Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :

RABIATUN ADDAWIAH (P07120419024)

KEMENTRIAN KESEHATANPOLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
PROFESI TA. 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga ,Duvall dan Logan (2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Bailon dan Maglaya (2008).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Departemen Kesehatan RI (2005)
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
a. Tradisional :
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
2) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
3) The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua
(kakak-nenek), keponakan, dll)
4) The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak,
hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
5) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-
end)
6) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah
7) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
8) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
9) The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati
b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers
cit Friedman, 2006:
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan
samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama
berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
4) Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
5) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
damapi keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
6. Fungsi keluarga

Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam


Komang Ayu Henny Achjar (2010) yaitu :
a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi


kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan
respon dari keluarga terhadap situasi dan kodisi yang dialami tiap
anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat
bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan


sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini
anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga
produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan
anak dengan dunia luar degan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan
norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu
berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga


dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
serta mejamin pemenuhan kebutuhan perkmbangan fisik, mental dan
spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi Ekonomi.
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung
untuk memenuhi kebtuhan keluarga.
e. Fungsi biologis

Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk memenuhi


keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan


pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008)
dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, adalah :

1) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,


kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan


anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan
menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila
dan spiritual.

3) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap


menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
7. Peran Keluarga

Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat


perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri dan sebagai ayah dari anak-
anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman,

b. sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta


sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
c. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.

d. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai


dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
B. KONSEP TUBERKULOSIS
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman atau bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sekitar 80% bakteri
TB menyerang organ paru-paru, meski demikian bakteri ini juga dapat
menginfeksiorgan tubuh lainnya. Mycobacterium tuberculosis termasuk
bakteri gram positif, berbentuk batang, struktur dinding selnya tersusun atas
komplek lipida glikolipida yang memiliki zat lilin (wax) sehingga sulit
ditembus zat kimia (Kumar, Abbas and Aster, 2014 dalam Pratiwi, 2020).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberculosis
(Kemenkes RI, 2014). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) yang
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis
batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh
orang lain saat bernapas (Widoyono, 2011 dalam Gilang, 2019).
2. Etiologi
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal
0,3- 0,6/um. Kuman terdiri dari Asam Lemak, sehingga kuman lebih tahan
asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Manurung, 2008).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria Tuberkulosis yaitu Tipe
Human dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang
menderita Mastitis Tuberkulosis Usus. Basil Tipe Human bisa berada di
bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari penderita Tuberkulosis
dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif, 2015
dalam Gilang, 2019).
3. Patofisiologi
Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika
pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan
ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara.
Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat Mikobakterium tuberkulosa
berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni
bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
foto rontgen. Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi
inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri;
limpospesifik-tubercolosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10
minggu setelah pemajanan. Massa jaringan paru yang disebut granulomas
merupakan gumpalan basil yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi
massa jaringan jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut
tuberkel ghon dan menajdi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa
ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan
dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan
atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit dapat juga
aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini,
tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti keju dalam bronki.
Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerah menyembuh membentuk
jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak,
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut (Darliana, 2011
dalam Lestari, 2019).
4. Pathway
T
5. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal penyakit Tuberkulosis Paru tidak menunjukkan tanda dan
gejala yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah
jaringan parunya pmengalami kerusakan, sehingga dapat meningkatkan produksi
sputum yang ditunjukkan dengan seringnya klien batuk sebagai bantuk kompensasi
pengeluaran dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam haridan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala
Tuberkulosis Paru ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistemik dan
gejala respiratorik (Gilang, 2019).
a. Gejala Sistemik
1) Demam
Demam merupakan gejala pertama dari Tuberkulosis Paru, biasanya timbul pada
sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam influenza yang segera
mereda tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam
yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.
2) Malaise
Karena Tuberkulosis bersifat radang menahun, makan dapat terjadi rasa tidak
enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit
kepala, mudah lelah pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus
haid.
b. Gejala Respiratorik
1) Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus. Batuk mula-
mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus, selanjutnya akibat adanya peradangan
pada bronkus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk
membuang produk produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid
atau purulen.
2) Batuk berdarah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya batuk
darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisme pada dinding kavitas,
juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkhus.
3) Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas. Pada awal gejala ini tidak pernah ditemukan.
4) Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena,
gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik (Manurung, 2008).
6. Klasifikasi
a. Tuberkulosis paru
Tuberculosis Paru adalah kuman mikrobakterium tuberkuloso yang menyerang
jaringan paru-paru. Tuberculosis paru dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Tuberculosis paru BTA posistif (sangat menular).
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil yang
positif.
b) Satu periksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen dada
menunjukan Tuberkulosis aktif.
2) Tuberculosis Paru BTA negative
Pemeriksaan dahak positif negative/ foto rontgen dada menunjukan Tuberkulosis
aktif. Positif negative yang dimaksudkan disini adalah “hasilnya meragukan”,
jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat
positif.
b. Tuberculosis ekstra paru
Tuberculosis ekstara paru adalah kuman mikrobakterium tuberkulosa yang
menyerang organ tubuh lain selain paru-paru, misal selaput paru, selaput otak,
selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian kulit, usus, ginjal, saluran
kencing dan lain-lain (Laban, 2008 dalam Lestari, 2019).
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Padila, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, 2013) pemeriksaan yang
menunjang untuk mengetahui seseorang dikatakan posistif penderita TB paru yaitu:
a. Darah
1) Leukosit sedikit meningkat
2) LED meningkat
b. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sedian
dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Untuk mengetahui secara pasti
seseorang penderita penyakit TBC, maka dilakukan pemeriksan dahak/sputumnya.
Pemeriksaan dahak dilakukan sebanyak 3 kali dalam 2 hari yang dikenal dengan
istilah SPS (sewaktu, pagi, sewaktu).
1) Sewaktu (Hari pertama) Dahak penderita diperiksa di laboratorium sewaktu
penderita datang pertama kali
2) Pagi (Hari kedua) Sehabis bangun tidur keesokan harinya, dahak penderita
ditampung dalam wadah/ pot kecil yang diberikan oleh petugas laboratorium,
ditutup rapat, dan dibawah ke laboratorium untuk diperiksa.
3) Sewaktu (Hari kedua) Dahak penederita dikeluarkan lagi di laboratorium
(penderita datang ke laboratorium) untuk diperiksa. Jika hasil posistif, maka
orang tersebut dapat dipastikan menderita TB paru
c. Tes tuberculin : Mantoux Tes
d. Rontgen : Foto
PA Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan
indikasi sebagai berikut :
1) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif.
2) Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT (non fluoroquinolon).
3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma) (Werdhani, 2002)
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan TBC
Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan
dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH,
2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat
(milier) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni
2RHZ/7RH.
Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan program pemberantasan TB
Paru dengan panduan 1RHE/5R2H2. Bila pasien alergi/hipersensitif terhadap
Rifampisin, maka paduan obat jangka panjang 12–18 bulan dipakai kembali yakni
SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain. Beberapa obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :
1) Obat anti TB tingkat satu : Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid (P),
Etambutol (E), Streptomisin (S)
2) Obat anti TB tingkat dua : Kanamisin (K), Para-Amino-Salicylic Acid (P),
Tiasetazon (T), Etionamide, Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin,
Ofloksasin, Siprofloksasin, Norfloksasin, Klofazimin dan lain-lain.
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni :

1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4-5 macam obat anti TB per hari
dengan tujuan :
a) Mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakterisidial)
b) Menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut
c) Mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan dua macam
obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan
a) Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi)
b) Mencegah kekambuhan
c) Pemberian dosis diatur berdasarkan Berat Badan yakni kurang dari 33 kg,
33–50 kg dan lebih dari 50 kg.

Evaluasi Pengobatan.

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya


keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya
kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap
sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang
memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan
8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.

Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam


evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nanti timbul kasus
kambuh.
b. Perawatan bagi penderita TBC

Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah:

1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat
yaitu keluarga
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan ke dua, ke lima
dan ke enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pen-cahayaan yang baik

c. Pencegahan bagi penderita TBC

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

1) Menutup mulut bila batuk


2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup
yang diberi lisol
3) Makan, makanan bergizi
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2002)

C. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian
Menurut (Suprajitno , 2014, p. 27) asuhan keperawatan keluarga adalah suatu
rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran
keluarga.
2. Tahapan dari proses keperawatan keluarga
Tahap pengkajian, pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.

Anda mungkin juga menyukai