Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHLUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut WHO dalam Andarmoyo (2020), keluarga adalah kumpulan

anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,

adopsi atau perkawinan. Sedangkan menurut Jhonson (2019), keluarga adalah

sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing

mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak

dan nenek.

Keluarga adalah bentuk sosial yang utama merupakan tempat untuk

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Keluarga secara kuat

mempengaruhi perilaku sehat dari setiap anggotanya, begitu juga status

kesehatan dari setiap individu mempengaruhi fungsi unit keluarga terpenuhi

dan kemampuannya untuk mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga

tersebut cenderung untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan

keluarga mereka. Sebaliknya, pada saat keluarga tidak mampu mencapai

tujuan, keluarga memandang diri mereka sendiri sebagai keluarga yang tidak

efektif (Esti, 2020).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga merupakan

unit pelayanan dasar di masyarakat yang juga merupakan perawat utama


dalam anggota keluarga. Keluarga dipandang sebagai suatu sistem yang

mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya juga mempengaruhi status

kesehatan anggota keluarga lainnya (Mulia, 2018).

2. Struktur keluarga

Menurut Muslihin (2020), struktur keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat ada

beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam

- macam, diantaranya adalah:

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn melalui

jalur ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn melalui

jalur ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pimpinan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

3. Tahap perkembangan keluarga

Jhonson (2019) menjelaskan meskipun setiap keluarga melalui tahapan


perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga

mengikuti pola yang sama. Tahap-tahap perkembangan keluarga yaitu:

a. Pasangan baru (keluarga baru), keluarga baru dimulai saat masing-

masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui

perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-

masing:

1. Membina hubungan intim yang memuaskan.

2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.

3. Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga yang

menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak

pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan:

1. Persiapan menjadi orang tua

2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan seksual dan kegiatan keluarga

3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

c. Keluarga dengan anak pra-sekolah. Tahap ini dimulai saat kelahiran anak

pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman.

2. Membantu anak untuk bersosialisasi

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak

yang lain juga harus terpenuhi.


4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun diluar

keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang

paling repot).

6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

d. Keluarga dengan anak sekolah: Tahap ini dimulai saat anak masuk

sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,

sehingga keluarga sangat sibuk:

1. Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan

2. Mempertahankan keintiman pasangan

3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

e. Keluaraga dengan anak remaja: Dimulai pada saat anak pertama berusia

13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada

saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah

melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang

lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa:

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.

2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.

3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.


4. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

5. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan): Tahap ini dimulai pada saat

anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir

meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak

dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap

tinggal bersama orang tua:

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2. Mempertahankan keintiman pasangan

3. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua

4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga usia pertengahan: Tahap ini dimulai pada saat anak yang

terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu

pasangan meninggal:

1. Mempertahankan kesehatan

2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak-anak.

3. Meningkatkan keakraban pasangan

4. Keluarga usia lanjut

h. Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai


keduanya meninggal:

1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik dan pendapatan

3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

5. Melakukan life review (menurunkan hidupnya)

4. Tipe Keluarga

Menurut Kholifah (2018), tipe keluaga dapat dikelompokkan menjadi

beberapa bagian diantaranya yaitu:

a. Tipe keluarga tradisional

1) keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri atas suami,

istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga yang terdiri atas

keluarga inti ditambah keluarga lainnya (hubungan darah) seperti

paman, bibi, kakek, nenek dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak

dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.

3) Keluarga dyad (the dyad family), yaitu suatu rumah tangga yang

terdiri atas suami dan istri belum mempunyai anak atau tidak

mempunyai anak.

4) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan

anak (kandung atau angkat) yang terjadi akibat perceraian atau

kematian.
5) Single adult, yaitu kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri

satu orang dewasa yang tidak menikah.

6) Middle-aged or elderly couple, yaitu orang tua yang tinggal sendiri

dirumah (baik suami/istri atau keduanya), dikarenakan anak-anaknya

sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.

7) Kin-network family, yaitu beberapa keluarga yang tinggal bersama

atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan,

seperti dapur dan kamar mandi yang sama.

b. Tipe keluarga non tradisional

1) Unmarried parent and chil family, yaitu keluarga yang terdiri atas

orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) Cohabitating couple, yaitu orang dewasa yang tinggal bersama tanpa

adanya ikatan perkawinan.

3) Gay and lesbian family, seseorang yang mempunyai persamaan jenis

kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan sumami

istri.

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua si anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali

keluarga yang asli.


5. Peran Keluarga

Menurut Esti (2020), Peran keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan individu

dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu didasari dalam keluarga

dan kelompok masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga

yaitu:

a. Peran Ayah: ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran Ibu: ibu sebagai istri dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Di

samping itu ibu jua dapat peranan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya.

c. Peran Anak: anak-anaknya melaksanakan peranan resiko sosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

6. Fungsi Keluarga

Menurut Ayuni (2020), fungsi keluarga berfokus pada proses yang

digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan bersama anggota keluarga.

Fungsi dasar keluarga ada 5, yaitu:


a. Fungsi Afektif: merupakan basis kekuatan keluarga berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial, anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif, rasa memiliki dan dimiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang.

b. Fungsi Sosialisasi: merupakan fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi: merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi: merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Perawatan: merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang

tinggi.

A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan

keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan

keluarga, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi tindakan

keperawatan. (Muslihin, 2020). Tahap-tahap proses keperawatan keluarga

adalah sebagai berikut :


1. Pengkajian

Menurut Andarmoyo (2020), pengkajian adalah suatu tahapan dimana

seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota

keluarga yang dibinanya, hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam

pengkajian keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Kepala Keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di

identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi keluarga

dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa,

kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai dengan susunan

kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin,

hubungan setiap anggota keluarga tersebut, tempat tinggal lahir/umur,

pekerjaan dan pendidikan. Genogram keluarga merupakan sebuah diagram

yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga.


7) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku

bangsa keluarga yang terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan

menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga

inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut


belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status

imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,

sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW).

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, meliputi kebiasaan, lingkunga fisik, aturan atau kesepakatan

penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.


Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi

keluarga dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga

yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan mancakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari

anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Spratno (2019), perumusan diagnosis Keperawatan menggunakan

aturan yang telah disepakati terdiri dari:


a. Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan

klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

b. Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat

merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.

c. Tanda dan gejala (S) adalah data-data subyektif dan objektif yang

ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap diagnosis

Keperawatan actual dan risiko.

Tabel 2.1 Skala Bailon dan Maglaya

Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah 1
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah yang dapat di 2
ubah 2
a. Mudah 1
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
a. Masalah berat harus segera 2
ditangani
b. Ada masalah tetapi tidak perlu 1
segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Setiadi (2020)

Skoring :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot


Skor yang diperoleh
X Bobot
Skor Tertinggi

c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Menurut Padila (2012) Dalam menentukan prioritas, banyak faktor

yang mempengaruhi :

a. Kriteria pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar 3, diberikan

pada tidak/kurang sehat karena kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan

oleh keluarga, ancaman kesehatan skor 2 dan keadaan sejahtera skor 1.

b. Kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat di ubah, perawat perlu

memperhatikan faktor – faktor berikut :

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.

b. Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun

tenaga.

c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan

waktu.

d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi

masyarakat dan dukungan masyarakat.

c. Kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu

memperhatikan faktor – faktor berikut :

1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah.
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu

masalah itu ada.

3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan–tindakan yang

tepat dalam memperbaiki masalah.

4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka

menambah masalah.

d. Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai

persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka

panjang/pendek), penetapan standart kriteria serta menentukan perencanaan

untuk mengatasi masalah keluarga, (Setiadi, 2008).

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi

dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Selanjutnya

intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang

mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku). Semua

intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun terapi

komplementer pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan

keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan. Kriteria dan

standar merupakan rencana evaluasi, berupa pertanyaan spesifik tentang hasil


yang diharapakan dari setiap tindakan berdasarkan tujuan khusus yang

ditetapkan.

Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan

standar berupa patokan/ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan

keluarga, sehingga dalam mementukan. Standar antara klien satu dengan

klien yang lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya bisa jadi berbeda,

(Padila, 2018)

4. Implementasi

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada tahap

ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi

perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim

perawatan kesehatan di rumah. (Setiadi,2008).

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis

dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambugan dengan melibatkan klien

dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat

kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan, ( Setiadi, 2018 )


C. Konsep Dasar Teori Gastritis

1. Pengertian

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan

inflamasi jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih

dikenal dengan maag berasal dari bahasa yunani yatiu gastro yang berarti

perut atau lambung dan titis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis

bukan berarti penyakit tunggal, tetapi berbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. (Widja, 2019).

Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung.

Penyakit ini sering menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan

yang terlalu asam, pedas atau bahkan sering telat makan. Gastritis bisa

bertambah parah jika tidak segera disembuhkan. Gastritis atau lebih dikenal

sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau

lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan

merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Admin, 2012).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-

sel radang daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam

pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa

macam: Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah

inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman,

2020).

2. Etiologi

Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang

amat penting. Di negara berkembang prevalensi infeksi H. pylori pada orang

dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi H.

pylori lebih tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada masa

balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman H. pylori menunjukkan

tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi infeksi kuman H. pylori pada

anak sangat rendah. Diantara orang dewasa infeksi kuman H. pylori lebih

tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara

berkembang, yakni sekitar 30% (Hirlan, 2006).

Penggunaan antibiotik dicurigai mempengaruhi penularan kuman di

komunitas karena mampu mengeradiksi infeksi kuman tersebut, walaupun

presentase keberhasilannya rendah. Pada awal infeksi mukosa lambung akan

menunjukkan respon inflamasi akut. Gastritis akut akibat H. pylori sering

diabaikan sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik (Hirlan 2018).

Hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis, diantaranya

pengeluaran asam lambung yang berlebihan, Pertahanan dinding lambung

yang lemah, Infeksi H. pylori ketika asam lambung yang dihasilkan lebih

banyak sehingga pertahanan dinding lambung melemah, Gangguan gerakan

saluran cerna, Stress psikologis. ( Misnadiarly 2020 ).


Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama

aspirin, Bahan kimia, misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang

disebabkan luka bakar, sepsis trauma, pembedahan, kerusakan saraf, Refluk

usus – lambung, Endotoksin. ( Inayah 2017 ).

Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal

lisol, merokok, alcohol, sress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,

trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan

syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. ( Inayah 2017 ).

Gastritis sering terjadi akibat diet yang sembrono individu makan

terlalu banyak, terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu

berbumbu/mengandung mikroorganisme. Penebab lain mencakup dengan

alkohol, aspirin, refluks empedu. Bentuk terberat dari gastritis akut

disebabkan oleh mencerna makanan atau alkali kuat, yang dapat

menyebabkan mukosa menjadi ganggren/perforasi, pembentukan jaringan

parut dapat terjadi. (Smeltze, dkk 2018).

3. Patofisiologi

Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan

gastrointestinal bagian atas. Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obat- obat

anti peradangan bukan steroid dapat merusak sawar mukosa lambung

merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya menimbulkan perdarahan.

Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat, Kerusakan

mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat, Perfusi mukosa

lambung terganggu, Jumlah asam lambung, Faktor ini saling berhubungan,


misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung

terganggu sehingga timbul infark kecil, disamping itu sekresi asam lambung

juga terpacu ( Inayah, 2017).

Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung

melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas

siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting

untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglanding

merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat penting.

Selain menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti

inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topikal.

Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut

bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga dapat

menurunkan sekresi bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan

faktor defensif terganggu (Hirlan, 2018).

4. Manifestasi klinis

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung,

muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan saluran cerna berupa hematemisis dan melena, kemudian disusul

dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan

anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan

kimia tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai

keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan

pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.( Mansjoer dkk., 2015).


5. Komplikasi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berups hematemesis

dan melena, dan berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan

SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran yang diperlihatkan

hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi

Helicobacter pylori, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 6o-90 % pada

tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi

( Mansjoer dkk, 2018).

6. Patogenesis

Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung

adalah sebagai berikut : Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion

H+ meninggi, perfusi jaringan lambung yang tergaggu, jumlah asam

lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-

daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu.

Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat

kerusakan mukosa barier oleh cairan. (Inayah, 2017).

7. Pengobatan

Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu mengkonsumsi

makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas

dan asam, berhenti merokok dan minuman beralkohol, mengkonsumsi

antasida sebelum makan (Misnadiarly, 2015). Yang perlu dilakukan dalam

pengobatan gastritis yaitu mengatasi kedaruratan medis yang terjadi,


mengatasi dan menghindari penyebab apabila dijumpai, serta pemberian obat-

obat H2 blocking, antasid atau obat- obat ulkus lambung lainnya. Pengobatan

gastritis akibat infeksi kuman H. pylori bertujuan untuk mengeradikasi kuman

tersebut (Inayah 2017).

Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara universal untuk

melakukan eradiksi adalah infeksi kuman H. pylori yang ada hubungannya

dengan tukak peptik. Antibiotik yang dianjurkan adalah klaritomisin,

amoksisilin, metronidazol dan tetrasiklin (Hirlan, 2018).

8. Penatalaksanaan

Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari

alkohol dan makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan

melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan

perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk

hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh

mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung

mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena.

Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin

diperlukan untuk mengangkat jaringan perforasi (Smeltzer dkk., 2016).

Anda mungkin juga menyukai