A. LATAR BELAKANG
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan.
Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh
keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial
yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio
berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga
masyarakat yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar
kehidupan masyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang secara pesat,
baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluargapun banyak mengalami perubahan
dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang
ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi
kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga (Setiawati,
2009).
Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk
kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari
keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu
kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan
keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu,
konsep tertentu, teori atau falsafah.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan
melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan
kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu
memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi
dua arah dengan keluarga.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keluarga dan mengintegrasikannya ke dalam
praktek keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keluarga
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga.
C. MAANFAAT
Keluarga dapat mengetahui cara pencegahan, perawatan, penyebab, tanda dan gejala,
serta pertolongan pertama yang dilakukan jika mengalami thypoid.
BAB II
KONSEP DASAR
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima
langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan
sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi
dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga,
diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe
keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga:
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan
yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke
fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.
c) Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga
bisa memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun
yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal
hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola
pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi
masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga
dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga
yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut
(Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.
termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan
yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan
keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang
yang dapat mengakibatkan kecemasan.
5) Aktifitas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan
kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman, 1998:9).
6) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab
terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi
7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu
tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar
pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,
kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang
mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.
c) Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten
terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga
puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak
dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan
mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita
hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal
ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya
terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita
stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi
menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
9) Pola istirahat tidu
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota
keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih
terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut APD Salvari, (20013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual
individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah
keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan
untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
1) Pengetahuan (Kognitif)Intervensi
Ini ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran
kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga.
2) Sikap (Afektif)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon
emosional, sehingga dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah
yang dihadapi
3) Tindakan (Psikomotor)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam
perubahan perilaku yang merugikan keperilaku yang menguntungkan.
A. PENGUMPULAN DATA
b. Komposisi Keluarga:
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan
Keterangan :
: laki-laki : Sedarah
: perempuan : Serumah
d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga: Keluarga Inti
b) Masalah yang terjadi dg type tersebut: masalah yang sering terjadi ketidakmampuan
mengontrol kegiatan sehari-hari
e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa: Asal Suku Bima
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan: tidak ada
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: tidak ada
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah: Kepala keluarga dan Istri
b) Penghasilan: 5.000.000
c) Upaya lain: tidak
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Keluarga memiliki perabot rumah yang lengkap serta memiliki transportasi pribadi
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulannya
yaitu kebutuhan sehari-hari serta biaya sekolah anak-anaknya
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga: keluarga ini tetap melakukan rekreasi keluarga setidaknya
sebulan sekali.
Imunisasi
Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/ Masalah
No Nama Umur BB Yang telah
Kesehatan DPT/HB/ kesehatan
dilakukan
Campak
WC WC
DAPUR
KAMAR TIDUR
LANTAI I
KAMAR TIDUR
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Keluarga Tn “S” hidup rukun
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak: 2 Anak
b) Akseptor: Ya ………..yang digunakan Suntik lamanya : 1 Bulan
d. Strategi koping:
Untuk mempertahankan kesehatan keluarga Tn “S” menangani masalah ketika adanya
gejala – gejala serta menggunakan fasilitas kesehatan.
2 Kurang/ Tidak sehat Anak ke-2 Tn “S” beberapa kali masuk RS dengan
thypoid
D. SKALA PRIORITA
SKORING PRORITAS DIAGNOSE KEPERAWATAN KELUARGA
3 3
Total skor 21
Total skor 21
Prioritas Diagnosa
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko hipertermi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
1
mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
2
mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
3
mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
EVALUASI
A. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 2 juli 2020 yaitu pada Keluarga Tn
“S” yang bertempat tinggal di Lingkungan Bedi Kelurahan Monggonao Kecamatan Mpunda
Kota Bima.
Keluarga Tn “S” merupakan tipe keluarga ini yaitu seorang istri Ny “E” dan dua
orang anak an. “S” yang berumur 16 tahun dan an “A” yang berumur 10 tahun. Tn ”S”
bekerja sebagai anggota polri di polres bima kota dan istrinya bekerja sebagai ASN.
Pendapatan keluarga tiap bulannya sebesar Rp. 5.000.000,-
Keluarga Tn “S” berada pada tahap perkembangan anak dengan usia remaja. Riwayat
kesehatan keluarga adalah Tn “S” dan anak keduanya pernah di rawat di Rumah Sakit dengan
riwayat typoid.
Struktur kelurga Tn “S” sangat baik, pola komunikasi yang bagus dan menjalankan
tugas masing-masing setiap harinya. Bahasa yang digunakan oleh keluarga adalah bahasa
daerah (bahasa Bima) dan bahasa Indonesia. Dalam bersosialisasi dan dalam kehidupan rukun
warga, keluarga Tn “S” cukup baik dimana keluarga masih mengikuti kegiatan gotong royong
jika ada kesempatan dan mengikuti segala kegiatan sosial budaya di lingkungannya.
Fungsi keperawatan dalam Keluarga Tn “S”, Keluarga belum mampu untuk
mengontrol kegiatan dan kebiasaan sehari-hari tentang pencegahan penyakit yang pernah
dialami keluarga yang bisa memicu munculnya kembali penyakit yang pernah dialami.
Dimana Tn “S” yang memiliki banyak kegiatan di kantor dan kegiatan di kampungnya.
Pada saat dilakukan pengumpulan data, anak ke-2 Tn “S” mengalami peningkatan
suhu tubuh sejak sehari yang lalu dan sang belum diberi tindakan untuk penurun suhu tubuh.
Dan saat yang bersamaan sang anak tetap saja bermain dengan teman-temannya di depan
rumahnya maka dari itu dapat dikatakan bahawa Keluarga belum mampu mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat yang dapat berdampak pada menurunnya status
kesehatan dalam keluarga.
Status gizi keluarga Tn “S” baik dimana Tinggi badan dan berat badan keluarga yang
cukup proporsional dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang selalu ada disediakan
dirumah oleh Istri Tn “S”. Hanya saja anak ke-2 Tn “S” kadang-kadang susah untuk di ajak
makan pada saat jam makan apabila ia asik bermain.
Harapan Keluarga Tn “S” berharap untuk kedepannya akan lebih baik lagi, status
kesehatan meningkat dan tidak mengalami penyakit terminal serta Keluarga Tn “S” berharap
agar petugas kesehatan tetap melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya.
B. ANALISA DATA
Pada saat pengumpulan data di dapatkan masalah resiko penurunan status kesehatan
dengan penyebab Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan
penyakit dalam keluarga di tandai dengan Tn “S” pernah sakit thypoid dimana kegiatan Tn
“S” sehari-hari yang sangat banyak dan cukup memakan waktu untuk berada di lapangan.
Masalah kedua adalah resiko hipertermi yang penyebabnya ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat di tandai dengan peningkatan
suhu tubuh (38.5ºC) serta sang anak sering bermain saat sakit di siang hari.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
2. Resiko hipertermi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat
3. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
D. SKALA PRIORITAS
Hasil total perhitungan skoring diagnosa adalah 2 1/3 dan 2 2/3 maka yang menjadi prioritas
masalah :
1. Resiko hipertermi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
2. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga.
3. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
Setelah dilakukan penyuluhan keperawatan tentang thypoid pada keluarga Tn “S” selama
lebih kurang 30 menit. Pengertian, etiologi hingga penatalaksaan untuk klien thypoid jika
mengalami penurunan kesehatan atau ada tanda dan gejala yang terjadi. Keluarga Tn “S”
mulai memahami dan mengerti tentang thypoid untuk penatalaksanaan jika ada tanda dan
gejala yang dirasakan oleh keluarga. Masalah yang dirasakan oleh keluarga teratas sehingga
intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA