Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL

PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PRAKTIK PROFESI


MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG ZONA BEDAH BAWAH RSUD
JOMBANG

Penanggung Jawab :
Nur Haqiqotul Jannah, S.Kep.

Anggota:
1. Didit Wahyu Santoso, S.Kep
2. Ulul Azmi, S.Kep
3. Aldi Farisal Fitrah, S.Kep
4. Arriyanti Nurcahyani, S.Kep
5. Devy Inatasari, S.kep
6. Fiva Muharomah, S.Kep
7. Baiq Hairul Bariyah, S.Kep
8. Hidayatul Mustafida, S.Kep
9. Faridhotul Riski, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL’ ULUM JOMBANG
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini pelayanan asuhan keperawatan yang optimal menjadi suatu
tuntutan bagi organisasi pemberi pelayanan kesehatan. Tingkat kepuasan pasien
terhadap mutu pelayanan kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh mutu pemberian
asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan perlu adanya
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yaitu pengembangan dan
pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan profesional yang efektif dan efisien.
Dimana dalam model asuhan keperawatan profesional tersebut terdapat metode-
metode yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan, salah satunya adalah ronde
keperawatan.

Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas


lebih dalam masalah dan kebutuhan klien juga merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktek
keperawatan.

1.2 Pengertian

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah


keperawatan pasien yang di laksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus di
lakukan oleh perawat primer dan /atau konselor, kepala ruangan, dan perawat
associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
(Nursalam,2002).
Karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Pasien di libatkan secara langsung


2. Pasien merupakan focus kegiatan

3. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.

4. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan


kemampuan mengatasi masalah.

1.3 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum:
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.

1.2.2. Tujuan Khusus:

1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.


2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tidakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
1.4 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
1.5 KriteriaKlien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan


tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.
1.6 Metode

Diskusi

1.7 Alat Bantu

1. Sarana diskusi: buku, bulpen

2. Status/ dokumentasi keperawatan pasien

3. Materi yang disampaikan secara lisan


BAB 2
RENCANA KEGIATAN
2.1. Pelaksanaan
1. Topik : Ronde Keperawatan
2. Sasaran : Pasien
3. Waktu : Jum’at, tanggal 27Maret 2020
Pukul 10.00 WIB - selesai

4. Tempat : Ruang Zona Bedah Bawah


2.2 Metode.
Diskusi
2.3 Media.
1. Sarana diskusi : buku, pulpen.
2. Status / dokumentasi keperawatan klien.
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
ALUR RONDE KEPERAWATAN
Langkah – langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap Pra PP
Ronde

Penetapan Klien

Persiapan Klien :

- Informed Consent

- Hasil Pengkajian/

Validasi data

Tahap Penyajian Apa diagnosa keperawatan ?


pelaksanaan Masalah Apa data pendukung ?
di Nurse Bagaimana intervensi yang
Station sudah dilakukan ?
Apa hambatan yang ditemukan ?

Validasi Data di Bed Pasien

Tahap pelaksana di
Diskusi PP, Karu,
kamar pasien
Konselor

Lanjutan diskusi di
nurse station
Pasca Ronde
(nurse station)
Kesimpulan dan Lanjutan-Diskusi di
rekomendasi solusi nurse station
masalah
1.4. Peran Masing-Masing Anggota :
1. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelaskan hasil yang didapat.
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
6) Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji.
2. Peran Perawat Konselor
1) Memberikan justifikasi.
2) Memberikan reinforcement.
3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi.
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari.
2.5. Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Keg. Pasien Tempat
1 hari Pra Pra Ronde : Perawat Primer RuangZona Bedah
sebelumnya Ronde 1. Menentukan kasus dan Bawah RSUD
topik Jombang
2. Menentukan Tim ronde
3. Menentukan literatur
4. Membuat Proposal
5. Mempersiapkan pasien
dengan pemberian informed
consent.
10 menit Ronde Pembukaan Karu Nurse station
a. Salam pembuka
b. Memperkenalkan
Tim Ronde.
c. menjelaskan tujuan
kegiatan ronde serta Kepala Ruangan
mempersilahkan Perawat
primer menyampaikan
kasusnya.
d. Menyampaikan
identitas pasien, masalah
keperawatan klien, intervensi
yang telah dilakukan, tingkat
keberhasilan dan dasar
pertimbangan dilakukan ronde.
30 menit Penyajian masalah PP Mendengarkan Nurse Stasiun
a.Memberikan salam dan
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde.
b.Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan pasien.
c.Menjelaskan masalah pasien dan
rencana tindakan yang telah Memberikan
dilaksanakan dan serta respond an
menetapkan prioritas yang perlu menjawab
didiskusikan. pertanyaan

Validasi data (tempat tidur pasien) Karu, PP, Perawat


: Konselor
d.Mencocokkan dan menjelaskan
kembali data yang telah
disampaikan dengan wawancara,
observasi dan pemeriksaan
keadaan pasien secara langsung,
dan melihat dokumentasi.
e.Diskusi antar anggota tim dan Karu, PP, Perawat
pasien tentang masalah Konselor Ruang Perawat
keperawatan tersebut di tempat
tidur pasien.
f. Pemberian justifikasi oleh
perawat primer atau konselor
atau kepala ruang tentang
masalah pasien.
30 menit Panca a. Melanjutkan Karu Supervisor, Nurse Station
Ronde diskusi dan masukan dari tim. Perawat Konselor,
b. Menyampaikan Pembimbing.
untuk menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah ditetapkan.
c. Merekomendasikan
intervensi keperawatan.
d. Salam penutup
2.6 Pengorganisasian
Penanggung Jawab Roleplay : Nur Haqiqatul Jannah, S.Kep

Moderator : Ariyanti Nurcahyani, S.Kep

Kepala Ruangan : Didit Wahyu Santoso, S.Kep

Perawat Primer : Fiva Muharromah, S.Kep

Perawat Associate : Devi Inatasi, S.Kep

Pembimbing Akademik : Herin Mawarti, S.Kep., Ns., M.Biomed

Supervisor : Etty Khamidiyah, S.Kep., Ns

2.8 Kriteria Evaluasi

1. Struktur.

a) Ronde keperawatan dilaksanakan di RuangAsoka Atas

b) Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.

c) Persiapan dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan.

2. Proses.

a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan

3. Hasil.

a) Klien puas dengan hasil pelayanan.


b) Masalah klien dapat teratasi.

c) Perawat dapat :

1. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.

2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.

3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.


Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.

4. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

5. Meningkatkan kemampuan justifikasi dan kemampuan menilai hasil kerja.


Lampiran

“ROLEPLAY RONDE KEPERAWATAN”

Moderator : Ariyanti Nurcahyani, S.Kep

Kepala Ruangan (Karu) : Didit Wahyu Santoso, S.Kep

Perawat Primer (PP) : Fiva Muharromah, S.Kep

Perawat Associate (PA) : Devi Inatasari, S.Kep

Farmasi : Baiq Hairul bariyah, S.Kep

Ahli Gizi : Nur Haqiqotul Jannah, S.kep

Fisioterapi : Hidayatul Mustafida, S.Kep

Keluarga Pasien (KP) : Ulul Azmi, S.Kep

PP mendatangi kantor kepala ruangan untuk konsultasi masalah pasien


kelas IIZona Bedah Bawah

PP (Fiva) : Assalamualaikum…permisi Pak

KARU (Didit) : Walaikum salam…silahkan masuk dan silahkan duduk bu.

PP (Fiva) :Terima kasih Pak, saya menghadap bapak ingin

mengkonsultasikan masalah pasien Ny. P dan meminta saran

untuk masalah pasien tersebut ke Bapak.

KARU (Didit) : Ya silahkan, apakah ada masalah dengan pasien tersebut

PP (Fiva) : Ya Pak, pasien Ny. Paini dengan diagnose Post Burrhole H-


(D)
20 + post OF Tibia H-20 riwayat kesehatan sebelumnya
tidak pernah MRS hanya mengeluh pusing karena kecapean,
keadaan saat ini k/u : lemah, GCS : 4 3 5, pupil bulat isokor,
TD : 140/90 mmhg N: 88 x/menit S:36ºc RR:20 x/menit,
lemah anggota gerak bagian kanan, skala adl dengan indeks
barthel : ketergantungan total, pemenuhan nutrisi: sonde susu
formula 6 x 200, terapi yang sudah diberikan : santagesik 3x1
amp, inf RL 1000/24jam, maka dengan ini saya meminta izin
kepada Bapak untuk mengadakan ronde keperawatan.

KARU (Didit) : Lalu apakah kamu sudah menyiapkan tim ronde keperawatan

serta kapan pelaksanaannya?

PP (Fiva) : Sudah Pak, rencananya besok tanggal 6 April 2020 pada jam

10.00 WIB akan dilakukan ronde keperawatan. Saya akan


mengajak Tim Medis lainnya seperti gizi, farmasi dan
fisioterapi untuk ronde keperawatan besok.

KARU (Didit) : Baiklah, kalau begitu silahkan dipersiapkan segala

sesuatunya.

PP (Fiva) : Terima kasih Pak, saya permisi dulu.

Setelah masalah perijinan sudah selesai, kemudian PP mengunjungi pasien


untuk melakukan inform consent dan meminta persetujuan untuk dilakukan
ronde keperawatan.

PP (Fiva) : Assalamualaikum wr. wb, permisi bapak, dengan keluarga


Ny. P? bagaimana keadaan bapak hari ini?
KP (Ulul) : Alhamdulillah Baik, saya keluarga Ny.p, anak yang NO. 2,
Ada apa ya mbak ?
PP (Fiva) : Begini Bapak, untuk menindak lanjuti masalah penyakit
Ny.P, kami berencana untuk mengadakan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan ini adalah suatu pemecahan masalah
keperawatan yang nantinya akan diberikan solusi oleh
perawat konselor dan tim medis lainnya. Tujuan tindakan
ronde keperawatan ini adalah untuk mencari solusi dari
permasalahan yang masih dirasakan bapak saat ini. Untuk itu
saya meminta persetujuan kepada bapak untuk mengadakan
tindakan ini, bagaimana apakah bapak setuju?
KP (Ulul) : Saya setuju kalua itu tentang masalah keperawatan ibu saya.

PP (Fiva) : Jika bapak setuju mohon untuk mengisi formulir persetujuan

ronde keperawatan ini .

KP (Ulul) : Baik mbak.

PP (Fiva) : Baiklah, terima kasih atas persetujuan bapak, saya permisi

dulu.

INTRA RONDE KEPERAWATAN

KARU, PP dan tim ronde keperawatan berkumpul di nurse station.

KARU (Didit) : Assalamualaikum…, terima kasih atas kehadirannya dan hari


ini kita akan mengadakan ronde keperawatan. Silahkan
kepada PP untuk memperkenalkan tim ronde dan
menyampaikan permasalah Ny.P
PP (Fiva) : Terima Kasih, disini saya akan memperkenalkan tim ronde
keperawatan yaitu Perawat Devi sebagai PA , perwakilan dari
tim gizi bu kiki, perwakilan dari farmasi bu baiq dan
perwakilan dari fisioterapi bu fida. Langsung saja, berikut
adalah pengkjian data dari Ny. P k/u : lemah, GCS : 4 3 5,
pupil bulat isokor, TD : 140/90 mmhg N: 88 x/menit S:36ºc
RR:20 x/menit, lemah anggota gerak bagian kanan, skala
ADL dengan indeks barthel : ketergantungan total,
pemenuhan nutrisi: sonde susu formula 6 x 200, maka dengan
ini saya meminta izin kepada Bapak untuk mengadakan ronde
keperawatan, Permasalahnnya adalah Ny. p dengan masalah
keperawatan gangguan mobilisasi fisik dan deficit
pengetahuan keluarga saat perawatan dirumah. Maka dengan
ini saya mengadakan ronde keperawatan yang bertujuan untuk
meminta solusi kepada tim ronde keperawatan untuk mencari
solusi untuk Ny.P saat dibawa pulang dan perawatan dirumah.
PA (Devi) : Baiklah, mari kita melihat pasien bernama Ny. P untuk
menyamakan data yang sudah ada bersama PP

TIM RONDE dan PP mendatangi pasien untuk validasi data


PP (Fiva) : Assalamualaikum….permisi Bapak kami dari tim ronde
keperawatan bermaksud untuk menanyakan perihal yang
masih dirasakan oleh Ny.P saat ini.
KP (Ulul) : Waalaikumsalam... iya silahkan bu
PP (Fiva) : Bagaimana kondisi Ny.P saat ini pak ?, apakah ada
perubahan seperti berbicara dan menggerakkan tangan
kanannya atau lainnya ?
KP (Ulul) : Tetap seperti kemarin begini terus
PP (Fiva) : “Melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan segala hal
yang diperlukan untuk menunjang data yang sudah ada”.
KP (Ulul) : Bagaimana hasilnya sus?
PP (Fiva) : ibu Tekanan darahnya 140/90 mmhg, N: 90x/mnt, S: 36,7°C,

tangan kanannya masih lemas dan menelan air masih batuk


atau masih sulit
Gizi (Kiki) : untuk sufornya nanti biar saya ganti yang TKTP untuk
memenuhi kebutuhan energi Ny.P
Farmasi (Baiq) : selain pusing apa ada mual muntah?
KP (Ulul) : Tidak ada bu hanya pusing saja yang dikeluhkan
Farmasi (Baiq) : baik kalau begitu obat nyeri kepalanya nanti saya konsulkan
ke dokter untuk penambahan dosis
Fisioterapi (Fida) : tangan kirinya masih bisa digerakkan, untuk yang tangan
kanan nanti kita coba stimulus gerakan perlahan-lahan agar
otot dan syarafnya bekerja kembali pak, sambil Ny. P diminta
mencoba memegang sendok atau menggerakkan jari-jarinya
setidaknya sehari 2-3x latihan
KP (Ulul) : iya bu nanti akan coba saya praktekkan ke ibu saya
PP (Fiva) : Baiklah, terima kasih bapak, apakah dari penjelasan dan
penyampaian ada yang perlu ditanyakan lagi.
KP (Ulul) : sudah paham bu, terima kasih banyak sudah membantu
kesembuhan ibu saya
PP (Fiva) : Sama-sama Pak

PASCA RONDE KEPERAWATAN


Setelah validasi data dari pasien, tim ronde kembali ke nurse station untuk
menindak lanjuti dan membahas masalah yang ada.
KARU (Didit) : Untuk mempersingkat waktu saya persilahkan kepada PP,
gizi, fisioterapi dan farmasi untuk memberikan solusi atau
intervensi lanjutan yang akan diberikan kepada Ny.P
Gizi (Kiki) : Setelah saya validasi data kepada pasien, dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan reflek menelan masih belum
baik, tubuh masih terlihat lemas untuk itu pada sufornya nanti
saya ganti yang mengandung TKTP
Farmasi (Baiq) : Setelah saya validasi data kepada pasien, dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan keluhan pusing tanpa disertai
mual muntah, untuk penambahan dosis nanti saya konsulkan
ke dokter penanggung jawabnya terlebih dahulu
Fisioterapi (Fida) : Setelah saya validasi data kepada pasien, dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tangan kanan masih lemas, dan
dicoba diberikan stimulus rangsang pada syaraf tangan seperti
memegang sendok atau menggerakkan jari-jari tangannya
semampunya
KARU (Didit) : Baiklah, terima kasih untuk masukan dari Tim Ronde
Keperawatan. Karena kita sudah mendapatkan solusinya,
baiklah saya rasa sudah cukup pelaksanaan ronde
keperawatan hari ini dan terima kasih atas partisipasinya dan
saya ucapkan terima kasih untuk semuanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
All : Waalaikumsalam Wr.Wb
LAPORAN PENDAHULUAN
CIDERA KEPALA

A.  Pengertian Cidera Kepala


(Nugroho, 2011), cedera kepala adalah suatu gangguan trauma dari otak
disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas dari otak.
(Suriadi dan Yuliani, 2001), cedera kepala adalah suatu trauma yang
mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury
baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
  Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.
(Batticaca, 2008), Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena
trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena
robekannya subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta
edema serebral disekitar jaringan otak.
B. Konsep Triage Cedera Kepala
Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi
selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa.

Triase memiliki beberapa kategori, antara lain:

1. Prioritas Pertama (Merah)


Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan
transport segera untuk tetap hidup. Prioritas tertinggi untuk penanganan atau
evakuasi.
2. Prioritas kedua (Kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Meliputi
kasus yang memerlukan tindakan segera terutama kasus bedah.
3. Prioritas ketiga (Hijau)
Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera,
memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang
berkala. Penanganan tidak terlalu mendesak dan dapat ditunda jika ada korban lain
yang lebih memerlukan penanganan atau evakuasi.
4. Prioritas nol (Hitam)
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang
mematikan.Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai
dengan warna prioritas.Tanda triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu
khusus sampai hanya suatu ikatandengan bahan yang warnanya sesuai dengan
prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan
penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama jangan
dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
Seleksi (triage) penderita dengan cidera kepala tergantung pada beratnya
cidera dan fasilitas yang tersedia. Walaupun demikian, penting untuk melakukan
persiapan persetujuan pengiriman dengan rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang
lebih lengkap, dengan demikian penderita dengan cidera kepala sedang dan berat
dapat segera dikirim untuk mendapatkan perawatan yang memadai. Konsultasi segera
dengan ahli bedah saraf pada saat pengobatan dan perawatan penderita sangat
dianjurkan(1), khususnya pada penderita dengan koma dan atau penderita dengan
kecurigaan adanya lesi massa intrakranial. Keterlambatan dalam perujukan dapat
memperburuk keadaan penderita dan selanjutnya akan menurunkan luaran cidera
kepala.
C. Lingkup Keperawatan Gawat Darurat Cedera Kepala
Insiden cidera kepala meningkat dari tahun ketahun seiring dengan
meningkatnya mobilitas penduduk. Dibanding dengan trauma lainnya, cidera kepala
menduduki tingkat morbiditas dan mortalitas tertinggi, oleh karena itu diperlukan
pemahaman dan pengelolaan yang lebih baik terutama untuk petugas kesehatan yang
berada digaris depan, dimana sarana diagnostik dan sarana penunjang untuk tindakan
operasi tidak memadai.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan, dimana tidak dapat dilakukan tindakan
diagnostik ataupun operatif yang memadai, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut : Penanganan A,B,C,D, dan E, pencegahan cidera otak sekunder dan merujuk
penderita secepat mungkin bila keadaan memungkinkan.
Dari keseluruhan kasus cidera kepala, 10% adalah cidera kepala berat dengan
angka kematian kurang lebih sepertiganya. Sepertiga lainnya hidup dengan kecacatan
dan sepertiga sisanya sembuh (tidak tergantung pada orang lain). Namun demikian
mereka mungkin masih mengalami gangguan kepribadian dan kesulitan dalam
berkomunikasi dalam jangka waktu lama.
D. Definisi Cedera Kepala
Cedera kepala adalah serangkainan kejadian patofisiologik yang terjadi
setelah trauma kepala, yang dapat melibatkan kulit kepala, tulang dan jaringan otak
atau kombinasinya, (Standar Pelayanan Mendis ,RS DR Sardjito).
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
perdarahan interstitial dalam substansi otak, tanpa terputusnya kontinuitas
otak, (Paula Kristanty, dkk 2009).
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (acceleasi –
decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan
peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serata notasi yaitu
pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada
tingkat pencegahan,(Musliha, 2010).
E. Etiologi
1. Trauma oleh benda tajam
Menyebabkan cedera  setempat dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan
lokal meliputi Contusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang
disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi)
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera
akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil
multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral,
batang otak atau kedua-duanya.
3. Etiologi lainnya (Corwin, 2000).
a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
c. Cedera akibat kekerasan.
F.  Klasifikasi
Menurut berat ringannya berdasarkanGCS (Glosgow Coma Scale) ( Mansjoer,
dkk, 2000)
1. Cedera Kepala ringan (kelompok risiko rendah)
a. GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif)
b. Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang 30 mnt
c. Tak ada fraktur tengkorak
d. Tak ada contusio serebral (hematom)
e. Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
2.  Cedera kepala sedang
a. GCS  9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
b. Kehilangan kesadaran lebih dari 30 mnt / kurang dari 24 jam (konkusi)
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak
d. Muntah
e. Kejang
3. Cedera kepala berat
a. GCS 3-8 (koma)
b. Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam (penurunan kesadaran progresif)
c. Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma intracranial
d. Tanda neurologist fokal
e. Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur kranium
G. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari cedera kepala adalah sebagai berikut :
1. Gangguan kesadaran
2. Konfusi
3. Abnormalitas pupil
4. Piwitan tiba-tiba defisit neurologis
5. Gangguan pergerakan
6. Gangguan penglihatan dan pendengaran
7. Disfungsi sensori
8. Kejang otot
9. Sakit kepala
10. Vertigo
11. Kejang
12. Pucat
13. Mual dan muntah
14. Pusing kepala
15. Terdapat hematoma
16. Sukar untuk dibangunkan
17. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
H. Patofisiologi
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan
gangguan biokimia otak seperti  penurunan adenosis tripospat, perubahan
permeabilitas vaskuler.
          Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala
primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi
dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari
cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural
hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura
hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan
subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah didalam
jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi
karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi
jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).
I. Pathway

J. Pe
me
riks
aan

Diagnostik
1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) :
2. Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia
jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
3. MRI
4. Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
5. Cerebral Angiography
6. Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi udema, perdarahan dan trauma.
7. Serial EEG
8. Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
9. X-Ray
10. Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
11. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi  keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial (Musliha, 2010).

K. Penatalaksanaan
1. Tindakan terhadap peningkatan TIK
a. Pemantauan TIK dengan ketat.
b. Oksigenasi adekuat
c. Pemberian manitol
d. Penggunaan steroid
e. Peninggatan tempat tidur pada bagian kepala
f. Bedah neuro
2.    Tindakan pendukung lain
a. Dukung ventilasi
b. Pencegahan kejang
c. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
d. Terapi antikonvulsan
e. CPZ untuk menenangkan pasien
f. NGT

KONSEP KEPERAWATAN
CIDERA KEPALA

1. PENGKAJIAN
Nama :
Jenis kelamin :
No. RM :
Alamat :
Diagnosa Medis :
1.   Pengkajian Primer
1. Airway : Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan
jalan napas.
2. Breathing :Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan,
irama pernapasan, tarikan dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan,
pernapasan cuping hidung.
3. Circulation : Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan, kapiler
refill.
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan kapan cedera terjadi. Bagaimana mekanismenya. Apa penyebab
nyeri/cedera. Darimana arah dan kekuatan pukulan?
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cedera sebelumnya, atau kejang/
tidak. Apakah ada penyakti sistemik seperti DM, penyakit jantung dan
pernapasan. Apakah klien dilahirkan secara forcep/ vakum. Apakah pernah
mengalami gangguan sensorik atau gangguan neurologis sebelumnya. Jika
pernah kecelakaan bagimana penyembuhannya. Bagaimana asupan nutrisi. 
c. Riwayat Keluarga
Apakah ibu klien pernah mengalami preeklamsia/ eklamsia, penyakit sistemis
seperti DM, hipertensi, penyakti degeneratif lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien ,
pemeriksaan fisik sangat mendukung data dari pengkajian anamnessis,
pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan focus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan (B3) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluhan klien.
Keadaan Umum

Pada keadaan cedera kepala umumnya mengalami penurunan tingkat


kesadaran (cedera kepala ringan GCS 13-15, cedera kepala sedang GCS 9-12, cedera
kepala berat GCS kurang atau sama dengan 8) dan terjadi perubahan pada tanda-
tanda vital.

Breathing (B1)

Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,


sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya,
bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi,
wheezing (kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi
sputum pada jalan napas.

Blood (B2)

Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi.


Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan
parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat,
merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).

Brain (B3)

Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan


otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila
perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus
cranialis, maka dapat terjadi:

a. Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,


pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
b. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian
lapang pandang, foto fobia.
c. Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
d. Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
e. Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
f. Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,
disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

Blader (B4)

Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.

Bowel (B5)

Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia)
dan terganggunya proses eliminasi alvi.

Bone (B6)

Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena
rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal
selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot

4.  Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis kontraktur ( terputusnya jaringan tulang ).
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi / kognitif, tetapi pembatasan.
3. Ketidakefektifan bersih jalan napas b.d obstruksi jalan napas, ditandai dengan
dispenia.
4. Resiko pendarahan b. trauma, riwayat jatuh.
5. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan ruangan untuk
perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral.
6. Resiko infeksi.
5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan 
1. Nyeri akut b.d agen NOC: Manajemen nyeri
cidera biologis   Nyeri terkontrol o Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik, onset/durasi,
kontraktur (terputusnya  Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri.
jaringan tulang ).   Tingkat kenyamanan o Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan non
verbal.
Batasan Karakteristik : Setelah dilakukan asuhan o \Pastikan klien menerima perawatan analgetik dg tepat.
o Laporan nyeri
ke-keperawatan selama …. x o Gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk mengetahui
pala secara verbal24 jam, klien dapat : respon penerimaan klien terhadap nyeri.
atau non verbal o Mengontrol nyeri, de- o Evaluasi keefektifan penggunaan kontrol nyeri
o Respon autonom ngan indikator: o Monitoring perubahan nyeri baik aktual maupun potensial.
(perubahan vital o Mengenal faktor-faktor o Sediakan lingkungan yang nyaman.
sign, dilatasi pupil) penyebab
o Kurangi faktor-faktor yang dapat menambah ungkapan nyeri.
o Tingkah laku eks- o Mengenal onset nyeri
o Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum atau sesudah
presif (gelisah, me- o Tindakan pertolong-an
nyeri berlangsung.\
nangis, merintih) non farmakologi
o Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih tindakan
o Fakta dari observasi o Menggunakan anal-getik
selain obat untuk meringankan nyeri.
o Gangguan tidur o Melaporkan gejala-
(mata sayu, menye- gejala nyeri kepada tim o Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk meringankan nyeri.
ringai, dll) kesehatan.  Manajemen pengobatan
o Nyeri terkontrol o Tentukan obat yang dibutuhkan klien dan cara mengelola
Menunjukkan tingkat nyeri, sesuai dengan anjuran/ dosis.
dengan indikator: o Monitor efek teraupetik dari pengobatan.
o Melaporkan nyeri o Monitor tanda, gejala dan efek samping obat.
o Frekuensi nyeri o Monitor interaksi obat.
o Lamanya episode nyeri o Ajarkan pada klien / keluarga cara mengatasi efek samping
o Ekspresi nyeri; wajah pengobatan.
o Perubahan respirasi rate o Jelaskan manfaat pengobatan yg dapat mempengaruhi gaya
o Perubahan tekanan hidup klien.
darah  Pengelolaan analgetik (2210)
o Kehilangan nafsu makan o Periksa perintah medis tentang obat, dosis & frekuensi obat
Tingkat kenyamanan, analgetik.
dengan indicator : o Periksa riwayat alergi klien.
o Klien melaporkan o Pilih obat berdasarkan tipe dan beratnya nyeri.
kebutuhan tidur dan o Pilih cara pemberian IV atau IM untuk pengobatan, jika
istirahat tercukupi mungkin.
o Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
o Kelola jadwal pemberian analgetik yang sesuai.
o Evaluasi efektifitas dosis analgetik, observasi tanda dan gejala
efek samping, misal depresi pernafasan, mual dan muntah,
mulut kering, & konstipasi.
o Kolaborasi dgn dokter untuk obat, dosis & cara pemberian yg
diindikasikan.
o Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan
sebelum pengobatan.
o Berikan obat dengan prinsip 5 benar
o Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek yang tidak
diinginkan
2. Hambatan mobilitas fisik NOC : Exercise Therapy : ambulation
b.d kerusakan persepsi / o Joint movent : active o Monitoring vital sign sebelum / sesudah latihan dan lihat
kognitif, tetapi o Mobility level respon pasien saat latihan.
pembatasan. o Self care : ADLs o Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi

o Transfer performance sesuai dengan kebutuhan.


Batasan karakteristik : Setelah dilakukan asuhan o Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat saat berjalan dan
o Penurunan waktu keperawatan selama …. x cegah terhadap cidera
reaksi 24 jam, klien dapat : o Ajarkan psien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
o Kesulitan membolak-
balik posisi
o Klien meningkat dalam
o Dispenia setelah
aktifitas fisik
beraktifitas
o Mengerti tujuan dari ambulasi
o Perubahan cara
peningkatan mobilitas o Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
berjalan
o Memverbalisasikan o Latihan pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
o Keterbatasan kempuan
perasaan dalam mandiri sesuai kemampuan
melakukan
meningkatkan kekuatan o Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
keterampilan motoric
dan kemampuan kebutuhan ADLs ps.
kasar.
berpindah o Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
o Keterbatasan rentan
o Memperagakan o Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan
pergerakan sendi
penggunaan alat jika diperlukan.
o Pergerakan tidak
o Bantu untuk mobilisasi
terkoordinasi
(walker)

3. Ketidakefektifan bersih NOC : Airway Suction


jalan napas b.d obstruksi o Respiratory status : o Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
jalan napas, ditandai ventilation o Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
dengan dispenia. o Respiratory status : o Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
airway patency o Minta klien nafas dalam seebelum suction dilakukan.
Batasan karakteristik : Setelah dilakukan asuhan
o Tidak ada batuk keperawatan selama …. x o Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
o Suara nafas tambahan 24 jam, klien dapat : suction nasotrakeal
o Perubahan frekuensi o Mendemonstrasikan o Gunakan alat steril setiap melakukan tindakan
nafas batuk efektif dan suara o Monitor status oksigen pasien
o Perubahan irama nafas nafas yang bersih, tidak o Hentikan suctin dan berikan oksigen apabila pasien

o Sianosis ada sianosis dan menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
dyspnea (mampu Airway Management
o Kesulitan berbicara
bernapas dengan o Buka jalan nafas, gunakan chin lift atau just thrust bila perlu.
atau mengeluarkan
mudah, tidak ada pursed o Posisikan pasien untuk maksimalkan ventilasi
suara
lips)
o Penurunan bunyi o Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
o Menunjukkan jalan
napas buatan
nafas yang paten (klien
o Dispneu o Pasang mayo bila perlu
tidak merasa tercekik,
o Sputum dalam jumlah o Keluarkan secret dengan batuk atau suction
irama nafas, frekuensi
yang berlebihan o Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
pernapasan dalam
o Batuk yang tidak o Lakukan suction pada mayo
rentang normal, tidak
efektif o Berikan bronkodilator bila perlu
ada suara nafas
o Orthopneu o Berikan pelembab kassa basah NaCl lembab
abnormal).
o Mampu o Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

mengidentifikasikan dan o Monitor pasien dan status O2


mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas.
4. Resiko pendarahan b. NOC : Beeding Precautions
trauma, riwayat jatuh. o Blood lose severity o Monitor ketat tanda-tada perdarahan
o Blood koagulation o Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadi pendarahan
Setelah dilakukan asuhano Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT,
keperawatan selama …. x trombosit.
24 jam, klien dapat : o Monitor TTV ortostatik
o Tidak ada hematuria dan o Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
hematemesis o Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau frest
o Kehilangan darah yang frozen plasma)
terlihat o Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan
o Tekanan darah dalam perdarahan
batas normal sistol dan o Hindari mengukur suhu lewat rectal
diastole o Hindaripemberian aspirin dan acticoagulant
o Tidak ada perdarahan o Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang
pervagina banyak mengandung vitain K
o Tidak ada distensi o Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan
abdominal
untukmempertahankan intake cairan yang adekuat dan
pelembut feses
Bleeding Reduction
o Hemoglobin dab o Identifikasi penyebab perdarahan

hematocrit dalam batas o Monitor trend hemodinamik ( CVP, pulmonary capillary /


normal artery wedge pressure
o Plasma, PT, TT dalam o Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
batas normal o Monitor penentu pengiriman oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2
dan level Hb dan cardiac output)
o Pertahankan

5. Resiko ketidak efektifan NOC: Monitor Tekanan Intra Kranial


perfusi jaringan otak b.d   Status sirkulasi o Catat perubahan respon klien terhadap stimu-lus / rangsangan
penurunan ruangan    Perfusi jaringan serebral o Monitor TIK klien dan respon neurologis terhadap aktivitas
untuk perfusi serebral, Setelahdilakukan tindakano Monitor intake dan output
sumbatan aliran darah keperawatan selama ….xo Pasang restrain, jika perlu
serebral. 24 jam, klien mampu men-o Monitor suhu dan angka leukosit
capai :
o Kaji adanya kaku kuduk
     Status sirkulasi dengan
o Kelola pemberian antibiotik
indikator:
o Tekanan darah sis-toliko Berikan posisi dengan kepala elevasi 30-40O dengan leher
dan diastolik dalam dalam posisi netral
rentang yang diharapkan o Minimalkan stimulus dari lingkungan
o Tidak ada ortostatiko Beri jarak antar tindakan keperawatan untuk meminimalkan
hipotensi peningkatan TIK
o Tidak ada tanda tan-dao Kelola obat obat untuk mempertahankan TIK dalam batas
TIK spesifik
Perfusi jaringanMonitoring Neurologis
serebral,dengan indicator : o Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
o Klien mampu berko-o Monitor tingkat kesadaran klien
munikasi dengan jelaso Monitor tanda-tanda vital
dan sesuaikemampuan o Monitor keluhan nyeri kepala, mual, dan muntah
o Klien menunjukkan
o Monitor respon klien terhadap pengobatan
perhatian, konsen-trasi,
o Hindari aktivitas jika TIK meningkat
dan orientasi
o Observasi kondisi fisik klien
o Klien mampu mem-
proses informasi
Terapi Oksigen
o Klien mampu mem-buat
o Bersihkan jalan nafas dari secret
keputusan de-ngan benar
o Pertahankan jalan nafas tetap efektif
Tingkat kesadaran klieno Berikan oksigen sesuai instruksi
membaik o Monitor aliran oksigen, kanul oksigen, dan humidifier
o Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian
oksigen
o Observasi tanda-tanda hipoventilasi
o Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
o Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktivitas
dan tidur
6. Resiko Infeksi NOC : Infection Control ( kontrol Infeksi )
o Satus kekebalan tubuh o Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
o Pengetahuan : kontrol o Cuci tangan setiap dan sesudah tindakan keperawatan.
infeksi o Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat.
o Kontrol resiko o Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
Setelah dilakukan tindakan dengan petunjuk umum.
keperawatan selama ….xo Tingkatkan intake nutrisi
24 jam, klien mampuo Berikan terapi antibiotic bila perlu (proteksi terhadap infeksi).
mencapai : o Monitor tanda dan gejala infeksi
Kontrol infeksi dengano Monitor hitung granulosit, WBC.
indikator:
o Monitor kerentanan terhadap infeksi.
o Klien bebas dari tanda o Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,
dan gejala infeksi panas, drainase
o Mendeskripsikan proses o Inspeksi kondisi luka / insisi bedah.
infeksi, factor yang o Instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep.
mempengaruhi infeksi o Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
serta o Laporkan kecurigaan infeksi.
penatalaksanaannya. o Laporkan kultur positif.
o Menunjukkan
kemampuan untuk
mecegah timbulnya
infeksi.
o Jumlah leukosit dalam
batas normal.
o Menjukkan hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner And Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta :
EGC.

Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media


Aeusculapius.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Persyarafan. Jakarta : Salemba Medis.

Nur, Arif A.H & Kusuma H .2005. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis & NANDA NIC NOC. Jogyakarta : Media Action.

Anda mungkin juga menyukai