Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL

ROLEPLAY RONDE KEPERAWATAN


PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG IRNA 4 RSUA SURABAYA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK C2 A1

Desi Choiriyani, S. Kep 132013143059


Angga Kresna Pranata, S. Kep 132013143062
Rizki Jian Utami, S. Kep 132013143063
Erva Yulinda Maulidiana, S. Kep 132013143064
Dessy Syahfitri Pohan, S. Kep 132013143074
Baharudin Sukma, S.Kep. 132013143093
Aditya Budi Nugroho, S. Kep 132013143095
Restu Yogi Fahlevi, S. Kep 132013143096
Cici Kurniatil Farhanah, S. Kep 132013143097

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan pada pasien secara profesional dapat membantu pasien dalam
mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Salah satu bentuk pelayanan
keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh keluhan yang
dirasakan pasien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan
pemecahan masalahnya atau disebut ronde keperawatanRonde keperawatan merupakan suatu
metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada
pasien dan memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang
dilakukan. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer dan/atau konselor, kepala ruangan, dan perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2018).
Ronde keperawatan merupakan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam
masalah dan kebutuhan pasien serta sebagai proses belajar bagi perawat dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
mengaplikasikan konsep teori kedalam praktik keperawatan dengan melibatkan perawat
primer ataupun perawat pelaksana, konselor, kepala ruangan dan seluruh tim keperawatan
dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan (Nursalam 2018).
Ronde keperawatan adalah suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah
keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan,
serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain dapat menyelesaikan
masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Dari kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu
transfer pengetahuan dan pengaplikasikan konsep teori secara langsung pada kasus yang
nyata. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan. Ronde keperawatan juga berguna dalam
pengembangan praktik klinis, evidence based care, dan pemahaman pasien terhadap kondisi
yang mereka alami (Close & Castldine 2005). Selain dapat menyelesaikan masalah
keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19-21 April 2021 dengan perawat, didapatkan
bahwa ronde keperawatan tidak pernah ada dan dilakukan karena ruangan instalasi rawat
inap peyakit dalam RS UNAIR merupakan ruangan peralihan dari ruang RSIK, dan baru
terbentuk dalam waktu 1 bulan terakhir.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah ronde keperawatan dilaksanakan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dan perawat di ruangan Irna Penyakit Dalam Lt.4 mampu
melaksanakan ronde keperawatan secara optimal.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan tentang definisi ronde keperawatan
2. Menjelaskan karakteristik ronde keperawatan
3. Mengetahui manfaat ronde keperawatan
4. Menjelaskan tujuan ronde keperawatan
5. Menjelaskan kriteria pasien ronde keperawatan
6. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan
7. Menjelaskan peran perawat dalam ronde keperawatan
8. Menjelaskan kriteria evaluasi ronde keperawatan
1.4 Manfaat
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa khususnya dalam mata ajar manajemen
keperawatan mengenai ronde keperawatan sehingga mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan ronde keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ronde Keperawatan
2.1.1 Definisi
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu melibatkan pasien dalam
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Saat-saat dalam kasus tertentu
ronde keperawatan dilaksanakan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2015).
2.1.2 Karakteristik
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan
3. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah (Nursalam, 2015)
2.1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan diskusi
2. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
5) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
2.1.4 Manfaat
1. Masalah pasien teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Tercapainya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2.1.5 Kriteria Pasien Ronde Keperawatan
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru dan langka
2.1.6 Alur Kegiatan Ronde

PP

Penetapan Pasien

2. Persiapan Pasien :
Inform Consent
Hasil pengkajian/validasi data

Apa Diagnosis keperawatan ?


Apa data yang mendukung ?
Tahap Pelaksanaan di 3. Penyajian Masalah
Nurse Station Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan ?
Apa hambatan yang ditemukan ?

4. Validasi Data di Bed Pasien


Tahap Pelaksanaan di
Kamar Pasien

PP, Konselor, KARU

6. Kesimpulan dan rekomendasi 5. Lanjutan-Diskusi di nurse station


Pascaronde solusi masalah
(Nurse Station)

Keterangan :
1. Praronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah) yang tidak teratasi dan masalah yang
langka
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber literatur
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien: inform consent dan pengkajian
6) Diskusi; Apa Diagnosis keperawatan ? Apa data yang mendukung ?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan ? Apa hambatan yang ditemukan ?
2. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2) Diskusi antaranggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pascaronde
1) Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.
2.1.7 Peran Perawat
1. Peran perawat primer dan perawat associate
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji

2. Peran perawat konselor dan tenaga kesehatan lainnya


a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.8 Evaluasi
1. Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent,alat, dan lainnya)
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat :
 Menumbuhkan cara berfikir yang aktif dan kritis.
 Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
 Meningkatkan kemampuan validitas data klien
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien
 Meningkatkan kemampuan pada modifikasi rencana asuhan keperawatan
 Meningkatkan kemampuan justifikasi
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
2.2 Kasus Ronde
Seorang wanita bernama Ny.W berusia 43 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
ada benjolan di payudara kiri sejak 2 tahun yang lalu, dan sama sekali belum diperiksakan.
Klien juga mengeluhkan terasa nyeri yang menjalar sampai kaki sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan teradapat benjolan di payudara kiri
klien, Suhu 36,2oC, Nadi 132x/menit, Tekanan Darah 125/82mmHg, RR 24x/menit.
Diagnosa medis Ny.W yaitu Ca Mamae + Metastase Tulang. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil Hb 9 g/dL, Leukosit 26,05, Hematokrit 26,2, Trombosit 463.
2.2 Ca Mamae
2.2.1 Anatomi Fisiologi
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan di atas otot dada,
tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri, payudara manusia berbentuk kerucut tapi
seringkali berukuran tidak sama, payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang
umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar
mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram (Prawirohardjo, 2014)
1. Anatomi
Payudara wanita disebut juga glandula mammaria, merupakan suatu alat
reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan
meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia
superficialis dinding rongga dada diatas musculus pectoralis mayor dan dibuat
stabil oleh ligamentum suspensorium. Dengan masing-masing payudara
berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang
meluas ke ketiak atau axilla. Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga
bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu
payudara ukurannya agak lebih besar dari pada payudara yang lain (Eka, 2014)
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
a. Korpus (badan)
Bagian yang membesar. Korpus dari alveolus adalah sel aciner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Alveolus, yaitu unit
terkecil yang memproduksi susu. Bagian Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola
Bagian yang kehitaman di tengah. Areola, Letaknya mengelilingi putting susu
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan
berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih
gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan
menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula.
Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari
montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama
kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat
duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
c. Papilla atau putting
Bagian yang menonjol di puncak payudara. Papilla atau Puting Terletak
setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran
payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-
lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat
saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat – serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus
akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat
otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (Prawirohardjo, 2014).
2. Fisiologi
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu:
1) Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron
yang dipengaruhi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus
2) Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi,
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya
terjadi pembesaran maksimal, kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan
nyeri, begitu menstruasi mulai semuanya berkurang.
3) Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul, duktus alveolus
berploliferasi dan hipofise anterior memicu laktasi. Air susu di produksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu
(Sjamsuhidajat R & Wim de Jong, 2011 & Rahayu, 2016).
2.2.2 Definisi
Kanker payudara merujuk pada berbagai jenis keganasan jaringan payudara
dengan tipe yang paling sering ditemukan merupakan adenokarsinoma pada sel yang
melapisi unit lobuler duktus terminalis payudara (Torre et al, 2015). Kanker payudara
(Ca Mammae) adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan
payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan
komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan
jaringan payudara (Irianto, 2015). Kanker payudara merupakan penyakit keganasan
yang paling banyak menyerang wanita (Utami & Mustikasari, 2017).
Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak
teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi
benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diambil, di khawatirkan akan masuk
dan menyebar ke seluruh tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang wanita
kelompok umur 40-70 tahun, tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat
sesuai dengan pertumbuhan usia. Kanker payudara jarang terjadi pada usia di bawah
30 tahun (Wijaya dan Putri, 2013).
2.2.3 Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui secara pasti. Yang diketahui hanyalah
faktor risiko yang berhubungan dengan kanker payudara, baik faktor risiko internal,
maupun eksternal (lingkungan) (Chen, 2015).
1. Faktor Risiko Internal Faktor risiko internal yang berhubungan dengan kanker
payudara adalah sebagai berikut: (Chen, 2015)
a. Usia: puncak insidensi kanker payudara bersifat bimodal, puncak pertama
pada usia sekitar 50 tahun, kedua pada usia sekitar 70 tahun. Hal ini
menunjukkan hubungan usia dengan subtipe kanker payudara. Kanker
payudara derajat berat lebih cepat terjadi dibandingkan dengan kanker sensitif
hormone yang berkembang dengan lebih lambat
b. Jenis kelamin: wanita berisiko 100 kali lipat lebih besar dibandingkan pria
c. Etnis: di negara maju, keturunan Kaukasia memiliki risiko kanker payudara
paling tinggi, diikuti keturunan Afrika dan Hispanik
d. Kegemukan: wanita yang gemuk lebih berisiko mengalami kanker payudara
pasca menopause
e. Perawakan tinggi
f. Riwayat penyakit payudara tertentu: hiperplasia atipikal berhubungan dengan
peningkatan risiko kanker payudara, riwayat kanker payudara berhubungan
dengan peningkatan risiko 3-4 kali untuk mengalami b.kanker payudara
primer pada payudara kontralateral
g. Riwayat kanker payudara pada keluarga: meningkat dua kali lipat pada wanita
dengan keluarga kandung yang memiliki riwayat kanker payudara
h. Densitas payudara: gambaran mamografi yang menunjukkan payudara
densitas tinggi (> 75%) berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara
i. Densitas tulang yang tinggi: reseptor estrogen di tulang menjadi marka
pengganti paparan estrogen jangka panjang dan densitas tulang yang tinggi
meningkatkan risiko kanker payudara hingga 50%
j. Penggunaan hormon estrogen-progestin jangka panjang (> 3 tahun)
k. Menarche dini atau menopause terlambat
l. Nuliparitas: risiko 50% lebih tinggi dibandingkan wanita para terhadap kanker
payudara
m. Peningkatan usia saat kehamilan pertama: semakin tua saat hamil pertama,
semakin tinggi risiko kanker payudara
n. Riwayat kanker payudara dalam keluarga
o. Mutasi genetik: 5-6% kanker payudara familial berkaitan erat dengan adanya
mutasi genetik pada gen BRCA1, BRCA2, p53, ATM, dan PTEN.
p. Paparan radiasi pengion, misalnya riwayat radioterapi
2. Faktor Risiko Eksternal Faktor risiko eksternal yang berhubungan dengan kanker
payudara adalah paparan asap rokok, pestisida, dan radiasi, khususnya pada area
dada saat pubertas (Chen, 2015)
2.2.4 Klasifikasi
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan
tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan,
scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM
yang direkomendasikan oleh UICC.
(International Union Against Cancer dari WHO)/AJCC (American Joint
Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer ociety dan American
College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau
ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu
metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis
sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan
histopatologi (PA) (KPKN, 2015).
Tabel 1. Penentuan Ukuran Tumor, Penyebaran Ke Kelenjar Limfe Dan Tempat
Lain
Pada Carcinoma Mammae (KPKN, 2015)
TUMOR SIZE (T)
TX Tidak ada tumor

T0 Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer


Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang
T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus
T1 pectoralis T1b >0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis T1c >1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
Tumor dengan diameter antar 2-5cm
T2 T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis T2b dengan fiksasi

T3 Tumor dengan diameter >5 cm


T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi
Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secara
T4 langsung ke dalam dinding thorak dan kulit
REGIONAL LIMFE NODES (N)

NX Kelenjar ketiak tidak teraba

N0 Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

N1 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan

Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi satu sama lain
N2 atau terhadap
jaringan sekitarnya
N3 Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau intraklavikuler
terhadap edema lengan
METASTASE JAUH (M)

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara

Tabel 2. Pengelompokan Stadium (AJCC 2010)


STADIUM T N M
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
Stadium IIIB T4 Semua N M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
StadiumIV Semua T Semua N M1

Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):

a. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di


dalam jaringan payudara yang normal
b. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara
c. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2
cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
d. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah
2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
e. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama
lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah
lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam
kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah
bening di dalam dinding dada dan tulang dada
g. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
2.2.5 Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dari masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga, mengkonsumsi zat-zat
karsinogen merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan sel
kanker payudara hiperplasia yaitu perkembangan sel secara terusmenerus tanpa
terkendali sehingga sel abnormal tersebut mendesak jaringan sekitar, sel saraf, dan
pembuluh darah disekitar payudara. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in
situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba
(kirakira berdiameter 1 cm) . Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker
payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan
yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit
telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit
dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru,
pleura, dan tulang (Price, 2013).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat
mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan
terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman
operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif.
Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrine
respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman
cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka
mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi.
Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock. Respon
metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk memproduksi
energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk
membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan
protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang
optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket
maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan
terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ
pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2011)
2.2.6 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa tunggal,
massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada kulit atau jaringan
yang berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda
lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada puting atau terjadi retraksi pada puting,
edema atau cekungan pada kulit, payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus
limfe aksila. Pasien yang menderita Carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan
nyeri dan ada yang tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan
adanya metastase (Nurarif, 2015).
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur. (Andra & Yessie, 2013)
1. Fase awal yaitu asimtomatik, pada fase awal, jika di dorong oleh jari tangan,
benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Tanda umum terdapat
benjolan/ penebalan pada payudara.
Tanda dan gejala lanjut:
a. Kulit cekung
b. Retraksi/ deviasi putting susu
c. Nyeri tekan/ raba
d. Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
e. Ulserasi pada payudara
Tanda metastase:
a. Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
b. Batuk menetap
c. Anoreksia
d. BB turun
e. Gangguan pencernaan
f. Kabur
g. Sakit kepala
2. Stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit
disekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang
membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan
mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Tanda-tanda:
a. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, di bawah
ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
b. Nyeri di daerah massa
c. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae
d. Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)
e. Pengelupasan papilla mammae
f. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting, keluar cairan spontan,
kadang disertai darah
g. Ditemukan lesi pada pemeriksaan mammografi
2.2.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan Ca Mamae antara
lain: (Nurarif, 2015)
1. Scan (misalnya, MRI, CT): Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik
dan evaluasi. Kemampuan MRI untuk mendeteksi kanker payudara (baik invasif
maupun in situ) secara langsung berhubungan dengan foto kualitas tinggi, seperti
resolusi spasial dari gambar MRI. Untuk dapat mendeteksi kanker payudara
secara dini seperti DCIS, foto pada kedua payudara secara bersamaan dengan
resolusi spasial tinggi sebaiknya dilakukan.
2. Termografi, Pemeriksaan termografi dilakukan untuk menemukan kelainan pada
payudara menggunkan suhu.
3. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum kanker
dapat dipalpasi. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan secara berkala setiap tahun
pada semua perempuan yang di atas usia 40 tahun, dan pada perempuan yang
mengalami tanda gejala kanker payudara.
4. USG (Ultrasonography) Pemeriksaan USG dilakukan jika pada pemeriksaan CBE
terdapat benjolan. USG dilakukan untuk membuktikan adanya massa kistik dan
solid yang menuju pada keganasan.
5. Biopsi (aspirasi, eksisi) Tindakan biopsy dilakukan untuk pengambilan sample
yang hasilnya digunakan untuk pemeriksaan histologic secara froxen section. Ada
2 macam tindakn biopsy yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan jarum,
Aspirasi biopsy (FNAB) dan True cut/care biopsy yaitu dengan perlengkapan
stereotactic biopsy
6. Monografi Untuk menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik.
7. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Mastektomi
a. Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.
Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae
internal. Operasi ini jarang dilakukan (Reeder et al., 2014)
b. Mastektommi radikal (haisted klasik)
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang
bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan
minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan kulit yang tipis
ditinggalkan (Reeder et al., 2014).
c. Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila diangkat,vena
aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan (Reeder et al., 2014).
d. Mastektomi sederhana (total)
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak.
Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi
radikal (Reeder et al., 2014).
e. Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan
kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara (Reeder et al.,
2014).
f. Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah
payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan
jaringankecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon
disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya
(Reeder et al., 2014).
2. Radioterapi
Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker
yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek
kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudaar menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai
akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan
lumpektomi atau mastektomi (Putra, 2015).
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).
4. Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok
kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra,
2015).
5. Lintas metabolism
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorbsi
tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh
ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukan
evektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.
Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek
samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif, 2015).
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium lanjut atau
pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang rusuk menjadi kanker
tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke
sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat karena nodus eksilaris dan sistem
limfe diangkat. Kanker payudara bisa menjadi fatal jika menyebar ke bagian tubuh
lainnya, seperti paru-paru, hati, otak, dan lain-lain. Tindakan pengobatan juga bisa
menyebabkan efek samping atau komplikasi yag merugikan termasuk:
1. Infeksi pada luka operasi
2. Pasien yang kelenjar getah beningnya di ketiak diangkat mungkin akan merasakan
pembengkakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan kekakuan di bahu.
3. Pasien mastektomi yang otot-otot dinding di dadanya diangkat mungkin akan
mengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka.
4. Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa tidak
nyaman dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan. Gejala-gejala ini bisa
berlangsung selama beberapa minggu pasca radioterapi.
5. Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri karena
adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh. Tindakan pengobatan ini juga
akan menyebabkan kerontokan rambut, muntah dan kelelahan, dll. dalam jangka
waktu yang singkat.
6. Terapi yang ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan, namun bisa
memengaruhi fungsi jantung pada kasuskasus tertentu yang sangat jarang terjadi.
2.2.10 WOC
BAB 3
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Ca Mamae
Hari/Tanggal : Mei 2021
Waktu : 10.00-11.00
Tempat : Ruang Irna Penyakit Dalam Lt.4 RS Universitas Airlangga Surabaya
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan Baharudin Sukma, S.Kep
Perawat Primer 1 Cici Kurniatil Farhanah, S. Kep
Perawat Primer 2 Rizki Jian Utami, S. Kep
Perawat Asosiate 1 Erva Yulinda Maulidiana, S. Kep
Perawat Konselor Aditya Budi Nugroho, S. Kep

3.3 Materi
Asuhan Keperawatan pada Ny.W dengan Diagnosa Medis Ca Mamae dan Masalah
Keperawatan Utama Nyeri Akut.
3.4 Metode
1. Presentasi kasus
2. Diskusi dan tanya jawab
3.5 Media
1. Dokumentasi klien / Medical Record
2. Materi yang disampaikan secara lisan
3. Sarana diskusi (LCD, alat tulis)

3.6 Mekanisme Kegiatan


Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
Pasien
1 hari Praronde Praronde Penanggung - Irna
sebelum 1. Menentukan kasus dan topik Jawab Penyakit
ronde 2. Menentukan Tim ronde Dalam
3. Menentukan literature Lt. 4
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
dengan pemberian informed
consent
10 Ronde Pembukaan Kepala - Nurse
menit 1. Salam pembuka Ruangan Station
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menjelaskan tujuan ronde
4. Mengenalkan masalah pasien
dan menyampaikan
sebelumnya telah meminta
persetujuan dari pasien dan
keluarga
10 Penyajian masalah PP 1, PA 1 Mendeng Nurse
menit 1. Memberi salam PP 2, PA 2 arkan Station
2. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah pasien
dan rencana tindakan yang
telah dilaksanakan selama 3
hari berturut-turut namun
tidak ada kemajuan, serta
menetapkan prioritas yang
perlu didiskusikan

Validasi data (bed pasien):


10 4. Memperkenalkan diri dan Karu, PP, Memberi Ruang
menit menjelaskan kembali maksud PA, Perawat kan Perawat
dan tujuan ronde keperawatan konselor, respons an
serta melakukan validasi data Dokter dan Pasien
pasien dengan observasi dan menjawa
pemeriksaan keadaan pasien b
secara langsung, dan melihat pertanya
dokumentasi an
5. Diskusi antar anggota tim dan
pasien tantang masalah
keperawatan tersebut di bed
pasien
6. Pemberian justifikasi oleh
perawat primer atau konselor
atau kepala ruang tentang
masalah pasien
25 Pasca 1. Melanjutkan diskusi dan Karu, PP, - Nurse
menit ronde masukan dari tim PA, Perawat Station
2. Menyimpulkan untuk Konselor,
menentukan tindakan Dokter
keperawatan dan tindakan
medis pada masalah prioritas
yang telah ditetapkan
3. Merekomendasikan
intervensi keperawatan
4. Penutup

3.7 Kriteria Evaluasi


1. Struktur :
1) Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Irna 4 Penyakit Dalam Lt. 4 Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya, Peserta ronde keperawatan hadir di tempat
pelaksanaan ronde keperawatan
2) Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses :
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil :
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Perawat dapat :
 Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis

 Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

 Menumbuhkan pemikiran tentangtindakan keperawatan yang berorientasi pada


masalah pasien

 Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

 Meningkatkan kemampuan justifikasi

 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja


DAFTAR PUSTAKA

Bodai, B. I., & Tuso, P. (2015). Breast cancer survivorship: a comprehensive review of long-
term medical issues and lifestyle recommendations. The Permanente Journal, 19(2), 48.
Ariani, S., (2015). STOP! KANKER. Yogyakarta. Istana Media.
Chen, W. Y. (2015). Factors that modify breast cancer risk in women. UpToDate, Waltham, MA.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Ed. 5. Jakarta: Salemba Medika.
Rasjidi, Imam. (2010). Epidemiologi Kanker Pada Wanita. CV Sagung Seto: Jakarta.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM POKJA SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Utami, S. S., & Mustikasari, M. (2017). Aspek psikososial pada penderita kanker payudara: studi
pendahuluan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20(2), 65-74.
Wijaya A Saferi & Putri Yessi M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori & Contoh ASKEP. Yogyakarta: Nuha Medika.

ASUHAN KEPERAWATAN
ADA NY. W DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE

Tanggal MRS : 19-04-2021 Jam Masuk : 08.30


Tanggal Pengkajian : 20-04-2021 No. RM : xxx.xxx
Jam Pengkajian : 10.00 Diagnosa Masuk : Ca Mamae
A. Identitas
Inisial pasien : Ny. W
Umur : 43 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
Sumber Biaya : BPJS
B. Keluhan Utama
Nyeri pada kaki kanan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan ada benjolan bernanah di payudara kiri sejak 2 tahun lalu, dan belum
pernah diperiksakan. Nyeri menjalar sampai kaki sejak 2 minggu SMRS. Nyeri terasa saat
dipegang dan digerakkan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kronis
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran Compos mentis, GCS: E4 V5 M6, S : 36,2oC, N : 132x/menit, TD :
125/82mmHg, RR : 24x/menit

2. B1 – Breath
Klien tidak sesak, tidak batuk, RR 24x/menit, pergerakan dada simetris, suara nafas
vesikuler, tidak didapatkan suara nafas tambahan, tidak terpasang alat bantu pernapasan.
3. B2 – Blood
Irama jantung reguler, S1/S2 tunggal, bunyi jantung normal, tidak ada nyeri dada, akral
kering agak dingin, CRT 1 detik, pasien tampak pucat, konjungtiva anemis
4. B3 – Brain
GCS E4V5M6, kesadaran composmentis, tidak ada kejang, pupil isokor, tidur 6 jam/hari.
5. B4 – Bladder
Eleminasi urin spontan, tidak ada pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeri tekan
kandung kemih
6. B5 – Bowel
Terjadi penurunan nafsu makan
7. B6 – Bone
Kekuatan otot lemah 4-4-4-3, pergerakan sendi terbatas.
Keluhan nyeri :
P : Nyeri terasa saat dipegang dan digerakkan
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Kaki kanan
S:5
T : Hilang timbul
G. Personal Hygiene
Dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien dibantu oleh keluarga. Klien tampak
bersih.
H. Psiko-sosial-spiritual
Klien tampak gelisah terhadap kondisi penyakitnya saat ini
I. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Hasil
HB 9g/dL
Leukosit 26,05
Hematokrit 26,2%
Trombosit 463
GDA 118mg/dL

J. Terapi
1. Antrain 1 amp iv
2. Ceftriaxone 2x1 gr iv
3. Santagesik 3x1 iv
4. Ameprazol 2x1 iv
5. Neurobion 1x1 iv

I. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
DS : Ca Mamae Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri (D.0077)
P : Nyeri terasa saat dipegang Metastase ke tulang
dan digerakkan
Q : Nyeri seperti di tusuk- Mendesak syaraf bebas
tusuk
R : Kaki kanan Pelepasan mediator nyeri
S:5
MK : Nyeri Akut (D.0077)
T : Hilang timbul

DO :
 Klien tampak meringis
 Klien mengalami kesulitan
tidur akibat nyeri
 Frekuensi nadi meningkat
N : 132x/menit
DS : Ca Mamae Risiko Jatuh
 Klien mengeluh nyeri pada (D.0143)
kaki kanan Metastase ke tulang
 Klien mengeluh kesulitan
menggerakkan ekstremitas Menginfilrasi tulang
DO :
 Kekuatan otot klien lemah Osteoarthritis
4-4-4-3
 Total skor penilaian risiko MK : Risiko Jatuh (D.0143)
jatuh 65 (risiko tinggi jatuh)

II. Daftar Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Ca Mamae) d.d klien mengeluh nyeri,
tampak meringis, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur (D,0077)
2. Risiko jatuh d.d kekuatan otot menurun (D.0143)
III. Intervensi Keperawatan
HARI WAKT DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
/ TGL U (Tujuan, Kriteria Hasil)
21 11.00 Diagnosa : Nyeri akut b.d agen Manajemen Nyeri (I. 08238)
April pencedera fisiologis (Ca Mamae) d.d Observasi
2021 klien mengeluh nyeri, tampak 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
meringis, frekuensi nadi meningkat, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan
dan sulit tidur (D,0077) pengkajian P (penyebab, provokatif), Q
(Quality), R (Region), S (Skala), dan T
Setelah dilakukan tindakan (Time)
keperawatan selama 3x24 jam 2) Identifikasi respon nyeri non verbal
diharapkan masalah nyeri akut dapat 3) Identifikasi faktor yang memperberat dan
teratasi dengan kriteria hasil: memperingan nyeri
Terapeutik
Tingkat nyeri menurun (L.08066) 4) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
1) Keluhan nyeri menurun mengurangi rasa nyeri
2) Meringis menurun 5) Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Kesulitan tidur menurun Edukasi
4) Frekuensi nadi membaik (60- 6) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
100x/menit) mengurangi rasa nyeri
5) Skala nyeri menurun (minimal 2- Kolaborasi
3) 7) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

21 11.00 Diagnosa : Risiko jatuh d.d kekuatan Pencegahan Jatuh (I.14540)


April otot menurun (D.0143) Observasi
2021 1) Identifikasi faktor resiko jatuh
Setelah dilakukan tindakan 2) Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
keperawatan selama 3x24 jam, skala fall morse scale
diharapkan koordinasi pergerakan Terapeutik
meningkat dengan kriteria hasil : 3) Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
Koordinasi Pergerakan (L.05041) : 4) Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
1) Kekauatan otot meningkat selalu dalam kondisi terkunci
5) Pasang handrail tempat tidur
6) Dekatkan bel pemanggil untuk memanggil
perawat
Edukasi
7) Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
8) Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
untuk memanggil perawat
Kolaborasi
9) Kolaborasi pemberian neurobion
IV. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Implmentasi dan evaluasi keperawatan selama 3 hari pada Ny.W pada tanggal 21-23 April 2021.
Hari/Tgl NO Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
.
DK
21 April 1 12.00 1. Mengidentifikasi nyeri Cc 14.00 S: Cc
Respon : Klien mengatakan masih merasa nyeri
P : Nyeri terasa saat dipegang dan P : Nyeri terasa saat dipegang dan
digerakkan digerakkan
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Kaki kanan R : Kaki kanan
S:5 S:5
T : Hilang timbul T : Hilang timbul
12.03 2. Mengidentifikasi nyeri non verbal O:
Respon : Klien tampak meringis • Klien tampak meringis
12.05 3. Mengidentifikasi faktor yang • Kesulitan tidur menurun
memperberat dan meringankan nyeri • Frekuansi nadi : 120x/menit
Respon : Nyeri dirasakan saat A:
menggerakkan kaki Masalah teratasi sebagian
12.10 4. Mengajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri P:
Respon : mengajarkan klien teknik Intervensi no. 1,2,4,5,6 dilanjutkan
nafas dalam saat kaki terasa nyeri
12.30 5. Memfasilitasi istirahat tidur
Respon : klien masih mengalami
kesulitan tidur
14.00 6. Mengkolaborasikan pemberian
analgesic
Respon : Klien diberikan antrai 1 amp
IV. Santagesik 3x1 IV

21 April 2 12.15 1. Mengidentifikasi faktor resiko jatuh Cc 14.00 S: Cc


2021 Respon : Kekuatan otot klien Klien mengeluh kesuliatan dalam
menurun menggerakkan kaki
12.17 2. Menghitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala fall morse scale O:
Respon : Skor 65 (Risiko tinggi jatuh) Kekatan otot klien menurun 4-4-4-3
12.20 3. Memasang handrail tempat tidur
Respon : Handrail terpasang A:
12.22 4. Mendekatkan bel pemanggil dalam Masalah teratasi sebagian
jangkauan pasien
Respon : Bel pemanggil terletak di P:
samping klien Intervensi no. 3,4, dan 7 dilanjutkan
12.25 5. Menganjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
Respon : Klien dan keluarga dapat
memahami
12.27 6. Mengajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat
Respon : Klien memahami cara
menggunakan bel pemanggil
14.00 7. Mengkolaborasikan pemberian
neurobion
Respon : Diberikan neurobion 1x1 IV

22 April 1 10.00 1. Mengidentifikasi nyeri Cc 14.00 S: Cc


2021 Respon : Klien mengatakan masih terasa nyeri
P : Nyeri terasa saat dipegang dan P : Nyeri terasa saat dipegang dan
digerakkan digerakkan
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Kaki kanan R : Kaki kanan
S:5 S:5
T : Hilang timbul T : Hilang timbul
10.04 2. Mengidentifikasi nyeri non verbal O:
Respon : Klien tampak meringis • Klien tampak meringis
11.30 3. Mengajarkan teknik non farmakologis • Kesulitan tidur menurun
untuk mengurangi nyeri • Frekuansi nadi : 122x/menit
Respon : mengajarkan klien teknik A:
nafas dalam saat kaki terasa nyeri Masalah teratasi sebagian
11.40 4. Memfasilitasi istirahat tidur
Respon : klien masih mengalami P:
kesulitan tidur Intervensi dilanjutkan
14.00 5. Mengkolaborasikan pemberian
analgesic
Respon : Klien diberikan antrai 1 amp
IV. Santagesik 3x1 IV

22 April 2 10.15 1. Memasang handrail tempat tidur Cc 14.00 S: Cc


2021 Respon : Handrail terpasang Klien masih mengeluh kesuliatan dalam
10.17 2. Mendekatkan bel pemanggil dalam menggerakkan kaki
jangkauan pasien
Respon : Bel pemanggil terletak di O:
samping klien Kekatan otot klien menurun 4-4-4-3
14.00 3. Mengkolaborasikan pemberian
neurobion A:
Respon : Diberikan neurobion 1x1 IV Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan
23 April 1 13.00 1. Mengidentifikasi nyeri Cc 14.00 S: Cc
2021 Respon : Klien mengatakan masih nyeri
P : Nyeri terasa saat dipegang dan P : Nyeri terasa saat dipegang dan
digerakkan digerakkan
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Kaki kanan R : Kaki kanan
S:5 S:5
T : Hilang timbul T : Hilang timbul
13.06 2. Mengidentifikasi nyeri non verbal O:
Respon : Klien tidak tampak meringis • Klien tidak tampak meringis
3. Mengajarkan teknik non farmakologis • Kesulitan tidur menurun
13.10 untuk mengurangi nyeri • Frekuansi nadi : 117x/menit
Respon : mengajarkan klien teknik A:
nafas dalam saat kaki terasa nyeri Masalah teratasi sebagian
4. Memfasilitasi istirahat tidur
13.30 P:
Respon : klien masih mengalami
Intervensi dilanjutkan
kesulitan tidur
5. Mengkolaborasikan pemberian
14.00
analgesic
Respon : Klien diberikan antrai 1 amp
IV. Santagesik 3x1 IV
23 April 2 13.15 1. Memasang handrail tempat tidur Cc 14.00 S: Cc
2021 Respon : Handrail terpasang Klien masih mengeluh kesuliatan dalam
2. Mendekatkan bel pemanggil dalam menggerakkan kaki
jangkauan pasien
Respon : Bel pemanggil terletak di O:
samping klien Kekatan otot klien menurun 4-4-4-3
3. Mengkolaborasikan pemberian
neurobion A:
Respon : Diberikan neurobion 1x1 IV Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan
NASKAH
ROLEPLAY RONDE KEPERAWATAN
Pemeran :
Karu : Baharudin Sukma, S.Kep
Dokter : Angga Kresna P, S.Kep
PP 1 : Cici Kurniatil F, S.Kep
PP 2 : Rizki Jian Utami, S.Kep
PA : Erva Yulinda M, S.Kep
Konselor : Aditya Budi Nugroho, S.Kep
Pasien Ny.W : Dessy Syahfitri Pohan, S.Kep

Tahap Pra Ronde


PP 1 menemui Kepala Ruangan di ruangannya Rabu, 19 Mei 2021 pukul 08.00 WIB.
untuk melaporkan rencana kegiatan ronde keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
PP 1 meets the chief of the room in his office Wednesday, 19 May 2021 at 08.00 WIB. to
report the plan of nursing round activities to the patient for whom they are responsible.
PP 1 : “Selamat pagi ners.”
PP 1 : “Good morning ners.”
Karu : “Selamat pagi Ns. cici.”
Chief : “Good morning Ns. Cici.”
PP 1 : “Ns. Baharudin, saya ingin mengkonsultasikan masalah Ny. Wiwik. pasien Ny. Wiwik
dengan diagnosa medis ca mamae dengan keluhan terdapat benjolan bernanah
di payudara kiri dan terasa nyeri menjalar sampai kaki. Sudah diberikan tindakan
keperawatan relaksasi nafas dalam dan tindakan medis seperti pemberian analgesic,
ternyata nyeri yang dirasakan Ny. Wiwik belum berkurang. Maka dari itu saya
meminta izin kepada ners untuk mengadakan ronde keperawatan.”
PP 1 : “Ns. Baharudin, I would like to consult about Mrs. Wiwik's patient problem. patient
Mrs. Wiwik, with a medical diagnosis of Ca Mamae, complained that there was a lump
of pus in the left breast and felt pain radiating to the leg. Having given deep breath
relaxation nursing actions and medical actions such as giving analgesics, it turns out
that the pain felt by Mrs. W hasn't decreased. Therefore, I asked to Ns. Baharudin
permission to do the nursing round.”
Karu : “Baik kalau begitu, langsung saja kita segera laksanakan ronde keperawatan.
Saya minta tolong kepada Ns. Cici untuk mempersiapkan pasien, status pasien, serta
informed consent ya sebelum dilakukannya ronde keperawatan.”
Chief : “Well then, let's we do the nursing round. I ask for help from Ns. Cici to prepare the
patient, patient status, and informed consent before the nursing round.”
Setelah selesai berdiskusi untuk menyampaikan kondisi pasien Ny. Wiwik dan rencana
ronde keperawatan, PP langsung menyiapkan berkas-berkas dan persiapan serta meminta inform
concent untuk pelaksanaan ronde keperawatan kepada Ny. Wiwik.
After finishing the discussion to convey the condition of the patient Mrs. Wiwik and the
nursing round plan, PP immediately prepared the files and preparations and asked for informed
concent for the implementation of the nursing round to Mrs. Wiwik.
PP 1 : “Selamat pagi Ny. Wiwik, bagaimana kabarnya pagi ini?”
PP 1 : “Good morning Mrs. Wiwik, how are you this morning?”
Ny.W : “Selamat pagi ners, kaki saya masih terasa nyeri dan masih belum ada perubahan”
Mrs. W: “Good morning ners, my leg is still painful and there is still no change.”
PP 1 : “Begini bu, karena keadaan ibu yang belum ada perubahan, untuk menindaklanjuti
masalah penyakit ibu maka saya akan berencana untuk mengadakan ronde
keperawatan. Ronde keperawatan ini adalah suatu pemecahan masalah keperawatan
yang nantinya akan diberikan solusi oleh dokter ahli dan tim medis lainnya. Tujuan
tindakan ronde keperawatan ini adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang masih
dirasakan oleh ibu saat ini. Untuk itu saya meminta persetujuan ibu untuk mengadakan
ronde keperawatan pada besok pagi dan mohon ibu untuk mengisi formulir persetujuan
tindakan ronde keperawatan.”
PP 1 : “So this is it ma'am, because the Mrs. Wiwik condition has not changed, to follow up on
the problem of maternal illness, I will plan to hold a nursing round. This nursing
round is a solution to nursing problems that will be given solutions by expert doctors
and other medical teams. The purpose of this nursing round of action is to solve the
problems that are still being felt by Mrs. Wiwik at this time. For this reason, I ask for
Mrs. Wiwik consent to hold a nursing round tomorrow morning and ask the Mrs.
Wiwik to fill out the informed consent form for the nursing round.”
Ny. W : “Saya setuju ners, asalkan nyeri yang saya rasakan saat ini bisa berkurang.”
Mrs. W: “I agree nurses, as long as the pain I feel right now can be reduced”
PP 1 : “Baik terima kasih bu atas persetujuannya, selamat beristirahat.”
PP 1 : “Fine, thank you ma'am for the agreement, have a good rest.”
Tahap Ronde
Ronde keperawatan dilakukan tanggal 25 Mei 2021 akan dimulai yang dihadiri oleh
kepala ruang, perawat primer, perawat associate, konselor dan dokter dan keluarga pasien.
The nursing round was conducted on May 25, 2021, attended by the chief of the room,
primary nurses, associate nurses, counselors and doctors.
Karu : “Assalammualaikum wr.wb, Selamat pagi semuanya, terima kasih atas perhatian dan
waktu Anda, sesuai dengan kontrak yang telah di sepakati, hari ini 25 Mei 2021 pukul
10.00 pagi, kita akan melakukan ronde keperawatan. Sebelum itu, saya akan
memperkenalkan tim yang telah dibentuk terlebih dahulu, saya Ns. Baharudin sebagai
kepala ruangan, Dokter Angga sebagai DPJP dari pasien Ny.W, Ns Adit sebagai
perawat konselor, Ns. Cici sebagai perawat primer dari pasien Ny.W dan Ns. Jian
sebagai perawat primer, Ns. Erva sebagai perawat associate. Ronde keperawatan ini
terdiri dari presentasi kasus, dilanjutkan dengan validasi pasien, dan kembali ke ners
station untuk evaluasi dan rekomendasi. Adapun tujuan dari ronde ini adalah untuk
membahas masalah pasien untuk merencanakan intervensi yang tepat. Pasien dengan
diagnosa medis Ca Mamae dengan masalah keperawatan nyeri akut. Untuk selanjutnya,
mohon PP1 untuk menjelaskan kasus atau masalah pasien.”
Chief : “Assalammualaikum wr.wb, Good morning everyone, thank you for your attention and
your time, according to the contract that we have been agreed, today 25 May 2021 at
10.00 am, we will do nursing round. Before that, I would like to introduce my team
first, I am Ns. Baharudin as chief of the room, Doctor Angga as DPJP of the patient
Mrs.Wiwik, Ns Adit as the nurse counselor, Ns. Cici as the primary nurse of the
patients Mrs.Wiwik and Ns. Jian as primary nurse, Ns. Erva as an associate nurse.”
PP 1 : “Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi semuanya. Terimakasih atas waktunya Ns.
Baharudin dan terimakasih kepada tim ronde yang telah hadir. Sebelumnya saya akan
memperkenalkan diri terlebih dahulu, saya Ns. Cici selaku perawat primer dari Ny.
Wiwik.”
PP 1 :” Assalamualaikum Wr. Wb. Good morning everyone. Thank you Ns. Baharudin for the
time given to me, and thanks to all the round teams that have been present. Previously
introduce my self my name is Ns. Cici as the primary nurse of the Mrs. Wiwik.”
PA : “Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi semuanya saya Ns. Erva selaku perawat
asosiet pada pasien Ny.W di ruang irna lt.4.”
PA : “Assalamualaikum Wr. Wb. Good morning everyone I’m Ns. Erva as the associate
nurse of Mrs. Wiwik in Irna lt.4.”
PP 1 : “Baiklah, sekarang saya akan mempresentasikan kondisi klien. Ny. Wiwik dengan
diagnosa medis ca mamae dengan keluhan terdapat benjolan bernanah di payudara kiri
dan terasa nyeri menjalar sampai kaki dengan skala nyeri 5. Sudah diberikan tindakan
keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam dan
tindakan medis seperti pemberian analgesic, ternyata nyeri yang dirasakan Ny. Wiwik
belum berkurang. Maka dari itu saya mengadakan ronde keperawatan yang bertujuan
untuk meminta saran kepada semuanya untuk menyelesaikan masalah pada Ny.Wiwik.”
PP 1 : “okay I will report the condition of patients in this round. Mrs. Wiwik with a medical
diagnosis of Ca Mamae with complaints of a purulent lump in the left breast and a
pain radiating up to the leg with a pain scale of 5. Nursing interventions have been
given to reduce pain such as deep breathing relaxation techniques and medical
measures such as giving analgesics, it turns out that the pain felt by Mrs. Wiwik hasn't
decreased. So from that I held a purposeful nursing round to ask everyone for
suggestions to solve the Mrs. Wiwik problem.”
Karu : “Baik, terimakasih Ns. Cici selaku perawat primer yang telah menjelaskan kasus.
Apakah dari tim ada tambahan atau klarifikasi?”
Chief : “Well, thank you Ns. Cici as the primary nurse for explaining the case, is there any
question or clarification?”
PP 2 : “Saya ingin mengklarifikasi terkait teknik relaksasi nafas dalam yang diajarkan. Apakah
klien sudah bisa mempraktekkan teknik tersebut dan bagaimana dampaknya untuk
nyeri pasien?”
PP 2 : “I would like to clarify about the deep breath relaxation techniques that are taught. Is
the client able to practice the technique and how does it affect the patient's pain?”
PA : “Pasien bisa mempraktekkan tenik relaksasi nafas dalam dengan pendampingan
keluarga ataupun perawat, tetapi rasa nyeri pasien tetap ada walaupun sudah
mempraktekkan teknik tersebut.”
PA : “Patient can practice deep breathing relaxation technique with the assistance of family
or nurses, but the patient's pain remains even after practicing this technique.”
PP 2 : “Baik terima kasih untuk informasinya Ns. Erva.”
PP 2 : “Thank you for your information Ners Erva.”
Karu : “Apakah ada klarifikasi lagi? Jika tidak, Ns. Jian tolong siapkan semua lembar
observasi, pemeriksaan medis, dan rekam medis pasien.”
Chief : “There are any clarification? If not, For Ns. Jian please prepare all the observation
sheets, medical examinations, and patient medical records”
PP 2 : “Baik ners.”
PP 2 :”Okey Ners.”
Karu : “Sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati kemarin, hari ini dilaksanakan ronde
keperawatan kepada Ny.Wiwik. Ronde keperawatan ini bertujuan untuk memecahkan
masalah Ny.Wiwik Supaya kondisinya bisa lebih baik. Selanjutnya kita validasi
kondisi Ny. Wiwik ke pihak keluarga Ny. Wiwik dengan Bapak Yogi”
Chief : “In accordance with the contract that was agreed yesterday, today a nursing round was
held for Mrs. Wiwik. This nursing round aims to solve Mrs. Wiwik's problem so that
her
condition can be better Then we validate Mrs. Wiwik condition to the Mrs. Wiwik
family with Mr. Yogi”
Dokter : “Selamat pagi pak, bagaimana kondisi Ny. Wiwik hari ini?”
Doctor : “Good morning, how is Mrs. Wiwik condition today?”
Keluarga : “Kakinya masih terasa nyeri dokter.”
Family: “Her leg still feels pain doctor.”
Dokter : “Bisa dijelaskan bagaimana kondisi nyeri yang di rasakan My.Wiwik saat ini?”
Doctor : “Good morning. Can you explain the pain condition Mrs.Wiwik feel right now? "
Keluarga: “Nyeri yang dirasakan menjalar di kaki kanan. Lalu nyeri semakin terasa
saat digerakkan dan ditekan .”
Family: “The pain felt was spread to the right leg. Then the pain gets worse when move it and
Pressed or touched.”
PP 2 : “Apakah sudah menerapkan teknik relaksasi nafas dalam yang diajarkan oleh Ns. Cici
dan Ns. Erva?”
PP 2 : “Have you applied the deep breath relaxation technique taught by Ns. Cici and Ns.
Erva? "
Keluarga: “Sudah ners.”
Family : “Yes, of course ners.”
PP 2 : ”Apakah membantu mengurangi nyeri yang dirasakan?”
PP 2 : “Does it help reduce the pain?”
Keluarga: “Sepertinya tidak, karena masih terasa nyeri pada kakinya dan terkadang Ny. Wiwik
Tidak mempraktekan nafas dalam ketika kakinya terasa nyeri.”
Family : “I don't think so, because still feel pain in her leg, and sometimes Mrs. Wiwik don't
practice deep breathing when my legs pain. "
Doktr : “Bagaimana dengan istirahat Ny.Wiwik semalam?”
Doctor : “How about sleeping Mrs.Wiwik last night? "
Keluarga: “beberapa kali terbangun dari tidur karena nyeri yang timbul.”
Family : “several times woke up from sleep because of the pain”
Karu : “Baik pak terima kasih atas waktunya, bapak sekarang bisa meninggalkan zoom
meeting. Setelah ini akan kami diskusikan kembali untuk perencanaan tindakan
selanjutnya. Terima kasih.”
Chief : “Oke thank you for your time, you can leave zoom meeting. After this we will
discuss it again for planning further actions. Thank you”
Keluarga: “Baik, terima kasih ners.”
Family : “Oke, thank you ners.”
Tahap Pasca Ronde
Setelah melakukan validasi data, tim ronde keperawatan kembali berdiskusi melalui zoom
meeting.
After data Validating, the nursing round team back to discuss via zoom meeting.
Karu : “Baik, tadi kita telah melakukan validasi ke keluarga pasien dan kita juga telah
mendapatkan data. Sekarang silahkan Ns. Jian menjelaskan hasil yang telah didapat
dari pengkajian dan pemeriksaan fisik pada validasi tadi.”
Chief : “Okay, We already did the validation on the patient family and we also got the data.
Now please Ns. Jian explained the results that had been obtained from the assessment
and a physical check on the validation.”
PP 2 : “Baik. Hasil yang telah didapat dari pengkajian dan pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva klien anemis, skala nyeri 5, nyeri dirasakan menjalar di kaki kanan, nyeri
semakin dirasakan saat digerakkan dan disentuh. Klien juga mengalami kesulitan tidur
akibat nyeri yang dirasakan.”
PP 2 : “Okay. The results that have been obtained from the assessment and physical
examination were obtained anemic client conjunctiva, pain scale 5, pain radiating in
the right leg, pain increasingly felt when moved and touched. The client also has
trouble sleeping due to the pain feel. "
Karu : “Baik terima kasih Ns. Jian. Setelah melakukan validasi pada pasien apakah Ns. Jian
ada tambahan rekomendasi intervensi?”
Chief : “Fine, thank you Ns. Jian. After validating the patient. Ns. Jian any additional
recommendations for interventions?"
PP 2 : “Saya ingin memberikan masukan untuk Ns. Cici, untuk intervensi yang diberikan bisa
ditambahkan dengan membrikan aroma terapi untuk mengurangi nyeri pada Ny.W.
Jenis aroma terapi yang dapat digunakan untu mengurangi nyeri yaitu aroma terapi
lavender dan esensial oil rose.” (Aroma terapi lavender dapat digunakan sebagai
penghilang rasa sakit, penyembuh luka dan penyeimbang jiwa (Indah, 2013). Zat yang
terkandung dalam essensial oil rose salah satunya adalah linalool yang berguna untuk
menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang
menghirupnya (Wong, 2010)).
PP 2 : "I have some recommedation for Ns. Cici, you can added by giving aromatherapy to
reduce pain in Mrs..W. The type of aromatherapy that can be used to reduce pain is
aromatherapy lavender and rose essential oil. " (Lavender therapeutic aroma can be
used as pain reliever, wound healer and soul balancer (Indah, 2013). Substance which
contained in rose essential oil, one of which is linalool which is useful for stabilizes the
nervous system so that it can have a calming effect on anyone who is inhale it (Wong,
2010)).
PP 1 : “Baik Ns. Jian, terima kasih untuk rekemondasinya.”
PP 1 : “Ok Ns. Jian, Thanks for the recommendation.”
Karu : “Untuk anggota tim ronde yang lain apakah ada rekomendasi, intervensi ataupun
klarifikasi? Bagaimana menurut Ns. Adit selaku perawat konselor, apakah ada
tambahan?”
Chief : “For other round team members are there any recommendations, interventions or
clarification? What do you think about Ns. Adit, as a nurse counselor, is there any
additional?"
P.Konselor : “Terima kasih untuk kesempatannya, saran dari Ns. Jian sangat baik, saya
hanya ingin menambahkan bahwa teknik distraksi untuk mengurangi nyeri
dengan mendengarkan lagu juga baik untuk diberikan kepada pasien.”
Concelor : “Thanks for the opportunity, the advice from Ns. Jian is very good,i just want to
add that distraction technique to reduce pain listening to songs is also good to
give to patients. "
Karu : “Mungkin Ns. Adit bisa memberikan contoh music atau lagu apa yang sesuai untuk
diberikan kepada Ny.Wiwik?”
Chief : “Maybe Ns. Adit can give the examples of what music or songs are suitable for given
to Mrs.Wiwik? "
P.Konselor : “Untuk jenis lagu atau musik yang dipilih adalah berdasarkan dengan lagu yang
di sukai oleh pasien.”
Concelor : “For the type of song or music selected is based on the song favored by
patients."
Karu : “Terima kasih untuk sarannya Ns. Adit.”
Chief : “Thanks for the recommendation”
Karu : “Untuk Dokter Angga selaku dokter penanggung jawab apakah ada tambahan
rekomendasi?”
Chief : “for Doctor Angga as the doctor in charge. Do you have any recommendation?”
Dokter : “Terima kasih untuk kesempatannya ners, setelah melihat kondisi Ny.W selain
diberikan terapi relaksasi napas dalam, pemberian aromaterapi, dan terapi music, juga
tetap perlu diberikan analgesic seperti antrain dan santagesik sesuai dengan RPO.”
Doctor : “Thank you for the opportunity, nurses, after seeing the condition of Mrs. W. apart
from
that given deep breath relaxation therapy, aromatherapy, and music therapy, too still
need to be given analgesics such as antrain and santagesik according to RPO. "
Karu : “Untuk yang lainnya apakah ada tambahan rekomendasi lain untuk pasien atau mungkin
ada klarifikasi atau pertanyaan kepada PP dan PA?”
Chief : "For the others, are there any additional recommendations for the patient or maybe
any clarification or questions to nursing primery and associate nursing?"
Tim Ronde : “Cukup Ners.”
Round team : “It’s enough Ners.”
Karu : “Oke, jika dirasa cukup. Mohon Tim menulis rekomendasi yang telah diberikan
dicatatan integrasi dan untuk Ns. Cici apakah ada pertanyaan yang perlu di
klarifikasi?”
Chief : "Okay, if that's enough. Ask the Team to write down the recommendations that have
been given on integration notes. and for Ns. Cici if there are any questions that need to
be addressed clarification?"
PP 1 : “Tidak ada Ners.”
PP 1 : “Not yet Ners.”
Karu : “Oke, sekarang saya akan menyimpulkan hasil intervensi yang telah direkomendasikan
oleh para Tim yaitu tetap mengedukasi keluarga dan pasien untuk melakukan teknik
nafas dalam. Dan intervensi keperawatan yang akan diberikan ke pasien adalah dengan
memberikan aromaterapi lavender atau esensial oil rose, dan juga melakukan distraksi
menggunakan lagu atau musik sesuai dengan lagu atau jenis musik yang digemari oleh
pasien, serta rekomendasi dari dokter yaitu tetap memberikan obat analgesic antrain dan
santagesik sesuai dengan RPO. Apakah rekomendasi sudah benar?”
Chief : “Okay, Now I will conclude the results of the intervention recommended by the team,
namely continuing to educate families and patients to do deep breathing techniques.
And the nursing intervention that will be given to the patient is to give lavender
aromatherapy or rose essential oil, and also to do distractions using songs or music
according to the song or type of music favored by the patient, as well as a
recommendation from a doctor, to continue to provide antraine and santagesic
analgesic drugs in accordance with the RPO. Are the recommendations correct?"
Tim ronde : “Iya ners sudah benar.”
Round team : “Yes ners already correct."
Karu : “Baik, Ns. Cici dan Ns. Erva tolong lakukan intervensi yang telah direncanakan ini
secepat mungkin setelah pergantian shift pagi ini. Jika kalian menemukan kesulitan
tolong segera lapor ke saya atau kepada tim yang lain.”
Chief : “Ok, for Ns. Cici and Ns. Erva, please do all the interventions that have been planned
and recommended after this morning shift. If there’s any difficulties please may be
reported to me or to the other team immediately.”
PP 1 & PA : “Baik Ners.”
PP 1& PA : “Okay, Ners.”
Karu : “Baik, acara ronde pada pagi hari ini telah selesai. Semoga apa yang telah kita
rencanakan bersama dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah pasien. Terimakasih
kepada Tim yang telah meluangkan waktunya untuk menghadiri acara ronde
keperawatan ini. Wassalamualaikum Wr. Wb.”
Chief : “Well, I would like to close the nursing round this morning, hopefully what we plan
together can be useful to solve the patient’s problems. Thank you very much for the
time and attentions. Wassalammualaikum Wr. Wb.

Finally, the nursing round has been completed, the nurse executing the task.
Lampiran : Inform Consent

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN


RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..…………………………………..
…………………………………..…………………………………..

adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien:


Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..…………………………………..
…………………………………..…………………………………..
Ruang : …………………………………..
No. RM. : …………………………………..
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Surabaya,
Perawat yang menerangkan Penanggung jawab
……………………………... ……………………...
Saksi–saksi: Tanda tangan:
1. …………………………. …………………
2. …………………………. …………………

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS No RM :


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA Nama :
RUANG IRNA PENYAKIT DALAM LT.4
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Tgl lahir :

FORMAT OBSERVASI RONDE


KEPERAWATAN
Hari / Tanggal :
Ruangan :
Observer :
Jam :

Aspek Parameter Bobot Dilakukan Keterangan


penilaian
Ya Tidak
Persiapan 1. Topik yang disajikan sudah tepat 1

2. Sasaran klien sesuai dengan rencana 1

3. Dihadiri semua Perawat 1

4. Ketepatan Penggunaan Waktu 1

5. Metode sesuia dengan rencana ( Nursing Rounds) 1

6. Pemanfaatan Medis secara tepat guna 1


Pelaksanaan 7. Perawat penanggung jawab memepersiapkan ronde 1
Keperawatan

8. Perawat penanggung jawab menjelaskan kondisi pasien 1


9. Ada diskusi antar anggota ronde tentang temuan yang 1
ada pada pasien

10. Menetapkan rencana yang perlu dilaksanakan terkait 1


dengan kondisi pasien dan asuhan keperawatannya
11. Melaksanakan tindakan sesuai dengan kondisi 1
pasien dan asuhan keperawatannya
12. Menetapkan tindak lanjut terkait dengan kondisi pasien 1
dan asuhan Keperawatannya
Evaluasi 13. Mendokumentasikan hasil kegiatan ronde 1
keperawatan terkait dengan kondisi pasien dan
asuhan keperawatannya.

Total Nilai 13

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS No RM :


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA Nama :
RUANG IRNA PENYAKIT DALAM LT.4
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Tgl lahir :

Nilai : Jumlah item yang dikerjakan x 100


13
Kriteria :
1. Baik : 75 -100
2. Cukup : 50 - 74
3. Kurang : < 50
Lampiran Format Standart Operasional Prosedur Ronde Keperawatan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RONDE KEPERAWATAN

Pengertian Ronde keperawatan merupakansuatu kegiatan dalam mengatasi


masalah klien yang dilaksanakan disamping klien membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang
dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan, perawat associate,
serta melibatkan seluruh anggota tim..
Tujuan 1. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis dalam
pemecahan keperawatan klien
2. Menumbuhkan pemikiran tentang Tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien
3. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan.
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan nilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh
Kebijakan Mampu menangani masalah pada pasien secara
menyeluruh
Perhatian Kerja sama antar tim dalam penanganan masalah
Komunikasi terapeutik

Privacy klien

Prosedur Pra Ronde

1. Menentukan kasus dan topik sehari sebelum pelaksanaan

2. Menentukan tim ronde


3. Menentukan literatur
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan klien.
6. Inform Consent kepada keluarga
Pelaksanaan Ronde

1. Pembukaan dan penyajian data


a. Salam pembukaan

b. Memperkenalkan klien dan tim ronde dan menjelaskan


tujuan kegiatan ronde serta mempersilahkan PP 1
menyampaikan kasusnya
c. Menyampaikan dasar pertimbangan dilakukan ronde

d. Menjelaskan Riwayat penyakit


e. Menjelaskan masalah klien yang belum terselesaikan dan
Tindakan yang telah dilaksanakan

f. Diskusi antar anggota dan klien tentang masalah keperawatan


tersebut
g. Menyampaikan evaluasi
h. Klarifikasi data yang telah disampaikan
2. Validasi data
a. Memberi salam dan memperkenalkan tim ronde kepada klien
dan keluarga
b. Memvalidasi data yang telah disampaikan
c. Menjawab pertanyaan dari keluarga pasien
Post Ronde

1. Menyampaikan hasil diskusi dan merekomendasikan solusi yang


dilakukandalam mengatasi masalah
2. Reward dan salam penutup
Dokumentasi

1. Data klien
2. Masalh keperawatan yang terjadi pda klien
3. Rencana untuk mengatasi masalah klien
4. Pelaksanaan ronde yang sudah dilakukan
5. evaluasi
Referensi Nursalam (2014) Manajemen keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
KeperawatanProfesional Edisi4. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai