Dosen pembimbing
Candra Panji Asmoro.,S.Kep.Ns.M.Kep (CP)
Disusun Oleh :
1. Novia Tri Handika (131611133042)
2. Kusnul Oktania (131611133043)
3. Novalia Puspitasary (131611133044)
4. Annisa Fiqih Ilmafiani (131611133045)
5. Septin Srimentari Lely D (131611133046)
6. Fitrianti Umayroh M (131611133047)
7. Gita Shella Madjid (131611133049)
8. Mudrika Novita Sari (131611133050)
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar Keperawatan dengan judul
“Analisis Kasus Posisi Perawat dalam Keputusan Etik di Pelayanan” tanpa adanya
halangan dan hambatan. Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW.
Kami berharap dalam makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
dan menjadi gambaran bagi pembaca mengenai analisis kasus posisi perawat
dalam keputusan etik di pelayanan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau
kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan
tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Berkembang di dalam
masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem peraturan, sistem asas-
asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat (Mertkusumo S).
Tujuan adanya etika dan hukum keperawatan adalah untuk
memberikan gambaran tentang etika dan hukum keperawatan dan cara
penanganannya menurut konsep ilmu. Dengan etika dan hukum
keperawatan, seorang perawat mampu mengambil sikap dan keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan
etika, hukum dan perundang-undangan dalam bidang keperawatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“Etik (Yunani: ethos) berarti norma, nilai, dan kaidah moral yaitu ukuran
bagi tingkah laku yang baik”(Tjokronegoro, 1989). Sebagai suatu subjek, etika
berhubungan dengan tingkah laku yang dilakukan dan dapat dinilai mengenai
baik dan buruknya oleh orang disekitar. Etika merupakan refleksi dari self
control, karena perilaku yang dilakukan dari diri berdampak kepada orang lain
dan diri sendiri. Manusia sering merefleksikan sesuatu secara spontan
menggunakan unsur etis sehingga menjaadi permulaan adanya etika. Kebutuhan
refleksi dapat dirasakan karena adanya pendapat etis yang berbeda pada tiap
orang. Prinsip etika ini diatur untuk mencapai dua tujuan yaitu memastikan
ketepatan atau keutuhan ilmu pengetahuan dan melindungi hak kekayaan
intelektual (APA, 2001).
Kamus besar Bahasa Indonesia (1988) terdapat rumusan mengenai
pengertian etika dala tiga arti , yaitu :
a. Ilmu tentang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarakat bahkan dalam
berprofesi sekalipun.
b. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, atau pribadi
seseorang.
c. Nilai yang mengenal benar dan salah yang dianut masyarakat.
Etika termasuk ke dalam filsafat karena dalam mempelajari etika tidak akan
lepas dengan filsafat. Dalam unsur etika mengandung dua sifat etika yaitu :
1. Non-empiris
Ilmu empiris merupakan ilmu yang didasarkan fakta dan nyata/kongkret.
Dalam filsafat terdapat usaha untuk melampaui hal yang nyata dan
memasalahjkan dibalik gejala tersebut. Jadi, etika tidak berhenti pada yang
5
kongkret secara faktual, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Praktis
Imu filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada, tetapi pada etika
bertanya tentang sesuatu yang harus dilakukan. Etika sebgai cabang
filsafat bersifat praktis karea langsung berhubungna dengan hal yang
boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Etika bersifat reflektif bukan
teknis.
6
b. Beneficience
Segala tindakan pengobatan harus bermanfaat untuk menolong klien.
Perawat harus menyadari tindakan yang akan dilakukan benar-benar
bermanfaat bagi kesehatan dan kesembuhan klien. Risiko yang mungkin
timbul dikurangi sampai seminimal mungkin dan memaksimalkan manfaat
bagi klien.
c. Non-maleficence
Tindakan yang dilakuakan perawat harus berpedoman pada prinsip Primum
Non Nocere (yang paling utama, jangan merugikan). Risiko fisik, psikologis,
sosial yang mungkin terjadi hendaknya dikurangi seminimal mungkin.
d. Veracity
Kejujuran merupakan tindakan yang diperlukan untuk kepentingan klien.
Perawat perlu mengatakan secara jujur dan jelas tentang tindakan yang akan
dilakuakan. Dalam menyampaikan informasi perawat hendaknya
menyesuaikan dengan tingkat pendidikan klien.
e. Confidentiality
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien setiap harinya tidak
jarang perawat mengetahui kehidupan maupun rahasia klien. Rahasia yang
diketahui perawat harus dijaga dan tidak sebar luaskan kepada semua orang.
Perawat harus menghormati privasi dan kerahasiaan klien, meskipun klien
telah meninggal.
f. Justice
Perawat harus berlaku adil dan tidak berat kepada klien. Tindakan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien tidak memandang status, ras,
agama, suku klien dan adil kepada semua klien.
7
baik kerena pada dilema etik tidak ada yang benar maupun yang salah. Dalam
menyelesaikan dilema etik menggunakan prinsi DECIDE yaitu D untuk define
the problem(s), E untuk ethical review, C untuk consider the options, I untuk
investigate outcomes, D untuk decide on action, E untuk evaluate result.
Define the problem(s) yang berarti mengidentifikasi masalah yang ada yang
dilihat dari nilai dan konflik hati nurani. Perawat harus mengkaji tentang
keterlibatannnya dalam masalah etik dan parameter waktu proses pembuatan
keputusan. Ethical review, dari masalah yang telah tampak perawat harus
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan klien yang terlibat dalam
membuat keputusan etik. Consider the options, perawat harus mengidentifikasi
semua pilihan atau alternatif kepada secara terbuka pada pembuat keputusan.
Semua kemungkinan tindakan yang terjadi, hasil yang diperoleh, dan dampak
yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil. Investigate outcomes, perawat
memilih tindakan menurut keputusan yang telah diambil oleh pengambil
keputusan. Evaluate result, perawat mengkaji dan memberikan penilaian atas
keputusan yang telah diambil. Evaluasi yang dilakukan untuk memperbaiki
kualias pelayanan kesehatan kepada klien.
8
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat
yang merawat ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan
permasalahan atau situasi sebagai berikut:
9
permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang bisa
dilakukan antara lain :
a. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak saudara hangky untuk menolak
segala tindakan medis, sehingga tidak melakukan tindakan sama sekali
terhadap klien. Klien dibiarkan dan tidak dilakukan pendekatan.
b. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa karena menghargai
haknya untuk memilih, namun memilih waktu yang tepat ketika kondisi
pasien sudah stabil dan situasinya mendukung.Hal ini bertujuan agar
saudara hangky tidak merasa panik dan stress yang berlebihan ketika
perawat melakukan injeksi dan pemasangan infuse karena sebelum
dilakukan tindakan medis, telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh
perawat. Selain itu untuk diperlukan motivasi dan dukungan yang kuat
dari keluarga. Keluarga saudara hangky harus tetap menemaninya dan
memberi dukungan penuh kepada saudara hangky untuk tetap menjalani
hidup. Dengan demikian diharapkan saudara hangky akan merasa
nyaman dengan support yang ia dapat dari keluarga sehingga perawat
dan tim medis akan lebih mudah melakukan tindakan medis.
c. Perawat memaksa saudara hangky untuk menerima segala tindakan
medis berupa injeksi antibiotik dan pemasangan infus karena hal
tersebut merupakan kewajiban perawat untuk menyelamatkan nyawa
pasiennya.
10
pihak lain yang memberikan permintaan yang bertentangan dengan kode
etik dan profesi keperawatan.
2) Penolakan keras oleh pasien. Denial atau penolakan adalah sesuatu yang
wajar ketika seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang membuat
dia frustasi. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-pendekatan secara
psikis untuk memotivasi saudara hangky. Perawat juga dapat meminta
keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan tidak
menunjukkan perilaku yang membuat saudara hangky merasa tidak
nyaman. Hal ini diperlukan proses adaptasi sehingga diharapkan saudara
hangky dapat menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk
sembuh.
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan
pasien akan tetapi ketika pasien menuntut haknya maka perawat harus
mengutamakan hak saudara hangky tersebut untuk tidak memberikan tindakan
medis terhadap kondisinya.
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan
yang baik dan tidak merugikan saudara hangky. Sehingga perawat dapat
menentukan pilihan diantara 3 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat
untuk saudara hangky.
11
c.Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani klien. Adil
berarti saudara hangky mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga
mendapatkan hak mereka tersebut yaitu memperoleh pengobatan dalam
penyembuhan penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan saudara hangky
sebelum dilakukan injeksi dan pemasangan infuse yang mengatakan bahwa
perawat bersdia akan merawat klien dengan baik dan maksimal sampai klien pulih
dan diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit jika hasil pemeriksaannya sudah
selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi walaupun hasil dari injeksi antibiotic
tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan karena ini mempengaruhi tingkat
kepercayaan saudara hangky terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu
menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan
segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.
Prinsip ini harus selalu dipegang teguh oleh perawat dalam keadaan apapun.
12
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang
bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu
memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai
serta memberikan tentang akibat yang akan diterima pasien apabila tidak dilakukan
tindakan medis dan kebaikan yang akan diperoleh apabila segera dilakukan
tindakan medis. Hal ini harus selalu didiskusikan dengan semua tenaga medis yang
terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat klien lebih dihargai dan dipenuhi
haknya. Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan
pendekatan-pendekatan dan caring serta komunikasi terapeutik.
13
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
14
Autonomy yang merupakan tindakan perawat harus menghargai keputusan
pasien. Kemudian yang kedua adalah Benefesience atau kemurahan hati yang
mendorong seorang perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang
baik dan tidak merugikan pasien. Lalu yang ketiga yaitu Justice atau keadilan,
setiap perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam pelayanan
keperawatan kepada pasien dalam memperoleh pengobatan dalam
penyembuhan penyakit sesuai dengan kondisi pasien. Yang keempat yaitu
Nonmaleficience atau tidak merugikan, dalam kepetusan yang dibuat perawat
tidak menimbulkan kerugian secara fisik ataupun kerugian berdampak psikis
yang dapat memperburuk kondisi pasien. Kemudian yang kelima adalah
Veracity atau kejujuran, yang dimaksud disini yaitu setiap perawat harus
bertindak jujur dan tidak berbohong tentang kondisi dan dampak yang akan
ditanggung pasien. Yag keenam adalah Fedelity atau menepati janji, artinya
setiap perawat harus menepati janji yang sudah disepakati, janji tersebut harus
tetap dipenuhi walaupun hasil dari injeksi antibiotic tidak sesuai dengan
harapan karena hal tersebut mempengaruhi tingkat kepercayaan pasien
terhadap perawat. Dan yang terakhir adalah Confidentiality atau kerahasiaan.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Suhaerni, Mimin Emi. 2002. Etika keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta:Buku
Kedokteran EGC
16