Tanggal Praktik:
Tanggal 16Oktober s/d 21 Oktober 2017
OLEH:
Arief Hidayat,S. Kep
NIM. 1630913310004
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA TB PARU
Tanggal Praktik:
Tanggal 16 Oktober s/d 21 Oktober 2017
OLEH:
Arief Hidayat,S. Kep
NIM. 1630913310004
\
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Menurut Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005), keluarga adalah
dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok
dan masyarakat.. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dalam
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya,
disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga yang
merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga, keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga dengan cara saling mengasuh, saling
menghargai, ikatan dan identifikasi. Apabila fungsi afektif tidak terpenuhi. maka akan
timbul keretakan keluarga, masalah anak atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka
fungsi ini sedikit terkontrol.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.
6. Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan
keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.
b. Level II
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi
bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.
c. Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga,
anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus
intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.
d. Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari
pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar
belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi:
dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem
keluarga dengan lingkungan luar.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk keluarga
melalui perkawinan
Meninggalkan keluarga mereka masing- masing
Tugas Perkembangannya :
Membina hubungan intim yang memuaskan
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,
Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama lain.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5 tahun
). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
Persiapan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan
hubungan seksual
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi,
konseling perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan masalah
keshatan fisik secara dini.
Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak.
c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih
majemuk dan berbeda.
Tugas Perkembangan Keluarga:
Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, privasi
dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.
Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga, pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
Stimulasi tumbang anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan Keluarga :
A. Pengertian
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada
sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat
mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79).
Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru)
adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen
infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
B. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman batang
aerobik dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005: 852). Kuman TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun (Judarwanto, 2009).
C. Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara yang
mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah menghirup basil
tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang
terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai
mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan
reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji
tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut
masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama
di perifer dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding
lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya
mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe
dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme
TB dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral
memberikan gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang
biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi
endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap
menyebabkan lesi di organ-organ lainnya.
D. Manifestasi Klinis
Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :
a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala yaitu :
1. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
2. Malaise
3. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
4. Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik
dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu
sampai berbulan-bulan)
6. Nyeri menusuk dan rasa sesak didada
7. Haemoptisis
b. Sejalan dengan perkembangan
1. Peningkatan frekuensi napas
2. Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
3. Bunyi napas hilang dan ronki kasar
4. Pekak pada saat perkusi
5. Demam persisten
6. Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan serangan akut Obat yang diberikan pada serangan akut antara
lain:
1. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan arthritis
gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang
sering ditemui diantaranya sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah.
Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat
kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual
atau diare hilang. Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat
inflamammatory bowel disease.
2. OAINS Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan
adalah indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam.
Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal,
dan riwayat alergi terhadap OAINS.
3. Kortikosteroid untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi
yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif,
contohnya triamsinolon 10-40 mg intraartikular.
4. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin
karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal
dan memperberat hiperurisemia.
5. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam
setelah serangan menghilang.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut :
a. Uji Mantoux atau Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein
Derivat (PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD
intrakutan di volar lengan bawah. Hasilnya dapat dilihat 48 – 72 jam setelah
penyuntikan. Berniai positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi
baik atau lebih dari 5 mm pada anak dengan gizi buruk.
b. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
c. Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya
menggunakan hasil dahak.
e. Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction), Bactec,
ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis
f. Pemeriksaan radiologis
Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar
paratrakeal.
Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura,
konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.
.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Merupakan dasar utama dari proses keperawatan. Melalui pengkajian ini,
semua data pasien dapat dikumpulkan untuk menentukan masalah–masalah
keperawatan yang mungkin timbul pada setiap kasus penyakit Tuberkulosis Paru.
Pengkajian menurut Doenges (1999) meliputi :
- Identitas Pasien.
Pengkajian ini mencakup nama klien, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, diagnosa
medis, ruang dan nomor register.
- Identitas Penanggung Jawab.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pelajaran, agama, alamat,
hubungan dengan klien.
- Aktifitas/istirahat.
o Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan. Napas pendek karena kerja.
Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari, menggigil dan atau
berkeringat.
o Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja. Kelelahan otot, nyeri, dan
sesak (tahap lanjut).
- Integritas Ego
o Gejala : Adanya/faktor stres lama. Masalah keuangan, rumah. Perasaan tak
berdaya/etnik : madura, dll.
o Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini). Ansietas, ketakutan,
mudah terangsang.
- Makanan/cairan
o Gejala : Kehilangan nafsu makan. Tak dapat mencerna.
Penurunan berat badan.
o Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik.
Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
- Nyeri/Kenyamanan
o Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
o Tanda : Berhati–hati pada area yang sakit. perilaku distraksi, gelisah.
- Pernapasan
o Gejala : Batuk, produktif atau tak produktif. Napas pendek.
Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
o Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan. Pengembangan pernapasan tak
simetris. Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan
pleural). Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak
darah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). Tak perhatian, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
- Keamanan
o Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, Kanker. Tes HIV
positif.
o Tanda : Demam rendah atau panas akut.
- Interaksi Sosial.
o Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d adanya secret Kelemahan , upaya batuk
,burukEdema tracheal.
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
3. Kesiapan meningkatkan menajemen kesehatan
Intervensi Keperawatan Keluaraga
N Diagnosa
NOC NIC
o Keperawatan
Keterangan:
Level 1 : No knowledge
Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Jhonson, Marion dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
Brunner & suddath.2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC: Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta