Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Keluarga

Oleh:
LELA ASRIANI
14420211045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2022
A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA SECARA UMUM
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi social,
peran dan tugas. Menurut (Mertajaya & Dkk, 2019) dari beberapa pengertian
tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
a) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikt oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
b) Anggota keluarga biasanya hidup bersaa atau jika berpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
c) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain da masing-masing
mempunyai peran social,: suami, isteri, anak, kakak, adik.
d) Mempunyai tujuan; menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.
2. Tujuan Keperawatan Keluarga
Menurut (Widagdo, 2016), Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam,
yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga
adalah kemandirian keluarga dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga
mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu
menangani masalah kesehatannya berikut ini.
a) Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan seluruh anggota
keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang pengertian dan
gejala kencing manis yang diderita oleh anggota keluarganya?
b) Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa
anggota keluarga ke pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan
untuk memeriksakan anggota keluarga yang sakit kencing manis ke
pelayanan kesehatan.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit. Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
kencing manis, yaitu memberikan diet DM, memantau minum obat
antidiabetik, mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.
d) Memodifikasi lingkungan yang kondusif.
Kemampuan keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu
mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta
perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga
kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota
keluarga termasuk anggota keluarga yang sakit.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan
perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan. Contoh,
keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit.
3. Tipe Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayaan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka Ners. perlu mengetahui berbagai
tipe keluarga menurut (Mertajaya & Dkk, 2019), yaitu :
a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan isteri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan isteri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek-
nenek), keponakan, dll.
6) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak,
hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yng berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkmpul pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada
waktu-waktu tertentu.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelmpok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dll.
10) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal
mati.
b. Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
failitas yang sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana „marital partners‟.
6) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawianan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network failmy Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-
nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan kelurga/saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencri ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
4. Struktur Keluarga
Struktur Keluarga Dalam (Musliha, 2018), struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantarannya adalah :
1) Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2) Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3) Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
4) Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
5) Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
5. Fungsi Keluarga
Dalam (Musliha, 2018), fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
6. Karakteristik Dari Sistem Keluarga (Sistem Terbuka)
Menurut (Mertajaya & Dkk, 2019)
a. Komponen: dalam suatu keluarga masing-masing anggota mempunyai sifat
interdependensi; interaktive dan mutual.
b. Batasan: dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter) yang digunakan
untuk menyeleksi informasi yang masuk dan yang keluar. Batasan masing-
masing keluarga akan berbeda tergantung dari bbrp faktor seperti; sosial,
budaya, ekonomi, spiritual dll
c. Keberadaan: keluarga merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yaitu
masyarakat.
d. Terbuka (batas yang permiabel) dimana di dalam keluarga terjadi
pertukaran antar sistem.
e. Mempunyai: masing-masing keluarga mempunyai organisasi/struktur yang
akan berpengaruh di dalam fungsi yang ada dari anggotanya.
7. Peran Keluarga
Dalam (Musliha, 2018), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut (Musliha, 2018), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan,
yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dalam
(Musliha, 2018) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah
selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah
:
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
:
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan
nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –
anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
:
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat
social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
9. Sasaran Keperawatan Keluarga
Sasaran keperawatan keluarga menurut (Widagdo, 2016), yaitu :
a. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak
mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi terkait
dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh kembang
keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih anggota
keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk
menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan
keluarga dengan faktor risiko penurunan status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan
keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit
kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan, dan penyakit termina
10. Peran dan Fungsi Perawat Keluarga
Peran dan fungsi perawat di keluarga menurut (Widagdo, 2016) adalah
sebagai berikut.
a. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian
sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan
yang dilakukan bersifat promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
b. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan
melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat
secara mandiri.
c. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling
atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan keluarga
d. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja
sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah
kesehatan di keluarga.
11. Faktor Peningkatan Perkembangan Keperawatan Keluarga
Faktor peningkatan perkembangan keperawatan keluarga menurut
(Widagdo, 2016), yaitu :
a. Meningkatnya pengenalan dalam keperawatan &masyarakat terhadap
kebutuhan promosi kes & bukan scr praktis berorientasi pd penyakit
b. Peningkatan jumlah populasi lansia dan pertumbuhan penyakit kronik
c. Berkembangnya kesadaran keluarga untuk lebih memperhatikan masalah
keluarga di komunitas
d. Penerimaan secara umum teori-teori yang didasarkan keluarga seperti teori
interpersonal tertentu.
e. Terapi keluarga dan perkawinan beralih dan tumbuh dalam pedoman klinik
dan layanan anak, perkawinan dan keluarga
f. Pertumbuhan penelitian-penelitian keluarga dan penemuan yang signifikan
mendorong perkembangan keperawatan keluarga.
B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN
Aspek legal etik keperawatan menurut (Ngesti W. Utami et al., 2016), yaitu :
1. Autonomy (Kemandirian)
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa menghormati dan
menghargai kemandirian ini.
Contoh tindakan saya berikan kepada Ny. H berdasarkan prinsip autonomy
yaitu saya memberikan penjelasan tentang tujuan pemasangan infus dengan
tujuan pemenuhan cairan dan elektrolit karena pasien tidak bisa
mengkomsumsi makanan lewat oral karena merasa mual- muntah serta
mengalami dehidrasi.
2. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan
ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
Contoh tindakan saya lakukan adalah memberikan edukasi pada pasien
untuk minum air yang banyak dan pemenuhan nutrisi seperti buah dan sayuran
yang sehat serta menganjurkan pasien untuk bergerak.
3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku.
Contoh tindakan yang saya lakukan terhadap pasien adalah tidak membeda
bedakan antara pasien yang satu dengan yang lainnya saya bersifat adil
terhadap setiap tindakan saya lakukan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien.
Contoh tindakan yang saya berikan kepada pasien pada saat pasien di rawat
dirumah sakit selama 3 hari sudah terpasang infus kemudian mengalami
flebitis, kemudian di instruksikan oleh perawat jaga untuk melepas dulu
infusnya. Setelah dilepas pasien diberi tahu bahwa direncanakan untuk kembali
memasang infus di tangan bagian sebelahnya, namun pasien menolak karena
merasa nyaman dengan tidak terpasangnya infus namun keadaan pasien masih
sangat membutuhkan intake melalui cairan, karena masih kurang nafsu makan,
serta minum hanya sedikit. Sehingga saya memberikan edukasi mengenai
pentingnya penasangan infus untuk pasien, pasien kemudian mengerti dan
minta pemasangan infus kembali.
5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus
akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Contoh tindakan saya berikan kepada Tn. A yaitu memberitahukan
mengenai keadaan yang dialaminya sekarang disini saya berperan untuk
menjelaskan bagaimana cara mengatasi serta makanan yang baik dikonsumsi
untuk meningkatkan nafsu makan pasien dan memberikan semangat untuk bisa
sembuh agar tidak memperburuk kondisinya.
6. Fidelity (Menepati Janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.
Contoh yang saya lakukan terhadap pasien Ny.S bertanggung jawab besar
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada
orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas
permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.
Contoh tindakan yang saya lakukan terhadap pasien yaitu menjaga privasi,
baik itu mengenai penyakit yang dialami ataupun pasien pernah menceritakan
keadaannya kepada saya, saya tidak boleh menceritakan terhadap orang lain.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh tindakan yang saya lakukan dalam hal ini saya sebagai perawat
harus bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat, Jika misalnya salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter
yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.
C. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Konsep Medis Hipertensi
a. Defenisi Hipertensi
Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal.
Defenisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara
terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-
arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri yang bila
berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013).
b. Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa
faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer
seperti berikut ini. (Udjianti, 2013).
1) Genetik, individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia, Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
menopause tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet, Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
4) Berat badan (obesitas), Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan
dengan berkembang nya hipertensi.
5) Gaya hidup, Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.
c. Klasifikasi
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan
sfigmomanometer air raksa atau dengan tensimeter digital. Hasil dari
pengukuran tersebut adalah tekanan sistol maupun diastol yang dapat
digunakan untuk menentukan hipertensi atau tidak. Terdapat beberapa
klasifikasi hipertensi pada hasil pengukuran tersebut. Adapun klasifikasi
hipertensi menurut WHO adalah sebagai berikut
Sistolik Diastolik
Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi ringan
140-159 90-99
(stadium 1 )
Hipertensi sedang
160-179 100-109
( stadium 2 )
Hipertensi berat
180-209 110-119
( stadium 3 )
Hipertensi sangat
berat 210 120
(stadium 4 )

d. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak Nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
e. Patofisiologis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
inibermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Smelttzer, 2014).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi
angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mengakibatkan keadaan
hipertensi (Price)
f. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
1) Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
2) Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran
glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
3) Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah
yang diperdarahi berkurang.
4) Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
5) Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
g. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya Hipertensi, yaitu;
1. Cek kesehatan secara berkala
2. Hindari kegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol
4. Hindari stress
5. Olahraga teratur
6. Batasi pemakaian garam
7. Istirahat yang cukup
8. Diet Hiperteni
h. Penatalaksanaan Medis
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua
yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan
obat,terapi non farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup
dimana termasuk pengelolaan stress dan kecemasan merupakan
langkah awal yang harus dilakukan. Penanganan non farmakologis
yaitu menciptakan keadaan rileks, mengurangi stress dan menurunkan
kecemasan. Terapi non farmakologi diberikan untuk semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya
b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan
yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien
hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker,
calcium chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya
pengobatan dianggap kompleks karena tekanan darah cenderung tidak
stabil.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya
(Musliha, 2018). Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
g) Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi keluarga ditentuka pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan keluarga menurut
(Musliha, 2018) adalah :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga Inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit
( imunisasi ), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
serta
riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman
penting yang berhubungan dengan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3) Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c) Mobiltas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan dari masyarakat setempat.
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekeuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
c) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan denga kesehatan.
5) Fungsi-fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta
pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
 Berapa jumlah anak
 Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
 Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi
keluarga adalah :
 Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan
 Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
f) Stres dan koping keluarga
 Stresor jangka pendek dan panjang
 Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
 Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
 Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi / stresor.
 Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi
permasalahan.
 Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
h) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial Salvari Gusti (2013) dalam (YUANA,
2020) Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi :
1) Masalah (Problem,P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
(individu) keluarga.
2) Penyebab (Etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga,
yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat
anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
3) Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang
diperoleh perawatan dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
Secara umum faktor-faktor penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan,
ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga,
antara lain :
1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
2) Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidak mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Setelah data dianalisa dan dtetapkan masalah keperawatan
keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu
diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya
dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan
keperawatan keluarga dibuat dengan menggunakan proses skoring.
Jenis-Jenis Diagnosa Keperawatan Keluarga :
1) Diagnosa Aktual,menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah terjadi
saat pengkajian keluarga
2) Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi, merupakan masalah yang belum
terjadi pada saat pengkajian, namun dapat terjadi masalah aktual jika
tidak dilakukan tindakan pencegahan dengan cepat
3) Potensial / Wellness, merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang
lebih tinggi, atau suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga
telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumper penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan
(Suprajitno, 2012) dalam (YUANA, 2020)
Penilaian (skoring) diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan berdasarkan (Nanda, 1995 Cit Harmoko, 2012)
1) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan.
a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (hygiene
lingkungan)
b) Resiko terhadap keluarga
c) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
2) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi
(komunikasi keluarga disfungsional)
3) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
a) Berduka dan antisipasi
b) Berduka disfungsional
c) Isolasi sosial
d) Perubahan dalam proses keluarga (dapat adanya orang yang sakit
terhadap keluarga)
e) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua)
f) Perubahan penampilan peran
g) Kerusakan pentalaksanaan pemeliharan rumah.
h) Gangguan citra tubuh
4) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif.
a) Perubahan proses keluarga
b) Perubahan menjadi orang tua
c) Potensial peningkatan menjadi orang tua
d) Berduka yang di antisipasi
e) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmapuan
f) Resiko terhadap tindakan kekerasan
5) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan sosial
a) Perubahan proses keluarga
b) Perilaku mencari bantuan kesehatan
c) Konflik peran orang tua
d) Perubahan menjadi orang tua
e) Potensial peningkatan menjadi orang tua
f) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g) Perubahan pemeliharaan Kesehatan
h) Kurang pengetahuan
i) Isolasi social
j) Kerusakan intekrasi social
k) Ketidak patuhan
l) Gangguan identitas diri
6) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan
kesehatan
a) Perubahan pemeliharaan kesehatan
b) Potensial kesehatan peningkatan pemeliharaan
c) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
d) Resiko terhadap penularan penyakit
e) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik atau
pengobatan keluarga
f) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping
g) Potensial peningkatan koping keluarga
h) Koping keluarga tidak efektif, menurun
i) Koping keluarga tidak efektif, ketidak mapuan
j) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
Skala Prioritas Masalah Keluarga
NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat masalah
Skala:
a. Aktual (tidak/kurang 3
sehat) 2 1
b. Ancaman 1
c. Keadaan sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala:
a. Mudah 2
b. Segian 1 2
c. Tidak ada 0
3 Poensial masalah untuk
dicegah
Skala: 1
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
Skoring:
a. tentukan skor untuk setiap kriteria
b. skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡i𝑛𝑔𝑔i
c. jumlahkan skor untuk semua kriteria
Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan pada
anggota keluarga dengan TB Paru sesuai dengan pathway diatas menurut
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan yang tepat
3) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Intervensi
Luaran (SLKI)
(SDKI) (SIKI)
(D.0077) (L.08066) Setelah Manajemen Nyeri
Nyeri dilakukan intervensi Observasi
Akut keperawatan selama 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik,
1 x 24 jam maka durasi, frekuensi, kualitas,intesitas
tingkat nyeri nyeri
menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : 3. Identifikasi factor yang
 Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
menurun nyeri
 Meringis 4. Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan memperingan
 Gelisah nyeri
menurun Terapeutik
 Kesulitan tidur 5. Berikan teknik nonfarmakolgis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri (
 Frekuensi nadi mis. TENS, hypnosis, akupresur,
membaik terapi music, biofeedband, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres air
hangat/dingin, terapi bermain)
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat
analgetik, jika perlu
(D.0055) (L.05045) Setelah Dukungan Tidur
Gangguan dilakukan intervensi Observasi
pola tidur keperawatan selama 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1 x 24 jam maka 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
pola tidur membaik Terapeutik
dengan kriteria hasil 3. Modifikasi lingkungan
: 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
 Keluhan sulit 5. Lakukan prosedur untuk
tidur menurun meningkatkan kenyamanan
 Keluhan sering Edukasi
terjaga menurun 6. Jelaskan pentingnya tidur cukup
 Keluhan tidak selama sakit
puas tidur 7. Anjurkan untuk menghindari
menurun makanan/minuman yang
 Keluhan pola mengganggu tidur
tidur berubah
menurun
 Keluhan istirahat
tidak cukup
menurun
(D.0009) (L.02011) Setelah Perawatan sirkulasi
Perfusi dilakukan intervensi Observasi
perifer keperawatan selama 1. Periksa sirkulasi perifer
1 x 24 jam maka 2. Identifikasi factor resiko gangguan
tidak
perfusi perifer sirkulasi
efektif meningkat dengan 3. Monitor panas,kemerahan,nyeri
kriteria hasil : atau bengkak pada ekstremitas
 Denyut nadi Terapeutik
perifer 4. Hindari pemasangan infus atau
meningkat pengambilan darah vena diarea
 Warna kulit keterbatasan perfusi
pucat menurun 5. Hindari pengukuran tekanan darah
 Akral membaik pada ekstremitas dengan
 Turgor kulit keterbatasan perfusi
membaik 6. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada area
yang cedera
7. Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
8. Anjurkan berhenti merokok
9. Anjurkan berolahraga rutin
10. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan
darah,antikoagulan,dan penurun
kolestrol, jika perlu
11. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
12. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck., dkk. (2013). (n.d.). Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi
Keenam (Mocomedia).
Dinarti & Muryanti (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan 1 –
172. http://kemenkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/II/praktika-
dokumen-keperawatan-dafis.pdf

Endang triyanto (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu.Yogyakarta.Graha Ilmu

Herdman, T.H., dan S. K. (n.d.). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020 ( NANDA International Nursing Diagnoses : Definitions
and Classification 2018-2020. EGC.
Mertajaya, I. M., & Dkk. (2019). Perkuliahaan Keperawatan Keluarga Konsep
Keperawatan Keluarga. Kesehatan, 1(2), 1–110.
http://repository.uki.ac.id/1678/1/BUKU BMP KEPERAWATAN KELUARGA
Oke Word-dikonversi.pdf
Musliha. (2018). Tinjauan Pustaka Keluarga. 8–60.
Ngesti W. Utami, S. K. M., Uly Agustine, S.Kp, M. K., & Ros Endah Happy P,
S.Kp.Ns, M. K. (2016). Etika Keperawatan Dan Keperawatan Profesional.
Nurarif (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid. Yogyakarta Mediaction Publishing

Oorhead, S., dkk. (2013). ursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi Kelima. Mocomedia.

Potter, Perry (2010). Fundamental Of Nursing 7th edition. Jakarta. Salemba Medika

Padila (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu: Nuha Medika

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.Jakarta Selatan.

Setiadi (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Edisi 1.


Yogyakarta. Graha Ilmu

Udjianti,Wajan (2013). Keperawatan Kardiovaskuler.Cetakan Ketiga. Jakarta :


Salemba Medika

Widagdo, wahyu. (2016). Keperawatan Keluarga & Komunitas.


YUANA, W. (2020). Dengan Tb Paru Di Wilayah Kerja Widi Yuana Nim :
P031914401R072 Kementerian Kesehatan Ri Politeknik Kesehatan Kemenkes
Riau Jurusan Keperawatan Prodi D-Iii Keperawatan Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai