Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :
ANISAH RALIN PUTERI
NPM 20250002

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DEHASEN BENGKULU
KONSEP TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Definisi
Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan,adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan
mempertahankanbudaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial dari tiap-tiap anggota keluarganya (Duval, 2013).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentuuntuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional
serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2012).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluargadan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatuatap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 2011).

2.1.2 Ciri-ciri Keluarga


Menurut pendapat Robert Mac Iver dan Charles Horton (1990) dalam Setyawan
(2012), bahwa ciri-ciri suatukeluarga antara lain :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) dan perhitungan
garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
keluarganya yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunandan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga

2.1.3 Tipe dan Bentuk Keluarga


Tipe keluarga dibedakan menjadi 2 yaitu tipe keluarga tradisional dan non-
tradisional. Penjabarannya adalah sebagai berikut :

a. Tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalamsatu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak
yang sudahmemisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anakterlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah,seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-
nenek), keponakan
6) The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan(menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebutsebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersamadalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dansaling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama (contoh: dapur,kamar mandi, televisi, telepon,dll)
10) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atauperpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungantanpa nikah
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, Sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
”maritalpathners”
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan
satu samalain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan,dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.4 Struktur Keluarga


Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
keluargaitu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam
StrukturKeluarga diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalambeberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalambeberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawin
Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
danbeberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungandengan suami atau istri.

2.1.5 Fungsi Keluarga


Secara umum, fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala
sesuatuuntuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan
denganorang lain.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak
untukberkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungandengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomidan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

2.1.6 Tugas Keluarga


Menurut Freeman (1981) dalam Setyawan (2012), sesuai dengan Fungsi
Pemeliharaan Kesehatan, keluargamempunyai Tugas-tugas dalam bidang
kesehatan yang perlu dipahami dandilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu
membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan

2.1.7 Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Spradley dalam Setyawan (2012) adalah :
a. Pasangan baru (keluarga baru)
1) Membina hubungan dan kepuasan bersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Mengembangkan keakraban
4) Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok social
5) Diskusi tentang anak yang diharapkan

b. Child bearing (menanti kelahiran)


1) Persiapan untuk bayi
2) Role masing-masing dan tanggung jawab
3) Persiapan biaya
4) Adaptasi dengan pola hubungan seksual
5) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua

c. Keluarga dengan anak pra-remaja


1) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga
2) Merencanakan kelahiran anak kemudian
3) Pembagian tanggung jawab dengan anggota keluarga
4) Keluarga dengan anak sekolah
5) Menyediakan aktivitas untuk anak
6) Biaya yang diperlukan semakin meningkat
7) Kerjasama dengan penyelenggara kerja
8) Memperhatikan kepuasan anggota kelaurga dan pasangan
9) Sistem komunikasi keluarga

d. Keluarga dengan anak remaja


1) Menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda
2) Menyertakan remaja untuk tanggung jawab dalam keluarga
3) Mencegah adanya gap komunikasi
4) Mempertahankan filosuf hidup dalam keluarga
5) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
6) Penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber
7) Penataan kembali tanggung jawab antar anak
8) Kembali suasana suami istri
9) Mempertahankan komunikasi terbuka
10)Meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapatkan menantu

e. Keluarga dengan usia pertengahan


1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Tanggung jawab semua tugas rumah tangga
3) Keakraban pasangan
4) Mempertahankan kontak dengan anak
5) Partisipasi aktivitas sosial

f. Keluarga dengan usia lanjut


1) Persiapan dan menghadapi masa pension
2) Kesadaran untuk saling merawat
3) Persiapan suasana kesepian dan perpisahan
4) Pertahankan kontak dengan anak cucu
5) Menemukan arti hidup
6) Mempertahankan kontak dengan masyarakat

2.1.8 Keluarga Sebagai Sistem


Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan berinteraksi
dengansistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat (misal: politik,
agama, sekolahdan pemberian pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari
bagian yang salingberhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai
macam pola interaksi(subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga
mempunyai dua tujuan baikimpisit maupun eksplisit, yang berbeda berdasarkan
tahapan dalam siklus hidupkeluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual
anggota keluarga.
2.2 Konsep Dasar Hipertensi
2.2.1 Definisi
Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah (Sylvia A. Price, 2015).
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas
160/95 mmHg (Sarif La Ode, 2012).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah penyakit
degenertaif yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
150 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg.

2.2.2 Klasifikasi
No Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal hipertensi 130-139 85-89
4 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
5 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
7 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

a. Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint


National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu:
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
2.1.1 Pathway
2.2.3 Etiologi
Menurut Reny Yuli Aspiani (2014) Berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

a. Hipertensi Esensial / Hipertensi Primer


Penyebab hopertensi primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor
yaitu:
1) Faktor Keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemnungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri Perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah : umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamnin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan Hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah : konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr),
kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol,
minum obat-obatan (ephedrine, prednisone, epineprin).

b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut :
1) Penyakit ginjal : Glomerulonefritis, Plyelonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor.
2) Penyakit Vascular : Ateroklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol dan Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : Diabetes Melitus, Hiperteroidisme, Hipotiroidisme.
4) Penyakit saraf : Stroke, Ensephalitis, Syndrom Gulian Barre.
5) Obat-obatan : Kontrasepsi Oral, Kortikosteroid.
Adapun penyebab lain dari hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.2.4 Manifestasi Klinis


a. Mengeluh sakit kepala dan pusing
b. Lemas dan kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah.
e. Mual.
f. Muntah
g. Kesadaran menurun

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


Menurut NIC-NOC, 2015 yaitu Pemeriksaan Penunjang:
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
c. Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal da nada
DM.
e. Kolestrol total serum.
f. Kolestrol LDH dan HDL serum
g. Trigliserida serum (puasa).
h. Ct scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
i. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda penyakit jantung hiprtensi.
j. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal.
k. Foto dada : menunjukan distruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

2.2.6 Komplikasi
Menurut Priscilla Lemone, 2015 yaitu:
a. Gagal Jantung Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf
dan ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko penyakit
jantung coroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri meningkat,
menyebabkan hipertropi ventrikel yang kemudian meningkatkan resiko
penyakit jantung coroner, disritmia, dan gagal jantung.
b. Stroke Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi meningkatkan
resiko infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan pada pembuluh serebral
dapat menyebabkan perkembangan mikroneurisme dan peningkatan resiko
hemoragi cerebral.
c. Ensefalopati hipertensi Suatu sindrom yang di tandai dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan
intracranial, papilledema, dan kejang dapat berkembang.
d. Nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal Proteinuria dan hematuria mikroskopik
berkembang, serta gagal ginjal kronik.
Adapun Menurut (Aspiani, 2015), ada beberapa komplikasi dari hipertensi
yaitu sebagai berikut:
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragik akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri
yang mempedarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga
aliran darah kearea otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otakyang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga dengan hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomelurus ginjal. Dengan rusaknya glomelurus aliran darah
ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protrin akan keluar
melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sring dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Kerusakan otak atau esenfalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yag
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan.daripada pria pada usia yang
sama. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh oleh hormone
estrogen yang berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan
hipertensi (Price & Wilson, 2006)

2.2.7 Faktor Risiko


Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
a. Faktor yang dapat diubah.
1) Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit
seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi.Gaya hidup
modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olah
raga).Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok.Semua perilaku
tersebut merupakan memicu naiknya tekanan darah.
2) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan
mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume
darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup
serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan.Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet
seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
3) Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya
melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum air
putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi
maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan membuat
aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras
untuk memompa darah.Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa
tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan.Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang
dewasa berumur diatas 18 tahun.IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012).

b. Faktor yang tidak dapat diubah :


1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
Potassium terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk,
2009)
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia
seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan–
perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009).
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung

2.2.8 Hipertensi pada lansia


Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan sistolik. Sedangkan mnurut WHO memakai tekanan diastolik tekanan
yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah kaku, sebagai peningkatan pembuluh darah sistolik.

2.2.9 Penatalaksaan dan Terapi


a. Penatalaksanaan Non Farmakologi (Keperawatan)
1) Pengaturan diet Beberapa diet yang dianjurkan :
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurang sistem reninangiotensin sehingga dapat berpotensi sebagai
anti hipertensi jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol
atau setara dengan 3-6 gram per hari.
b) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanisme nya belum jelas. Pemberian potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya di mediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

Diet DASH (Dietary Approaches to stop Hypertension)


menurut Priscilla Lemone, 2015
 Gandum : tujuh sampai delapan sajian per hari.
 Sayuran : empat sampai lima sajian per hari.
 Buah : empat sampai lima sajian per hari.
 Produk susu tanpa lemak/ rendah lemak : dua sampai tiga kali
sajian per hari.
 Daging, unggas, dan ikan : dua atau kurang 3 ons sajian per hari.
 Kacang, biji-bijian, dan kacang kering :empat sampai lima per
minggu.
 Lemak dan minyak : dua sampai tiga sajian per hari.
- Penurunan berat badan Penurunan berat badan mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja
jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
- Olahraga Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda, bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga terartur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan
untuk menurunkan tekanan darah. olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat hipertensi.
- Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat Berhenti merokok
dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok di ketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dapat
meningkatkan kerja jantung (Reny Yuli, 2014).
- Terapi Relaksasi Otot Progresif Menurut Herodes, Terapi
Relaksasi Otot Progresif adalah teknik relaksasi otot yang tidak
menggunakan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Berdasarkan
keyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada kecemasan dan
kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot.
Teknik Relaksasi Otot Progresif memusatkan perhatian pada
suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik relaksasi
otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan
kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan
kemudian relaksasi (Setyoadi, 2011).

1. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
a) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air, yang
akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah.
b) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat
system saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah istem saraf yang dengan
segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan
tekanan darah.
c) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
d) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
e) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
f) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
g) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat
bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan
secara intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.
KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari
tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
3.1.1 Data Umum
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
f) Tipe keluarga
g) Suku bangsa
h) Agama
i) Status sosial ekonomi keluarga
j) Aktifitas rekreasi keluarga
k) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
l) Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
m) Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
n) Fungsi keluarga :
1) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
 dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
 tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
o) Stres dan koping keluarga
1) Stressor jaangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
4) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
5) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah
p) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir
pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada.
3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan
keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan dalam
keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian
penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak
memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi,
mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga dalam
mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan keinginan serta
kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan
dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan
klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hati
secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota keluarga)
yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah
kesehatan yang dihadapi klien.
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul
adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur
sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
anggota keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi 3. Membuat
Perencanaan, Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria
dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat
dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai
berikut :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan.
Intervensi :
- Jelaskan arti penyakit hipertensi
- Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
- Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat
lebih lanjut dari penyakit hipertensi
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
- Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
- Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita hipertensi.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi :
- Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
- Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi.
Intervensi :
- Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit hipertensi misalnya :
- Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya
benda yang tajam.
- Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
- Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi
terjadinya iritasi.
- Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.
3.3 SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
(Bailon dan Maglaya, 1978)
NO KRITERIA SCORE BOBOT
1. Sifat masalah 1
Skala: - Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman 2
- Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat di atasi 2


Skala: - Mudah 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0

3. Potensial masalah dapat dicegah 1


Skala: - Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1

4. Menonjol masalah 1
Skala: - Masalah berat harus di atasi 2
- Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
- Masalah tidak dirasakan 0

Scoring:
a. Tentukan score untuk setiap kriteria
b. Score dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skore
Angka tertinggi x bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua criteria
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas dengan melihat
kriteria pertama karena pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya didasari
dan dirasakan oleh keluaargnya.yaitu masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada
tidak/kurang sehat, Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
dengan melihat kriteria pertama yaitu : Sifat masalah, bobot yang lebih berat
diberikan pada tidak/kurang sehat karena pertama memerlukan tindakan segera dan
biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
Untuk kriteria kedua yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah, perawat
tidak perlu memperhatikan terjangkau faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan bermasalah
2) Sumberdaya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, tenaga, dukungan yang
terwujud dalam motivasi keluarga untuk mengatasi masalah
3) Sumberdaya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan, waktu
4) Sumberdaya masyarakat dalam bentuk fasilitas organisasi dalam masyarakat
dalam bentuk fasilitas, organisasi, dan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga yaitu potensial masalah yang dapat dicegah, faktor-faktor yang
perlu diperhatikan:
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah
d) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi
untuk mencegah masalah
Potensi masalah untuk dicegah tinggi bila kepemilikan masalah kurang (prognosa
penyakit baik), segera dilakukan tindakan dan ada high risk.

3.4 Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mendapatkan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatn
keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan
evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.
2000. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.


Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica
Ester. (2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa


Monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih


Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.


Jakarta; EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R,
Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi,


(Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan


Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan
pembuluh darah Harapan kita. Jakarta

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan


Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta

(Tanpa nama). (2007).hipertensi.(online).http://www.sehat-bugar.com, diakses


tanggal 31 oktober 2007, diakses tanggal 31 Oktober 2007)

Puskesmas palaran. (2006). Hipertensi. (Online),


(http://puskesmaspalaran.wordpress.com/2006/11/05/hipertensi.html,
diakses tanggal 31 Oktober 2007)

Anda mungkin juga menyukai