OLEH :
\ BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala ruangan, dan perawat associate yang perlu
juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2017). Ronde keperawatan
merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna untuk
meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan kepada perawat
tentang asuhan keperawatan yang dilakukan (Simamora et al, 2017).
Sebagai media pembelajaran, maka untuk memenuhi kompetensi tersebut mahasiswa
melakukan praktik ronde keperawatan. Ronde keperawatan menjadi media bagi
mahasiswa untuk membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien kelolaannya
serta sebagai proses belajar bagi mahasiswa dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis
mahasiswa akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
pengaplikasian konsep teori kedalam praktik keperawatan. Ronde keperawatan akan
dilakukan dengan berkolaborasi bersama professional lainnya (dokter, fisioterapi, ahligizi,
psikolog dan lainnya).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum atau sulit teratasi bersama dengan
multi disiplin ilmu/profesional yang lain.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan
lain
c. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
1.3 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Meningkatkan keterampilan dan profesionalisme mahasiswa
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
1.4 Metode
Diskusi dan curah pendapat.
1.5 Media
1. Dokumen rekam medik pasien
2. ATK
3. LCD
1.6 Skema Ronde Keperawatan
Tahap pra
PP 1. Penetapan
pasien
2. persiapan pasien baru
Informed consent
Hasil pengkajian/validasi
Tahap Pelaksanaan data
Apa diagnosis
Di Nurse Station keperawatan?
3. Penyajian
masalah Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
Tahap pelaksanaan Apa hambatan yang
Dikamar pasienH ditemukan?
5. Lanjutan-Diskusi di
Nurse Station
Mengetahui
A. Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapat penumpukan cairandalam
rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus ataudarah. Efusi
pleura bukanlah suatu disease entinity tapi merupakan suatugejala penyakit yang
serius yang dapat mengancam, jiwa penderita (Irman, 2014).
Efusi pleura adalah suatu keadaandi mana terdapatnya penumpukancairan
dalam rongga pleura. Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang
pleural,proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder
akibatpenyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakantransudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Irman, 2014).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yangterletak
diantara permukaan isceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakitlain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi
(Simanjuntak, 2015).
B. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragis.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung
kiri),sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava
superior,tumor, sindroma meig.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, infark
paru,radiasi, penyakit kolagen.
3. Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral.Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-
penyakit dibawah ini : Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites,
infark paru, lupuseritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis (Light, 2016).
C. Pathway
Gagal jantung Penyakit hati &
kongestif ginjal
Terjadi Gangguan
Peningkatan produksi Gangguan ventilasi, Tekanan intrapleura fungsi paru Nyeri
demam
sekret difusi, distribusi & meningkat pleuritis
Hiperterm transportasi O2
i Penurunan kemampuan batuk efektif Ventilasi Nyeri
Luas permukaan paru terganggu akut
↓
Pa O2 ↓, PCO2 ↑
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Gangguan pola
Intoleransi tidur
aktifitas
D. Manifestasi Klinis
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk (Halim, 2014).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan
permukaan melengkung.
2. Ultrasonografi: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan
cairanyang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
3. Torakosentesis atau pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi,
berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela
iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin
berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan (Halim, 2014).
F. Penatalaksanaan
1. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
2. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
3. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
4. Antibiotika jika terdapat empiema.
5. Operatif (Alsagaf, 2008).
Algoritma efusi pleura:
G. Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan di
pleura paru dextra.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
3. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga
pleura yang menghambat paru-paru untuk ekspansi maksimal
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi paru
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang menetap.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan karena sesak nafas.
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Posisikan pasien untuk
nafas keperawatan selama 3x24 jam memaksimalkan ventilas
pasien menunjukkan keefektifan b. Identifikasi pasien perlunya
jalan nafas dibuktikan dengan pemasangan alat jalan nafas
kriteria hasil : buatan
a. Frekuensi pernafasan sesuai c. Lakukan fisioterapi dada jika
yang diharapkan perl
b. Ekspansi dada simetris. d. Keluarkan sekret dengan
c. Bernafas mudah. batuk atau suctio
d. Pengeluaran sputum e. Auskultasi suara nafas, catat
e. Tidak didapatkan penggunaan adanya suara tambahan
otot tambahan. f. Monitor respirasi dan status
f. Tidak didapatkan ortopneu oksigen.
g. Tidak didapatkan nafas g. Posisikan pasien untuk
pendek. mengurangi dispneu.
Respiratory monitoring
a. Monitoring frekuensi, irama
dan kedalaman nafas.
b. Monitoring gerakan dada, lihat
kesimetrisan.
c. Monitor pola nafas : takipneu
d. Beri terapi pengobatan
respirasi.
Nyeri akut NOC : Pain management :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji pengalaman nyeri pasien
agen injury fisik keperawatan selama 3 x 24 jam, sebelumnya, gali pengalaman
nyeri hilang/terkendali dengan pasien tentang nyeri dan
kriteria hasil: tindakan apa yang dilakukan
a. Mengenali faktor penyebab pasien
b. Mengenali lamanya sakit b. Kaji intensitas, karakteristik,
(skala, intensitas, frekuensi dan onset, durasi nyeri.
tanda nyeri) c. Kaji ketidaknyamanan,
c. Menggunakan metode non- pengaruh terhadap kualitas
analgetik untuk mengurangi istirahat, tidur, ADL.
nyeri d. Kaji penyebab dari nyeri
d. Melaporkan nyeri berkurang e. Monitoring respon
dengan menggunakan verbal/non verbal
manajemen nyeri f. Atur posisi yang senyaman
e. Menyatakan rasa nyaman mungkin, lingkungan
setelah nyeri berkurang nyaman
f. Tanda vital dalam rentang Pain control :
normal Ajarkan teknik relaksasi
Management terapi :
Kelola pemberian analgetik
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Nutritional management
kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24 jam Aktifitas:
berhubungan dengan diharapkan klien dapat terpenuhi a. Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan kebutuhan nutrisinya, dengan b. Kolaborasi dengan ahli gizi
memasukkan, kriteria hasil: untuk menentukan jumlah
mencerna dan a. Intake zat gizi (nutrien) kalori dan nutrisi yang
mengabsorpsi makanan b. Intake zat makanan dan cairan dibutuhkan pasien
c. Berat badan normal. c. Berikan makanan yang terpilih
d. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
e. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Nutritional management:
a. Timbang berat badan secara
rutin
b. Monitor turgor kulit
c. Monitor mual dan muntah
d. Monitor kalori dan intake
nutrisi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Activity therapy
ketidakseimbangan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi :
suplai dengan klien dapat melakukan aktivitas a. Monitor respon fisik, emosi,
kebutuhan oksigen dengan baik dengan kriteria hasil: social dan spiritual
a. Berpartisipasi dalam aktivitas b. Sediakan penguatan positif
fisik tanpa disertai bagi yang aktif beraktivitas.
penignkatan tekanan Mandiri :
darah,nadi dan RR a. Bantu klien untuk
b. Mampu melakukan aktivitas mengidentifikasi aktivitas yang
sehari-hari secara mandiri mampu dilakukan
c. Tanda-tanda vital normal b. Bantu untuk memilih aktivitas
d. Level kelemahan konsisten yang sesuai dengan
e. Status kardiopulmonary kemampuan fisik, psikologis
adekuat dan sosial.
f. Status respirasi : pertukaran c. Bantu untuk mengidentifikasi
gas dan ventilasi adekuat. aktivitas yang disukai
d. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan.
Health education :
a. Ajarkan untuk penggunaan
teknik relaksasi
b. Ajarkan Tindakan untuk
mengehemat energi.
Kolaborasi :
a. Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat
b. Rujuk pasien ke pusat
rehabilitasi jantung jika
keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung.
Resiko infeksi NOC : NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
tindakan invasive: keperawatan selama 3 x 24 jam, a. Pantau tanda dan gejala infeksi
pemasangan WSD infeksi tidak terjadi dengan (misalnya, suhu tubuh, denyut
(Water Seal Drainage) kriteria hasil: jantung, drainase, penampilan
a. Tanda – tanda vital klien luka, sekresi, penampilan urin,
terutama suhu dalam batas suhu kulit, lesi kulit, keletihan,
normal dan malise)
b. Tidak terdapat tanda – tanda b. Kaji faktor yang dapat
infeksi pada daerah meningkatkan kerentanan
pemasangan WSD terhadap infeksi (misalnya,
c. Nilai laboratorium terutama usia lanjut, usia kurang dari 1
leukosit dalam batas normal ( tahun, luluh imun, dan
leukosit normal : 5000 – malnutrisi )
10.000 rb/ul ). c. Pantau hasil laboratorium
(hitung darah lengkap, hitung
granulosit, absolut, hitung
jenis, protein serum, dan
algumin)
d. Amati penampilan praktik
higiene Personal untuk
perlindungan terhadap infeksi
Mandiri
a. Lindungi pasien terhadap
kontaminasi silang dengan
tidak menugaskan perawat
yang sama untuk pasien lain
yang mengalami infeksi dan
memisahkan ruang perawatan
pasien dengan pasien yang
terinfeksi
b. Bersihkan lingkungan dengan
benar setelah dipergunakan
masing-masing pasien.
Kolaborasi
a. Ikuti protokol institusi untuk
melaporkan suspek infeksi
atau kultur positif
b. Berikan terapi antibiotik, bila
di perlukan.
Health education
a. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga mengapa sakit atau
terapi meningkatkan resiko
terhadap infeksi
b. Instruksikan untuk menjaga
higiene personal untuk
melindungi tubuh terhadap
infeksi (misalnya, mencuci
tangan)
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran :
NOTULENSI RONDE KEPERAWATAN
HARI :
TANGGAL :
JAM :
RUANG :
A. ANALISA MASALAH
B. MASUKAN
1. Perawat :
2. Apoteker :
3. Fisioterapi :
4. Dokter :
5. Psikologi :
6. CMM :
8. Pembimbing Institusi:
20
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DAFTAR HADIR
Hari/Tanggal :
Acara :
Ruang :
No Nama Jabatan TTD
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
Malang, 2018
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Kelompok
21
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RONDE KEPERAWATAN
Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
Ruang :
Malang,
22
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
……………………………... ……………………………
1. …………………………. …………………
2. …………………………. …………………
23
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
A. Identitas
Nama : Ny. SJ
Umur : 52 tahun
Tgl Lahir : 18-08-1966
No. RM : 1718506
Status : Menikah
Pendidikan: SD
Pekerjaan : Buruh Setrika
Alamat : Jl. Margojoyo 1/10 Rt 03/ Rw 01 Kel Mulyoagung Kec. Dau Kab.
Malang
MRS : 29/11/2018
B. Diagnosis
Efusi Pleura + Heart Failure
C. Keluhan Utama
Sesak nafas
G. Pemeriksaan Fisik
24
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Tanda-tanda vital
TD : 180/120 mmHg N: 94x/menit RR: 35x/menit S: 36
SPO2: 95%
BB: 62kg
N. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, pasien juga tidak memiliki riwayat
diabetes mellitus (GDA : 108 mg/dl)
O. Kebersihan Pribadi
Pasien mampu mandi sendiri 2x sehari, gosok gigi 2x sehari dan ganti pakaian 2x
sehari, penampilan rapi
25
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Pasien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah, pasien mampunyai
motivasi tinggi untuk sembuh tetapi pasien mengeluh karena keadaannya tidak
segera membaik
Q. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 29/11/2018
Hb : 8,9 gr/dl (N P: 12,0 – 18,0)
Eritrosit : 4.150.000 Ul (3.000.000 – 6.000.000)
Hematokrit : 31,4 % (37 – 47)
MCV : 75,7 (80,0 – 93,0)
MCH : 21,4 pg (27 – 31)
MCHC : 28,3g/dl (32,0 – 36,0)
Leukosit : 6.490 uL (4.800 – 10.800)
Hitung Eosinofil : 4,0 (0 – 4)
Hitung Basofil : 0,3 (0 – 1)
Hitung Neutrofil : 61,2 % (51 – 67)
Hitung Monosit : 8,0 (25 – 33)
Laju Endap Darah: 20 mm/jam (0 – 20)
Trombosit : 341.000 (150.000 – 400.000)
Kreatinin : 0,8 mg/dl (0,7 – 1,7)
Ureum : 29,8 mg/dl (20 – 35)
Natrium : 138,9 mmol/L(136 – 145)
Kalium : 4,08 mmol/L (3,5 – 5,0)
Clorida : 101,8 mmol/L (98 – 106)
R. Terapi
Inj. Furosemide 40mg ( 2 ml )
Nebul Velutin 3x1
Candesartan / oral 0-0-8mg
Amllodipin 5mg-0-0
Cairan infus NaCl 7tpm
S. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d ekspansi paru yang tidak maksimal
2. Kelebihan volume cairan b/d penurunan cardiac output
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat
T. Rencana Tindakan
Ketidakefektifan pola nafas
1. Berikan oksigen dengan nasal canul 2 lpm
2. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
3. Ajarkan pasien batuk efektif
26
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
U. Evaluasi
Ketidakefektifan pola nafas tidak efektif
27