Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN “T”

DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA USIA LANJUT


DENGAN NY “J” DIAGNOSA MEDIS JANTUNG REMATIK
DI DUSUN PERIGI DASAN AGUNG
TANGGAL 26-28 JANUARI 2021

OLEH :
QIBITHIA MARIA MALIK
P07120418014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan atau disetujui
oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :
Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :

Mengetahui,

Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik,

( ) ( )

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN JANTUNG REMATIK

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga ,Duvall dan
Logan ( 1986 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Bailon dan Maglaya ( 1978 )
 Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Departemen Kesehatan RI ( 1988 )
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Tipe Keluarga
a. Tradisional :
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman,
tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
6) The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang
bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada
saat akhir pekan (week-end)
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi,
telpon, dll)
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
11) The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti :
perceraian atau ditinggal mati
b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental

3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman,
1998, hal 349-401)
a. Fungsi Afektif, berhubungan dengan fungsi-fungsi internal
keluarga yaitu sebagai perlindungan dan dukungan psikososial
bagi para anggotanya. Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis
sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari unit keluarga (stair,
1972)
b. Fungsi Sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dn menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi, fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan.

4. Tahap Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola
yang sama (Rodgers cit Friedman, 199:
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok
sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan
samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama
berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
yang paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga
sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga,
atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal damapi keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

5. Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang
komplek dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk
bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga .(Harmoko, hal 69: 2012)
a. Pengkajian
1) Dataumum
Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika
ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial,
jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing
anggota keluarga, dan genongram (genogram keluarga
dalam tiga generasi).
a) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga
beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluargatersebut.
b) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga
tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa terkait dengan kesehatan.
c) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh
keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhikesehatan.
d) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh
pendapatan, baik kepala keluarga maupun
anggota keluarga maupun anggota
keluargalainnya.
e) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang,
rekreasi keluarga tidak hanya dilihatkapan
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namunmenonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakn
aktivitasrekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan
oleh anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat
kesehatan pada keluarga inti, meliputi:riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing, anggota, dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan
keluarga yang hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal
keduanya orang tua (seperti apa kehidupan keluarga
asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang
tua dari kedua orangtua.
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah gambaran tipe tempat tinggal,
gambaran kondisi rumah, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, kebersihan dan sanitasi rumah,
pengaturan privasi dan perasaan secara
keseluruhandengan pengaturan atau penataan rumah
mereka.
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat
tinggalTipe lingkungan tempat tinggal komunitas
kota atau desa, tipe tempat tinggal,keadaantempat
tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas- fasilitas ekonomi dantransportasi.
c) Mobilitas geografis keluarga. Ditentukan apakah
keluarga tinggal didaerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat
tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat. Menjelaskan waktu yang digunakan
keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yangada.
e) Sistem pendukung keluargaJumlah anggota keluarga
yang sehat, sumber dukungan dari anggota keluarga
dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang
dimilikikeluarga.

4) Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan
mengenai cara berkomunikasi antara nggota
keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota


keluarga untuk mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran,menjelaskanperandari masing-masing
anggota keluarga baik formal/informal.

d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan


mengenai nilai dan norma yangdianut keluarga
yang berhubungan dengankesehatan.

5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan
yangdimiliki.
b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga,
sejauh manaanggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya danprilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatannya dan
memelihara kesehatannya.
d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana
keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.

6) Stres dan koping keluaarga


a) Stressor jangka pendek danpanjang.
 Jangka pendek: penyelesaian stressor yang
dialami <±6 bulan 2)
 Jangka panjang :penyelesaian stressor yang
dialami >±6bulan)
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/
stressor, kaji sejauh mana keluarga berespon
terhadapsituasi.
c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana
strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permaslahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan
mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

7) Pemeriksaan Fisik
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh
anggota keluarga.
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign,
rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks,
abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system
genetalia
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

8) Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatankeluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yangada

6. Diagnosa Asuhan Keperawatan Keluarga


Diagnose Keperawatan Keluarga dirumuskan berdasarkan
data yang di dapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah
keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang
berasal dari pengkajian fungsi keperawatan keluarga. Diagnose
keperawatan mengacu pada PES (Problem/Masalah,
Etiologi/Penyebab, Sign/Tanda) dimana untuk problem dapat
digunakan rumusan NANDA.
a. Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan
masalah keperawatan.
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasarmanusia yang dialami
oleh keluarga atau anggotakeluarga.

2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif


danobjektif.

3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan


objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara
langsung atau tidak langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam


perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis
keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu:
a. Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah
mampu memenuhi kebutuhankesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa
potensial ini hanya terdiri dari komponen Problem (P)
saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
b. Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa
ini dapat menjadi masalah actual bila tidak segera
ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari
komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
c. Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh
keluarga dan memerlukn bantuan dengan cepat.
Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P),
etiologi (E), dan sign/symptom (S). Perumusan problem
(P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhandasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5
tugas keluarga.

7. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga


Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi
(Efendy,1998). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam
2 tahap yaitu
pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan
(Suprajitmo, 2004).
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang
mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang
mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah (actual, risiko,potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
3) Potensi masalah untuk dicegah
4) Menonjolnya masalah

b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan
tujuan keperawatan. Tujuandirumuskan untuk mengetahui
atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi
dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan
primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan
sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuatgaris
pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000). Tujuan
terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan
tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam
intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman
keluarga mengenai masalah

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal


yang belum diketahui dan meluruskan mengenai
intervensi/interpretasi yangsalah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan
keluarga tentang faktor- faktor penyebab, tanda dan
gejala, cara menangani, cara perawatan, cara
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya
pengobatan secara teratur.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif
untuk kesehatan.

5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga


atas apa yang telah diketahui dan apa yang telah
dilaksanakan.

8. Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yangberlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

9. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara
hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah
ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja
valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara
jelas telah digambarkan tujuan  perilaku yang spesifik maka hal
ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat
aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara
subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang obyektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subyektif dan obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisisi
(suprajitno, 2004)

B. KONSEP PENYAKIT JANTUNG REMATIK


1. Definisi Penyakit Jantung Rematik
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan
yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama
persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai
dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis
reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta, edisi 3, 2007)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan
sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh
infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor
yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul
subkutan dan Eritema marginatum.

2. Etiologi Penyakit Jantung Rematik


Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit
ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas
yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang
pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada
penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang melawan
streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi
autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi
timbulnya RHD yaitu :
a. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan
aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal
dengan status reumatikus.
b. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida
bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A
dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung
terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
c. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan
yang buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya
pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari
pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat
kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
d. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens
infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens
demam reumatik juga meningkat.

3. Klasifikasi Jantung Rematik


Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun
reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99
adalah:
a. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam,
Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan
pada tonsil yang disertai eksudat
b. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara
infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam
reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau
bahkan berbulan-bulan kemudian.
c. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut
demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi
klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam
gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam
reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu,
Anoreksia, Lekas tersinggung, Berat badan menurun,
Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar
sendi, Sakit perut
d. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita
demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit
jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan
gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala
sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan
jenis serta beratnya kelainan.Pada fase ini baik penderita
demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-
waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

4. Patofisiologi Jantung Rematik


Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya
didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga bakteri
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3
minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan
langsung antara infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik
akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel
tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat
anti. Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat
mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan
jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi
eksudatif maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis,
nodul subkutan eritema marginatum dan khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.
5. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones
yaitu:
a. Kriteria mayor:
1) Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah –
pindah, radang sendi – sendi besar, lutut, pergelangan kaki,
pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran).
2) Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3)  Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang
tidak gatal.
4) Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas
jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas
digerakkan.
5)  Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
b. Kriteria minor:
1) Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit
jantung reumatik
2) Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada
sendi; pasien kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3) Demam tidak lebih dari 390 C
4) Leukositosis
5) Peningkatan laju endap darah (LED)
6) Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7) Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

6. Pemeriksaan Penunjang
a.  Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan
ASTO, peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis,
dan dapat terjadi penurunan hemoglobin.
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya
pembesaran pada jantung.
c. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:
a. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.

Kelompok Tirah baring Mobilisasi bertahap

Klinis ( minggu ) ( minggu)

- Karditis (  -  )

- Artritis    ( + ) 2 2

- Karditis     ( + )

- Kardiomegali (-) 4 4

-   Karditis (  +  )

-   Kardiomegali(+) 6 6

-   karditis ( +  )

-   Gagal jantung (+ ) >6 > 12

b. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian


penisilin benzatin 1,2 juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan
600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg, atau penisilin
2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin,
diberikan eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk
profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu
sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari
untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar.
Jangan lupa menghitung sel darah putih pada minggu-minggu
pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya
obat dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama
bila ada kelainan jantung dan rekurensi.
c. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa
karditis, dan ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung.
Pemberian salisilat dosis tinggi dapat menyebabkan intoksikasi
dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan
artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa
kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan
maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu,
kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan
kardiomegali. Obat terpilih adalah prednison dengan dosis awal
2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80
mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg
diikuti prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala
pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara
bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan
dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan.
Tujuannya untuk menghindari efek rebound atau infeksi
streptokokus baru.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta : Sagung Seto
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and
Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya
Ngastiyah  (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.
Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit
Ed. 6 Vol 1. EGC. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3.
Volume II, 2001, FKUI.

Anda mungkin juga menyukai