Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA


DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

AGUNG TRI MULYADI


NIM :231232036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYIRAH
PEKANBARU
T.A. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah, atau adopsi yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama

lain dalam peran sosial masing-masing sebagai suami dan istri, ibu, ayah, anak,

kaka dan adik, yang menciptakan dan memelihara budaya bersama (Burgess &

Locke, 1953 dalam Siregar, dkk 2020).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama sejak lahir,

menikah, atau melalui proses adopsi (U.S. Census Bureau 2011 dalam Siregar,

dkk 2020). Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit)

terkecil dari masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang disebut keluarga

inti atau rumah tangga (Kemenkes RI, 2016 dalam Siregar, dkk 2020).

Dari beberapa definisi keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah suatu unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan suatu kumpulan

dua individu atau lebih yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi yang

tinggal dalam satu rumah terdiri atas suami dan istri, ibu, ayah, anak, kaka dan

adik.

2. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe

keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta

keluarga

1
2

dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui

berbagai tipe keluarga antara lain: (Widagdo, 2016).

a. Tipe keluarga Tradisional

Tipe keluarga tradisional terdiri dari:

1) The Nuclear Family (Keluarga inti)

Keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas suami, istri dan

anak (kandung/angkat).

2) The Extended Family (keluarga besar)

Keluarga besar merupakan keluarga inti ditambah dengan keluarga

lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,

paman, bibi, atau keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang

hidup bersama dalam satu rumah.

3) The Dayd Family (keluarga “Dyad)

Keluarga Dyad merupakan keluarga yang terdiri dari suami dan

istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.

4) Single Parent (orang tua tunggal)

Single parent merupakan keluarga yang terdiri dari orang tua dan

anak (kandung/angkat), kondisi ini dapat disebabkan oleh

perceraian atau kematian.

5) The singadult living alone / single adult family

Single adult family merupakan keluarga yang hanya terdiri dari

seorang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau

perpisahan (perceraian atau ditinggal mati).


3

6) Blande family

Blanded family adalah keluarga duda atau janda (karena

perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari

perkawinan sebelumnya.

7) Middle-Age or erdely couple

Dimana orangtua tinggal sendiri dirumah dikarenakan anak-

anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.

b. Tipe keluarga non tradisional

Tipe keluarga non tradisional terdiri dari:

1) The unmarried teenage mother

The unmarried teenage mother merupakan keluarga yang terdiri

dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa

nikah.

2) Commune family

Commune family merupakan keluarga yang terdiri dari beberapa

pasangan keluarga yang tidak ada hubungan saudara yang hidup

bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok atau membesarkan anak bersama.

3) The nonmarital heterosexsual cohabiting family

The nonmarital heterosexsual cohabiting family merupakan

keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa

melalui perkawinan.
4

4) Gay and lesbian family

Gay and lesbian family merupakan keluarga yang terdiri dari dua

individu yang sejenis atau yang mempunyai persamaan sex hidup

bersama dalam satu rumah tangga sebagaimana “marital pathers”.

5) Cohabitating couple

Cohabitating couple merupakan keluarga yang terdiri dari orang

dewasa yang hidup bersam di luar ikatan pernikahan karena

beberapa alasan tertentu.

3. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga merupakan suatu proses perubahan sistem

dari waktu ke waktu yang meliputi perubahan interaksi dan hubungan

diantara anggota keluarga.

Perkembangan ini melalui beberapa tahap. Pada setiap tahap

memiliki tugas perkembangan dan resiko/masalah kesehatan yang

berbeda- beda (Harmoko, 2012).

Tahap perkembangan kehidupan keluarga dapat dibagi menjadi

delapan tahap yaitu:

a. Tahap I (pasangan keluarga baru/keluarga pemula)

Dimulai saat individu (pria dan wanita) membentuk keluarga melalui

perkawinan.

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

2) Menetapkan tujuan bersama.


5

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok

sosial.

4) Keluarga berencana.

5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri

untuk menjadi orang tua.

b. Tahap II ( Keluarga anak pertama /child bearing )

Tahap ini dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia dari 30

bulan. Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan

menimbulkan krisis keluarga.

Tugas perkembangannya adalah:

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, intraksi, seksual dan

kegiatan).

2) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua

terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah

yang menyenangkan.

4) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak.

6) Biaya/dana child bearing.

7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Tahap III (keluarga dengan anak anak pra-sekolah)

Tahap ini dimulai dari anak pertama berusia 2,5 tahun sampai 5

tahun ini anak tahun. Pada tahap ini anak sudah mengenal kehidupan
6

sosial, bergaul dengan teman sebaya, sangat sensitif terhadap pengaruh

lingkungan sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak tahu

mana yang kotor dan bersih.

Tugas perkembangannya adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

2) Membantu anak bersosilisasi.

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga

terpengaruhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat didalam maupun diluar

keluarga.

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

6) Pembagian tanggung jawab.

7) Merencanakan peran kegiatan dalam waktu stimulasi tumbuh dan

berkembang.

d. Tahap IV (keluarga dengan anak usia sekolah)

Keluarga pada tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6

tahun dan mulai sekolah dasar dan berakhir pada usia 12 tahun dimana

merupakan awal dari masa remaja.

Tugas perkembangannya adalah:

1) Keluarga beradaptasi terhadap pengaruh teman dan sekolah anak.

2) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan di luar rumah,

sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.

3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

4) Menyediakan aktivitas untuk anak.


7

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan

dan kesehatan anggota keluarga.

6) Meningkatkan komunikasi terbuka.

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Tahap ini dimulai sejak usia 13 tahun sampai dengan 20 tahun.

Tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena anak akan mencari

identitasnya dalam membentuk kepribadiannya, menghendaki

kebebasan, mengalami perubahan kognitif dan biologi, menyita

banyak perhatian budaya orang muda, oleh karena itu teladan dari

kedua orangtua sangat diperlukan.

Tugas perkembangan keluarga adalah:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab

mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda mulai

memiliki otonom.

2) Memelihara komunikasi terbuka.

3) Memelihara hubungan intim keluarga.

4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.

f. Tahap VI (Keluarga dengan anak dewasa muda/tahap pelepasan)

Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah orang

tua sampai dengan anak terakhir.

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.


8

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

4) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.

5) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya.

6) Membantu orang tua suami/ istri yang sedang sakit atau memasuki

saat tua.

7) Orang tua berperan suami dan istri, kakek dan nenek.

8) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak-anaknya.

g. Tahap VII (keluarga usia pertengahan)

Tahap ini dimulai ketika anak terlahir meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Mempertahankan kesehatan.

2) Mempunyai lebih banyak waktu dalam kebebasan dalam

mengolah minat sosial dan waktu santai.

3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.

4) Meningkatkan keakraban dengan pasangan.

5) Memulihkan hubungan/kontak anak dengan keluarga.

6) Persiapan masa tua/pensiun.


9

h. Tahap VIII (Keluarga usia lanjut)

Tahap ini dimulai salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun sampai keduanya meninggal.

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik, dan pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri yang saling merawat.

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

5) Melakukan”life review”.

6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan memersiapkan

kematian.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman [2013] ada lima fungsi keluarga:

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan

psisosial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan

dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan

dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,

kemampuan menjalani secara lebih akrab, dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya di akhiri dengan kematian.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena


10

individu secara lanjut mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap

situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan

proses perkembangan atau perubahan yang di alami oleh seorang individu

sebagai hasil dari interasi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial

c. Fungsi reprodusi

Keluarga berpungsi untuk menerusan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berpungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi

dan tempat untuk mengembangan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan

kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan

anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan

dari fungsi perawatan kesehatan.

5. Tingkat Kemandirian Keluarga

Kemandirian keluarga dibagi dalam 4 tingkatan yaitu: Keluarga Mandiri

tingkat I (paling rendah) sampai Keluarga Mandiri tingkat IV (paling tinggi),

(Setiawan, 2016).

a. Keluarga Mandiri Pertama (KM-I) Kriteria:

1. Menerima petugas.

2. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.


11

b. Keluarga Mandiri Tingkat Dua (KM-II)

1. Menerima petugas.

2. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.

3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran.

5. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.

c. Keluarga Mandiri Tingkat Tiga (KM-III)

1. Menerima petugas.

2. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.

3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran.

5. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.

6. Melakukan tindakan pencegahan secara asertif.

d. Keluarga Mandiri Tingkat Empat (KM-IV)

1. Menerima petugas.

2. Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan.

3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara

benar.

4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran.

5. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.

6. Melakukan tindakan pencegahan secara asertif.

7. Melakukan tindakan peningkatan atau promotif secara aktif.


12

Tabel 2.1 Keluarga Mandiri

Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1 2 3 4
1 Menerima petugas
2 Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan secara asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan atau promotif secara aktif
Sumber : Depkes RI, 2006 dalam Setiawan, 2016.

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan

darah didalam arteri. Dimana hiper yang artinya berlebihan, yang tensi artinya

tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran

darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal

(Musakkar & Djafar, 2021).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan dan angka kematian. Tekanan darah 140/90 mmHg

didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140

menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik

90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).


13

Seseorang dinyatakan hipertensi apabila seseorang memiliki tekanan darah

sistolik > 140 mmHg dan > 90 untuk tekanan darah diastolik ketika dilakukan

pengulangan (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015)

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan

darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan

cukup istirahat (tenang).

2. Etiologi

Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu :

a. Hipertensi Esensial

Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui

penyebabnya. Sekitar 10 sampai 16% orang dewasa yang mengidap

penyakit tekanan darah tanggi ini.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.

Sekitar 10% orang yang menderita hipertensi jenis ini.

banyak di tujukan ke penderita hipertensi esensial.

3. Klasifikasi

Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori
Sistolik Diastolik
Optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
Normal-Tinggi 130-139 85-90
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi Derajat 3 > 180 > 110
Hipertensi Sistolik Terisolasi >140 >90
14

Sumber: 2018 ESC/ESH Hypertension Guidelines.

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstraksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke kordaspinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui sistem saraf simpatis keganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion kepembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian dirubah

menjadi angiotension II, suatu vasokontriktor kuat, yang ada pada gilirannya

merangsang sekresi aldosterone oleh konteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan cair oleh stibulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi (Reny, 2016).


15

5. Patway Hipertensi

Faktor predisposisi :

Usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, factor genetic, alcohol, konsentrasi garam, obesitas

Perubahan Informasi
Kerusakan vaskuler pembuluh Hipertensi MK:
situasi minim
-Defisit
Perubahan struktur pengetahuan
Krisis MK :
situasional ANSIETAS
Penyumbatan
pembuluh darah MK :

Metode koping - Manajemen kesehatan


Vasokontriksi Gangguan sirkulasi efektif keluarga

Sistemik Koroner
Pembuluh darah

Vasokontriksi
Iskemik Miokard

Afterload
MK : Nyeri Kronik
Kelelahan

MK :
Intoleransi
Aktivitas

Sumber: Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,2017).


16

6. Manifestasi Klinis

a. Sakit kepala

b. Pusing

c. Lemas

d. Sesak nafas

e. Kelelahan kesadaran menurun

f. Mual muntah

g. Gelisah

h. Kelemahan otot

i. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

j. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

k. Telinga berdenging

7. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah

diantaranya: penyakit pembuluh darah seperti stroke, pendarahan otak,

penyakit jantung seperti gagal jantung, infark miocard akut (IMA). Penyakit

ginjal seperti gagal ginjal, penyakit mata seperti pendarahan retina, penebalan

retina, oedema pupil (Ardiyansyah, M. 2012).

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemerikasaan Laboratorium

1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko:

hipokoagulabilitas, anemia.
17

2) BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang ferfusi/ fungsi ginjal.

3) Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh penularan kadar ketokolamin.

4) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

d. IUP: mengindentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu Ginjal,

perbaikan ginjal

e. Photo dada: menunjukan dekstruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung (Nanda, 2018).

9. Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu

nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi

tanpa menggunakan agen obat dalam proses terapinya, sedangkan terapi

farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat

memengaruhi tekanan darah pasien (Triyanto, 2014):

a. Terapi non-farmakologis

Terapi non-farmakologis yang dapat dilakukan pada penderita

hipertensi adalah pola makan yang baik, olah raga teratur,

menghentikan rokok, membatasi konsumsi garam dan alkohol, serta

mengurangi kelebihan berat badan.


18

b. Terapi Farmakologis

Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama

hipertensi primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai

memberikan obat anti hipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti

derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target,

dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor

resiko lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat

menurunkan tekanan sistolik dan mencegah terjadinya stroke pada

pasien usia 70 tahun atau lebih.

10. Dampak Penyakit Hipertensi

a. Dampak Penyakit Hipertensi

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya menurut ( Fandinata, 2020 ).

1). Payah Jantung

Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan

pada otot jantung atau sistem listrik jantung.

2). Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh

darah yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh

darah otak makan akan terjadi pendarahan pada otak dan

mengakibatkan kematian. Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan

dari gumpalan darah di pembuluh darah yang menyempit.


19

3). Kerusakan Ginjal

Menyempit dan menebalnya aliran darah pada pembuluh darah

menuju ginjal akibat hipertensi dapat menganggu fungsi ginjal untuk

menyaring cairan menjadi lebih sedikit sehingga membuang kotoran

kembali ke darah.

4). Kerusakan Pengelihatan

Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena

hipertensi dapat mengakibatkan penglihatan menjadi kabur, selain itu

kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat menyebabkan

kerusakan pada pandangan yang menjadi kabur.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa

penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari

kenaikan tekanan darah pada organ atau karena efek tidak langsung. Dampak

terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan

kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian penderita akibat

komplikasi hipertensi yang dimilikinya.

C. Konsep Keluarga Resiko Tinggi

1. Keluarga Resiko Tinggi

Keluarga resiko tinggi adalah keluarga dimana terdapat faktor resiko yang

dapat mengancam kesehatan keluarga karena keadaan fisik, mental, maupun

sosial ekonominya perlu mendapatkan bimbingan dan asuhan keperawatan

serta pelayanan kesehatan karena tidak tahu, tidak mampu dan tidak

memelihara kesehatan dan perawatan (Pagertoyo 2021).


20

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat kesehatan keluarga,

yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong

keluarga resiko tinggi, meliputi:

a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah kesehatan.

b. Keluarga dengan ibu resiko tinggi kebidanan dan waktu hamil.

c. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi.

d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

keluarga.

e. Keluarga resiko tinggi dengan hipertensi adalah keluarga yang rentan

terhadap munculnya masalah kesehatan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Macam-macam hipertensi menurut (Musaa & Djafar, 2021) yaitu :

1. Keturunan

Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi

maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.

2. Usia

Sebuah penelitian menunjukan bahwa semakin bertambah usia seseorang

maka tekanan darah pun akan meningkat.

3. Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa

orang.
21

4. Kolestrol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan

bulu darah mnyempit dan tekanan darah pun akan meningkat

5. Obesitas/Kegemukan

Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki resiko lebih

tinggi mengidap hipertensi.

6. Stress

Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana

hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu).

7. Rokok

Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok

dalam keadaan hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang

berkaitan dengan jantung dan darah.

8. Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat

meningkatkan tekanan darah.

9. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.

10. Kurang Olahraga

Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika

menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.


22

D. Proses Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang

perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.

Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan

data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan keluarga (Setiawan, 2016).

a. Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

1) Nama Kepala Keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga

6) Genogram

7) Tipe keluarga

8) Suku bangsa

9) Agama

10) Status ekonomi sosial keluarga

11) Aktivitas rekreasi keluarga


23

b. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan

mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Mobilitas geografis keluarga

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5) System pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.


24

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai dan norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif yaitu perlu dikaji gambaran dari anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga lain terhadap anggota, bagaimana kehangatan tercipta

pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangan

sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi

atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga

belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan yaitu menjelaskan sejauh mana

keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta

merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan

keluarga mengenal sehat-sakit. Kesanggupan keluarga dalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu

mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada


25

anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

4) Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah Sumber Daya Manausia

(SDM).

5) Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan,

dan papan.

f. Stres dan koping keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang, stresor jangka pendek yaitu

stressor yang dialami keluarga yamg memerlukan penyelesaian

dalam waktu kurang dari 5 bulan dan stresor jangka panjang yaitu

stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian

dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stresor.

3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

4) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi

permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik

Pengkajian fisik adalah suatu sistem untuk mengumpulkan data

kesehatan klien yang diatur berdasarkan fungsi dimulai dari kepala

sampai dengan ujung kaki (head toe to) hal ini dilakukan untuk
26

meningkatkan efisiensi dan memperoleh hasil pemeriksaan yang

aktual.

Pengkajian fisik dalam keluarga sangat diperlukan untuk memulai

proses asuhan keperawatan didalam keluarga. Setelah data hasil

pengkajian diperoleh oleh perawat, kemudian perawat komunitas

dapat menegakan suatu masalah yang dapat terjadi di dalam keluarga,

kemudian dapat dianalisis dan diberikan intervensi sesuai penomena

yang terjadi di dalam keluarga. Teknik yang digunakan dalam

pemeriksaan fisik adalah inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap

adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,

struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, baik yang

bersifat actual, resiko, maupun sejahtera. Tipologi atau sifat dari diagnosis

keperawatan keluarga dalah actual, resiko dan sejahtera (Nadirawati, 2018).

Langkah-langkah membuat diagnosis keperawatan keluarga adalah:

a. Analisa data

b. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga

c. Rumusan masalah

d. Etiologi: berdasarkan hasil dari tugas perawatan kesehatan keluarga


27

e. Untuk diagnosis keperawatan potensial (sejahtera/wellness)

menggunakan / boleh tidak menggunakan etiologi.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada hipertensi berdasarkan

standar diagnosa keperawatan indonesia (SDKI) (PPNI, 2017).

a. Nyeri kronis (D.0078 ) berhubungan tekanan emosional.

b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keluarga kurang

terpapar informasi.

c. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan

dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga

d. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi keluarga.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan .

f. Koping tidak efektif berhubungan dengan disfungsi sistem

keluarga mengatasi masalah.

Setelah merumuskan masalah, tahap berikutnya adalah menentukan

diagnosa mana yang menjadi diagnosa prioritas. Diagnosa yang menjadi

prioritas, dilihat dari angka yang paling tinggi dilanjutkan sampai angka yang

terendah. Untuk mendapatkan masalah prioritas, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan dengan menggunakan skala Baylon dan Maglaya (1978) dalam

Yohanes & Yasinta (2013) adalah seperti yang tercantum dalam tabel 2.3 di

bawah ini:
28

Tabel 2.3
Skoring Prioritas Masalah
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah
 Aktual 3
 Resiko 2 1
 Potensial 1
2 Kemungkinan Masalah Dapat Diubah
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah Untuk Dicegah
 Tinggi 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah
 Masalah berat,harus segera ditangani 2
 Ada masalah,tetapi tidak perlu
1 1
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Baylon & Maglaya Setiawan, 2016.

Skoring:

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria.

b. Skor dibagikan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skore
X Bobot
Angka

tertinggi
c. Jumlah skor untuk semua kriteria.

d. Jumlah skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:

a. Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot

yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang

pertama
29

memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh

keluarga.

b. Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah

perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai

berikut:

1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.

2) Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

3) Sumber daya perawat: dalam bentuk pengetahuan, keterampilan

dan waktu.

4) Sumberdaya masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat

dan sokongan masyarakat.

c. Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-

faktor yang perlu diperhatikan adalah:

1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah.

2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah

itu ada.

3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang

tepat dalam memperbaiki masalah.

4) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka

menambah potensial untuk mencegah masalah.


30

d. Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu

menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan

tersebut. Nilai skore yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan

intervensi keperawatan keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Rencana keperawatan adalah kumpulan tindakan yang ditentukan oleh

perawat bersama-sama sasaran (keluarga) untuk dilaksanakan sehingga

masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat

diselesaikan (Nadirawati, 2018).


31

Tabel 2.4

Intervensi Keperawatan Dengan Menggunakan SIKI dan SLKI

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional

Keperawatan Kriteria Hasil


1 Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama 1) Mengetahui lokasi,
tekanan emosional keperawatan selama 3x kunjungan, karateristik, durasi,
maka diharapkan tingkat nyeri Manajemen nyeri frekuensi, intensitas nyeri
Gejala dan Tanda Mayor menurun dan kontrol nyeri meningkat dari klien
Observasi
Subjektif dengan kriteria hasil : 2) Mengetahui nyeri yang
1) Identifikasi lokasi, dirasakan klien
1) Mengeluh nyeri 1) Tidak mengeluh nyeri 3) Mengetahui hal yang
karakteristik, durasi,
2) Merasa depresi (tertekan) 2) Tidak meringis frekuensi, intensitas memperberat dan
nyeri memperingan nyeri yang
Objektif di rasakan klien,
3) Tidak gelisah 2) Identifikasi skala nyeri
1) Tampak meringis 3) Identifikasi factor yang 4) Mengurangi tingkat atau
4) Tekanan darah membaik memperberat dan mengalihkan tingkat nyeri
2) Gelisah
3) Tidak mampu menuntaskan memperingan nyeri klien
5) Melaporkan nyeri terkontrol 5) Mengurangi factor resiko
aktivitas 4) Identifikasi
6) Kemampuan mengenali pengetahuan yang memperberat nyeri
Gejala dan Tanda Minor penyebab nyeri meningkat kenyakinan tentang pada klien
nyeri 6) Memberikan informasi
Subjektif 7) Kemampuan teknik non- tentang tingkat nyeri klien
farmakologis Terapeutik 7) Membantu klien
Merasa takut mengalami cedera
berulang mengatasi jika rasa nyeri
1) Berikan teknik non-
muncul
farmakologis untuk
Objektif 8) Klien dapat mengetahui
menguangi rasa nyeri
sendiri penyebab,
32

1) Bersikap protektif (mis. Posisi 2) Kontrol lingkungan karakteristik,lokasi nyeri


menghindar nyeri) yang memperberat jika muncul
2) Waspada rasa nyeri 9) Memudahkan klien
3) Pola tidur berubah 3) Pertimbangkan jenis mengontrol rasa nyeri
4) Anoreksia dan sumber nyeri sederhana
5) Fokus menyempit dalam pemilihan
6) Berfokus pada diri sendiri strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
merendahkan
nyeri
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4) Anjurkan tehnik non-
farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Pemberian analgesik
2 Defisit pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan Edukasi proses penyakit
dengan keluarga kurang terpapar keperawatan selama ... x 24 jam
informasi diharapkan tingkat pengetahuan Observasi 1. Agar materi lebih
keluarga meningkat cepat dipahami
Gejala dan Tanda Mayor 1) Indentifikasi kesiapan 2. Mempermudah edukasi
dan kemampuan 3. Agar semua sudah
Subjektif menerima informasi teroganisi
terpeutik
33

Menanyakan masalah yang dihadapi 2) Sediakan materi 4. Untuk mengetahu hal apa
dan media yang tidak dipahami klien
Objektif pendidikan 5. Untuk meningkatkan
1) Menunjukan perilaku tidak kesehatan pengetahuan klien
sesuai ajaran 3) Jadwalkan pendidikan 6. Agar klien tahu
2) Menunjukan persepsi yang kesehatan sesuai permulaan perjalanan dan
keliru terhadap masalah kesepakatan akibat hipertensi
4) Berikan kesempatan 7. Untuk meningkatkan
Gejala dan Tanda Minor untuk bertanya pengetahuan klien
Edukasi 8. Agar klien lebih
Subjektif memelihara kesehatan
1) Jelaskan penyebab dengan baik
Tidak tersedia dan factor risiko 9. Agar keluarga dan kien
2) Jelaskan proses tahu kondisinya saat ini
Objektif
patofisiologi timbulnya
1) Menjalani pemeriksaan yang penyakit
tidak tepat 3) Jelaskan tanda dan
2) Menunjukkan perilaku berlebihan gejala yang
(mis. Apatis, bermusuhan, ditimbulkan penyakit
agitasi, histeria) 4) Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi

3 Manajemen kesehatan keluarga tidak Setelah dilakukan keperawatan Dukungan keluarga


efektif berhubungan dengan ketidak selama ... x 24 jam diharapkan merencanakan 1. Pemberian informasi yang
mampuan keluarga merawat anggota manajemen kesehatan keluarga keperawatan tepat
keluarga meningkat 2. Keluarga mengetahui efek
Obsevasi apabila tidak dilakukan
Gejala dan Tanda Mayor 3. Pemberian tindakan yang
1) Identifikasi kebutuhan
sesuai dan tepat
Subjektif dan harapan keluarga
4. Memaksimalkan fasilitas
tentang kesehatan
yang ada
34

1) Mengungkapkan tidak 2) Identifikasi 5. Memaksimalkan fasilitas


memahami masalah kesehatan konsekuensi tidak yang ada
yang diderita melakukan tindakan 6. Memaksimalkan fasilitas
2) Mengungkapkan kesulitan bersama keluarga kesehatan
menjalankan perawatan yang 3) Identifikasi tindakan
ditetapkan yang dapat
dilakukan keluarga
Objektif Terpeutik
1) Gejala penyakit anggota Gunakan sarana dan
keluarga semakin memberat fasilitas yang ada dalam
2) Aktivitas keluarga untuk keluarga
mengatasi masalah kesehatan
tidak tepat Edukasi
Gejala dan Tanda Minor 1) Informasikan fasilitas
kesehatan yang ada
Subjektif
di lingkungan
Tidak tersedia keluarga
2) Anjurkan
Objektif menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
Gagal melakukan tindakan untuk
mengurangi factor risiko
4 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Dukungan keyakinan
kebutuhan tidak terpenuhi keluarga keperawatan ...x 24 jam diharapkan
tingkat ansietas menurun. Dengan Observasi 1. Untuk mengetahui
Gejala dan Tanda Mayor kriteria hasil : persepsi /pola pikir klien
Identifikasi keyakinan 2. Masuk akal
Subjektif 1. Klien dan keluarga mampu masalah dan tujuan meningkatkankepercayaan
menjelaskan bahaya akibat keperawatan klien
1) Merasa bingung
keyakinan negatif 3. Mengurangi cemas
Terpeutik
35

2) Merasa khawatir dengan Berikan harapan realistis


akibat dari kondisi yang sesuai prognosis
dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi Edukasi

Objektif Jelaskan bahaya atau risiko


yang terjadi akibat
1) Tampak gelisah keyakinan negatif
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Papitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif
1) Frekuensi nafas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
36

5 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan keperawatan Terapi aktivitas promosi


dengan kelemahan selama ... x 24 jam diharapkan dukungan keluarga 1. Mengetahui aktivitas yang
toleransi aktivitas dapat teratasi. tidak bisa dilakukan
Gejala dan Tanda Mayor 1) Identifikasi defisit 2. Untuk mengetahui apa
Dengan kriteria hasil : aktivitas yang diinginkan
Subjektif 2) Identifikasi kebutuhan keluarga
1. Klien mampu melakukan keluarga
Mengeluh lelah 3. Mengetahui kondisi klien
aktivitas 3) Identifikasi tentang 4. Mengetahui aktivitas yang
Objektif situasi, pemicu mampu dilakukan
kejadian perasaan dan 5. Mencegah cedera
Frekuensi jantung meningkat >20% perilaku klien 6. Melatih dan
dari kondisi istirahat Terpeutik meningkatkan aktivitas
Gejala dan Tanda Minor 1) Fasilitasi pada yang bisa dilakukan
kemampuanbukan 7. Memberikan dorongan
Subjektif defisit yang dialami positif kepada klien
1) Dispnea saat/setelah aktivitas 2) Libatkan keluarga
2) Merasa tidak Nyaman dalam aktivitas
setelah beraktivitas Edukasi
3) Merasa lemah
1) Anjurkan melakukan
Objektif aktivitas fisik, sosial,
1) Tekanan darah berubah >20% spirtual dan kognitif
dari kondisi istirahat dalam menjaga
2) Gambaran EKG menunjukan fungsi dan kesehatan
aritmia saat/setelah aktivitas 2) Anjurkan keluarga
3) Gambaran EKG menunjukan untuk memberikan
iskemia penguatan positif atas
4) Sianosis partisipasi dalam
aktivitas
37

6. Koping tidak efektif Setelah dilakukan keperawatan Dukungan pengambilan 1) Mengetahui keluaraga
berhubungan dengan disfungsi selama ... x 24 jam diharapkan status keputusan dalam menangani masalah
sistem keluarga mengatasi koping membaik , dengan kriteria dan informasi yang
masalah hasil : Observasi memicu konflik
2) Membantu keluarga
Gejala dan Tanda Mayor 1) Perilaku koping adaftif meningkat Identifikasi persepsi dalam mengklasifikasi
2) Verbalisasi kemampuan menangani masalah dan
Subjektif informasi yang memicu nilai dan harapan yang
mengatasi masalah meningkat membuat pilihan
konflik
Mengungkapkan tidak mampu 3) Mengetahui kelebihan dan
mengatasi masalah Terapeutik kekurangan keluarga dari
setiap solusi
Objektif 1) Fasilitas 4) Memotivasi keluarga
mengklarifikasi nilai dalam mengungkapkan
1) Tidak mampu memenuhi dan harapan yang tujuan perawatan yang
peran yang diharapkan membantu membuat diharapakan
(sesuai usia) pilihan 5) Memfasilitasi
2) Menggunakan mekanisme 2) Diskusikan kelebihan keluarga dalam
koping yang tidak sesuai dan kekurangan dari pengambilan
Gejala dan Tanda Minor setiap solusi keputusan secara
3) Fasilitasi melihat kolaboratif
Subjektif situasi secara realistic 6) Menghormati hak pasien
4) Motivasi 7) Memfasilitasi dan
1) Tidak mampu memenuhi mengungkapkan tujuan menjelaskan keputusan
kebutuhan dasar perawatan yang 8) Memfasilitasi hubungan
2) Kekhawatiran kronis diharapkan Antara pasien, s]keluarga
Objektif 5) Fasilitasi pengambilan dan tenaga kesehatan
keputusan secara 9) Menginformasikan
1) Penyalahgunaan zat kolaboratif alternatif solusi secara
2) Memanipulasi orang lain untuk jelas
memenuhi keingannya sendiri
38

3) Perilaku tidak asertif 6) Hormati hak pasien 10) Memberikan informasi


4) Partisipasi social kurang untuk menerima yang diminta pasien
atau menolak 11) Mengikut seratakan
informasi tenaga kesehatan
7) Fasilitasi menjelaskan lainnya dalam
keputusan kepada pengambil keputusan
orang lain, jika perlu
8) Fasilitasi hubungan
Antara pasien,
keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
1) Informasikan
alternatif solusi secara
jelas
2) Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam
memfasilitasi
pengambilam keputusan
Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018) dan StandarLuaran Kepeawatan Indonesia (PPNI, 2019)
40

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu

kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk

meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan

lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan

adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik (Kholifah &Widagdo, 2016).

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien

(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawat

kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain

dalamjaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 2013).

Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga

dengan Hipertensi menurut Effendy dalam Harmoko (2012) adalah

sumber daya dan dana keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat

istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga serta sarana

dan prasarana yang ada dalam keluarga.

Sumber daya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat

menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit

Hipertensi menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga

juga mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah Hipertensi dan

dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

terhadap anggota keluarga yang terkena Hipertensi.


41

Adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan

mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga tentang pola

pengobatan dan penatalaksanaan penderita Hipertensi, seperti pada

suku pedalaman lebih cenderung menggunakan dukun dari pada

pelayanan kesehatan.

Demikian juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga

yang sakit Hipertensi akan mempengaruhi keluarga dalam merawat

anggota yang sakit Hipertensi. Sarana dan prasarana baik dalam

keluarga atau masyarakat merupakan faktor yang penting dalam

perawatan dan pengobatan Hipertensi.

Sarana dalam keluarga dapat berupa kemampuan keluarga

menyediakan makanan yang sesuai dan menjaga diet atau

kemampuan keluarga, mengatur pola makan rendah garam,

menciptakan suasana yang tenang dan tidak memancing kemarahan.

Sarana dari lingkungan adalah, terjangkaunya sumber- sumber

makanan sehat, tempat latihan, juga fasilitas kesehatan (Harmoko,

2012).

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga.

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan SOAP,

dengan pengertian "S" adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang

dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan


42

implementasi keperawatan, "O" adalah keadaan obyektif yang dapat

diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah

merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga

secara subjektif dan objektif, "P" adalah perencanaan selanjutnya

setelah perawat melakukan tindakan.


43

RUQYAH SYAR’IYYAH

a. Pengertian Ruqyah
Ruqyah secara bahasa menurut Imam Al-Azhari mengatakan, ‘Sseorang
peruqyah adalah menjampi dengan ruqyah jika ia memohon perlindungan dan
menghembuskan nafas.’ (Rohim, 2016: 103). Ruqyah secara istilah menurut Imam
Syamsul Haq Al-„Azhim Abadi mengatakan: ‘Ruqyah adalah perlindungan yakni
doa yang diucapkan untuk memohon kesembuhan.’ (Rohim, 2016: 104)
Ruqyah adalah kumpulan ayat-ayat Al-qur‟an, ta‟awwudz, dan doa-doa
yang bersumber dari Nabi yang dibaca oleh seorang Muslim untuk diri sendiri,
anak, atau keluarganya, untuk mengobati penyakit rohani atau penyakit yang
ditimbulkan oleh kejahatan „ain (mata jahat) manusia dan jin, kerasukan setan,
sihir, atau penyakit-penyakit yang bersifat fisik (Al Mubarak, 2015: 331).
Ruqyah adalah pengobatan dengan cara membaca Al-Qur’an dan do‟a-
do’a ma‟suraat (yang diambil dari Al-Qur’an dan hadis) (Azhim, 2006: 169).
Ruqyah adalah pembacaan beberapa kalimat untuk seseorang dengan harapan atas
kesembuhan atau kesengsaraannya. Ruqyah bisa berupa kumpulan ayat-ayat Al-
Qur’an, dzikir atau do’a para Nabi yang dibacakan seseorang untuk dirinya sendiri
ataupun orang lain selain dirinya (Taufiq, 2006: 397). Ruqyah berarti bacaan yang
terdiri dari ayat Al-Qur’an dan hadits yang shohih untuk memohon kepada Allah
akan kesembuhan orang yang sakit (Al-Indunissy, 2014: 37).
Menurut Syaikh Al-Bani mengatakan bahwa ruqyah adalah bacaan yang
dibaca untuk meminta kesembuhan yang berasal dari Al- qur‟an dan hadits yang
shahih. Adapun sesuatu yang diucapkan oleh sebagian orang berupa kalimat-
kalimat bersajak yang tidak dipahami maknanya, kadang-kadang merupakan
kalimat kufur dan syirik, maka (ucapan seperti itu) dilarang (Tambusai, 2010:
259).
44

Bila dilihat dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ruqyah adalah
bacaan atau do’a yang dibacakan untuk memohon kesembuhan. Bacaan yang
dibacakan yaitu dengan memebaca ayat Al-Qur’an dan haidts yang berkaitan
dengan kesembuhan santri.

b. Macam-Macam Ruqyah
Ruqyah dibagai menjadi 2 kelompok:
1) Ruqyah Syar’iyyah
Dari sisi etomologi, ruqyah berarti permohonan perlindungan, atau ayat-ayat,
dzikir-dzikir dan doa-doa yang dibacakan kepada orang yang sakit.1 Sedangkan
menurut terminologi syariat, ruqyah berarti bacaan bacaan untuk pengobatan yang
syar‟i (berdasarkan nas-nas yang pasti dan shahih yang terdapat dalam Al-Quran
dan As-Sunnah) sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta tatacara yang telah
disepakati oleh ulama’.
Ruqyah dinamakan juga dengan, Azaa‟im (bentuk plural dari „Aziimah, yang
dikenal dalam bahasa Indonesia dengan azimat-azimat).2 Ruqyah dalam kamus
Lisan Al-„Arab adalah, „Doa yang digunakan untuk menyembuhkan seseorang
yang terkena malapetaka‟. Dalam kamus Lisan Al-„Arab dikatakan, ‫ي رق ال‬
(al- ruqiyya) adalah jamak dari ruqyah.
Muhammad Bin Ahmad al-Azhariy Rahimahullahu berkata,
45

Imam Ibnul Atsir Rahimahullah berkata,

Syeikh Ibnu Taimiyyah berkata, “Ruqyah artinya memohon perlindungan.


Al-Istirqa‟ adalah memohon dirinya agar diruqyah. Ruqyah termasuk bahagian
dari doa”.6 Syeikh Muhammad al-Tamimi Rahimahullah dalam Kitab al-Tauhid
mendefinisikan Ruqyah Syar‟iyyah yakni, “penyembuhan suatu penyakit dengan
pembacaan ayat-ayat suci al-Quran, doa-doa atau jampi-jampi (yang syar‟i)”.7
Syeikh Saad Muhammad Shadiq berkata, “Ruqyah Syar‟iyyah pada hakikatnya
adalah berdoa dan bertawassul untuk memohon kepada Allah SWT akan
kesembuhan bagi orang yang sakit dan menghilangkan gangguan jin dan setan”.8
Namun, definisi yang lebih lengkap memenuhi aspek jami‟ dan mani‟ di
paparkan oleh al-Juraniy yakni, “Ruqyah Syar‟iyyah adalah doa perlindungan dan
pencegahan bagi orang yang sakit dengan membaca ayat-ayat al-Quran al-Karim,
asma-asma Allah SWT dan sifat-sifat-Nya dan doa-doa yang bukan berbahasa
Arab yang dipahami akan makna maknanya dengan hembusan nafas (mengandung
sedikit air ludah) untuk menghilangkan penderitaan dan penyakit”.9
Hembusan nafas dalam terapi ruqyah berpengaruh bi idznillah,
sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-„Asqalani
Rahimahullah, “Manfaat dari tiupan itu adalah mencari berkah dengan basahnya
mulut dan udaran orang yang baru sahaja berzikir, sebagaimana seseorang mencari
berkah dengan menyiramkan atau menuliskan lafazh lafazh zikir”.10
Ibnu al-Tin berkata, “Ruqyah dengan bacaan al-Mu‟awwidzatayn dan
nama Allah SWT lainnya, adalah termasuk pengobatan spiritual, ketika dibaca
46

oleh orang yang shalih. Dengan izin Allah SWT, penyakit yang ada akan sembuh.
Seiring dengan itu, muncul pula pengobatan biasa (secara fisik).11
Adapun Istilah „ruqyah (al-ruqyah)‟ yang disandingkan dengan sifat
„syar‟iyyah (al-syar‟iyyah)‟, dalam pemahaman penulis merupakan istilah yang
dimunculkan oleh para ulama‟ untuk mempertegaskan batasan antara praktik
ruqyah yang haq dan ruqyah yang batil dan memberi kefahaman yang jelas kepada
umat Islam akan makna ruqyah benar.
Kiai Abdul Karim menerangkan Ruqyah Syar’iyyah yaitu jampi-jampi atau
mantra yang dilakukan dengan ayat- ayat Al-Qur’an dan do‟a-do’a yang
disyariatkan Islam. Ruqyah syar‟iyyah termasuk salah satu dari terapi Islam.
Ruqyah syar’iyyah adalah bacaan yang terdiri dari ayat Al-Qur’an dan hadits yang
shahih untuk memohon kepada Allah akan kesembuhan orang yang sakit.
2) Ruqyah Syirkiyyah
Kiai Abdul Karim menjelaskan Ruqyah Syirkiyyah Yaitu jampi-jampi atau
mantra yang dilakukan dimana didalamnya menggandung unsur kemusrikan
sehingga bertentangan dengan ketentuan agama dan syariah. Misalnya praktek
perdukunan, para normal, dan orang pintar. ‘Ruqyah syar‟iyyah adalah bacaan
yang terdiri dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah yang shahih,
untuk memohon kesembuhan kepada Alllah dari ganggguan yang ada, atau
memohon kepada- Nya perlindungan dari kejahatan yang akan datang atau yang
dikhawatirkan.
Jadi, ruqyah secara umum dibagi menjadi dua kelompok, pertama ruqyah
syar‟iyyah yang diperbolehkan oleh syariat Islam yaitu terapi ruqyah yang seperti
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kedua, ruqyah syirkiyyah yang tidak
diperbolehkan oleh syariat Islam. Yaitu ruqyah yang dilakukan dengan
menggunakan bahasa yang tidak dipahami maknanya, atau ruqyah yang
menggandung unsur kesyirikan.
47

c. Sejarah Ruqyah Syar’iyyah

Artinya: “dari Abu Sa‟id al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat


Rasulullah SAW dahulu berada dalam safar (perjalanan jauh), lalu melewati
suatu kampung Arab. Di waktu itu, mereka meminta untuk di jamu, namun
penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung
tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, “apakah di antara
kalian ada yang bisa meruqyah karena pembesar kampung tersebut tersengat
binatang atau terserang demam”. Di antara para sahabat lantas berkata, “iya
ada”. Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan
membaca Surah al-Fatihah. Akhirnya, pembesar tersebut sembuh. Lalu yang
membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan
menerimanya (dan ada disebutkan juga ia mau menerima) sampai kisah tadi
diceritakan pada Nabi SAW. Lalu ia mendatangi Nabi SAW dan menceritakan
kisahnya tadi pada baginda. Ia berkata, “wahai Rasulullah SAW, aku tidaklah
meruqyah kecuali dengan membaca Surah al-Fatihah”. Rasulullah SAW
lantas tersenyum dan berkata, “bagaimana engkau bisa tahu al-Fatihah adalah
48

ruqyah?”. Baginda pun bersabda, ambil kambing tersebut dari mereka dan
potongkan untukku sebahagiannya bersama kalian”. (Hadis Riwayat Bukhori
dan Muslim)12
Sebelum Islam datang, masyarakat Arab telah mengenal istilah ruqyah. Akan
tetapi ruqyah yang dikenal dalam tradisi masyarakat Arab ketika itu adalah ruqyah
(mantra) yang dibacakan oleh dukun-dukun (kahin) yang mengandungi kesyirikan
karena berisi pemujaan dan permintaan pertolongan kepada golongan jin dan
setan.13
Setelah Islam datang, para sahabat bertanya tentang mantra yang pernah
mereka praktikkan di zaman Jahiliyyah dahulu. Auf Bin Malik al Asja‟i
menceritakan, “kami di zaman Jahiliyyah pernah melakukan ruqyah, lalu kami
bertanya kepada Rasulullah SAW, „Bagaimana pendapatmu tentang itu, Ya
Rasulullah SAW?‟. Maka Rasulullah SAW bersabda, “perlihatkanlah kepada saya
ruqyah kalian itu. Tiada masalah dengan ruqyah selama ia tidak mengandungi
syirik”.14
Islam adalah agama yang penuh dengan solusi, begitu pun yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW kepada umatnya yang mengalami berbagai persoalan dalam
masalah pengobatan yang salah satunya adalah ruqyah. Bahkan “secara langsung,
beliau pernah meruqyah istrinya, cucunya dan sahabat-sahabat beliau yang lain.
Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah diruqyah oleh malaikat Jibril AS
sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah Kitab Shahih Muslim”.15
Dalam konteks ke-Indonesia-an, Ruqyah Syar‟iyyah kurang begitu
mendapat perhatian. Do‟a-do‟a ruqyah memang dikenal dan dipelajari di
pasantren atau pengajian, akan tetapi dalam pengamalan dan praktiknya terasa
banyak bercampur dengan hal-hal yang bersifat bid‟ah, khurafat dan syirik.
Sedikit sekali yang benar-benar sesuai dengan syari‟at dan selaras dengan aqidah
Islam. Hal ini tidak begitu aneh, karena praktisi pengobatan dengan al-Quran
sering dilakoni oleh orang-orang yang tidak mengerti al Quran dan as-Sunnah,
49

bahkan sama sekali tidak memahami apa yang dibacanya.16


Di sisi lain, pengaruh budaya, keyakinan dan agama sebelumnya yang masih
kuat, seperti aroma ajaran hindu, buddha, dinamisme, animisme masih tercium
dalam praktek pengobatan yang dilakukan umat Islam Indonesia saat ini. Hal ini
menjadi tradisi atau budaya karena masih melekatnya pemahaman bahwa pada
benda-benda tertentu ada kekuatan, seperti batu, pohon, bintang-bintang tertentu,
keris, tombak, sungai dan sebagainya sehingga timbul penyembahan atau ritual
mengagungkannya.17
Kesimpulannya, ruqyah adalah jampi yang bertujuan mengobati sesuatu
penyakit. Ia telah lama wujud sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW, ini di
buktikan adanya sahabat yang menanyakan Rasulullah SAW akan jampi yang
telah diamalkan sejak turun temurun lagi. Ruqyah ada yang bersumberkan dari al-
Quran dan as-Sunnah, dan ada juga yang bersumberkan daripada peninggalan
nenek moyang secara turun-temurun. Ruqyah yang bukan dari sumber al-Quran
dan as-Sunnah harus diamalkan selama mana ia tidak mengandung kesyirikan
padanya.

d. Dasar-Dasar Ruqyah Syar’iyyah


1) Dasar dari Al-Qur’an
Al-Quranul Karim diturunkan sebagai Al Huda (petunjuk) untuk orang-
orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri yang diterangkan dalam surat Al-Baqarah
ayat 1-5. Apabila kita mengfungsikan Al- Quranul Karim yang kita imani
sebagai kitab petunjuk, maka membacanya, mentadabburinya, mengamalkannya,
dan mendakwahkannya, dan memperjuangkan tegaknya hukum Al- Qur‟an
adalah ia sebagai Asy-Syifa‟ (obat) dan Ar-Rahmah (kasih sayang) dari Allah
bagi orang-orang yang beriman (Akhmad, 10).
‫‪50‬‬

‫‪Allah berfirman dalam Surat Al-Isra‟ ayat 82:‬‬


‫خسا ٗرا ‪٨‬‬ ‫و ُن َنزل من ٱۡ لُق ۡر ن َ ش ور ۡح َم ‪ٞ‬ة لِّۡ ل ُم َ‬
‫ي ِزي اظ ن ِإ‬
‫‪٢‬‬
‫ُد ٱل ِل اَل‬ ‫ۡؤ ِم نِ ين َل‬ ‫َءا ما و َفآ ‪ٞ‬ء‬
‫ِمي‬ ‫و‬
‫ه‬
‫‪Artinya: ‘Dan kami turunkan Al-Qur’an yang dia itu sebagai obat dan rahmat‬‬
‫)‪bagi orang-orang yang beriman.’ (QS. Al- Isra‟ [17]: 82‬‬
‫‪Dan Allah berfirman dalam surat Fushilat ayat 44‬‬
‫َو ِ لا ءا َم ُنو ْا‬ ‫‪ّٞۗٞ‬‬
‫وعر ِب‬ ‫ُ ت ء ۬ا ۡعج‬ ‫ِمٗ ’يا لا َقاُلو ْا َلۡ و ََل‬ ‫ج َۡع لٰ َّ َن ُه قُ ۡر‬ ‫وَل ۡو‬
‫ِذين ه‬ ‫’ي ق ُ ۡ ل‬ ‫ُه ٓۥٓۖ ءاَّٰ ِم ‪’ ٞ‬ي‬ ‫فُصَلت ج‬ ‫َءا ًنا أَ ۡع‬
‫َي‬
‫ام‬
‫ع ًم ‪ۚٞ‬ى أ ي َنا َد ۡون‬ ‫ِ ن ‪ ٞ‬ر وه عَلۡ ي‬ ‫هٗدى وش َفآ ‪ٞۚٞ‬ء وٱلا َل ي ۡؤ ن‬
‫َ كا ‪²‬‬ ‫ٰ َّ ٓ‬ ‫ِه ۡم َو و ۡق ِه ۡم‬ ‫ِم ُنو ِفي‬ ‫ِذين‬
‫ِن‬ ‫ْو َل ِئك ِمن ب ِعي ٖد‬
‫ءا َذا‬
‫‪٤٤‬‬
51

Artinya: Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa
selain Arab, tentulah mereka mengatakan: ‘Mengapa tidak dijelaskan ayat-
ayatnya?’ Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah
orang) Arab? Katakanlah: ‘Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka
ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu
adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh’.(QS. Fushilat [41]: 44)

2) Dasar dari Hadits


Berobat dengan bacaan Al-Qur’an adalah bagian dari mengamalkan Al-
Qur’an sebagaimana Rasulullah shallallah’alaihi wa sallam meniup kedua
tangannya dengan membaca Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas disaat beliau sakit
menjelang wafatnya, kemudian beliau mengusapkan kedua tangannya ke seluruh
tubuhnya.
Dari Aisyah ra berkata : ‘Bahwa Nabi shallallahu‟alaihi wa sallam pernah
peniup untuk dirinya dalam keadaan sakit menjelang wafatnya dengan bacaan
Al-Mu‟awwidzat, surat A- Ikhlash dan A- Mu‟awwidzatain. Maka ketika beliau
kritis, akulah yang meniupkan bacaan itu dan aku usapkan kedua tangannya ke
tubuhnya karena keberkahan tangannya.’ (HR. Bukhari, Muslim).

Al-Malak Jibril as diutus oleh Allah untuk meruqyah Nabi


shallallahu’alaihi wa sallam ketika sakit : Dari Asiyah ra berkata : ‘Rasulullah
shallallahu‟alaihi wa sallam apabila sakit, jibril meruqyahnya. Ia berkata :
‘Dengan nama Allah, dia membebaskanmu, dan dari setiap penyakit dia
menyembuhkanmu, dan dari setiap orang yang dengki ketika dengki, dari setiap
orang yang punya mata berbahaya.’ (HR.Muslim, dalam Syarah An Nawawi
4/1718)
52

e. Syarat-Syarat Ruqyah Syar’iyyah


Ciri khas ruqyah syar‟yyah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah:
1) Ruqyah menggunakan firman Allah (Ayat-ayat Al-Qur‟an,) nama dan
sifat-sifat-Nya (Asma‟ul Husna), atau ucapan yang bersumber dari Nabi
2) Menggunakan bahasa Arab yang fasih atau ucapan yang diketahui
maknanya
3) Orang yang meruqyah yakin bahwa ruqyah tidak memberi dampak
kecuali dengan takdir dari Allah Ta‟ala
4) Pihak yang meruqyah bukanlah penyihir,dukun,atau peramal.
5) Ruqyah tidak mengandung ungkapan atau tata cara yang diharamkan,
karena Allah tidak menjadikan parkara yang yang haram sebagai obat.
6) Membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah tajwid yang berlaku.
Apabila ciri-ciri tersebut ada pada diri peruqyah maka benarlah ia seorang
peruqyah. Namun bila ciri-ciri ini tidak ada pada diri mereka, maka Anda harus
hati-hati dengan mereka. Dikhawatikan itu praktek ruqyah yang tidak syar‟i
sehingga tidak memberikan manfaat apa-apa (Al Mubarak, 2012: 340).
Para ulama telah sepakat membolehkan ruqyah deng tiga syarat (Jawaz,
2008: 65), diantaranya:
1) Ruqyah itu dengan menggunakan firman Allah SWT atau Asma’ (Nama-
nama) dan sifat-Nya, atau sabda Rasulullah SAW.

2) Ruqyah itu hendaknya diucapkan dalam bahasa Arab. Kalau tidak bisa, maka
boleh dengan bahasa lain yang difahami maknanya.
3) Harus diyakini bahwa bukanlah dzat ruqyah itu sendiri yang memberikan
pengaruh, tetapi yang memberikan pengaruh itu adalah kekuasaan Allah
SWT, sedangkan ruqyah hanya merupakan salah satu sebab saja.

f. Teknik-Teknik Ruqyah
Ada beberapa teknik pengembangan ruqyah syar‟iyyah yang dapat
diterapkan oleh praktisi ruqyah, untuk mencapai kesempurnaan dan kemudahan
dalam mencapai keberhasilan. Di antaranya:
53

1) Teknik Sentuhan
Setelah melakukan semua persiapan ruqyah, sentuhkanlah tangan anda di
tempat yang mengalami keluhan sakit dengan niat menghancurkan penyakit
tersebut, kemudian mulailah membacakan ayat-ayat ruqyah.
Hal ini dilakukan dilandaskan sebuah riwayat dari Utsman bin Abu Al
‘Ash dalam satu kisah kedatangannya kepada Nabi. Diriwayatkan dari Utsman bin
Abil Ash Ats-Tsaqaafi bahwasanya ia mengadukan kepada Rasulullah SAW
penyakit yang ia alami sejak ia masuk Islam. Maka Rasulullah SAW bersabda
kepadanya:
‘Letakkan tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit, kemudian bacalah
bismillah (dengan nama Allah) sebanyak tiga kali, lalu bacalah doa berikut
ini sebanyak tujuh kali (Rohim, 2016: 134),

‘Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan (penyakit)


yang aku dapatkan dan aku khawatirkan.

Utsman berkata, ‘Lalu aku melakukan hal tersebut, maka Allah ‘Azza wa
Jalla menghilangkan apa yang ada padaku, dan aku selalu memerintahkan
keluargaku dan yang lainnya untuk mengucapkannya.’ Diriwayatkan dari Aisyah,
ia berkata, ‘Rasulullah apabila ada orang yang sakit di antara kami, beliau
menyentuhnya dengan tangan kanannya, kemudia berdoa (Rohim, 2016: 135),
‘Ya Allah, Rabb manusia! Hilangkanlah penyakit. Berilah kesembuhan,
sesungguhnya Engkau adalah Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan
kecuali dengan kesembuhan dari-Mu, (berilah) kesembuhan sepenuhnya yang
tidak menyisakan penyakit.’
Lakukan sentuhan selama tiga sampai lima menit, perhatikan reaksi yang
terjadi sambil membacakan ayat-ayat syifa‟ atau ruqyah yang dihafal. Anda juga
bisa membaca langsung dari mushaf Al-Qur’an atau media lain jika tidak hafal.
Jika titik sakit itu tidak diketahui, sentuhlah ubun-ubun sambil membaca
‫‪54‬‬

‫‪surah Hud ayat 56:‬‬


‫‪ۚٞ‬‬ ‫‪²‬‬
‫من د ٓا اب ٍة َ ُذ ب ص َي ِت َه ٓا ِإ ان‬ ‫ِإ ِّني َ و عَلى ِ َّل ر ُ ك‬
‫إِ اَل ما و ءاخ َنا‬ ‫ٱ ل ِّبي ‪ۚٞ‬م ور‬ ‫اكۡ لت‬
‫ِّب‬ ‫ت‬
‫ه‬
‫ص م ۡس َت ِقي ٖم ‪٥٦‬‬ ‫ر ِّبي عَل‬
‫َر‬ ‫َّٰى‬
‫ٖط‬
55

‘Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada
suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya ...’
(Hud [11]: 56)
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam ruqyah dengan teknik
sentuhan adalah membangun kekuatan niat dan keyakinan, memohon pertolongan
Allah sebagai Sang Maha Perkasa dan Sang Maha Penyembuh, membacakan ayat
ruqyah dan menghembuskannya di telapak tangan, menyentuh bagian tubuh pasien
yang terasa sakit, ubun-ubun, atau perutnya, sambil membacakan ayat-ayat ruqyah
(Rohim, 2016: 136).
Terapi qur’ani dengan sentuhan ini merupakan bentuk pengobatan qur‟ani
yang langsung menyentuh kulit penderita penyakit, dengan membacakan ayat-ayat
ruqyah dan dos-doa. Metode pengobatan qur‟ani yang diajarkan oleh Rasulullah

ini telah diteliti oleh seorang ahli di New York, yaitu Prof. Dolores Krieger dan
Dora Kunz, seorang Natural Healer tahun 1970, di University Scholl of Nursing.
Mereka menjelaskan, berdasarkan teori bahwa tubuh, pikiran, serta emosi
membentuk bidang energi yang kompleks (Rohim, 2016: 137).
2) Teknik Tepukan
Teknik menepuk atau memukul ini dilakukan setelah terjadi reaksi, saat
membacakan ayat-ayat ruqyah. Tujuan ruqyah adalah untuk mengusir atau
menyiksa jin di dalam tubuh pasien. Hal ini seperti yang dicontohkan Rasulullah
dalam berbagai riwayat. Hal ini berdasarkan dari riwayat Mathar bin Abdurrahman
Al-A’naq yang mengisahkan tentang seorang anak perempuan gila yang dibawa ke
hadapan Rasulullah dengan keadaan diikat. Kemudian setelah wanita itu dilepas
ikatannya dan duduk membelakangi Rasulullah sesuai perintahnya, beliau
memegangi keempat ujung bajunya dari atas ke bawah dan memukul
punggungnya hingga terlihat ketiak beliau putih sambil bersabda ‘Keluarlah
engkau, wahai musuh Allah! Keluarlah engkau, wahai musuh Allah!’ setelah itu
Rasulullah mendoakan dan mengusap wajahnya. Wanita itu sembuh (Rohim,
2016: 138).
56

Selain di punggung tepukan juga bisa dilakukan di daerah kepala (dengan


ritme konstan dan tidak terlalu keras), tepukan juga bisa dilakukan didaerah
tengkuk atau pundak dan dada. Ini berdasarkan riwayat lain, saat Rasulullah
mengobati Utsman bin Abul Ash yang mengeluhkan bahwa dia lupa rakaat shalat.
Saat itu Rasulullah melakukan tepukan/pukulan di daerah dadanya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam ruqyah dengan teknik
tepukan adalah membangun kekuatan niat dan keyakinan, dekatkan telapak tangan
ke mulut kemudian bacakanlah ayat ruqyah yang dihembuskan di telapak tangan,
melakukan teknik tepukan ringan di bagian yang sakit sambil membaca ayat- ayat
ruqyah (bisa juga di daerah dada, punggung, kali dan lainnya), yang terakhir
bacakan ayat-ayat berikut (Rohim, 2016: 139)

٥٨٦ ۡ َ
‫ر اص ِب‬ٞ ‫خ ي‬ ‫ۡر‬ ‫وَل‬ ِ ‫عو‬ ‫ف َعا ِق ب ل‬ ‫عا‬ ‫وإِ ۡن‬
‫لِّل ِرين‬ ‫و‬ ‫ُت ۡ م‬ ‫ِئ ن‬ ‫ِۡق ب ُتم ه‬ ‫ُبو ْا ِم ما‬ ‫َۡق ب ُت‬
‫ص‬ ‫ب‬ ‫ث‬ ‫ۡم‬
‫ه‬ ‫َب‬
57

‘Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang
sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.’ (An-Nahl [16]: 126)
3) Teknik Pijatan
Pengobatan dengan metode pijatan adalah salah satu cara yang sangat
efektif untuk menyembuhkan penyakit. Pengobatan dengan metode pijatan sudah
sangat dikenal di tengah masyarakat, dan terbukti secara ilmiah dan fakta dapat
menyembuhkan berbagai penyakit.
Teknik pijatan dalam pengobatan Qur‟ani adalah salah satu teknik yang
sangat efektif untuk menyirnakan berbagai macam keluhan penyakit. Yaitu
memijat daerah yang sakit sambil membacakan ayat-ayat ruqyah. Hal ini
berdasarkan sebuah hadits dari Aisyah ra, saat Rasulullah mengobati salah satu
sahabatnya. Bahwa Nabi, apabila ada seorang yang mengeluh karena ada sesuatu
yang dirasa sakit pada dirinya atau ada luka, baik kecil ataupun besar, beliau
berdoa dengan menggunakan jari tangannya seperti diilustrasikan oleh Sufyan
(Rohim, 2016: 141).
Sufyan bin Uyainah yang meriwayatkan hadits ini menunjukkan cara
menggunakan jari itu, yakni telunjukkan diletakkan di bumi, lalu diangkat dan
diletakkan ke bagian yang sakit sembari mengucapkan (Rohim, 2016: 142),
‘Dengan menyebut nama Allah, ini adalah tanah bumi kita, dicampur dengan
ludah sebagian dari kita, dengannnya dapat disembuhkan orang sakit di antara kita,
dengan izin Tuhan kita.’ (HR. Al-Bukhari)
Langkah-langkah yang harus dilakukan dlam ruqyah dengan teknik pijatan
adalah mmebangun kekuatan niat dan keyakinan, dekatkan tangan ke mulut,
kemudian bacakan beberapa ayat ruqyah, kemudian pijatlah titik-titik tertentu yang
berhubungan dengan penyakit, bisa mengacu pada titik-titik Meridian, atau tititk
refleksi, atau langsung memijat didaerah yang sering dikeluhkan, sambil
membacakan ayat-ayat ruqyah (Rohim, 2016: 144).

4) Teknik Usapan
Aisyah ra berkata, ‘Bahwa Nabi SAW pernah meniup untuk dirinya dalam
58

keadaan sakit menjelang wafatnya dengan bacaan surat-surat Al-Mu‟awwidzat.


Maka ketika beliau kritis, akulah yang meniupkan bacaan itu dan aku usapkan
keduaa tangannya ke tubuhnya karena keberkahan tangannya.’ (HR. Bukhari dan
Muslim). ‘Nabi SAW ketika berada di tempat tidur setiap malam, beliau
mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup
dan dibacakan „Qul huwallahu ahad’ (Al- Ikhlash), „Qul a’udzu birabbil falaq’
(Al-Falaq), dan „Qu a’udzu birabbin naas’ (An-Naas). Lalu beliau mengusapkan
kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari
kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian
sebanyak tiga kali.’ (HR. Bukhari)
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam ruqyah dengan teknik
usapan adalah membangun kekuatan niat, dekatkan tangan ke mulut kemudian
bacakan beberapa ayat ruqyah kemudian hembuskan di telapak tangan, dan
sapukan telapak tangan ke seluruh daerah tubuh yang mengalami sakit, sambil
membacakan ayat-ayat ruqyah (Rohim, 2016: 144).
5) Teknik Tiupan dan Hembusan Nafas
Teknik penyembuhan dengan meniup ini sering kali dilakukan oleh
Rasulullah untuk mengobati, baik dengan menyemprotkan ludah maupun sekedar
meniupkan nafas. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, ‘Dahulu Rasulullah
apabilah salah seorang anggota keluarganya sakit, beliau meniupkan kepadanya
bacaan surat-surat Al-Munawwizat. Maka ketika beliau sakit yang menyebabkan
ia wafat, aku meniupkannya pada beliau, dan aku mengusapkannya dengan tangan
beliau sendiri, karena tangan beliau lebih berkah daripada tanganku.’ (HR.
Muslim) Alaqah bin Shahhar As-Salithi tatkala mmeruqyah seseorang yang gila, ia
mengatakan, ‘Aku membacakan Al-Fatihah kepadanya selama tiga hari, pagi dan
sore. Setiap kali aku menyelesaikan bacaan, aku mengumpulkan air ludahku, lalu
meludahkannya. Dia seolah-olah lepas dari ikatan.’
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam ruqyah dengan teknik tiupan
(Rohim, 2016: 148) adalah:
1) Menghembuskan nafas di bagian tubuh yang sakit.
59

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, ‘Kami pernah keluar


bersama Rasulullah SAW dalam perang Dzatur Riqa‟. Ada wanita membawa
anaknya yang dikuasai setan. Maka Rasulullah SAW berkata ‘Dekatkanlah anak
itu kepadaku.‟ Kemudian Rasulullah membuka mulutnya dan meludah ke dalam
mulut anak itu seraya berkata ‘Pergilah, musuh Allah’
2) Menghembuskan nafas di media air
Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Seekor kalajengking telah menyengat
Rasulullah saat beliau shalat. Ketika selesai shalat, beliau berkata ‘Semoga Allah
melaknat kalajengking, yang tidak membiarkan orang sedang shalat atau lainnya.
Lalu beliau mengambil air yang dicampur dengan garam. Kemudian diusapkan ke
bagian yang sakit sambil membaca surat Al- Kafirun, surat Al-Falaq dan surta An-
Nas.’ (HR. Ath-Thabrani)

g. Manfaat Pengobatan Ruqyah Syar’iyyah


Terdapat tiga manfaat pengobatan dengan menggunakan Ruqyah Syar‟iyyah
sebagaimana dinyatakan oleh Perdana Akhmad dalam bukunya yang berjudul
Quranic Healing Technologi Penyembuhan Qur‟ani yaitu :
a. Ruqyah Syar‟iyyah dapat membantu memberikan jalan keluar yang Islami
kepada orang-orang yang sedang mengalami permasalahan hidup, baik berupa
penyakit alamiah maupun penyakit akibat sihir agar terhindar dan terlepas dari
tipu daya jin dan setan.

b. Mengajak orang-orang yang belum mengetahui jalan syariat agar


menyelesaikan masalahnya secara cerdas dengan kembali kepada al Quran
dan dapat melindunginya dari hal-hal negatif yang mengancam.
c. Menyelesaikan masalah dengan tidak menimbulkan masalah baru, berupa
fitnah yang menimpa hati, fitnah syahwat dan syubhat, fitnah kesalahan dan
kesesatan, fitnah maksiat dan bid‟ah, fitnah kezaliman dan kebodohan yang
mengakibatkan rusaknya ilmu, pandangan, pengetahuan dan keyakinan
kepada Allah SWT.
Menurut Adynata pula dalam artikelnya yang berjudul Penerapan Sunnah
60

Nabi SAW, Ruqyah Syar‟iyyah di Klinik Surabaya Ruqyah Center, tidak di ragukan
lagi bahwa ruqyah memiliki manfaat yang signifikan dalam kehidupan manusia
sebagaimana dapat diketahui dari dalil-dalil al Quran dan as-Sunnah begitu juga dari
pengalaman-pengalaman para peruqyah. Antara manfaat ruqyah syar‟iyyah tersebut
paling tidak dapat dirinci kepada dua, yaitu:
a) Manfaat terhadap ketenangan jiwa
Seluruh peruqyah mengakui bahwa bacaan ruqyah yang berisikan ayat-ayat
al-Quran dan do‟a-do‟a yang matsur dari Rasulullah SAW menjadikan hati
tenteram dan tenang karena ia merupakan bacaan zikir.

b) Manfaat terhadap pengobatan penyakit medis dan non-medis


Menurut Nashir, ruqyah bisa dilakukan untuk mengobati berbagai macam
penyakit, baik penyakit medis ataupun penyakit non medis. Berkaitan dengan
pengobatan penyakit fisik dengan cara ruqyah, dia menjelaskan bahwa pada
prinsipnya semua penyakit yang diderita oleh manusia ada keterkaitan dengan
gangguan jin dan setan di dalamnya, sebab setan selalu berusaha mencelakakan
manusia dengan berbagai cara, kapan dan di manapun dari arah kanan, kiri,
depan dan belakang sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran Surah al-A‟raf
ayat 16-17:

Artinya: “Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat,


saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat)”.
Dengan demikian, apapun penyakit yang diderita seseorang baik penyakit
61

medis ataupun non medis maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
pengobatan dengan cara ruqyah untuk menjauhi, menghalangi dan bahkan
menghilangkan gangguan jin dan setan, sedangkan pengobatan medis
hanyalah sebagai penunjang.
Nashir mencontohkan sebuah kasus yang terjadi pada seorang perempuan
yang menderita penyakit kanker kelenjar getah bening. Menurut analisis ahli
dokter, pasien telah menderita kanker kelenjar getah bening hingga 3000 sel
kanker dan dokter tidak mampu lagi menangani penyakit pasien tersebut.
Kemudian pasien tersebut berobat ke Klinik Surabaya Ruqyah Center. Pada
ruqyah pertama, sel kanker pasien berkurang menjadi kurang 1500. Dokter
pun merasa heran sambil mengatakan ini adalah mukjizat. Setelah beberapa
kali ruqyah akhirnya pasien pun sehat dengan izin Allah SWT.
Dari kasus di atas, dapat dipahami bahwa pengobatan ruqyah bukan hanya
bermanfaat untuk penyakit non medis tetapi juga untuk penyakit medis. Hal
ini didukung oleh hadits-hadits Nabi SAW, seperti hadits dari Jabir berikut:

Artinya: “Rasulullah SAW melarang melakukan ruqyah. Kemudian keluarga


„Amru bin Hazm mendatangi Rasulullah SAW mereka berkata: Ya Rasulullah
SAW sesungguhnya kami memiliki ruqyah (jampi-jampi), di mana kami
meruqyah dengannya untuk mengobati dari gigitan kalajengking sementara
engkau telah melarang ruqyah. Jabir berkata: kemudian mereka
mengharapkan ruqyah itu kepada Beliau. Lalu bersabda: Tak mengapa, siapa
di antara kalian yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya
(dengan ruqyah), maka lakukanlah”. (Hadis Riwayat Muslim)
62

Terapi ruqyah dengan membaca ayat-ayat atau do‟a dari al Quran dan al-
Sunnah telah banyak dipraktikkan dalam penyembuhan penyakit medis. Di
Indonesia misalnya dilakukan oleh Ustadz Haryono dengan membaca Surah
al-Fatihah dan ayat-ayat maupun do‟a dari al Quran dan al-Sunnah. Kurang
lebih sembilan juta pasien pernah ditanganinya. Berdasarkan berbagai
kesaksian, banyak dari pasiennya mengalami kemajuan dalam kesehatannya
maupun memperoleh kesembuhan. Demikian juga beberapa Pondok
Pesantren, Yayasan Islam, Kyai, Ustadz, dan banyak orang Islam secara
individu maupun kelompok telah mempraktekkan ruqyah untuk penyakit
medis dan non medis.35
Dari perbahasan di atas, kita bisa fahami manfaat pengobatan
menggunakan ruqyah syar‟iyyah tersangatlah banyak. Dengan Pengobatan
Ruqyah dapat mengobati penyakit medis dan non medis, ini di kuatkan lagi
dengan bukti-bukti dari pelbagai kajian dan penelitian tentang keberkesanan
pengobatan menggunana ruqyah syar‟iyyah. Selain itu pengobatan ruqyah
syar‟iyyah juga bisa di jadikan sebagai terapi alternatif penenang jiwa dan
sebagai solusi bagi menyelesaikan pelbagai masalah di dalam masyarakat kita.
Syeikh Ibnu Qayyim Rahimahullahu berkata, “Ketahuilah bahwa obat
Rabbani dapat menanggulani penyakit ketika sakit dan dapat mencegah
sebelum sakit. Jika terjadi sakit, sakit itu takkan membahayakannya meskipun
ia merasakan sakit.”
1. Terapi Pengobatan (represif)
Ruqyah Syar‟iyyah berfungsi sebagai terapi pengobatan bagi orang yang
sakit. Manfaatnya tak terbatas untuk mengobati penyakit gangguan jin (non
medis) atau sihir, tapi juga terapi untuk fisik dan psikis (stress atau gila). Hal
ini bisa kita simpulkan dari praktik-praktik Ruqyah Syar‟iyyah yang pernah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan Para Sahabat Rodhiyallahu‟anhum
yang termaktub dalam kitab-kitab hadits.
Dari „Aisyah Rodiyallahu‟anha beliau berkata,
63

Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan kami supaya meruqyah orang yang


terkena penyakit „ain (gangguan sihir)”. (Hadits Riwayat al-Bukhori &
Muslim)
Dari Anas bin Malik mengenai Ruqyah dia berkata

Artinya: “diperbisakan meruqyah penyakit karena penyakit demam, karena


gigitan semut, dan‟ain (pandangan mata jahat).” (Hadits Riwayat Muslim)

Namun dalam proses terapi penyakit fisik, lebih sempurna apabila


Ruqyah Syar‟iyyah disinergikan dengan terapi pengobatan penyakit fisik
(bekam, terapi herba, terapi air dan garam, dan lain-lain sebagainya),
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan Para Sahabat
Rodhiyallahu‟anhum. Dari Abdullah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

Artinya: “Manfaatkanlah dua jenis terapi penyembuhan, madu dan al Quran.”


(Hadits Riwayat Ibnu Majah)

Artinya: “Ketika Rasulullah SAW sedang sujud dalam shalatnya, jari beliau
disengat kalajenking. Setelah selesai shalat, baginda bersabda, “semoga Allah
SWT melaknat kalajenking yang tidak memandang Nabi atau selainnya. Lalu
64

baginda mengambil wadah (ember) yang berisi air dan garam kemudian
baginda meletakkan bahagian tangan yang tersengat kalajengking dalam
larutan air dan garam (meremdamnya), seraya membaca Surah al-Ikhlas, al-
Falaq dan an-Nas, sampai beliau merasa tenang.” (Hadits Riwayat Al-Baihaqi,
Hadits Hasan)
Imam „Abd al-Rauf al-Manawi Rohimahullahu menjelaskan, “dalam
riwayat itu Rasulullah SAW telah memadukan antara obat yang bersifat alami
dengan obat yang bersifat Ilahi. Sedangkan Surah al-Ikhlas yang baginda
baca, mengandungi kesempurnaan Tauhid, dari sisi pengetahuan dan
keyakinan. Adapun Surah al-Mu‟awwidztayn (al-Falaq dan an-Nas)
mengandungi permohonan perlindungan dari segala hal yang tidak disukai,
secara global dan terperinci. Dan garam yang baginda gunakan, merupakan
materi yang sangat bermanfaat untuk menetralisir racun”.

2. Terapi Pencegahan Penyakit


Ruqyah Syar‟iyyah, berdasarkan sejumlah riwayat yang shahih dari
Rasulullah SAW, Islam telah membekali kita beragam senjata untuk
mencegah serangan gangguan segala makhluk, termasuk jin dan setan,
binatang buas dan manusia yang punya hasad dengki (jahat). Itu semua bisa
ditangkal dengan amalan dan bacaan ruqyah dzatiyyah (ruqyah mandiri) yang
disyari‟atkan Islam. Di antara argumentasi pemahaman ini ialah hadits-hadits
Rasulullah SAW seperti berikut.
Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata:
“Wahai Rasulullah SAW, tadi malam saya disengat kalajenking.”Baginda
SAW menjawab:

Artinya:
65

“Andaikan kamu membaca pada sore hari: “Aku berlindung kepada kalimat-
kalimat Allah yang sempurna dari keburukan apa yang diciptakan-Nya”, pasti
kalajenking tidak menyengatmu.” (Hadits Riwayat Muslim dan Malik)
Al-Imam an-Nawawi berkata, “yang dimaksudkan dengan kalimat
kalimat Allah SWT yang sempurna adalah kata-kata yang tidak mengandungi
kekurangan maupun cela, dan ada yang mengatakan, yang bermanfaat dan
menyembuhkan,‟ ada pula yang mengatakan maksudnya adalah al-Quran”.

Artinya: “Barang siapa yang membacakan sepuluh ayat dari Surah alBaqarah
dalam satu rumah,setan tidak akan masuk ke dalam rumah tersebut pada
malam itu hingga datang waktu pagi. yaitu empat ayat pada awal surah
ditambah Ayat Kursi dan dua ayat sesudahnya dilanjutkan dengan ayat di
akhir Surahnya.” (Hadits Riwayat Muslim dan Ibn Hibban dalam Shahihnya)

Khaulah binti al-Hakim al-Salamiyyah Rodiyallahu‟anha berkata,


“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:“Barangsiapa singgah di suatu tempat lalu mengatakan: „Aku


berlindung dengan kalimat-kalimat Allah SWT yang sempurna dari keburukan
apa yang diciptakan-Nya‟ maka ia tidak akan ditimpa oleh marabahaya
apapun sampai ia pergi dari tempat singgahnya itu.” (Hadits Riwayat Muslim)

Bahkan Ruqyah Syar‟iyyah pun bisa digunakan untuk membentengi


orang lain dari segala penyakit dengan izin Allah SWT. Hal ini bisa kita
66

simpulkan dari apa yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap cucunya Hasan
dan Husain. Bahwa Rasulullah SAW selalu memintakan perlindungan untuk
Hasan dan Husain dengan berdo’a

Artinya: “Aku meminta perlindungan untuk kalian berdua dengan kalimat


Allah yang sempurna, binatang berbisa dan dari segala mata yang
jahat/hasad.” Beliau juga mengatakan,“bahwa Ibrahim adalah bapakku dia
mendo‟akan perlindungan untuk Isma‟il dan Ishaq”. (Hadis Riwayat Imam
Daud)

Dari Ibn Abbas, ia berkata, “Rasulullah SAW meminta perlindungan


kepada Allah SWT untuk Hasan dan Husian, dan baginda bersabda,
„sesungguhnya kedua nenek moyangmu, yakni Nabi Isma‟il dan Nabi Ishaq
meminta perlindungan kepada Allah do‟a tersebut di atas.” Kata „semua
setan‟ meliputi setan dikalangan manusia maupun jin.
Sedangkan segala yang berbisa (hammah)‟ adalah segala sesuatu yang
mengandungi racun. Adapun „mata yang tercela menurut al-Khithabi, berarti
semua penyakit dan bencana yang dapat mengakibatkan tercelanya seseorang,
misalnya penyakit gila atau rusaknya anggota badan menurut Ibn Ambari, cela
tersebut datangnya bersifat kontemporer.
Menurut Imam an-Nawawi, „mata yang tercela adalah suatu bencana
yang menimpanya, sehingga selalu berpandangan negatif terhadap apa saja
yang dilihatnya.‟
Di sisi lain, ada dua point plus yang bisa terapi lakukan sebagai salah
satu bentuk uslub dakwah:
Pertama, apabila seseorang mualij itu menerapi orang yang sakit dengan
menggunakan Ruqyah Syar‟iyyah dan menyentuh qalbu-nya disertai tausiyah
67

yang mengingatkan kepada Allah SWT, ia akan memberikan satu suntikan


semangat dan motivasi ruhiyyah, maka hal itu bisa mencegah orang yang sakit
berputus asa dari rahmat Allah SWT.
Kedua, apabila seseorang mualij itu memahamkan orang yang sakit itu tentang
Akidah dan Syari‟at Islam yang benar dalam pengobatannya dan tentang amalan
perdukunan dari sudut pandang hukum-hakam Islam, maka hal itu bisa
mencegah mereka (pasien) pergi berobat ke dukun dukun (kahin) atau orang
pintar („arraf).
Kesimpulannya, daripada perbahasan yang di atas penulis bisa simpulkan
fungsi-fungsi pengobatan ruqyah sayr‟iyyah itu paling minima ada dua yaitu
pertama, sebagai terapi pengobatan bagi orang yang sakit gangguan jin (non
medis) atau sihir, fisik dan psikis (stress atau gila) dan kedua, sebagai terapi
pencegah serangan dan gangguan segala makhluk, termasuk jin dan setan,
binatang buas dan manusia yang punya hasad dengki (jahat).
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA press.

Aryatiningsih & Silaen. (2018). Hipertensi pengangkut darah dari

jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan organ-organ

tubuh (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah

Sukabumi).

Baylon & Maglaya Setiawan, 2016.

Depkes RI, 2006 dalam Setiawan, 2016.

Depkes RI. (2016).

Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. (2021).

Dion, Y & Betan, Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Praktik.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Djafar, T. (2021). Promosi kesehatan: penyebab terjadinya hipertensi.

Fandinata, S. S. (2020). Management terapi pada penyakit degeneratif (diabetes

mellitus dan hipertensi): mengenal, mencegah dan mengatasi penyakit

degeneratif (diabates mellitus dan hipertensi). Penerbit Graniti.

Friedman, M.M. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta :

Buku Kedokteran EGC

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nadirawati. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga : Teori dan Aplikasi Praktik.

Cimahi: Refika Aditama.


Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.

Jakarta: EGC

Puskesmas Selaawi . (20201)

Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,2017).

Riset Kesehatan Dasar. (2018).

Setiawan, R. (2016). Teori dan Praktek Keperawatan Keluarga. Semarang: Unnes

Press.

Siregar, dkk. (2020). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018) dan Standar Luaran

Kepeawatan Indonesia (PPNI, 2019)

Sufa et,al. (2017). “Penyakit Yang Sering Muncul Terhadap Gaya Hidup

Tidak Sehat Hipertensi”. jurnal Keperawatan dan Kesehatan

Masyarakat, 8(1).

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Velina, Y., & Dery, T. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan 2016).

Keperawatan Kleuarga dan Komunitas. Jakarta: Kemenkes RI.

Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta :

Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai