Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat (Konsep, Proses Keperawatan, Pola

Pengkajian), Tren dan Isu Dalam Keperawatan Gawat Darurat (SPGDT / PSC)

Dosen Pengampu:

Rizka Hayu Nafi'ah, S.Kep, Ners, M.Kep.

Disusun Oleh:

Riska Amalia

NIM. 2010913220002

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2023
MATERI

A. Konsep Kegawatdaruratan

1. Definisi kegawatdaruratan

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan


penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Jadi, gawat
darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk
menghindari kecacatan bahkan kematian korban.

Situasi gawat darurat tidak hanya terjadi akibat lalu lintas jalan raya yang sangat padat
saja, tapi juga dalam lingkup keluarga dan perumahan pun sering terjadi. Misalnya, seorang
yang habis melakukan olahraga tiba-tiba terserang penyakit jantung, seorang yang makan
tiba-tiba tersedak, seorang yang sedang membersihkan rumput di kebun tiba-tiba digigit ular
berbisa, dan sebagainya. Semua situasi tersebut perlu diatasi segera dalam hitungan menit
bahkan detik, sehingga perlu pengetahuan praktis bagi semua masyarakat tentang pertolongan
pertama pada gawat darurat. Pertolongan pertama pada gawat darurat adalah serangkaian
usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka
menyelamatkan pasien dari kematian.

2. Tujuan pelayanan gawat darurat

Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik pre hospital maupun in hospital ataupun
post hospital, oleh karena itu tujuan dari pertolongan gawat darurat ada tiga yaitu:

a. Pre Hospital

Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan orang awam khusus ataupun
petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan tindakan penanganan berupa:

1) Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian yang berisiko menyebabkan


jatuh korban lagi, misalnya pecahan kaca yang masih menggantung dan lain-lain.

2) Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi gawat darurat serta memberikan
pertolongan pertama sebelum petugas kesehatan yang lebih ahli datang untuk membantu

3) Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara

4) Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat yang lebih aman atau dikirim ke
pelayanan kesehatan yang sesuai kondisi korban

5) Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas kesehatan melalui pelatihan siaga
terhadap bencana

b. In Hospital

Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong korban oleh petugas
kesehatan. Tujuan pertolongan di rumah sakit adalah:
1) Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai dengan kondisinya

2) Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL)

3) Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamika yang akurat

4) Melakukan rehabilitasi agar produktifitas korban setelah kembali ke masyarakat


setidaknya setara bila dibanding bencana menimpanya

5) Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban mengenali kondisinya dengan segala
kelebihan yang dimiliki

c. Post Hospital

Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan sudah tidak ada
lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat ada yang terjadi setelah diberikan
pelayanan di rumah sakit, contohnya korban perkosa. Korban perkosa mengalami gangguan
trauma psikis yang mendalam seperti, merasa tidak berharga, harga diri rendah, sehingga
mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Tujuan diberikan pelayanan
dalam rentang post hospital adalah:

1) Mengembalikan rasa percaya diri pada korban

2) Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh dan berkembang

3) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada orang-orang terdekat dan masyarakat yang


lebih luas

4) Mengembalikan pada permanen sistem sebagai tempat kehidupan nyata korban

5) Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa yang akan datang

3. Tujuan penanggulangan gawat darurat

Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah:

a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi
kembali dalam masyarakat.

b. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
lebih memadai.

c. Penanggulangan korban bencana

Penolong harus mengetahui penyebab kematian agar dapat mencegah kematian. Berikut ini
penyebab kematian, antara lain:

a. Mati dalam waktu singkat (4-6 menit)

1) Kegagalan sistem otak


2) Kegagalan sistem pernapasan

3) Kegagalan sistem kardiovaskuler

b. Mati dalam waktu lebih lama (perlahan-perlahan)

1) Kegagalan sistem hati

2) Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)

3) Kegagalan sistem pancreas

B. Tren dan Isu Dalam Keperawatan Gawat Darurat (SPGDT / PSC)

Suatu mekanisme pelayanan korban/ pasien gawat darurat yang terintegrasi dan
berbasis call center dengan menggunakan kode akses telekomunikasi 119 dengan melibatkan
masyarakat. Tujuan SPGDT adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kegawatdaruratan; dan mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/pasien gawat
darurat dan menurunkan angka kematian serta kecacatan.

Penyelenggaraan SPGDT:

1. Sistem komunikasi gawat darurat;


2. Sistem penanganan korban/pasien gawat darurat; dan
3. Sistem transportasi gawat darurat.

Tupoksi dalam Komunikasi:

 National Command Center (NCC) 119 Kementerian Kesehatan


 Pemberi informasi dan panduan terhadap penanganan kasus kegawatdaruratan
 Public Safety Center (PSC) di Dinkes kabupaten kota, RS atau lokasi lain sesuai
ketetapan Pemda:
 Pemberi pelayanan korban/pasien gawat darurat dan/atau pelapor melalui
proses triase (pemilahan kondisi korban/pasien gawat darurat);
 Pemandu pertolongan pertama (first aid);
 Pengevakuasi korban/pasien gawat darurat; dan
 Pengoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Deskripsi Kegiatan:

 National Command Center (NCC) 119


 Memilah panggilan darurat/non gawat darurat;
 Meneruskan panggilan ke PSC; dan
 Dokumentasi, monitoring, pelaporan dan evaluasi.
 Public Safety Center (PSC)
 Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan
algoritmekegawatdaruratan;
 Memberikan layanan ambulans;
 Memberikan informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan; dan
 Memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
 Melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuannya.

Public Safety Center (PSC)

Dapat berupa unit kerja sebagai wadah koordinasi untuk memberikan pelayanan
gawat darurat secara cepat, tepat, dan cermat bagi masyarakat. Diselenggarakan 24 (dua
puluh empat) jam sehari secara terus menerus. Dapat dilaksanakan secara bersama-sama
dengan unit teknis lainnya di luar bidang kesehatan seperti kepolisian dan pemadam
kebakaran tergantung kekhususan dan kebutuhan daerah.

 Ketenagaan PSC
1) Koordinator;
2) Tenaga kesehatan;
3) Operator call center; dan
4) Tenaga lain.
 Penanganan Korban/Pasien Gawat Darurat
1) Penanganan prafasilitas pelayanan kesehatan;
Tindakan pertolongan terhadap korban/pasien gawat darurat yang cepat dan
tepat di tempat kejadian sebelum mendapatkan tindakan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Harus memperhatikan kecepatan penanganan korban/pasien gawat
darurat. Pemberian pertolongan terhadap korban/pasien gawat darurat oleh
masyarakat hanya dapat diberikan dengan panduan operator call center
sebelum tenaga kesehatan tiba di tempat kejadian.
2) Penanganan intrafasilitas pelayanan kesehatan; dan
Pelayanan gawat darurat yang diberikan kepada pasien di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan gawat darurat. Dilakukan
melalui suatu sistem dengan pendekatan multidisiplin dan multiprofesi.
3) Penanganan antarfasilitas pelayanan kesehatan
Tindakan rujukan terhadap korban/pasien gawat darurat dari suatu fasilitas
pelayanan kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu.
 Sistem Transportasi Gawat Darurat
1) Diselenggarakan oleh PSC dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan
2) Menggunakan ambulas gawat darurat
3) Standar dan pelayanan ambulans gawat darurat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Pelaporan
Setiap PSC harus melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan SPGDT.
Dilaporkan secara berkala setiap tahun kepada bupati/walikota melalui kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota dilanjutkan ke Gubernur dan Menteri Kesehatan melalui
Direktur Jenderal.
 Monitoring dan Evaluasi
1) Untuk mewujudkan sinergi, kesinambungan, dan efektifitas pelaksanaan
kebijakan/program SPGDT
2) Dilakukan secara berkala melalui koordinasi dan pemantauan langsung
terhadap pelaksanaan dalam kebijakan/program spgdt

SPGDT di masa Pandemi COVID-19


REFERENSI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
SOAL & JAWABAN

1. Apa saja ketenagakerjaan PSC?

Jawab:

1) Koordinator;

2) Tenaga kesehatan;

3) Operator call center; dan

4) Tenaga lain.

2. Bagaimanakah alur pelaporan PSC atas terselenggaranya SPGDT?

Jawab:

Dilaporkan secara berkala setiap tahun kepada bupati/walikota melalui kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota dilanjutkan ke Gubernur dan Menteri Kesehatan melalui Direktur
Jenderal.

3. Tujuan dari SPGDT?

Jawab:

Tujuan SPGDT adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan; dan
mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/pasien gawat darurat dan menurunkan
angka kematian serta kecacatan.

4. Apa saja tujuan penanggulangan gawat darurat?

Jawab:

a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi
kembali dalam masyarakat.

b. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
lebih memadai.

c. Penanggulangan korban bencana

5. Apa saja penyelenggaraan SPGDT?

Jawab:

1. Sistem komunikasi gawat darurat;


2. Sistem penanganan korban/pasien gawat darurat; dan
3. Sistem transportasi gawat darurat.

Anda mungkin juga menyukai