S
DENGAN TUBERCULOSIS PADA Tn.S di
RT.03/RW.09 PANDANWANGI
PUKESMAS PANDANWANGI KOTA MALANG
2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.B
DENGAN ASMA PADA Tn.S di RT.05/RW.02
ARJOSARI
PUKESMAS PANDANWANGI KOTA MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
1.1Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2009).
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain
(Harmoko, 2012).
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau
lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan saling
menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai
generasi peneus, saling pengertian dan saling menyayangi.
(Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010)
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKOLUSIS PARU
A.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah penyakit infeksi dan menular
yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh kuman
Micobacterium Tuberkulosis.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat 10
– 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai kemampuan
untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita
tiap tahun, dan keadaan tersesebut 75 % terdapat di
Negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi
rendah seperti Indonesia. Di Indonesia penyakit TB Paru
merupakan penyakit rakyat nomor satu dan penyebab
kematian nomor tiga.Prevalensi BTA positif adalah 0,3 %
(1982).Prevalensi pasien di dunia saat ini adalah sekitar 20
juta orang dan terdapat 3 juta pasien yang meninggal
setiap tahunnya karena TB Paru, dan pada survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) Depkes RI 1986TB Paru
menduduki urutan 10 morbiditas dan urutan ke-4
mortalitas. Pada SKRT tahun 1992 mortalitas ini meningkat
ke urutan ke-2.
Berdasarkan informasi dari WHO tahun 1998, program TB
Paru di Indonesia masih menempati rangking ke-3 di dunia
setelah India dan RRC. Hal ini bisa dilihat dari angka
kematian yang masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,2 per-
1000 penduduk. Dari angka tersebut setiap tahun di
Indonesia muncul sejumlah kasus baru sekitar 436.000
kasus.
Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan
yang tepat,cepat,segera dan intensif, maka prevalensi
penyakit ini akan terus meningkat serta resiko penularan
pun semakin tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya
asuhan keperawatan yang komprehensif untuk
mempercepat proses penyembuhan penyakit TB paru.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien dengan TB Paru di Ruang Kenanga RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian TB paru
2) Mengetahui etiologi TB paru
3) Mengetahui faktor predisposisi TB paru
4) Mengetahui patofisiologi TB paru
5) Mengetahui tanda gejala TB paru
6) Mengetahui pemeriksaan penunjang TB paru
7) Mengetahui pathway TB paru
8) Mengetahui pengkajian pada klien dengan TB paru
9) Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien
dengan TB paru
10) Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada
klien dengan TB paru
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis
yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection.
2. Etiologi
Bakteri Myobakterium tuberculosis, dengan ukuran
panjang 1-4 µm dan tebal 1,3-0,6 µm, termasuk golongan
bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil
tahan asam.
3. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
a. Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo,
Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
b. Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain
yang menimbulkan penurunan status kesehatan.
c. Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
d. Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi
steroid & kemoterapi kanker.
4. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa
masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada
kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara
(airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang
mengandung kuman dari orang yang terinfeksi
sebelumnya .(Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita
TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan
cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan
ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu
diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin
dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian
terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang
serta berkembangbiak di paru-paru.
( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa
kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran
limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah
bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan
kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah
dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada
organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil
yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus
atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal
ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.
Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di
gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala
pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui
getah bening menuju kelenjar getah bening regional,
sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan
menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari.
Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus
ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga
dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali
dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa
sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A
Price:1995;754).
5. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,
bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah
satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
9. Pathway
Mycobacterium
TB
Masuk ke jalan
nafas
Tinggal di alveolus
Reaksi inflamasi
Ketidaknyamanan
pada rongga dada
dan diafragma
Alveolus mengalami
peradanagan
Nyeri Anoreksia
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Masukan
peroral
menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
10.Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelelelahan umum dan kelemahan
- Dispnea saat kerja maupun istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada
malam hari, menggigil dan atau berkeringat
- Mimpi buruk
Tanda:
- Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
- Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
b. Sirkulasi
Gejala:
- Palpitasi
Tanda:
- Takikardia, disritmia
- Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung
akibat effusi)
- Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya
penyimpangan mediastinal
- Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat
adanya udara dalam mediatinum)
- TD: hipertensi/hipotensi
- Distensi vena jugularis
c. Integritas ego:
Gejala:
- Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya
perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan
tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Tanda:
- Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
- Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
- Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
N Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
o. keperawatan
1. Bersihan jalan NOC: 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau jaw thrust bila perlu
b.d. adanya selama 3x24 jam, diharapkan bersihan jalan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
eksudat di nafas efektif dengan kriteria hasil: ventilasi
alveolus N Targ 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Indikator Awal
o et alat bantu pernafasan
1. Tidak didapatkan 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
demam 5. keluarkan sekret dengan batuk atau
2. Tidak didapatkan
suction
kecemasan
3. Frekuensi 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya
pernafasan sesuai suara tambahan
dengan yang 7. Berikan pelembab udara
diharapkan 8. Atur intake untuk cairan mengoptimlkan
4. Pengeluaran sputum keseimbangan
pada jalan nafas 9. Monitor respirasi dan status O2
5. Bebas dari suara
nafas tambahan
Keterangan:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
2. Ketidakseimbang NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji pola makan, kebiasaan makan dan
an nutrisi: kurang selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi makanan yang disukai
dari kebutuhan menjadi seimbang, dengan kriteria: 2. Berikan makanan sesuai diet dan berikan
tubuh b.d selagi hangat
ketidaakmampua 3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
n mencerna, 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
memasukkan, nutrisi yang adekuat
mengasorbsi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
makanan karena pemberian diet sesuai indikasi
faktor biologi. 6. Ukur berat badan pasien
N Targ
Indikator Awal
o et
1. Masukan peroral Ket:
meningkat
2. Porsi makan yang
disediakan habis
3. Tidak terjadi
penurunan berat
badan
4. Dapat
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang
digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien
(keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan
keluarga maupun sosial, yang merupakan system
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
(Effendy, 2009).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga
menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988),
meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
1. Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi anggota keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Agama
g) Status sosial ekonomi keluarga
2. Aktifitas rekreasi keluarga
a) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b) Tahap perkembangan keluarga saat ini
c) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
d) Riwayat keluarga inti
e) Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga
c) Struktur peran (formal dan informal)
d) Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi perawatan kesehatan
6. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga.
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping yang digunakan
d) Strategi adaptasi yang disfungsional
7. Pemeriksaan fisik
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga
c) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat
pengkajian menurut Supraji (2011), yaitu:
1. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu
dilakukan antara lain, perawat memperkenalkan diri
dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan
kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran
perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada di keluarga, menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan,
menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain
yang ada di keluarga.
2. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari
unit pelayanan kesehatan yang dilakukan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah
kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian
awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan
keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan
yang penting dan paling dasar.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan
dan menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan
sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari
individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun
intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan
status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2010).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu :
3.1 Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan
masalah keperawatan.
a. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :
a) Manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
keluarga.
b) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan
objektif.
c) Perawat dari keluarga secara langsung atau tidak
langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab. Dalam penyusunan masalah kesehatan
dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi
diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat digunakan. Perumusan
diagnosa potensial ini hanya terdiri dari
komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S)
tanpa etiologi (E).
2. Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi.
Diagnosa ini dapat menjadi masalah actual bila tidak
segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko
ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),
sign/symptom (S).
3. Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani
oleh keluarga dan memerlukn bantuan dengan
cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari
problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respons
terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas
keluarga.
3.2 Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi
(Efendy, 2009).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap
yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan
(Suprajitmo, 2010).
3.3 Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang
mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai
yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah.
3) Potensi masalah untuk dicegah.
4) Menonjolnya masalah.
3.4 Rencana
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan
antara hasil implementasi dengan criteria dan standar
yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana
perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang
telah dicapai. Evaluasi disusun mnggunakan SOAP
dimana :
a. S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan
secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan.
b. O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh
perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.
c. A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui
respon subyektif dan obyektif.
d. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis
Daftar Pustaka
Achjar, K.A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A
Nursing Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder
Company, 1995.
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik
Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC,
Jakarta
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar.
Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC
Suprajitno. (2011). Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam
Praktek.Jakarta :EGC
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi
Teori Pada Praktik asuhan keperawatan Keluarga.
Jakarta: Trans Info Media.
Johnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome
Classification. New York : Mosby.
Mccloskey, Joanne& Bulechek, Gloria. 1996. Nursing
Intervention Clasification. New York: Mosby.
Mosby, NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta,
Prima Medika
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Smelzer,Suzanne.C,2001.buku ajar keperawatan medikal bedah
brunner dan suddarth.Ed 8.Jakarta : EGC.
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis
dan Terapi, Lab. Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI,
Jakarta.