Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANGAN RAWAT

INAP RUMAH SAKIT IBU ROULITA TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK RUANG APEL
1. ANGGI DESTIANI 201560311011
2. ANNISA NURSOFA RAHMAT 201560311012
3. CITRA ANGGUN NOVITASARI 201560311025
4. DIAH EKAWATI UTAMA 2015603110037
5. DEVI JUNIAWATI 2015603110034
6. PURNAMASARI AYU SABARYANI 2015603110075
7. RIZKI ABDUL MATIN 201560311082
8. ROSSALIA NOVITA SARI 201560311084
9. SELLY PUJI PRAMESWARA 201560311085
10. SITI SARAH 201560311088
11. SITI SOPIATURROSIDAH 201560311089
12. TIA ULFAYANTI 201560311093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MEDISTRA INDONESIA
2021
SATUAN PRE PLANING MANAJEMEN KEPERAWATAN RONDE

KEPERAWATAN

Topik : Ronde Keperawatan


Sub topic : Ronde Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosis Medis CKD,
masalah keperawatan : - Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluran urin dan retensi cairan dan natrium, - nyeri kronis
berhubungan dengan gangguan sistem metabolik

Sasaran : Pasien Tn. O / 54 tahun dengan CKD


Hari/tanggal : Jum’at, 05 Februari 2021.
Waktu : 60 menit

BAB IPengorganisasian

1. Kepala Ruangan : Selly Puji Prameswara


2. PP 1 : Anggi Destiani
3. PP 2 : Citra Anggun Novita Sari
4. PA 1 : Devi Juniawati, Siti Sofia
5. PA 2 : Diah eka, Siti Sarah
6. Konselor : Tia ulfayanti
dr. : Rossalia Novita Sari
Ahli Gizi : Anissa Nursofa
7. Pasien : Tn.O (Purnamasari)

BAB IITujuan

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan pada pasien yang
belum teratasi dapat teratasi dari hasil diskusi dengan semua tim penunjang
kesehatan lainnya (Tim Medis, Tim Perawat, Tim Lab, Tim Gizi)
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan
lain.
c. Menemukan alasan ilmiah dengan menumbuhkan cara berfikir kritis dan
sistematis terhadap masalah pasien dan pemecahan masalah
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
e. Melaksanakan Asuhan Keperawatan secara menyeluruh (melakukan
Pengkajian, Perumusan diagnose keperawatan, Intervensi, Implementasi)
II.1.1.1 Sasaran

Pasien Tn. O umur 54 tahun yang dirawat di RS Ibu Roulita Ruang Apel Kamar
01 no. tempat tidur 1.

II.1.1.2 Materi (Masalah Ronde)

Pembahasan mengenai CKD yang dialami Tn O, saat ini Tn. O masih mengeluh
nyeri pada abdomen sebelah kanan, klien mengatakan susah BAK dan nyeri saat
BAK, pasien tampak lemah, telah dilakukan perawatan selama 2 hari hasil
laboraturium untuk elektrolit masih dalam angka yang tinggi. Pemeriksaan TTV :
TD : 120/80 mmHg N : 90x/m S : 36,8 RR : 20x/m BB saat ini 65kg . Hasil lab
terakhir bulan Januari tanggal 04 Tahun 2021 didapatkan :
ureum 98 mg/dl
creatinin 6,10 mg/dl
Elektrolit
Natrium : 122 mmol/L
Kalium : 2,7 mmol/L
Klorida : 109 mmol/L

II.1.1.3 Metode
Diskusi dan Tanya Jawab

II.1.1.4 Media

1. Dokumen/status pasien.
2. Sarana diskusi: Alat tulis (kertas, pulpen, papan)
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
II.1.1.5 Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiat Tempat


an
pasien
1 hari Pra Praronde
sebelum ronde 1. Menentukan kasus dan topik PP1, PP2, - Nurse
ronde 2. Menentukan tim ronde dan KR Station
3. Menentukan literature
4. Persiapan informed concent
5. Membuat SAP Ronde
Keperawatan
6. Mempersiapkan tempat yang
cukup sesuai jumlah peserta
ronde
7. Mendapatkan data mengenai PP1, PP2, Pasien Ruang
kondisi pasien yang akan dan dan Apel
dilakukan ronde keperawatan PA1,PA2 Keluar kamar
dan meminta ijin pasien dengan ga 201 no 1
mendatangani informed consent membe
8. Menyiapkan alat yang ri
diperlukan respon
9. Mengatur lingkungan fisik
untuk ronde keperawatan
sehingga mudah dilihat dan
didengar oleh peserta
10.Diskusi pelaksanaan
20 menit Ronde Pembukaan Kepala - Nurse
(Nurse 1. Salam pembukaan Ruangan Station
Station) 2. Menjelaskan mengenai (Karu)
kegiatan, waktu, dan tujuan
ronde keperawatan
3. Menjelaskan tujuan yang
diharapkan setelah dilaksanakan
ronde keperawatan
4. Memperkenalkan tim ronde
5. Menjelaskan secara umum
pasien: identitas, dan masalah
pasien (data focus, dx kep,
intervensi, catatan
perkembangan dan masalah
yang belum teratasi)

Penyajian Masalah Karu, -


1. Menjelaskan riwayat penyakit PP1,PP2, Nurse
dan keperawatan pasien PA1, PA2, station
2. Menjelaskan masalah pasien Ahli Gizi,
dan rencana tindakan yang telah Dokter,
dilaksanakan dan serta Perawat
menetapkan prioritas yang perlu Konselor
didiskusikan
5 menit Ruang Pasien (Validasi data) Karu, PP1, P dan Ruang
1. Mengucapkan salam, validasi PP2, PA1, K Interna
kontrak untuk dilakukannya PA2, Ahli Membe RS Y
ronde keperawatan dan Gizi, rikan
menanyakan kondisi kepada Dokter, respon
pasien Perawat dan
2. Mengulang kembali (review) Konselor menja
yang dikeluhkan pasien, wab
tindakan keperawatan dan pertany
medis yang dilakukan serta aan
perkembangan kondisi pasien.
3. Memberi kesempatan untuk
bertanya dan diskusi pada tim
kesehatan yang ada, pasien dan
keluarga pasien.
4. Memberi pujian kepada pasien
dan keluarga atas kerjasamanya
dalam melaksanakan kegiatan
ronde keperawatan.
10 menit Lanjutan diskusi Karu, PP1, - Nurse
1. Pemberian justifikasi oleh PP2, PA1, Station
perawat primer atau konselor PA2, Ahli
atau kepala ruang tentang Gizi,
masalah pasien serta rencana Dokter,
yang akan dilakukan Perawat
2. Menentukan tindakan Konselor
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah ditetapkan
10 menit Pasca 1. Melanjutkan diskusi : Mereview Karu, PP1, - Nurse
ronde hasil diskusi diruangan dan PP2, PA1, Station
(Evalua masukan dari tim PA2
si) 2. Menyimpulkan kegiatan ronde
keperawatan : penentuan
tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah
ditetapkan.
3. Rencana tindak lanjut setelah
kegiatan ronde keperawatan
4. Menutup kegiatan ronde
5. Evaluasi : Pelaksanaan ronde
sesuai waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
6. Mendokumentaskan

II.1.1.6 Kriteria Evaluasi

1. Struktur :
a. Persiapan telah dilakukan selama dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan
b. Penyusunan pengorganisasi telah ditentukan 1 minggu sebelum pelaksanaan
kegiatan
c. Koordinasi dengan pembimbing lahan dan pembimbing akademik
d. Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
e. Membuat Informed consent dengan pasien dan keluarga
f. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Apel RS Ibu Roulita.
g. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
2. Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
3. Hasil :
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b. Dapat dirumuskan tindakan keperawatan sebagai pemecahan masalah
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
Lampiran Inform Consent

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN


RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini: (Pasien)

Nama : Tn.O.

Umur : 54 tahun
Alamat : perumahan. Harapan indah Bekasi barat

Adalah suami/ istri/ orang tua/ anak dari pasien :

Nama : Ny.S

Umur : 48 tahun

Alamat : perumahan. Harapan indah Bekasi barat

Ruang : Kamar 1 Bed 1

No RM : 01-2020-01

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Bekasi 4 februari 2020

Perawat yang menerangkan Penanggung Jawab

Ns. Citra anggun novitasari., S.kep Ns. Selly puji prameswara.,S.kep

Saksi - saksi Tanda tangan

1. Ns. annisa 1. Tn.O

2. Ns. rossalia 2. Ny.S


METODE ASUHAN KEPERAWATAN

Metode Tim

Merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat professional


memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992).

Prinsip Metode Tim

1. Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu tim terhadap satu
2. Tim dipimpin oleh seorang perawat yg secara klinis kompeten, mempunyai
kemampuan yang baik dalam komunikasi, mengorganisasi, dan memimpin
3. Tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan kemampuan yg berbeda tetapi semua
aktifitas tim terkoordinasi baik.
4. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien-intervensi dan
dampaknya karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan
berkesinambungan.
5. Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap shift dinas
(P-S-M). Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien. 

Struktur Metode Tim

Kepala Ruangan

Tugas & Tanggung Jawab

 Sebelum melakukan sharing dan operan pagi KARU, melakukan ronde keperawatan
kepada pasien yang dirawat.
 Memimpin sharing pagi.
 Memimpin operan.
 Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di buat olehKatim dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pagi hari.
 Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian
Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll.
 Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
 Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung
jawabnya.
 Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

Ketuatim
Tugas Utama : Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim keperawatan
di bawah koordinasinya.

1. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien oleh Tim keperawatan di


bawah koordinasinya pada saat Pre Croference.
2. Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk
pasiennya.
3. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat PP.
4. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien di bawah koordinasinya
pada saat Post Conference.

Penanggung Jawab Shift

Tugas Utama : menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur.

1. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.


2. Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
3. Memastikan seluruh PA Melaksanakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat PP.
4. Mengatasi permasalahan yang terjadi di ruang perawatan.
5. Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan. 

Perawat Pelaksana

Tugas & Tanggung Jawab

 Tugas Utama :
 Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya,
 Merencakan asuhan keperawatan,
 Melaksanakan tindakan keperawatan,
 Melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.

 Tugas tambahan.
 Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan oleh PA.
 Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

Panduan Ketua Tim dalam Melaksanakan Konferensi

Ketua tim mendiskusikan & mengarahkan perawat pelaksana tentang masalah yang terkait
dengan keperawatan klien meliputi :

 Keluhan klien yang terkait dengan pelayanan, seperti : keterlambatan, kesalahan


pemberian dokter yang dikonsulkan
 Ketepatan pemberian infus
 Ketepatan pemantauan asupan dan haluaran cairan (I/O)
 Ketepatan pemberian obat oral atau injeksi
 Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
 .Ketepatan dokumentasi
 Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
 Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing- masing perawat pelaksana
 Membantu perawat pelaksana menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikannya

Panduan Ketua Tim dalam Melakukan Ronde dengan Perawat Pelaksana

 Ketua tim menentukan 2-3 klien yang akan dironde.


 Sebaiknya dipilih klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan masalah yang
relatif lebih kompleks.
 Ronde dilakukan setiap hari terutama pada waktu ketika intensitas kegiatan rawat
sudah relatif tenang.
 Waktu yang dilakukan untuk melakukan keseluruhan ronde kurang lebih 1 jam
 Perawat pelaksana mempersentasikan kondisi klien dan tindakan yang telah
dilakukan.
 Ketua tim memberikan masukan kepada perawat pelaksana dan memberikan pujian
pada hal-hal tertentu.
 Masalah yang sensitif sebaiknya tidak didiskusikan di hadapan klien.

Panduan Ketua Tim dalam Memanfaatkan Standar Rencana Keperawatan

 Renpra ditetapkan oleh ketua tim paling lambat 24 jam setelah klien masuk,
berdasarkan standar renpra yang sudah dikembangkan.
 Rencana tindakan yang terdapat pada renpra merupakan pedoman bagi ketua tim
dalam melakukan tindakan keperawatan.
 Pada 24 jam pertama ketua tim menetapkan minimal 2 diagnosis keperawatan utama
(prioritas) yang dievaluasi setiap hari dan ditetapkan diagnosis lainnya sesuai dengan
kondisi klien.
 Renpra dievaluasi setiap hari dengan menggunakan metode SOAP.

Panduan Ketua Tim dalam Melakukan Kontrak/Orientasi dengan Klien/Keluarga

 Orientasi dilakukan pada saat pertama kali datang (24 jam pertama) & kondisi klien
sudah tenang.
 Orientasi dilakukan oleh ketua tim. Bila ketua tim tidak ada, perawat pelaksana dapat
memberikan orientasi untuk klien dan keluarga. Selanjutnya orientasi harus
dilengkapi kembali oleh ketua tim sesegera mungkin. Hal ini penting karena ketua tim
yang bertanggung jawab terhadap senua kontrak atau orientasi yang dilakukan.
 Orientasi diberikan kepada klien dan didampingi oleh anggota keluarga yang
dilakukan di kamar klien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya klien
diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan di
kamar klien.
Panduan Ketua Tim dalam Melakukan Kontrak/Orientasi dengan Klien/Keluarga

 Orientasi ini diulang kembali minimal setiap 2 hari oleh ketua tim atau yang
mewakili. Terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus
menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan klien dan untuk
mengidentifikasi kebutuhan klien.
 Pada saat pergantian dinas (di kamar klien), ingatkan klien nama perawat yang
bertugas saat itu. Bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama
tim.
Chronic Kidney Disease (CKD)

A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible. Di mana kemampuan tubuh gagal untuk
memepertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddart, 2001).
Gagal ginjal kronis ( chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan ditandai dengan anemia (urea dan limbah nitrogen yang berada dalam
darah). (Nursalam, 2008).
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft
– Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

C. Etiologi
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hamper semua penyakit. Apapun sebabnya,
dapat menimbulkan perburukan fungsi ginjal secara progresif. Dibawah ini terdapat
beberapa penyebab gagal ginjal kronik.
 Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan –
perubahan stuktur pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan
hialinisasi (sklerosis) di dinding pembuluh darah. Organ sasaran utama organ
ini adalah jantung, otak, ginjal dan mata.
Pada ginjal adalah akibat aterosklerosis ginjal akibat hipertensi lama
menyebabkan nefrosklerosis begina. Gangguan ini merupakan akibat langsung
dari iskemia renal. Ginjal mengecil, biasanya simetris dan permukaan
berlubang – lubang dan berglanula. Secara histology lesi yang esensial adalah
sklerosis arteri arteri kecil serta arteriol yang paling nyata pada arteriol eferen.
Penyumbatan arteri dan arteriol akan menyebabkan kerusakan glomerulus dan
atrofi tubulus, sehingga seluruh nefron rusak (price, 2005:933).
 Glomerulonefritis
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada glomerulus
yang diakibatkan karena adanya pengendapan kompleks antigen antibody.
Reaksi peradangan diglomerulus menyebabkan pengaktifan komplemen,
sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan peningkatan permeabilitas
kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus. Protein-protein plasma dan sel
darah merah bocor melalui glomerulus. Glomerulonefritis dibagi menjadi dua
yaitu:
a)    Gomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.
b)   Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis kronik adalah pradangan yang lama dari sel-sel
glomerulus. (Price, 2005. 924)
 Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Nefritis lupus disbabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang
terperangkap dalam membrane basalis glomerulus dan menimbulkan
kerusakan. Perubahan yang paling dini sering kali hanya mengenai sebagian
rumbai glomerulus atau hanya mengenai beberapa glomerulus yang tersebar.
(Price, 2005:925)
 Penyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan kista-kista multiple,
bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim ginjal normal akibat penekanan. Semakin lama ginjal tidak mampu
mempertahankan fungsi ginjal, sehingga ginjal akan menjadi rusak (GGK)
(Price, 2005:937)
 Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis
itu sendiri dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut juga bias terjadi
melalui infeksi hematogen. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi
berulang-ulang dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau repluks vesikoureter. (Price, 2005: 938)
 Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyebab tunggal ESRD yang tersering,
berjumlah 30% hingga 40% dari semua kasus. Diabetes mellitus menyerang
struktur dan fungsi ginjal dalam bentuk. Nefropati diabetic adalah istilah yang
mencakup semua lesi yang terjadi diginjal pada diabetes mellitus (Price,
2005:941). Riwayat perjalanan nefropati diabetikum dari awitan hingga 
ESRD dapat dibagi menjadi lima fase atau stadium:
a)    Stadium 1 (fase perubahan fungsional dini) ditandai dengan hifertropi dan
hiperfentilasi ginjal, pada stadium ini sering terjadi peningkatan GFR yang
disebabkan oleh banyak factor yaitu, kadar gula dalam darah yang tinggi,
glucagon yang abnormal hormone pertumbuhan, efek rennin, angiotensin II
danprostaglandin.
b)   Stadium 2 (fase perubahan struktur dini) ditandai dengan penebalan
membrane basalis kapiler glomerulus dan penumpukan sedikit demi sedikit
penumpukan matriks mesangial.
c)    Stadium 3 (Nefropati insipient)
d)   Stadium 4 (nefropati klinis atau menetap)
e)    Stadium 5 (Insufisiensi atau gagal ginjal progresif) (Sudoyo, 2006).

D. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan karena adanya penyakit yang terdapat pada ginjal,
sehingga mengakibatkan kegagalan ginjal. Maka lama kelamaan jumlah nefron
mengalami kerusakan bertambah. Dengan adanya peran dan fungsi ginjal maka hasil
metabolisme protein akan berkumpul didalam tubuh, penurunan fungsi ginjal
mengakibatkan pembuangan hasil sisa metabolisme gagal yang dimulai dengan
pertukaran didalam pembuluh darah tidak adekuat karena ketidak mampuan ginjal
sebagai penyaring, Nitrogen)  menumpuk dalam darah. Akibatnya ginjal tidak dapat
melakukan fungsinya lagi yang menyebabkan peningkatan kadar serum dan kadar
nitrogen ureum, kreatin, asam urat, fosfor meningkat dalam tubuh dan menyebabkan
terganggunya fungsi ginjal dan organ organ tubuh lain.
Perjalanan umum ginjal kronik  dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium satu
dinamakan penurunan cadangan ginjal . Pada stadium ini kreatin serum dan BUN
dalam keadaan normal dan penderita asimtomatik (tanpa gejala). Gangguan fungsi
ginjal akan dapat diketahui dengan tes GFR.
Stadium dua dinamakan insufisiensi ginjal , dimana lebih dari 75%  jaringan yang
berfungsi telah rusak dan GFR 25% dari normal. Pada tahap ini BUN baru mulai
stadium insufisiensi ginjal gejala nokturia dan poliuria diakibatkan kegagalan
pemekatan. Nokturia (berkemih pada malam hari) sebanyak 700 ml atau  berkemih
lebih dari beberapa kali. Pengeluaran urine normal sekitar 1500 ml perhari atau sesuai
dengan jumlah cairan yang diminum.
Stadium ke tiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir uremia . sekitar 90% dari massa
nefron telah hancur atau sekitar 200.000 yang masih utuh. Nilai GFR nya hanya 10%
dari keadaan normal dan bersihakan kreatin sebesar 5-10 ml/menit. Penderita biasanya
ologuri (pengeluaran urien kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomelurus
uremik. Fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh.

E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

F. Komplikasi
Komplikasi GGK akan semakin bervariasi seiring naiknya stadium pada GGK. Pada
tahap 4-5 muncul berbagai komplikasi pada GGK,diantaranya:
1) Anemia
Penurunan eritropoetin terjadi pada GGK sehingga menyebabkan anemia. Anemia pada
GGK meningkatkan tingkat kematian dan kecacatan dari komplikasi kardiovaskular
2) Hipefosfatemia
Hiperfosfatemia pada GGK terjadi karena filtrasi fosfat terganggu.
3) Hiperparatiroid sekunder
Retensi fosfor pada keadaan hiperfosfatemia akan menginduksi terjadinya
hiperparatiroidisme sekunder.
4) Abnormalitas cairan dan elektrolit
Terjadinya penurunan GFR menyebabkan kesetimbangan cairan dan natrium menjadi
terganggu (umumnya pada GFR <15mL/menit). Kejadian hiperkalemia juga bisa terjadi,
pada pasien yang mengalami oligouria, asupan kalium tinggi, atau mendapatkan ACE
Inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) lebih mudah
terkena hiperkalemia.
5) Asidosis metabolik
Pada pasien GGK mudah terjadi gangguan asam-basa. Asidosis terjadi karena adanya
gangguan sekresi H+.
6) Uremia
Uremia merupakan sekumpulan gejala yang terkait dengan adanya akumulasi produk
metabolik dan toksin endogen di darah
7) Penyakit sistem kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler menyebabkan kematian tertinggi pada parien GGK.
Komplikasi pada kardiovaskuler meliputi angina pectoris, infark myocardial, gagal
jantung, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, aritmia, dan kematian mendadak
(Abboud dan Henrich,2010; Dipiro dkk., 2008; PERNEFRI, 2012)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :

a.       Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
b.      Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet
rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
c.      Hiponatremi: Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
d.     Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin
D3 pada GGK.
e.      Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang.
f.       Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
g.      Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal
ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).
h.      Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i.        Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau
adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk
keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3.      IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4.      USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
6. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah
atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi
konservatif tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari
penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan
dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi
tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis
juga diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
I. PATHWAY
J. Pengkajian Fokus Keperawatan

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

K. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit).

Anda mungkin juga menyukai