Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN “HIPERTENSI”

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLADAG

KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2021

Disusun Oleh :
Evatul Hasanah
NIM : 202004086

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan dan Asuhan Keperawatan ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam
Mencapai Kompetensi Program Pendidikan Profesi Ners Stase Komunitas Keluarga
Tahun 2021

Telah di periksa dan di setujui pada:


Hari/ Tanggal
Banyuwangi, 24 November 2021
Oleh:

Evatul Hasanah
202004086

Mengetahui

Kaprodi Profesi Ners Pembimbing Institusi

Ns.Essy Sonotiko.,S.Kep Ns. Fajri Andi ., M.Kep

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan
anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi
sia – sia jika tidak menjadi tidak dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Secara empiris
dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
sangat berhubungan atau sangat signifikan (Suprajitno,2004).
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu,
dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian
pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai – nilai dan budaya keluarga,
sehingga keluarga dapat menerima (Pambudi, 2019).
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang
diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki otonomi
untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah kesehatannya. Perawat
yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung jawab untuk meningkatkan
kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Namun,
di Indonesia belum ada lembaga ataupun organisasi perawat yang mengatur
pelayanan keperawatan di rumah secara administratif. Perawatan yang diberikan di
rumah – rumah khususnya oleh perawat komunitas masih bersifat sukarela, belum ada
pengaturan terhadap imbalan atas jasa yang diberikan(Suprajitno,2004).
Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk
memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada keluarga yang
mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai konsep dan teori
keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai pendekatan (Pambudi ,2019).

3
B. Tujuan.
1. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan sesuai tugas dan
perkembangan keluarga.
2. Tujuan khusus :
Setelah menyelesaikan belajar klinik mmpu :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan maslaha kesehatan
keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Keperawatan kesehatan keluarga.
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012)
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan perawatan (Freeman, 2015) adalah
keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
keluarga tersebut, keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat, perawat dapat
menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga, dalam memelihara pasien
sebagai individu keluarga tetap berperan dalam pengambil keputusan dalam
pemeliharaannya, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk
mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. Sedangkan tujuan
perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga untuk mengelola
masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga dan melindungi serta
memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan kesehatan.

5
2. Type-type keluarga :
Menurut Susanto T, 2012 Type Keluarga adalah sebagai berikut:
1). Type keluarga tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
d. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
2). Type keluarga non tradisional
a) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
d) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui
pernikahan.
6
e) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
suami – istri (marital partners).
f) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
g) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama
yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan
anaknya.
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental. 11) Gang. Sebuah bentuk
keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
3. Tugas Keluarga
Friedman (2012) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
7
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.

4. Tahap perkembangan keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya
disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada
setiap tahapan perkembangan
Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa
berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal
dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur,
bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
d. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.

8
Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).Dimulai
sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30
bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
e. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran
utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang
tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi
dan orang tua dapat tercapai

Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool). Tahap ini
dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun.
Tugas perkembangan
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children). Tahap ini
dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak
berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal
9
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang
berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga :
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan :
a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua
dan remaja.

Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family ).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.
Tugas perkembangan :
10
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families). Tahap ini dimulai ada
saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah
satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena
masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
d. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang,
olahraga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

Tahap VIII keluarga usia lanjut dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu
pasangan meninggal dan keduanya meninggal
Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas keluarga pada
tahap ini

11
5. Fungsi keluarga
Dalam (Setiadi,2013) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
12
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2013) dari berbagai fungsi diatas ada
3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah :
a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa depannya.
6. Tugas Kesehatan
Menurut Friedman (1998), dalam (Murwani, 2014) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.

7. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2013), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
13
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

8. Peran Perawat memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga.


Dalam (Setiadi,2013), memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
a. Pemberian Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.
d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan untuk
merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat.
f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan petunjuk tentang
Asuhan Keperawatan dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat
dalam mengatasi masalah-masalah perawatan keluarga.

9. Tanggung Jawab Perawat


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai tanggung
jawab yang meliputi :
a. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau psikososial,
menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan memberikan intervensi.
Kerjasama dari klien dan keluarga serta pemberi perawatan utama di keluarga
dalam perencanaan sangaat penting untuk menjaga kesinambungan perawatan
selama perawat tidak ada di rumah. Perawat hanya memberikan perawata
dalam waktu yang terbatas. Perawatan yang dilakukan di rumah lebih
merupakan tanggung jawab daari keluarga daripada perawat. Oleh karena itu

14
pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di
rumah.
b. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat penting
untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.
c. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional lain
dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat yang
yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan,
menentukan prioritas kebutuhan , mengidentifikasi cara untuk mememuhi
kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang disusun.
d. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama
periode waktu tertentut sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu
perawatan yang dilakukan di rumah.
e. Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang dimaksud di sini adalah
peran perawat sebagai penasehat terutama yang berhubungan dengan masalah
pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.
10. Diagnosa keperawatan keluarg
a. Ketidakmampuan koping keluarga
Perilaku orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang membatasi
kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan
yang dihadapi klien. Diagnosis ini dapat terjadi karena adanya;
1. Hubungan keluarga ambivalen (kurang menyenangkan)
2. Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat.
3. Resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan yang kompleks
4. Ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan

Gejala dan tanda yang ditimbulkan adalah


1. Merasa diabaikan
2. Merasa tertekan
3. Tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga
15
4. Tidak toleran
5. Mengabaikan anggota keluarga
6. Agresi
7. Agitasi
8. Perilaku menolak
9. Perilaku bermusuhan
10. Ketergantungan anggota keluarga meningkat

b. Penurunan Koping Keluarga


Ketidakadekuatan atau ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan
motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang
dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatannya.
Penyebab masalah ini muncul adalah;
1. Disorganisasi keluarga
2. Perubahan peran keluarga
3. Kurangnya saling mendukung
4. Orang terdekat kurang terpapar informasi
5. Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi di luar keluarga

Gejala dan tanda yang ditimbulkan

1. Mengeluh tentang respons orang terdekat pada masalah kesehatan


2. Orang terdekat menarik diri dari klien
3. Terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien.
4. Bantuan dari orang terdekat menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.

c. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk
memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga. Masalah ini dapat
disebabkan oleh:
1. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
2. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
3. Konflik pengambilan keputusan
4. Kesulitas ekonomi
5. Konflik keluarga/banyak tuntutan
Gejala dan tanda yang ditimbulkan

1. Tidak memahami masalah kesehatan yang diderita


2. Kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
3. Penyakit anggota keluarga semakin memberat
4. Keluarga gagal mengurangi faktor risiko

16
d. Gangguan proses keluarga
Perubahan dalam hubungan atau fungsi keluarga yang dapat disebabkan
adanya
1. Perubahan status kesehatan anggota keluarga
2. Perubahan finansial keluarga
3. Krisis perkembangan
4. Perubahan peran keluarga
5. Peralihan pengambilan keputusan dalam keluarga
Gejala dan tanda yang ditimbulkan

1. Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa


2. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual
anggota keluarga
3. Keluarga tidak mampu mencari atau menerima bantuan secara tepat

e. Ketegangan Peran Pemberi Asuhan


Kesulitan dalam melakukan peran pemberi asuhan dalam keluarga. Keadaan
ini dapat disebabkan adanya:
1. Beratnya/kronisnya penyakit penerima asuhan
2. Pemberi asuhan kurang mendapatkan waktu istirahat dan reaksi
3. Ketidakadekuatan lingkungan fisik dalam pemberian asuhan
4. Keluarga atau pemberi asuhan jauh dari kerabat lain
5. Kompleksitas dan jumlah aktivitas pemberi asuhan
Gejala dan tanda

1. Khawatir klien akan kembali dirawat di rumah sakit


2. Khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
3. Khawatir tentang ketidakmampuan pemberi asuhan dalam merawat klien.

f. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga


Pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien
secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan yang dialami klien
secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan
kesehatan keluarga klien.
Diagnosis ini termasuk dalam jenis positif (potensial), dapat diangkat jika
keluarga menyatakan

1. Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup


sehat
2. Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan

17
B. KONSEP PENYAKIT
a). Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah secara terus – menerus lebih dari satu periode (Nurarif, 2015), ditandai
dengan meningkatnya tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik
>90 mmHg (Udjianti, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit dengan tanda adanya
gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik di atas tekanan darah
normal (Masriadi, 2016:361).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Hipertensi primer (esensial)
Menurut (Masriadi, 2015) Hipertensi primer atau Hipertensi idiopatik
tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis dan sistem renin, sedangkan faktor
yang meningkatkan resiko yaitu : obesitas, merokok, dan alhokol.
2. Hipertensi sekunder
Menurut (Udjianti, 2013) penyebab Hipertensi sekunder pada umumnya
diketahui, yaitu :
a. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal (Estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan Hipertensi.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali
setelah beberapa bulan.
b. Penyakit Parenkim dan Vascular Ginjal
Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Penyakit parenkim ginjal ini terkait dengan infeksi, inflamasi, dan
perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
c. Gangguan Endokrin

18
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
Hipertensi sekunder. Adrenal mediated hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin.

d. Coarctation Aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan
menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
e. Neurogenic
Disebabkan karena tumor otak, encephalitis, dan gangguan
psikiatrik.

3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala menurut (Nurarif, 2015) dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim.
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai Hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Gejala yang sering menyertai penderita Hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah

19
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun

4. Klasifikasi
Menurut (Hariyanto, 2015) derajat hipertensi dapat dikelompokkan

Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut stadium

Tekanan darah Tekanan darah


Kategori
sistole (mmHg) diastole (mmHg)

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-209 110-119

Stadium 4 (sangat
≥210 ≥120
berat)

Tabel 2 klasifikasi krisis hipertensi


No Krisis hipertensi
1. Hipertensi refakter: respon pengobatan tidak memuaskan dan
TD > 200/100 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan
yang efektif
2. Hipertensi aselerasi : TD meningkat (diastolik) >120 mmHg
disertai dengan kelainan funduskopi KW bila tidak diobat
dapat berlanjut ke fase maligna
3. Hipertensi maligna: penderita hipertensi akselerasi dengan TD
Diastolik > peninggian tekanan intrakranial kerusakan yang
cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian
4. Hipertensi ensefalopati: kenaikan TD dengan tiba- tiba

20
disertai dengan keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan
kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi revesible bila TD
diturunkan.
5. Patofisiologi
Menurut (Nurarif, 2015) hipertensi disebabkan oleh faktor predisposisi yang
diantaranya usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alcohol, konsentrasi garam dan obesitas. Akibat dari hal diatas menimbulkan
kerusakan vaskuler pembuluh darah dan merangsang implus saraf simpatis dan
kemudian merangsang serabut saraf ganglion ke pembuluh darah sehingga
noperineprine dilepaskan dan tahanan perifer meningkat (Prabowo, 2017)
sehingga timbul masalah keperawatan resiko perfusi miokard tidak efektif (PPNI,
2016). Akibatnya pemompaan jantung menjadi lebih keras dan berdampak pada
meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah, peningkatan tersebut kemudian
merangsang pusat vasomotor yang menyebabkan kontriksi pembuluh darah
(Masriadi, 2015). Vasokontriksi menyebabkan gangguan pemasokan darah ke
otak sehingga menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otak (Nurarif, 2015)
dan timbul masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif (PPNI,
2016). Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik. Renin
dan Angiotensin memegang peranan penting dalam pengaturan tekanan darah
(Prabowo, 2017) selain itu gangguan sirkulasi darah juga mempengaruhi
pembuluh darah koroner yang menyebabkan iskemik miokard(Nurarif, 2015)
karena hal tersebut maka timbul masalah keperawatan resiko perfusi renal tidak
efektif (PPNI, 2016).

21
22
PATHWAY

23
6. Komplikasi
Menurut (Masriadi, 2015) perubahan utama organ yang terjadi akibat Hipertensi yaitu:
1. Jantung
Komplikasinya dapat berupa infark miokard, angina pectoris, gagal jantung.
2. Ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada pembuluh kapiler
ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit fungsional ginjal,
nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya gromerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic kolid plasma berkurang, menyebabkan
odema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
3. Otak
Komplikasinya berupa stroke dan ishkemik. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan
tinggi diotak, atau akibat emboli yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan
tinggi.
4. Mata
Komplikasinya berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
5. Pembuluh darah kapiler
Komplikasinya jangka panjang berupa resiko stroke dan penyakit jantung

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Nurarif, 2015) pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. HB/HT : Untuk mengkaji hubungan daris sel-sel terhadap volume (viskositas) dan dapat
mengidentifikasi faktor resiko seperti hipokoagulasi, anemia.
b. BUN/Kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran
kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal da nada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. ECG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peningkatan gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung Hipertensi.
4. IVP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Photo dada : Menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung
6.
b). Kebutuhan dasar manusia oksigenasi (resiko perfusi serebral tidak efektif)
1. Definisi
Oksigenasi adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh (Haswita, 2017). Keurangan oksigen

24
ditandai dengan keadaan nafas yang pendek dan nafas cepat dalam proses lanjut akan
menimbulkan kematian.

2. Hipoksia
Hipoksia merupkan kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh tidak adekuat(Haswita, 2017),
akibat kurangnya penggunaan oksigen pada tingkat sel yang ditandai dengan kelelahan,
kecemasan dan pusing (Lusiana, 2012).

3. Tahapan oksigenasi
1. Ventilasi
Proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli.(Lusiana, 2012)
2. Difusi
Proses pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida antara alveoli dengan darah pada
membran kapiler alveolar paru(Haswita, 2017)
3. Transportasi
Perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran
darah(Kusnanto, 2016)

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi oksigenasi


Faktor yang memperngaruhi oksigenasi antara lain:
1. Faktor fisiologis
2. Faktor perkembangan
3. Faktor perilaku
4. Faktor lingkungan, dan
5. Faktor psikologi(Kusnanto, 2016)
5. Inhalasi oksigen
Macam – macam inhalasi oksigen antara lain:
1. Kanul nasal : diindikasikan untuk aliran rendah, kecepatan aliran 1-3 liter/menit, memberikan
oksigen 25 – 45%.
2. Sungkup muka sederhana (simple face mask) : diindikasikan untuk lairan sedang dengan
kecepatan aliran 4-6 liter/menit, dengan memberikan oksigen 35-60%.
3. Sungkup muka non rebrithing : diindikasikan untuk aliran tinggi dan digunakan bersama
kantung reservoir, kecepatan aliran 10-15 liter/menit dengan konsentrasi 100%.
4. Sungkup muka venture (venti mask) : diindikasikan untuk titrasi presentasi oksigen yang lebih
tepat dengan kecepatan aliran 4-8 liter/ menit.
5. Sungkup muka kantung- katup : diindikasikan untuk ventilasi manual pada pasien yang tidak
bernafas atau nafas tidak efektif dengan pemberian aliran 100% ketika disambungkan ketabung
oksigen (Lusiana, 2012)
6. Tujuan pemberian oksigen
1. Mencegah hipoksia

25
2. Memenuhi kebutuhan oksigen
3. Memberikan rasa nyaman, dan
4. Menstabilkan saturasi oksigen (Lusiana, 2012)
7. Pemberian oksigen
Rumus pemberian oksigen
MV=VT x R
Keterangan:
MV= minute ventilation, udara yang masuk ke sistem pernafasan setiap menit
VT= volume tidal 6-8 ml/kgBB
RR= Respiration rate
Misalnya diketahui BB 50 kg, RR 30x/mnt
= (50kg x (6-8 ml)x 30
= 9000 – 12000 ml/mnt =9-12L/mnt
Maka oksigen yang diberikaan pada pasien sebanyak 9-12 L/mnt (Haswita, 2017)
8. Menurut Masriadi (2013:269) penatalaksanaan pada klien Hipertensi ada 2, yaitu :
1). Terapi tanpa obat
a. Menghentikan merokok berlebih
b. Latihan fisik
c. Menurunkan asupan garam
d. Menurunkan berat badan
e. Menghentikan kebiasaan minum alcohol
f. Mengurangi asupan garam
g. Menghindari stress
h. Diet rendah kalium
i. Diet tinggi magnesium dan sayuran
2). Terapi dengan obat menurut Wijayaningsih ( 2013:152), yaitu :
a. Diuretik
Untuk meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi volume
plasma dan cairan ekstrasel.
b. Antiadrenergik
Untuk meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung, atau membuat konstriksi
pembuluh darah perifer.
c. Obat diuretic hemat kalium
(1) Amilolorid (midamor)
(2) Spironolakton
(3) Triamterin
d. Obat diuretic osmotic
(1) Manitol
e. Obat anti adregernik sentral
26
(1) Klonidin (catapres)
(2) Metildopa (aldomet)
(3) Guanabenz (Wytensin)
f. Obat antiadrenergic perifer
g. Obat antagonis adrenergic
h. Terazosin
i. Obat antagonis adrenergic B
j. Obat penghambat ACE
k. Lisinopril
l. Obat vasodilator langsung
3). Diet pada pasien Hipertensi
a. Diet garam rendah 1 (200-400 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edma, asites atau Hipertensi berat.
b. Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edma, asites atau Hipertensi tidak terlalu
berat.
c. Diet garam rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edma, asites atau Hipertensi ringan
d. Mengatur kandungan potassium atau kalium
Potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah
(Wijayaningsih,2013:152).

C. KONSEP ASKEP KELUARGA


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan
sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.
1. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus
terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal – hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data umum :
Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan KK, umur,
pendidikan, dan status imunisasi dari masing – masing anggota keluarga serta genogram.
Type keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tiper keluarga tersebut.
Suku bangsa. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.

27
Status social ekonomi keluarga. Status social ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang
– barang yang dimiliki oleh keluarga.
Aktivitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan bagaimana tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota dan sumber
pelayanan yang digunakan keluarga.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan, peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas
setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat,
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan mengenai waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluaarga yang ada.
System pendukung keluarga. Yang termasuk system pendukung adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi
fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas social atau dukungan
masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan.

28
e. Fungsi keluarga
Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap salingg menghargai.
Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam keluarga dan sejauhmana
anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
Fungsi perawatan kesehatan. Sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaianan dan
perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit,
kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
a. mengenal masalah kesehatan : sejauhmana keluarga mengenal fakta – fakta dari masalah
kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
b. mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : sejauhmana keluarga mengerti
mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah
yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap
masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap
tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c. merawat anggota keluarga yang sakit : sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,
mengetahu tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber –
sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan,
fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauhmana mengetahui sumber – sumbver
keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya
hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.
e. menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat : apakah keluarga mengetahui
keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga.
Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,
metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan, dan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga.
f. Stres dan koping keluarga
Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu + 6 bulan dan jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

29
Kemampuan keluargaa berespon terhadap situasi atau stressor. Mengkaji sejauhmana
keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan, tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang
kondusif
b. Manajemen Kesehatan Keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkana pada pengkajian.
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
i. Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.
ii. Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
iii. Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan. Untuk
menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan
menggunakan skala prioritas.

6. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada
beberapa hal yang harus dilakukan keluarga bersama perawat keluarga yaitu menyusun tujuan,
mengidentifikasi sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas.
1. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan.

30
Menetapkan prioritas masalah atau diagnose keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan
Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya, 1978: Skala untuk menentukan prioritas
Asuhan Keperawatan Keluarga (bailon dan Maglaya, 1978)
NO KRITERIA BOBOT
1. Sifat Masalah 1
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2


Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

3. Potensial masalah untuk dicegah 1


Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
Ada masalah tetapi tidak perlu 0
ditangani
Masalah tidak dirasakan
Scoring:
a. Tentukan skore untuk setiap criteria.
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria.
2. Menetapkan Tujuan Keperawatan.
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan
yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah target dari
kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah
keperawatan dan berorientasi pada perubahan prilaku seperti pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan. Misalnya: keluarga mampu merawat anggotanya (Tn.S) yang menjalani TBC Paru.
Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir kegiatan yang dilakukan
pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran jangka panjang. Misalnya: setelah dilakukan
satu kali kunjungan, keluarga mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu

31
direncanakan evaluasi yang merupakan criteria dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur
yang ada.
Misalnya:
a. Berat badan anak akan naik minimal 1Kg setiap bulan.
b. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas minimal 4x selama kehamilan.

7. Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan kesehatan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
8. Tahap evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila
tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

32
DARTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.


Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik suhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Jakarta : EGC
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Nanda Nic Noc. Jogjakarta: Mediaction.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1).
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184
Masriadi. (2015). Epidemologi Penyakit Tidak Menular (T. Ismail, Ed.). Jakarta Timur: Cv Trans Info
Medika.
Udjianti, W. J. (2013). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Lusiana. (2012). Prosedur Keperawatan. Jakarta: Cv Trans Info Medika.
Haswita. (2017). Modul Keperawatan Dasar. Jakarta: Trans Info Medika.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya: Fakultas keperawatan
Universitas Airlangga.

Wijayaningsih S, P. (2013). Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

BAB 3
33
ASUHAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Fasilitas Yankes No. Register -


Nama Perawat Evatul Hasanah Nama Tn.S
Penanggungjawab/
KK
Nama Individu/ Ny.D Alamat RT03 RW 02 Susukan kidul
Keluarga/ Kelompok ,Gladag ,Rogojampi,
Penyakit/ Masalah Hipertensi banyuwangi
Kesehatan
Tgl/
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
No.

34
20-11- 1.Kesiapan Setelah dilakukan
2021 meningkatakan kunjungan rumah 3x 1. Berikan penjelasan dan sidkusikan
pada keluarga tentang hipertensi:
manajemen kesehatan diharapkan keluarga dapat
pengertian, tanda dan gejala, faktor
berhubungan dengan meningkatan tenang yang memperngaruhi cara
pencegahan dan komplikasi
ketidakmampuan manajemen kesehatan.
2. Motivasi atau anjurkan kepda
merawat anggota keuaraga untuk memeriksana Ny.D
secara teratur dan rutin
keluaraga yang sakit dan
kepelayanan kesehatan
ketidak mmapuan 3. Memberikan penjelasan tentang
diet hipertensi
keluarga memelihara
lingkungan yang
kondusif

2.Manajemen Kesehatan Setelah dilakukan


1. Berikan penjelasan dan
Keluarga tidak efektif kunjungan rumah 3x sidkusikan pada keluarga tentang
hipertensi: pengertian, tanda dan
berhubungan dengan diharapkan keluarga dapat
gejala, faktor yang
ketidakmampuan meningkatan tenang memperngaruhi cara pencegahan
dan komplikasi
keluarga merawat dalam manajemen kesehatan.
2. Motivasi atau anjurkan kepda
mengenal masalah keuaraga untuk memeriksana
Ny.D secara teratur dan rutin
anggota keluarga dengan
kepelayanan kesehatan
hipertensi 3. Memberikan penjelasan tentang
diet hipertensi

35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Fasilitas Yankes No. Register


Nama Perawat Evatul Hasanah Nama Penanggung Tn.S
jawab/ KK
Nama Individu/ Ny.D Alamat RT03 RW 02 Susukan
Keluarga/ Kelompok kidul ,Gladag ,Rogojampi,
Penyakit/ Masalah Hipertensi banyuwangi
Kesehatan
Ttd
Tgl/
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Peraw
No.
at

20-11- S:
1) Melakukan BHSP
2021 1.Kesiapan keluarga mengatakan tidak
dengan klien
meningkatakan mengerti apa yang dimaksud
manajemen kesehatan dengan hipertensi.
berhubungan dengan O:
ketidakmampuan
merawat anggota Kesadaran :Compos mentis

keluaraga yang sakit GCS :4,5,6

dan ketidak mmapuan TD :160/80 mm/Hg

keluarga memelihara P :20 x/ menit

lingkungan yang S : 36,6 0


C

kondusif N : 80 x/ menit
Keluarga tidak bisa menjawab

2.Manajemen Kesehatan tetang penyebab, gejala, dan

Keluarga tidak efektif perawatan hipertensi.

berhubungan dengan A : Masalah belum teratasi .

ketidakmampuan P :Lanjutkan intervensi

keluarga merawat
dalam mengenal
masalah anggota
keluarga dengan
hipertensi

36
21-11- S:
2021 1.Kesiapan 1.Mengobservasi tanda- keluarga mengatakan tidak
meningkatakan tanda vital mengerti apa yang dimaksud
manajemen kesehatan 2.Melakukan pemeriksaan dengan hipertensi.
berhubungan dengan fisik O:
ketidakmampuan
Kesadaran :Compos mentis
merawat anggota
GCS :4,5,6
keluaraga yang sakit
TD :180/90 mm/Hg
dan ketidak mmapuan
P :20 x/ menit
keluarga memelihara
S : 36,6 0
C
lingkungan yang
N : 80 x/ menit
kondusif
Keluarga tidak bisa menjawab
tetang penyebab, gejala, dan
2.Manajemen Kesehatan
perawatan hipertensi.
Keluarga tidak efektif
A : Masalah belum teratasi .
berhubungan dengan
P :Lanjutkan intervensi
ketidakmampuan
keluarga merawat
dalam mengenal
masalah anggota
keluarga dengan
hipertensi

37
22-11- 1.Kesiapan 1.Mengobservasi tanda- S :
2021 meningkatakan tanda vital keluarga mengatakan sedikit
manajemen kesehatan 2.Memberikan HE tentang mengerti apa yang dimaksud
berhubungan dengan : dengan hipertensi.
ketidakmampuan Pengertian, O:
merawat anggota penyebab,gejala,
Kesadaran :Compos mentis
keluaraga yang sakit perawatan, hipertensi
GCS :4,5,6
dan ketidak mmapuan dengan menggunakan
TD :160/100 mm/Hg
keluarga memelihara bahasa yang dipahami
P :20 x/ menit
lingkungan yang oleh klien (yaitu bahasa
S : 36,6 0
C
kondusif jawa).
N : 80 x/ menit
Keluarga bisa menjawab tetang
2.Manajemen
penyebab, gejala, dan
Kesehatan
perawatan hipertensi.
Keluarga tidak
A : Masalah belum teratasi .
efektif
P :Lanjutkan intervensi
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga merawat
dalam mengenal
masalah anggota
keluarga dengan
hipertensi

38
23-11- 1.Kesiapan 1.Mengobservasi tanda- S :
2021 meningkatakan tanda vital keluarga mengatakan sedikit
manajemen kesehatan 2.Memberikan HE tentang mengerti apa yang dimaksud
berhubungan dengan : dengan hipertensi.
ketidakmampuan Pengertian, O:
merawat anggota penyebab,gejala,
Kesadaran :Compos mentis
keluaraga yang sakit perawatan, hipertensi
GCS :4,5,6
dan ketidak mmapuan dengan menggunakan
TD :160/100 mm/Hg
keluarga memelihara bahasa yang dipahami
P :20 x/ menit
lingkungan yang oleh klien (yaitu bahasa
S : 36,6 0
C
kondusif jawa).
N : 80 x/ menit
Keluarga bisa menjawab tetang
2.Manajemen
penyebab, gejala, dan
Kesehatan
perawatan hipertensi.
Keluarga tidak
A : Masalah belum teratasi .
efektif
P :Lanjutkan intervensi
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga merawat
dalam mengenal
masalah anggota
keluarga dengan
hipertensi

39
20-11- 1.Kesiapan 1.Mengobservasi tanda- S :
2021 meningkatakan tanda vital keluarga mengatakan sedikit
manajemen kesehatan 2.Memberikan HE tentang mengerti apa yang dimaksud
berhubungan dengan : dengan hipertensi.
ketidakmampuan Pengertian, O:
merawat anggota penyebab,gejala,
Kesadaran :Compos mentis
keluaraga yang sakit perawatan, hipertensi
GCS :4,5,6
dan ketidak mmapuan dengan menggunakan
TD :160/100 mm/Hg
keluarga memelihara bahasa yang dipahami
P :20 x/ menit
lingkungan yang oleh klien (yaitu bahasa
S : 36,6 0
C
kondusif jawa).
N : 80 x/ menit
Keluarga bisa menjawab tetang
2.Manajemen Kesehatan
penyebab, gejala, dan
Keluarga tidak efektif
perawatan hipertensi.
berhubungan dengan
A : Masalah belum teratasi .
ketidakmampuan
P :Lanjutkan intervensi
keluarga merawat
dalam mengenal
masalah anggota
keluarga dengan
hipertensi

40
22-11- Kesiapan meningkatakan 1.Mengobservasi tanda- S :
2021 manajemen kesehatan tanda vital keluarga mengatakan sedikit
berhubungan dengan 2.Memberikan HE tentang mengerti apa yang dimaksud
ketidakmampuan : dengan hipertensi.
merawat anggota Pengertian, O:
keluaraga yang sakit penyebab,gejala,
Kesadaran :Compos mentis
dan ketidak mmapuan perawatan, hipertensi
GCS :4,5,6
keluarga memelihara dengan menggunakan
TD :140/100 mm/Hg
lingkungan yang bahasa yang dipahami
P :20 x/ menit
kondusif oleh klien (yaitu bahasa
S : 36,6 0
C
2.Manajemen Kesehatan jawa).
N : 80 x/ menit
Keluarga tidak efektif
Keluarga bisa menjawab tetang
berhubungan dengan
penyebab, gejala, dan
ketidakmampuan
perawatan hipertensi.
keluarga merawat
A : Masalah belum teratasi .
dalam mengenal
P :Hentikan Intervensi
masalah anggota
keluarga dengan
hipertensi

41
42
43
44

Anda mungkin juga menyukai