/program SPGDT
b. Dilakukan secara berkala melalui koordinasi dan pemantauan langsung
terhadap pelaksanaan dalam kebijakan/program spgdt

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016


Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu

TRIAGE

1. Pendahuluan
Emergency bisa terjadi dimana saja, kapan saja, siapa saja
2. Instalasi Gawat Darurat :
 Salah satu bagian di RS yang menyediakan penangan awal bagi pasien
yang menderita sakit dan cedera , yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya.
 Disediakan untuk kebutuhan pasien yang dalam dalam kondisi gawat
darurat ->segera mendapat penanganan cepat.
 Buka 24 jam per hari, 7 hari per minggu
 Pemilahan pasien : Sitem Triage
 Multy disiplinary team : dokter yang handal dan Nurse emergency
terlatih.
3. Emergency Nursing (Keperawatan Gawat Darurat)
Pelayanan keperawatan yang komphrehensif diberikan kepada
pasien/keluarga dengan injury akut atau sakit yang mengancam kehidupan,
dengan kejadian secara mendadak dalam suatu lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan / kondisi bencana atau wabah.
4. Tujuan Pelayanan Gawat Darurat
 Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat
dan tepat serta terpadu dalam penanganan tingkat kegawat daruratan ->
Mencegah risiko kecacatan dan kematian (to save life and limb).
 Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
 Penaggulangan korban bencana
5. Sistem Layanan
24 Jam -> Triase, Resusitasi, Penunjang Medis, Kamar Operasi
6. Prinsip (kenali terlebih dahulu keadaan yang mengancam nyawa)
a. Trauma
b. Non trauma
7. Triage
a. Pra hospital
b. Intra hospital
8. Hakikat Triage
 Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas kegawat daruratan serta prioritas
transportasi. artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab
ancaman hidup.
 Dilakukan oleh triage officer terlatih.
 Triage tidak disertai tindakan.

Triage dilakukan berdasarkan :  Airway, Breathing, Circulation, Disability


dan exposure (mengancam nyawa)  Berat cedera  Jumlah pasien 
Sarana kesehatan yang tersedia  Harapan hidup

9. SIT ( Single Triase = triage pasien Tunggal)


 Immediate -> Tindakan langsung
 Urgent -> Tindakan secepatnya
 Non urgent -> Tindakan dengan persiapan
 Meninggal -> kamar mayat
AED (Automated External Defibrilator)

1. Definisi

Automated External Defibrillator (AED) adalah perangkat portabel yang


berfungsi menganalisa irama jantung secara otomatis dan kemudian
memberikan sengatan listrik melalui dada ke jantung untuk mengembalikan
irama jantung jika diperlukan. Alat ini sering digunakan sebagai pertolongan
pertama bagi seseorang yang mengalami henti jantung mendadak.

2. Tujuan

AED ditujukan untuk digunakan dalam keadaan yang tidak terduga. Oleh
sebab itu,AED sering disediakan di berbagai tempat umum seperti di bandara,
kantor, sekolah , pusat perbelanjaan, maupun tempat umum lainnya. Tenaga non
medis seperti pemadam kebakaran, pramgari, polisi maupun orang awam
lainnya boleh menggunakan alat ini. Hal ini dikarenakan AED mudah digunakan
karena dilengkapi dengan petunjuk suara yang memandu setiap penggunanya.
Namun demikian, orang yang telah melalui pelatihan formal penggunaan AED
dan resusitasi jantung paru (RJP) lebih dianjurkan untuk menggunakan alat ini.

Henti jantung dapat terjadi apabila ditemukan gangguan aktivitas listrik


jantung. Gangguan ini menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur dan
semakin cepat (aritmia). Aritmia menyebabkan jantung tidak dapat memompa
darah secara efektif. Ketidakefektifan jantung dalam memompa darah sangat
berpengaruh pada peluang hidup seseorang. Peluang hidup seseorang yang
mengalami aritmia bisa menurun 7-10 persen setiap menitnya. Hal ini
disebabkan oleh karena otak dan organ vital lainnya tidak memperoleh darah
dan oksigen yang dibutuhkan.Oleh karena itu, tindakan sesegera mungkin harus
dilakukan untuk mencegah kematian. Semakin cepat irama jantung dipulihkan
makan semakin kecil kerusakan permanen pada otak maupun organ vital
lainnya.

3. Langkah menggunakan AED


a. Periksa respon pasien dengan menepuk – nepuk bahu pasien sambil
berbicara dengan suara keras untuk mengembalikan kesadaran pasien.
Setelah itu periksa detak nadinya, jika benar-benar tidak sadarkan diri
barulah Anda dapat menggunakan perangkat AED yang tersedia sambil
menunggu ambulans dating
b. Atur posisi pasien dalam posisi berbaring dan pastikan kondisi di sekitarnya
sudah benar-benar kering. Lepaskan pakaian dan benda lain yang menempel
pada tubuh pasien seperti perhiasa Jika alat AED tidak langsung tersedia
segera lakukan kompresi dada (CPR) untuk pertolongan awal. Pastikan pada
saat melakukan CPR adalah orang yang benar-benar paham cara
melakukannya.
c. Pada saat penggunaan AED, langsung nyalakan dan ikuti cara penggunaan
sesuai petunjuk melalui suara. Selanjutnya, sambungkan kabel serta pad
pada perangkat elektronik AED. Tempelkan pad yang dilengkapi stiker pada
dada pasien dan pastikan pad menempel kuat di kulit.
d. Saat alat sudah terpasang Anda dapat menghentikan CPR dan segera
melakukan analisis. Untuk mencegah kesalahan analisis AED pastikan tidak
ada yang menyentuh tubuh pasien selama AED menganalisa
e. Setelah selesai analisi, AED aka menginformasikan kepada Anda apakah
pasien perlu diberi kejutan listrik atau tidak. Jika alat AED menyebutkan
bahwa pasien perlu diberikan kejutan listik, pastikan kembali tidak ada yang
menyentuh tubuh pasien, lalu tekan tombol “shock” di AED untuk
memberikan kejutan listrik.
f. Setelah itu AED akan memberikan instruksi kepada Anda untuk memeriksa
pernapasan dan denyut nadi pasien. Jika belum kembali AED akan meminta
Anda untuk melanjutkan CPR sekitar 2 menit. Setelah itu AED akan
melakukan analisis ulang untuk mengetahui apakah pasien masih
membutuhkan kejutan listrik lagi atau tidak
g. Lakukan secara berkala sesuai arahan AED hingga bantuan medis tiba dan
segera membawa pasien ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Sumber : The Food and Drug Administration. Diakses pada 2022. How AEDs in Public
Places Can Restart Hearts.

Pertemuan 2
Etikolegal dalam Penanganan Gawat Darurat & Bencana

1. Definisi Kode Etik

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan


dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah
diterima oleh profesi.

2. Fungsi Kode Etik Keperawatan


 Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami
dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
 Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etika.
 Menetapkan hubungan-hubungan professional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advocator, perawat
dengan tenaga professional lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan keperawatan
 Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi
3. Tujuan Kode Etik
 Menginformasikan kepada masyarakat mengenai standar minimum
profesi dan membantu mereka memahami perilaku keperawatan
professional
 Memberikan perawat komitmen profesi kepada masyarakat yang dilayani
 Menguraikan garis besar pertimbangan etik utama profesi
 Memberikan pedoman umum untuk perilaku professional
 Membantu profesi dalam pengaturan diri
 Mengingatkan perawat mengenai tanggung jawab khusus mereka pikul
saat merawat pasien
4. Prinsip Moral Etik
a. Otonomi (Autonomy) yaitu prinsip yang didasarkan pada keyakinan
bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri.
b. Berbuat Baik (Beneficience) berarti melakukan sesuatu yang baik. Pada
kasus ini perawat dapat berperilaku baik untuk pelayanan terbaik, untuk
pasien penerima pelayanan kesehatan.
c. Tidak Merugikan (Non-maleficence) yaitu setiap tindakan harus
berpedoman pada prinsip primum non nocere (yang paling utama jangan
merugikan). Resiko fisik, psikologis dan sosial hendaknya diminimalisir
semaksimalm mungkin.
d. Kejujuran (Veracity), yaitu dokter maupun perawat hendaknya
mengatakan sejujur-jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat
yang akan dirasakan oleh klien.
e. Keadilan (Justice), yaitu prinsip yang dibutuhkan untuk tercapai yang
sama dan adil terhadp orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,
legal dan kemanusiaan.
f. Kerahasiaan (Confidentiality), yaitu perawat maupun dokter harus
mampu menjaga privasi klien meskipun klien telah meninggal dunia.
g. Menepati Janji (Fidelity), dibutuhkan untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.
h. Akuntabilitas (Accountability), merupakan standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.

Peran Perawat dalam penanganan kegawatdaruratan dan bencana

Peran yang dilakukan perawat yaitu pengurangan risiko, pencegahan penyakit


dan promosi kesehatan dan pengembangan dan perencanaan kebijakan. Dalam
hal ini perawat melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain seperti
organisasi masyarakat, pemerintah, dan tokoh masyarakat untuk melakukan
pendidikan dan simulasi bencana dalam skala besar (Alfred et al., 2015).
Perawat juga memiliki peran dalam mempelajari bencana berdasarkan
pengalaman sebelumnya, perlu mencari tau kebijakan bencana regional yang
sudah ada/berlaku (Arrieta et al., 2008).

TRAUMA KEPALA

Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak.
o Cidera otak primer : kelainan patologi otak yang timbul segera
akibat langsung dari trauma.
 Pada cidera primer dapat terjadi memar otak dan laserasi
o Cidera otak sekunder : kelainan patologi otak disebabkan oleh
kelainan biokimia, metabolism, fisiologi yang timbul setelah
trauma Perdarahan yang sering ditemukan Epidural hematoma
o Terdapat penggumpalan darah diantara tulang tengkorak dan
durameter akibat pecahnya pembuluh darah
o Dapat terjadi beberapa jam sampai 1-2 hari
o Lokasi yang paling sering adalah dilobus temporalis dan parietalis
 Tanda dan gejala
o Penurunan tingkat kesadaran,
o Nyeri kepala,
o Muntah,
o Hemiparesa
o Dilatasi pupil ipsilateral,
o Pernapasan dalam dan cepat kemudian dangkal, irreguler,
o Penurunan nadi,
o Peningkatan suhu.
 Subdural hematoma
o Terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, dapat
terjadi akut dan kronik
o Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah, biasanya terdapat
dianatara durameter,
 perdarahan lambat dan sedikit
o Periode akut 48 jam – 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi
dalam 2 minggu atau beberapa bulan
 Tanda dan gejala
 ragik, menentukan ukuran ventrikuler,
 pergerseran jaringan otak.
o Angiografi serebral untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
o X-Ray untuk mendeteksi perubahan struktur tulang, perubahan
struktur garis, dan fragmen
 tulang
 Analisa gas darah untuk mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan
jika terjadi
 peningkatan TIK
o Elektrolik untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
akibat peningkatan TIK
 Bahaya peningkatan TIK
o Bisa menyebabkan herniasi otak, medulla oblongata ke foramen
magnum serta bagian otak
 lain ke trans-tentorial
o Kerusakan cortex cerebri
 Tanda peningkatan TIK
o Kesadaran menurun/muntah
o Tekanan darah meningkat
o Nadi menurun
 Menilai derajat cedera kepala
o Severe (GCS<8)
o Moderate (GCS 9-12)
o Minor (GCS 13-15)
Pertemuan 4-5

MATERI BTCLS

A. AIRWAY

Jalan nafas atas terdiri dari rongga hidung, faring, dan laring. Udara masuk ke rongga hidung,
pada bagian ini udara akan mengalami proses penghangatan atau humidifikasi dan penyaringan
dari segala kotoran.Faring adalah struktur yang dimulai dari bagian belakang palatum mole
(langit-langit lunak) sampai ujung bagian atas dari esophagus

Pemeriksaan jalan nafas dengan cara look, listen, and feel

Ada dua macam sumbatan jalan nafas, yaitu sumbatan jalan nafas total dan parsial

a) Sumbatan parsial
Pangkal lidah jatuh ke belakang ; biasanya terdapat pada pasien yang tidak sadar
Muncul suara snoring. Penanganan dengan head till chin lift dan jaw trush sehingga
membatu jalan nafas atau dengan alat orofaringeal tube

Adapula sumbatan parsial di sebabkan oleh cairan ; pasien dengan trauma wajah atau
adanya secret sehingga menimbulkan suara gurgling, penanganan nya dengan cara
suction atau tanpa alat dengan finger swab

b) Sumbatan total
Adanya benda yang masuk kedalam saluran pernafasan sehingga mengalami sumbatan
atau obstruksi total penanganan nya dengan cara back blow, hemlic manuver atau chest
trush jika sudah tidak mempan dilakukan dengan krikotiroid dektomi, dengan
menusukkan di bagian diantara kartilago kriooid dan tiroid

B. BRETHING

Ventilasi dapat terganggu karena adanya gangguan neurologis (kesadaran), gangguan pada
dinding dada, obstruksi jalan nafas

Kekurangan 02 = hipoksia

Kekurangan C02 = hiperkarbia

Distress nafas : gelisah sampai kesadaran turun

Cuping hidung

Retraksi dada

RR meningkat

Sianosis

PEMERIKSAAN BREATHING

a. Inspeksi
Frekuensi nafas, Gerakan dada, Gerakan otot nafas tambahan, sianosis, jejas di dada,
flail chest, luka tusuk di dada, luka dada yang menghisap
b. Palpasi
Adakah nyeri tekan, pergerakan/pergeseran letak trakea, patah tulang iga/coste,
emfisema subcutis,adakah crapitasi.
c. Perkusi
Apakah terdengar bunyi sonor, hiper sonor, jipo sonor, lalu bandingkan dengan kedua
sisi dada
d. Auskultasi
Adakah suara nafas tambahan / suara nafas normal, suara jantung,

C. CIRCULATION
- Atasi shock
- Penguapan berlebihan/ dehidrasi
- Cegah perdarahan

Fungsi Cairan 1. Sarana untuk zat zat ke sel


2. Mengeluarkan buangan metabolic
3. Membantu metabolisme sel
4. Sebagai pelaut untuk elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempermudah eliminasi
!!! TANDA –
TANDA SHOCK !!!

 Perfusi : akral dingin, basah, pucat, CRT (Cap Refil Time ) lebih dari 2 dtk
 Nadi : > 100 x/menit karena adanya gagal sirkulasi
 Tekanan darah < 100/90 mmHg
 Kesadaran : gelisah atau sedang koma
 Produksi urin < 0,5 cc /kgBB/jam

Mengatasi shock:

Atur posisi shock untuk mengembalikan darah ke perfusi sentral 300-400 cc -> stop perdarahan
-> pasang double iv line -> ambil darah untuk pemeriksaan darah

Dewasa : anak anak

40cc/kgBB/jm 10 kg I (100cc/kgBB/jm)
10 kg II (50cc/kgBB/jm)

10 kg III (20cc/kgBB/jam)

Maintenance dengan : 40-50 cc /kgBB/jam dalam 8 jam pertama dan 16 jam

D. DISABILITY
 Posisikan head up 20 – 30 derajat
 Cek GCS
COB : 3-8
COS : 9 – 13
COR : 14 – 15
 Cek pupil : isokor, an isokor, medriasis, miosis
 Cek lateralis : parase atau paralisis

E. EXPOSURE
 Cek suhu dan berikan selimut
 Lakukan log roll dan cek DECAP BLS PIC
Deformitas :perubahan bentuk Exoriasi : bagian tidak pada tempatnya

Consorsio : luka memar Abrasi : gesekan

Pain : nyeri Instabilitas : Gerakan dada tdk stabil

Penetrasi : tusukan Burn : luka bakar

Anda mungkin juga menyukai