Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Untuk Memenuhi Tugas Askep Keperawatan Keluarga PBK 3

Dosen Pembimbing :
Wildan Akasyah, S. Kep., Ns., M. Kep 

Oleh :

ROKHIMAHTUL FAYYADHAH (10217052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyanyang,
Saya panjatkan puja puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
tentang “Makalah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi”
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaharui
makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Kediri, Januari 2021


BAB 1
KONSEP KELUARGA

A. Pengertian Keluarga
Menurut WHO (1969), keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi,
2008).
Menurut Depkes RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2008).
Menurut Bailon dan Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih
individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam
satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya (Andarmoyo, 2012).
Menurut Johnson’s (1992), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam
kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai kehidupan antara satu orang dengan lainnya
(Andarmoyo, 2012).
Menurut Setiadi (2008:3), dari beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan secara umum bahwa keluarga itu terjadi jikalau ada:
1. Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan)
2. Hubungan (darah/adopsi/kesepakatan)
3. Tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
4. Ada peran masing-masing anggota keluarga
5. Ikatan emosional

B. Bentuk-bentuk Keluarga
a. Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
 Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
 Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah atau
ditinggalkan
 Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
 Bujang dewasa yang tinggal sendirian
 Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah
dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja
 Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan dalam daerah
geografis
b) Keluarga Non tradisional
 keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
 keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
 keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman yang sama
b. Menurut Friedman (1986)
1. Nuclear family (keluarga inti)
Orangtua dan anak, tinggal satu rumah, terpisah dari keluarga lain
2. Extended family (keluarga besar)
Keluarga inti di tambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah
3. Single parent family
Keluarga yang terdiri dari salah satu orangtua dengan anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya
4. Nuclear dyed
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam 1
rumah yang sama
5. Blended family
Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangan dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu
6. Three generation family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi : kakek-nenek, bapak-ibu, anak
dalam 1 rumah
7. Single adult living alone
Keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam
rumahnya
8. Middle atau elderly couple
Keluarga yang terdiri sepasang suami istri paruh baya
C. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi
keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005) yaitu
a. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga mengekspresikan kasih
sayang.
b. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk
nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan-batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai2 budaya keluarga.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan
seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
papan dn kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.Mencari sumber2 penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari tua).
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membebaskan anak untuk kelanjutan generasi.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya

D. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.Lima tugas
keluarga yang dimaksud :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

E. Tingkat Kemandirian Keluarga


Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat keluarga
dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui
kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat
kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006) sebagai
berikut :
a. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
b. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
c. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
d. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif

F. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


a. Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
a) Saling memuaskan antar pasangan
b) Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak
c) Merencanakan dengan matang jumlah anak
d) Memperjelas peran masing-masing pasangan
b. Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
a) Mempersiapkan biaya persalinan
b) Mempersiapkan mental calon orang tua
c) Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak
c. Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi
Tugas:
a) Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi (ASI ekslusif 6 bln)
b) Memberikan kasih sayang
c) Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan
d) Pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota
keluarga baru termasuk siklus hubungan sex
e) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan
d. Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
a) Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
b) Mulai menanamkan keyakinan beragama
c) Mengenalkan kultur keluarga
d) Memenuhi kebutuhan bermain anak
e) Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar
f) Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
g) Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
e. Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
a) Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya
sekolah
b) Membiasakan belajar teratur
c) Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolahnya
d) Memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting
untuk masa depan anak
e) Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan
sekitarnya
f. Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja
Tugas:
a) Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
b) Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah/kegiatan di luar
sekolah
c) Memberikan kebebasan dalam batasan yang bertanggung jawab
d) Mempertahankan komunikasi dua arah
g. Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
a) Mempertahankan keintiman pasangan
b) Membantu anak untuk mandiri
c) Mempertahankan komunikasi
d) Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
e) Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak
h. Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
a) Menjaga keintiman pasangan
b) Merencanakan kegiatan yang akan datang
c) Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
d) Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
i. Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
a) Saling memberikan perhatian yang menyenangkan antar pasangan
b) Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
c) Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu
d) Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan
yang kekal setelah kehidupan ini
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin, hal 356).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih (Barbara
Hearrison 1997).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
menetap atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan
dengan mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu
yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler
perifer pada tingkat arteriol.

B. Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada organ
targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi, hipertensi dapat
menimbulkan stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, dan gagal jantung kongestif.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau maligna,
namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress Sekunder atau hipertensi renal
disebabkan oleh proses penyakit dasar. Dapat diakibatkan karena penyakit
parenkim renal/vakuler renal.
2. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Pada umunya
hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
pelabaran pembuluh darah.

Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:


Keturunan
a. Usia
b. Berat badan
c. Perokok Pola makan
d. dan gaya hidup Aktivitaas olah raga

C. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg


Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-169 100-109

Stadium 3 (berat) 160-209 110-119

Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak.Dari pusat vasomotor ini bermula saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatisdi toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi respons pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstroktor.Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi (Brunner &Suddarth. 1996).

E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
yang paling menyertai hipertensi.Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan
sistemik yang meningkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menhan peningkatan
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri.Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin).Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
tajam penglihatan.Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai
serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80% (Brunner &Suddarth. 1996).

F. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau; latihan dan
relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pris,
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, di atas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan
(Smeltzer & Bare, 2001).
Terapi Herbal yang bisa digunakan sebagai obat untuk penderita hipertensi adalah
a Mengkudu (Morinda citifolia)
Buah mengkudu memiliki kandungan scopoletin, senyawa ini berfungsi mengatur
tekanan darah. Mekanisme kerja scopoletin untuk menurunkan tekanan darah
adalah sebagai vasodilator yang menurunkan tekanan darah dengan
merelaksasikan otot polos vaskuler sehingga tekanan darah arteri menurun
tekanan darah juga menurun. Selain itu, mengkudu juga mengandung xeronine
yang berfungsi sebagai zat diuretik yaitu dengan mengurangi volume darah
dengan mengeluarkan simpanan natrium dari dalam tubuh. Mengkonsumsi
mengkudu sebanyak 2 ons dua kali sehari selama satu bulan mampu menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. (Afa Kehaati Palu, Et al, 2008)
b Daun Salam (Eugenia polyantha)
Daun salam mengandung senyawa tanin, saponin, dan vitamin C. Tanin bereaksi
dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat penyerapan
lemak. Sedangkan saponin berfungsi mengikat kolesterol dengan asam empedu
sehingga menurunkan kadar kolesterol. Kandungan vitamin C di dalamnya
membantu reaksi hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu, akibat reaksi itu
meningkatkan ekskresi kolesterol. Mengkonsumsi 15 lembar daun salam dengan
cara di rebus dalam 2 gelas sampai tersisa satu gelas. Angkat, lalu saring. Minum
2 kali sehari masing-masing ½ gelas dinilai dapat menurunkan tekanan darah.
(Setiawan, 2009)
c Kunyit (Curcuma longa)
Kunyit memiliki zat aktif berupa curcumin. Kandungan curcumin dalam kunyit
dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh dan dapat menurunkan tekanan darah.
Kurkumin memiliki kemampuan dalam mencegah pengumpalan darah, mencegah
oksidasi kolesterol LDL, serta mampu menghambat pembentukan plak didalam
pembuluh darah. Mengkonsumsi kunyit 100 mg/kg BB/perhari dapat menurunkan
kadar kolesterol didalam tubuh. (Maryam & Shanin,2011).
PRE PLANNING KUNJUNGAN PERTAMA PADA KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi
merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan
140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui
dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan
gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sitematis untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluaraga. Dalam memeberikan asuhan keperawatan keluarga
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari, pengkajiaan, perencanaan,
observasi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian dan observasi merupakan langkah awal
yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang status kesehatan dan permasalahan
yang di hadapi klien. Setelah data terkumpul kemudian di analisa dapat di rumuskan
masalah kesehatan yang ada pada keluarga Tn. R.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah
keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah hipertensi.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga.
3. Mengetahui struktur keluarga.
4. Mengetahui fungsi keluarga.
5. Mengetahui stress dan koping keluarga.
6. Mengetahui status kesehatan keluarga.
7. Mengetahui harapan keluarga.
8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.

C. Metode Pelaksanaan
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah Hipertensi.

E. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Selasa, 19 Januari 2021
Waktu : Pukul 09.00-Selesai

No Tahap Kegiatan
.
1. Pra interaksi a. Mengucapkan salam.
(5 menit ) b. Memperkenalkan diri.
c. Menyampaikan maksud dan tujuan.
2. Interaksi a. Wawancara dengan keluarga tentang data
(30 menit ) yang diperlukan.
b. Melakukan pemeriksaan fisik pada
seluruh anggota keluarga.
c. Melakukan observasi lingkungan.

3. Terminasi a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan


(5 menit ) terimakasih.
b. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi
data yang kurang.
c. Salam penutup.
F. Media Dan Alat

Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.

G. Setting Tempat
Keterangan :
A
A : Mahasiswa
B : Pasien
B C
C : Keluarga pasien
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi.
e. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan kurang lebih 65% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan
koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
PENGKAJIAN
ANALISA DATA

N DATA PROBLEM ETIOLOGI


O
1. DS : - klien mengatakan khawatir Penurunan Koping Ketidakmampuan keluarga
dengan respon kelurga jika berbicara Keluarga mengenal masalah
tentang masalah kesehatannya
- Keluarga mengatakan kurang
terpapar informasi tentang penyakit
klien

DO :
- Terbatasnya komunikasi keluarga
dengan klien
- TD : 180/110 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- RR : 22x/menit

DS : - klien mengatakan tidak bercerita


2. Gangguan Proses Ketidakmampuan keluarga
kepada keluarga tentang masalah
Keluarga dalam merawat anggota
kesehatannya
keluarga yang sakit
DO :
- Keluarga tidak mampu
beradaptasi terhadap situasi
- Kurangnya komunikasi yang
terbuka antar anggota keluarga

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan Koping Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah d.d keluarga mengatakan kurang terpapar informasi tentang penyakit Tn. R
2. Gangguan Proses Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit d.d Tn. R tidak bercerita tentang masalah kesehatannya

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosa Nilai
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Kep. Total
1. Sifat masalah : Tn. R khawatir
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2 terhadap respon
Keadaan sejahtera 1 3/3x1 = 1 keluarga tentang
masalah
kesehatannya
Kemungkinan masalah dapat diubah : Keluarga tidak
Skala : Mudah 2 2
Sebagian 1 2/2x2 = 2 berkomunikasi
Tidak dapat 0 dengan baik
Potensial masalah untuk dicegah : Dengan pemberian
Skala : Tinggi 3 1
Cukup 2 informasi tentang
Rendah 1 2/3x1 = penyakit Tn. R
2/3 kemungkinan
masalah dapat
dicegah
Menonjolnya masalah : Jika Tn. R tidak
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani 2 bercerita tentang
1
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 2/2x1 = 1 penyakitnya,
Masalah tidak dirasakan 1
keadaan akan lebih
0
parah
TOTAL SKOR 4 2/3
Diagnosa Nilai
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Kep. Total
2. Sifat masalah : Tn. R tidak
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2 bercerita dengan
Keadaan sejahtera 1 2/3x1 =
keluarga tentang
2/3
masalah
kesehatannya
Kemungkinan masalah dapat diubah : Keluarga tidak
Skala : Mudah 2 2
Sebagian 1 2/2x2 = 2 mampu beradaptasi
Tidak dapat 0 dengan situasi
Potensial masalah untuk dicegah : Dengan
Skala : Tinggi 3 1
Cukup 2 memberitahu
Rendah 1 penyakit Tn R
2/3x1 =
kepada keluarga
2/3
kemungkinan
masalah dapat
dicegah
Menonjolnya masalah : Jika Tn. R tidak
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani 2 bercerita tentang
1
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 2/2x1 = 1 penyakitnya,
Masalah tidak dirasakan 1
keadaan akan lebih
0
parah
TOTAL SKOR 3 4/3
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1. Penurunan Koping Keluarga pada keluarga Tn. R b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah d.d keluarga 4 2/3
mengatakan kurang terpapar informasi tentang penyakit Tn. R
2. Gangguan Proses Keluarga pada keluarga Tn. R b.d
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang 3 4/3
sakit d.d Tn. R tidak bercerita tentang masalah kesehatannya

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DX Keperawatan : Penurunan Koping Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah d.d keluarga mengatakan kurang terpapar informasi tentang penyakit Tn. R

Hasil/
Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Standart
Tujuan
Umum : Kognitif, - klien tidak Dukungan Koping - Mengidentifikasi
Setelah merasa Keluarga bagaimana respon
Afektif, khawatir emosional klien
dilakukan tentang respon Observasi : terhadap kondisi
kunjungan - Perasaan keluarga
terhadap saat ini
diabaikan - Identifikasi
selama 1 – penyakitnya - Mendengarkan
menurun (5) respons apa yang
3x/ minggu - Krkhawatiran emosional
- klien dan dikatakan klien
Tn. R dan tentang keluarga terhadap kindisi dan keluarga
anggota mampu saat ini - Menerima nilai-
keluarga keluarga memahami nilai keluarga dan
lebih menurun (5) pengetahuan Terapeutik : tidak menghakimi
- Perilaku tentang
mengerti - Memfasilitasi
mengabaikan penyakit - Dengarkan
hipertensi tempat atau
informasi anggota masalah, pendukung lain
keluarga perasaan, dan
tentang - keluarga untuk
menurun (5) mampu pertanyaan pengungkapan
penyakit Tn. keluarga
menjalin perasaan antar
R Psikomotor komunikasi - Terima nilai- keluarga klien
yang baik nilai keluarga dengan klien atau
- Kemampuan dengan klien dengan cara dengan anggota
memenuhi yang tidak
Tujuan Khusus keluarga lain
kebutuhan menghakimi
: - Menghargai dan
anggota - Fasilitasi mendukung
keluarga pengungkapan
Setelah mekanisme
meningkat perasaan antara koping keluarga
dilakukan (5) pasien dan
tindakan - Komunikasi keluarga atau
antar anggota
selama 3 x 1
keluarga antar keluarga
hari,
meningkat - Hargai dan
diharapkan : (5) dukung
- Klien tidak mekanisme
koping adaptif
merasa
yang digunakan
khawatir
dengan Edukasi :
respon
- Informasikan
keluarga kemajuan pasien
terhadap secara berkala
penyakitny
Kolaboasi :
a
- Klien dan - Rujuk untuk
keluarga terapi keluarga,
jika perlu
memahami
pengetahu
an tentang
penyakit
klien
- Terjalinny
a
komunikas
i yang baik
antara
klien
dengan
keluarga

DX Keperawatan : Gangguan Proses Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit d.d Tn. R tidak bercerita tentang masalah kesehatannya

Tujuan Kriteria Hasil/ Standart Intervensi Rasional


Tujuan Umum : - Klien
Setelah Kognitif, mampu Promosi Proses - Mengidentifikasi
Afektif, Efektif Keluarga bagaimana tipe
dilakukan Psikomotor bercerita
keluarga tersebut
kunjungan kepada Observasi : - Mengidentifikasi
selama 1 – 3x/ keluarga
- adaptasi tentang - Identifikasi tipe masalah atau
minggu Tn. R keluarga proses keluarga gangguan yang
dan keluarga terhadap masalah
situasi - Identifikasi ada dalam
meningkat (5) kesehatanny masalah atau keluarga
lebih baik
a gangguan dalam - Mempertahankan
dalam - kemampuan proses keluarga interaksi antar
keluarga - Keluarga
berkomunikas anggota keluarga
berkomunikas mampu
i secara Terapeutik : - Memotivasi
i satu sama keluarga untuk
terbuka beradaptasi
lain dan diantara
terhadap
- Pertahankan interaksi melakukan
anggota yang berkelanjutan aktivitas bersama-
terbuka dalam keluarga situasi
meningkat (5) dengan anggota sama
segala - Keluarga keluarga - Menjelaskan
informasi dank lien - Motivasi anggota strategi
keluarga untuk mengembalikan
mampu melakukan aktivitas kehidupan
menjalin bersama seperti keluarga yang
Tujuan
komunikasi makan bersama, normal
Khusus :
diskusi bersama - Mendiskusikan
yang terbuka
keluarga dukungan sosial
Setelah
antara antar anggota
dilakukan anggotan Edukasi : keluarga
tindakan keluarga
- Jelaskan strategi
selama 3 x 1 mengembalikan
hari, kehidupan keluarga
yang normal
diharapkan :
kepada anggota
- Klien keluarga
mampu - Diskusikan
dukungan sosial
bercerita
dari sekitar
kepada keluarga
keluarga
tentang
masalah
kesehatann
ya
- Keluarga
mampu
beradaptasi
terhadap
situasi
- Keluarga
dank lien
mampu
menjalin
komunikasi
yang
terbuka
antara
anggotan
keluarga

IMPLEMENTASI
Dx Keperawatan : Penurunan Koping Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah d.d keluarga mengatakan kurang terpapar informasi tentang penyakit Tn. R

Hari/
IMPLEMENTASI Paraf
Tanggal/waktu

SELASA, 19
januari 2021 Observasi :

- mengidentifikasi respons emosional terhadap kindisi saat ini

Terapeutik :

- mendengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga dan


menjawab pertanyaan dari keluarga klien maupun klien
- menerima nilai-nilai keluarga dengan baik dan tidak dengan
cara menghakimi
- memfasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan
keluarga atau antar keluarga
- menghargai dan mendukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan

Edukasi :
- menginformasikan kemajuan pasien secara berkala

Kolaboasi :

- merujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

Dx Keperawatan : Gangguan Proses Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit d.d Tn. R tidak bercerita tentang masalah kesehatannya

Hari/
IMPLEMENTASI Paraf
Tanggal/waktu

SELASA, 19
januari 2021 Observasi :

- mengidentifikasi tipe proses keluarga


- mengidentifikasi masalah atau gangguan yang muncul dalam
proses keluarga

Terapeutik :

- mempertahankan interaksi yang berkelanjutan dengan anggota


keluarga
- memotivasi anggota keluarga untuk melakukan aktivitas bersama
seperti makan bersama, diskusi bersama keluarga

Edukasi :

- menjelaskan strategi mengembalikan kehidupan keluarga yang


normal kepada anggota keluarga
- mendiskusikan dukungan sosial dari sekitar keluarga

EVALUASI

Dx Keperawatan : Penurunan Koping Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah d.d keluarga mengatakan kurang terpapar informasi tentang penyakit Tn. R

Hari/ Tanggal/ EVALUASI


Waktu (SOAP)
Selasa, 19 januari
2021 S : pasien mengatakan sudah sedikit tidak khawatir tentang respon anggota
keluarga tentang penyakitnya, Keluarga mengatakan sudah memahami cara
mengenali masalah hipertensi dan memahami pengetahuan tentang
hipertensi

O : pasien dapat bercerita sedikit tentang maslah kesehatannya, keluarga


dapat mengungkapkan kembali cara mengenali masalah dan memahami
pengetahuan tentang hipertensi dengan menyebutkan pengertiannya.

A : tujuan tercapai sebagian

P : intervensi dilanjutkan

Dx Keperawatan : Gangguan Proses Keluarga pada keluarga Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit d.d Tn. R tidak bercerita tentang masalah kesehatannya

Hari/ Tanggal/ EVALUASI


Waktu (SOAP)
Selasa, 19 januari
2021 S : pasien mengatakan sudah sedikit berkomunikasi dengan anggota
keluarga, keluarga mengatakan mampu beradaptasi terhadap situasi yang
dialami

O : pasien dapat berkomunikasi dengan anggota keluarga, keluarga mampu


beradaptasi terhadap situasi

A : tujuan tercapai sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai