Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

S
DENGAN TUBERCULOSIS PADA Tn.S di
RT.03/RW.09 PANDANWANGI
PUKESMAS PANDANWANGI KOTA MALANG

DWI ALDILAH CHASANAH


201810461011031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.B
DENGAN ASMA PADA Tn.S di RT.05/RW.02
ARJOSARI
PUKESMAS PANDANWANGI KOTA MALANG

DWI ALDILAH CHASANAH


201810461011031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2019

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dan telah

disetujui dalam rangka Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Program Pendidikan

Profesi NERS Universitas Muhammadiyah Malang, di Puskesmas Pandanwangi

Kota Malang pada tanggal 6 Mei – 11 Mei 2019.

Malang, Mei 2019


Ners Muda,

Dwi Aldilah Chasanah


NIM: 201810461011031

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS Ni Wayan Sukarni, S.Kep., Ns


NIP: 197412221998032005
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dan telah

disetujui dalam rangka Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Program Pendidikan

Profesi NERS Universitas Muhammadiyah Malang, di Puskesmas Pandanwangi

Kota Malang pada tanggal 13 Mei – 18 Mei 2019.

Malang, Mei 2019


Ners Muda,

Dwi Aldilah Chasanah


NIM: 201810461011031

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS Ni Wayan Sukarni, S.Kep., Ns


NIP: 197412221998032005
BAB I
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1.1Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2009).
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain
(Harmoko, 2012).
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau
lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan saling
menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai
generasi peneus, saling pengertian dan saling menyayangi.
(Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010)

Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan


bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
1.2Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2009) tipe keluarga dibagi menjadi dua
macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti
di tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
keponakan, saudara sepupu,paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat).
Kondisi ini dapatdisebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya
terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah
dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather, adalah keluarga yang
terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family adalah keluarga dengan orang tua
tiri.
3) Commune Family adalah beberapa pasangan keluarga
(dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family adalah
keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family adalah seseorang yang
mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple adalah orang dewasa yang hidup
bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.
7) Group-Marriage Family adalah beberapa orang dewasa
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual
dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family adalah keluarga inti yang dibatasi
aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan
satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster Family adalah keluarga menerima anak yang tidak
ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluargayang aslinya.
10) Homeless Family adalah keluarga yang terbentuk dan
tidak mempunyai perlindungan yang permanent karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari
orang- orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
1.3Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi, 2009), struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
1.4Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan
demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif,
seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri
positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga,
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota
yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih
sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan
intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam
memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/
masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling
menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar
anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi
dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi
afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak
atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di
dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan
belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai
sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di
sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian
keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan
yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
1.5Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Freedman (1981) dikutip dari (Harmoko, 2012)
membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab
keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi
dan beberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta
bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila
keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi.
4. Memodifikasi lingkungan
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga
dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan
yang ada)
1.6Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2009), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spriritual.
1.7Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2009), membagi keluarga
dalam 8 tahap perkembangan, yaitu :
f. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua).
g. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957)
dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah
selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi,
seksual dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran
orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan
kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
h. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada
saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga
terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar
keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
i. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
j. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan
yang seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange
tua.hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
k. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata
kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak – anaknya.
l. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
m. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah
cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
1.8 Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Setiadi (2009) mengatakan dalam pemberian asuhan
keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang
dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah
1. Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan
dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan
menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga
sadar akan akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
2. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit,
dengan memberikan asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan
keluarga, yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan
kesehatan keluaraga baik secara berkelompok maupun
individu.
4. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan
kesehatan itu mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu
mencarikan jalan pemecahannya.
5. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan
perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
6. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan
petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga
perawat tidak dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama
secara tim dan bekerja sama dengan profesi lain untuk
mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.
1.9Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga
Setiadi (2009) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang
perlu diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
keluarga yaitu :
n. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan
kesehatan.
o. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga
sehat sebagai tujuan utama.
p. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam
mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
q. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat
melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
r. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
proinotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
s. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal
mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
t. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah
keluarga secara keseluruhan.
u. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan
pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan.
v. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan
Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
w. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang


kesehatan antara lain
adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur
dengan masalah :
a. Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b. Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi
masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau
keluarga dengan penyakit keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a. Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi (anemia).
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara dan Multipara.
e. Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a. Lahir prematur (BBLR).
b. Berat badan sukar naik.
c. Lahir dengan cacat bawaan.
d. ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan
bayi.
e. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam
bayi dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota
keluarga
a. Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba
untuk digugurkan.
b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga
dan sering timbul cekcok dan ketegangan.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit
d. Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai,
lari meninggalkan rumah.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKOLUSIS PARU

A.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah penyakit infeksi dan menular
yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh kuman
Micobacterium Tuberkulosis.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat 10
– 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai kemampuan
untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita
tiap tahun, dan keadaan tersesebut 75 % terdapat di
Negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi
rendah seperti Indonesia. Di Indonesia penyakit TB Paru
merupakan penyakit rakyat nomor satu dan penyebab
kematian nomor tiga.Prevalensi BTA positif adalah 0,3 %
(1982).Prevalensi pasien di dunia saat ini adalah sekitar 20
juta orang dan terdapat 3 juta pasien yang meninggal
setiap tahunnya karena TB Paru, dan pada survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) Depkes RI 1986TB Paru
menduduki urutan 10 morbiditas dan urutan ke-4
mortalitas. Pada SKRT tahun 1992 mortalitas ini meningkat
ke urutan ke-2.
Berdasarkan informasi dari WHO tahun 1998, program TB
Paru di Indonesia masih menempati rangking ke-3 di dunia
setelah India dan RRC. Hal ini bisa dilihat dari angka
kematian yang masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,2 per-
1000 penduduk. Dari angka tersebut setiap tahun di
Indonesia muncul sejumlah kasus baru sekitar 436.000
kasus.
Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan
yang tepat,cepat,segera dan intensif, maka prevalensi
penyakit ini akan terus meningkat serta resiko penularan
pun semakin tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya
asuhan keperawatan yang komprehensif untuk
mempercepat proses penyembuhan penyakit TB paru.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien dengan TB Paru di Ruang Kenanga RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian TB paru
2) Mengetahui etiologi TB paru
3) Mengetahui faktor predisposisi TB paru
4) Mengetahui patofisiologi TB paru
5) Mengetahui tanda gejala TB paru
6) Mengetahui pemeriksaan penunjang TB paru
7) Mengetahui pathway TB paru
8) Mengetahui pengkajian pada klien dengan TB paru
9) Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien
dengan TB paru
10) Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada
klien dengan TB paru

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis
yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection.
2. Etiologi
Bakteri Myobakterium tuberculosis, dengan ukuran
panjang 1-4 µm dan tebal 1,3-0,6 µm, termasuk golongan
bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil
tahan asam.
3. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
a. Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo,
Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
b. Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain
yang menimbulkan penurunan status kesehatan.
c. Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
d. Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi
steroid & kemoterapi kanker.
4. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa
masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada
kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara
(airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang
mengandung kuman dari orang yang terinfeksi
sebelumnya .(Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita
TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan
cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan
ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu
diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin
dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian
terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang
serta berkembangbiak di paru-paru.
( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa
kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran
limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah
bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan
kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah
dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada
organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil
yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus
atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal
ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.
Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di
gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala
pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui
getah bening menuju kelenjar getah bening regional,
sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan
menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari.
Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus
ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga
dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali
dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa
sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A
Price:1995;754).
5. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,
bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah
satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB


Paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
- Dengan atau tanpa gejala klinik
- BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik
positif 1 kali disokong biakan positif 1 kali atau
disokong radiologik positif 1 kali.
- Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
- Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan
TB Paru aktif
- BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
- Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat
kelainan paru.
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,
menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih
mendukung).

6. Tanda dan Gejala


a. Batuk lama lebih dari 3 minggu
b. Demam
c. Berat badan menurun
d. Keringat malam
e. Mudah lelah
f. Nafsu makan hilang
g. Nyeri dada
h. Batuk darah
7. Gambaran Klinik

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu


suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan
penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti
lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2


golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:

a. Gejala respiratorik, meliputi:


i. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula
bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
ii. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak
darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk
darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh
darah yang pecah.
iii. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-
lain.
iv. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik
yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
i. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influeza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek.
ii. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup
dan pada auskultasi memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak
seperti awan dengan batas tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk
melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena
TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15
mm)

9. Pathway

Mycobacterium
TB

Masuk ke jalan
nafas

Tinggal di alveolus

Reaksi inflamasi
Ketidaknyamanan
pada rongga dada
dan diafragma
Alveolus mengalami
peradanagan

Nyeri Anoreksia

Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Masukan
peroral
menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

10.Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelelelahan umum dan kelemahan
- Dispnea saat kerja maupun istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada
malam hari, menggigil dan atau berkeringat
- Mimpi buruk
Tanda:
- Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
- Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
b. Sirkulasi
Gejala:
- Palpitasi
Tanda:
- Takikardia, disritmia
- Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung
akibat effusi)
- Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya
penyimpangan mediastinal
- Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat
adanya udara dalam mediatinum)
- TD: hipertensi/hipotensi
- Distensi vena jugularis
c. Integritas ego:
Gejala:
- Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya
perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan
tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Tanda:
- Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
- Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
- Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)

d. Makanan dan cairan:


Gejala:
- Kehilangan napsu makan
- Penurunan berat badan
Tanda:
- Turgor kulit buruk, kering, bersisik
- Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
e. Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala:
- Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk
berulang
- Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam,
mungkin menyebar ke bahu, leher atau abdomen.
Tanda:
- Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah.
f. Pernapasan:
Gejala:
- Batuk (produktif atau tidak produktif)
- Napas pendek
- Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu
terinfeksi
Tanda:
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori
pernapasan pada dada, leher, retraksi interkostal,
ekspirasi abdominal kuat
- Pengembangan dada tidak simetris
- Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada
pneumothorax perkusi hiperresonan di atas area
yang telibat.
- Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau
unilateral
- Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi
- Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat
setelah batuk pendek (crackels posttussive)
- Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning
atau bercak darah
- Deviasi trakeal
g. Keamanan:
Gejala:
- Kondisi penurunan imunitas secara umum
memudahkan infeksi sekunder.
Tanda:
- Demam ringan atau demam akut.
h. Interaksi Sosial:
Gejala:
- Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit
menular
- Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat keluarga TB
- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
- Tidak berpartisipasi dalam terapi.
11.Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
adanya eksudat di alveolus.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmempuan memasukkan
makanan karena faktor biologi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
12.Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
o. keperawatan
1. Bersihan jalan NOC: 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau jaw thrust bila perlu
b.d. adanya selama 3x24 jam, diharapkan bersihan jalan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
eksudat di nafas efektif dengan kriteria hasil: ventilasi
alveolus N Targ 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Indikator Awal
o et alat bantu pernafasan
1. Tidak didapatkan 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
demam 5. keluarkan sekret dengan batuk atau
2. Tidak didapatkan
suction
kecemasan
3. Frekuensi 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya
pernafasan sesuai suara tambahan
dengan yang 7. Berikan pelembab udara
diharapkan 8. Atur intake untuk cairan mengoptimlkan
4. Pengeluaran sputum keseimbangan
pada jalan nafas 9. Monitor respirasi dan status O2
5. Bebas dari suara
nafas tambahan
Keterangan:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
2. Ketidakseimbang NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji pola makan, kebiasaan makan dan
an nutrisi: kurang selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi makanan yang disukai
dari kebutuhan menjadi seimbang, dengan kriteria: 2. Berikan makanan sesuai diet dan berikan
tubuh b.d selagi hangat
ketidaakmampua 3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
n mencerna, 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
memasukkan, nutrisi yang adekuat
mengasorbsi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
makanan karena pemberian diet sesuai indikasi
faktor biologi. 6. Ukur berat badan pasien
N Targ
Indikator Awal
o et
1. Masukan peroral Ket:
meningkat
2. Porsi makan yang
disediakan habis
3. Tidak terjadi
penurunan berat
badan
4. Dapat
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan

3. Nyeri (akut) NOC : 1. Kaji nyeri secara komprehensif (skala,


berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan , kualitas, lokasi dan intensitas)
dengan agen diharapkan nyeri hilang/terkendali dengan 2. Observasi reaksi pasien terhadap nyeri
3. Jelaskan faktor penyebab nyeri
injury biologi skala :
4. Gunakan komunikasi terapeutik
1 = Tidak pernah 5. Kaji TTV
6. Berikan posisi yang nyaman
2 = Jarang
7. Ajarkan teknik relaksasi (misal : nafas
3 = Kadang-kadang
dalam, pijat punggung )
4 = Sering 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam
5 = Konsisten menunjukkan pemberian obat
yang dibuktikan dengan indikator :
N Aw Targ
Indikator
o al et
1. Mengenali faktor
penyebab
2. Mengenali lamanya
(onset) sakit
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
3. Menggunakan
metode non-
analgetik untuk
mengurangi nyeri
4. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
5. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
6. Tanda vital dalam
rentang normal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang
digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien
(keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan
keluarga maupun sosial, yang merupakan system
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
(Effendy, 2009).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga
menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988),
meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
1. Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi anggota keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Agama
g) Status sosial ekonomi keluarga
2. Aktifitas rekreasi keluarga
a) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b) Tahap perkembangan keluarga saat ini
c) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
d) Riwayat keluarga inti
e) Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga
c) Struktur peran (formal dan informal)
d) Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi perawatan kesehatan
6. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga.
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping yang digunakan
d) Strategi adaptasi yang disfungsional
7. Pemeriksaan fisik
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga
c) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat
pengkajian menurut Supraji (2011), yaitu:
1. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu
dilakukan antara lain, perawat memperkenalkan diri
dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan
kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran
perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada di keluarga, menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan,
menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain
yang ada di keluarga.
2. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari
unit pelayanan kesehatan yang dilakukan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah
kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian
awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan
keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan
yang penting dan paling dasar.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan
dan menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan
sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari
individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun
intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan
status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2010).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu :
3.1 Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan
masalah keperawatan.
a. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :
a) Manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
keluarga.
b) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan
objektif.
c) Perawat dari keluarga secara langsung atau tidak
langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab. Dalam penyusunan masalah kesehatan
dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi
diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat digunakan. Perumusan
diagnosa potensial ini hanya terdiri dari
komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S)
tanpa etiologi (E).
2. Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi.
Diagnosa ini dapat menjadi masalah actual bila tidak
segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko
ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),
sign/symptom (S).
3. Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani
oleh keluarga dan memerlukn bantuan dengan
cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari
problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respons
terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas
keluarga.
3.2 Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi
(Efendy, 2009).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap
yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan
(Suprajitmo, 2010).
3.3 Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang
mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai
yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah.
3) Potensi masalah untuk dicegah.
4) Menonjolnya masalah.

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa


keperawatan telah dari satu proses skoring
menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon
dan Maglay (1978) dalam Effendy (2009).
a. Kriteria : Bobot dan Skor
b. Sifat masalah : Aktual = 3, Risiko = 2, Potensial = 1
c. Kemungkinan masalah untuk dipecahkan : Mudah = 2,
Sebagian = 1, Tidak dapat = 0
d. Potensi masalah untuk dicegah : Tinggi = 3, Cukup =
2, Rendah = 1
e. Menonjolnya masalah : Segera diatasi = 2, Tidak
segera diatasi = 1, Tidak dirasakan adanya masalah =
0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa


keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat
perawat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan
dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua criteria
d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

3.4 Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan


tujuan keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui
atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi
dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan
primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan
sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2009).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada
bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.
Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima
tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan
dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
a) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga
mengenai masalah.
b) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang
belum diketahui dan meluruskan mengenai
intervensi/interpretasi yang salah.
c) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan
keluarga tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala,
cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara
teratur.
d) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk
kesehatan.
e) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas
apa yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
f) Pelaksanaan, pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada
rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga yaitu:
1) Sumber daya keluarga.
2) Tingkat pendidikan keluarga.
3) Adat istiadat yang berlaku.
4) Respon dan penerimaan keluarga.
5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan
antara hasil implementasi dengan criteria dan standar
yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana
perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang
telah dicapai. Evaluasi disusun mnggunakan SOAP
dimana :
a. S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan
secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan.
b. O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh
perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.
c. A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui
respon subyektif dan obyektif.
d. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis

Daftar Pustaka
Achjar, K.A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A
Nursing Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder
Company, 1995.
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik
Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC,
Jakarta
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar.
Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC
Suprajitno. (2011). Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam
Praktek.Jakarta :EGC
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi
Teori Pada Praktik asuhan keperawatan Keluarga.
Jakarta: Trans Info Media.
Johnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome
Classification. New York : Mosby.
Mccloskey, Joanne& Bulechek, Gloria. 1996. Nursing
Intervention Clasification. New York: Mosby.
Mosby, NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta,
Prima Medika
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Smelzer,Suzanne.C,2001.buku ajar keperawatan medikal bedah
brunner dan suddarth.Ed 8.Jakarta : EGC.
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis
dan Terapi, Lab. Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai