Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

KEPERAWATAN JIWA Tn. “I” DENGAN DIAGNOSA HALUSINASI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS MPUNDA KOTA BIMA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan.
Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh
keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial
yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio
berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga
masyarakat yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar
kehidupan masyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang secara pesat,
baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluargapun banyak mengalami perubahan
dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang
ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi
kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga (Setiawati,
2009).
Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk
kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari
keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu
kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan
keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu,
konsep tertentu, teori atau falsafah.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan
melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan
kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu
memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi
dua arah dengan keluarga.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keluarga dan mengintegrasikannya ke dalam
praktek keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keluarga
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga.

C. MAANFAAT
Keluarga dapat mengetahui cara pencegahan, perawatan, penyebab, tanda dan gejala,
serta pertolongan pertama yang dilakukan jika mengalami thypoid.
BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional, serta individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman dalam Achjar, 2010).
Menurut Bailon dan Maglaya, Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, saling berinteraksi satu sama lainya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.
2. Karakteristik keluarga
Menurut APD Salvari (2013), karakteristik keluarga sebagai berikut :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial: suami, istri, anak, kakak, dan adek.
d. Mempunyai tujuan yaitu: menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial.
3. Bentuk / Type Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya,
adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah (kakek-nenek, paman bibi).
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yang bercerai atau kehilangan
pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian
atau ditinggal pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone.
f. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosexsual
cobabiting family)
g. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
h. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.
i. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat
Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat istiadat
yang sangat kuat (Depkes RI dalam Achjar, 2010).
4. Struktur keluarga
Menurut APD Salvari (2013), struktur keluarga sebagai berikut :
a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudarah
istri.
d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudarah
suami.
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa anak saudara yang menjadi bagaian keluarga karna adanya hubungan
dengan suami istri.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Achjar (2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan
dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi
kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya.
Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal,
diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat
penting.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan
makan, pakaian dan tempat untuk berlindung ( rumah) dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga
di bidang kesehatan.
6. Ciri-ciri keluarga
a. Terorganisir adalah : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b. Ada keterbatasan adalah : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan adalah : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsi-masing-masing (APD Salvari, 2013).
7. Tugas keluarga di bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di dalam
bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan.
Ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus di
lakukan( Fridman dalam Achjar, 2010).
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang di
alami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab
keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera di catat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siap diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka
segeralah melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga mempuyai keterbatasan agar meminta bantuan
orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah. Perawat ini dapat di
lakukan di rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan
lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Suparyanto , 2012).
d. Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga,
upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan
yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan
dalam dan luar rumah yang berdampak pada kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan
yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengunaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
dipersepsikan keluarga (Achjar, 2010).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima
langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan
sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi
dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga,
diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe
keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga:
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan
yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke
fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.
c) Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga
bisa memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun
yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal
hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola
pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi
masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga
dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga
yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut
(Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.
termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan
yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan
keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang
yang dapat mengakibatkan kecemasan.
5) Aktifitas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan
kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman, 1998:9).
6) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab
terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi
7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu
tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar
pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,
kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang
mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.
c) Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten
terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga
puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak
dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan
mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita
hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal
ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya
terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita
stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi
menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
9) Pola istirahat tidu
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota
keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih
terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut APD Salvari, (20013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual
individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah
keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan
untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.

Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :


a. Problem atau masalah
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga aatau anggota keluarga.
b. Etiologi
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima
tugas keluarga yaitu
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis


keperawatan keluarga adalah :
a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi).
b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
c) Dan ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, system
pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).
c. Symtom
Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari keluarga
secara langsung atau tidak langsung.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi
dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Proses scoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya,
1978.
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah : 1
· Tidak/kurang sehat. 3
· Ancaman kesehatan. 2
· Krisis atau keadaan sejahtera. 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah : 2
· Dengan mudah. 2
· Hanya sebagian. 1
· Tidak dapat. 0
3 Potensial masalah untuk dicegah : 1
· Tinggi. 3
· Cukup. 2
· Rendah. 1
4 Menonjolnya masalah : 1
· Masalah berat harus segera ditangani 2
· Ada masalah, tetapi tidak perlu harus 1
segera ditangani
· Masalah tidak dirasakan 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnose keperawatan:


1) Tentukan skor untuk setiap criteria yang dibuat.
2) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinngi sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5).
3. Perencanaan Keperawatan keluarga
Menurut APD Salvari (2013), Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan
tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang
sering muncul.
Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
melalui segala upaya, dimana masalah (Problem) digunakan untuk
merumuskan tujuan akhir (TUM)
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci
tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan,
dimana penyebab (Etiologi) digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK).
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat masalah
dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
d. Menentukan kriteria dan standart criteria
Kriteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk mengukur
pencapaian tujuan, sedanhgkan standart menunjukkan tingkat performance
yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan
tindakan keperawatan telah tercapai.

Standart mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu


kepada 3 hal, yaitu :

1) Pengetahuan (Kognitif)Intervensi
Ini ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran
kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga.
2) Sikap (Afektif)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon
emosional, sehingga dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah
yang dihadapi
3) Tindakan (Psikomotor)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam
perubahan perilaku yang merugikan keperilaku yang menguntungkan.

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :


a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu
yang sesuai dengan kondisi klien.
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang
dimiliki oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga
tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.
d. Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan ke arah
perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatn keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.
e. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu
disusun rencana keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan, yaitu :
1) Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, system penulisan evaluasi
formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau
menggunakan system SOAP.
2) Evaluasi sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau
laporan ringkasan.
C. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
2. Etiologi
a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1) antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
2) antigen H(flagella)
3) antigen V1 dan protein membrane hialin.
b. Salmonella parathypi A
c. salmonella parathypi B
d. Salmonella parathypi C
e. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana
lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan
mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial
ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka
demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
4. Gejala Klinis
a. Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
1) Perasaan tidak enak badan
2) Lesu
3) Nyeri kepala
4) Pusing
5) Diare
6) Anoreksia
7) Batuk
8) Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
b. Menyusul gejala klinis yang lain
1) Demam
Demam berlangsung 3 minggu
a) Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari
b) Minggu II : Demam terus
c) Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur
2) Gangguan Pada Saluran Pencernaan
a) Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor
b) Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
c) Terdapat konstipasi, diare
3) Gangguan Kesadaran
a) Kesadaran yaitu apatis – somnolen
b) Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif,
aneosinofilia, trombositopenia, anemia
b. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya
dalam minggu pertama sakit
c. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi
1/200³- Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno yang bernilai 4 kali antara masa
akut dan konvalesene mengarah³atau peningkatan kepada demam typhoid (Rahmad
Juwono, 1996).
6. Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Perawatan
1) Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari. Untuk mencegah dekubitus posisi tubuh harus diubah setiap 2
jam
2) Mobilisasi sesuai kondisi
b. Diet
1) Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-
mula air-lunak-makanan biasa)
2) Makanan mengandung cukup cairan, TKTP.
3) Makanan harus menagndung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
c. Obat
1) Antimikroba:
a) Kloramfenikol
b) Tiamfenikol
c) Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)
2) Obat Symptomatik
a) Antipiretik
b) Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksik.
c) Supportif : vitamin-vitamin.
d) Penenang : diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri (Rahmad
Juwono, 1996).
7. Komplikasi
Komplikasi dapat dibagi dalam :
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus.
3) Ileus paralitik.
b. Komplikasi ekstra intestinal.
1) Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis,
trombosis, dan tromboflebitie.
2) Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitikü
3) Paru : pneumoni, empiema, pleuritis.
4) Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
5) Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
7) Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer,
sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.


Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum,
terutama bila perawatan pasien kurang sempurna (Rahmad Juwono, 1996).
BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGUMPULAN DATA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga:
Nama : Tn. S Pendidikan : S-1

Umur : 45 thn Pekerjaan : ANGGOTA POLRI

Agama : Islam Alamat : Bedi

Suku : Bima Nomor Telpon :

b. Komposisi Keluarga:
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan

1. Ny. E P 42 thn Istri ASN S-1 Ekonomi

2. An. 5 P 17 thn Anak - SMA

3. An. A L 10 thn Anak - SD


c. Genogram:

Keterangan :

: laki-laki : Sedarah

: perempuan : Serumah

d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga: Keluarga Inti
b) Masalah yang terjadi dg type tersebut: masalah yang sering terjadi ketidakmampuan
mengontrol kegiatan sehari-hari
e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa: Asal Suku Bima
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan: tidak ada
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: tidak ada
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah: Kepala keluarga dan Istri
b) Penghasilan: 5.000.000
c) Upaya lain: tidak
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Keluarga memiliki perabot rumah yang lengkap serta memiliki transportasi pribadi
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulannya
yaitu kebutuhan sehari-hari serta biaya sekolah anak-anaknya
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga: keluarga ini tetap melakukan rekreasi keluarga setidaknya
sebulan sekali.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua): tahap
perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap perkembangan anak dengan usia remaja
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalnya:
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah anak yang belum mampu
membedakan benar dan salah serta emosi anak-anak yang belum mampu mereka kontrol
sendiri.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:


a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Riwayat Kesehatan keluarga Tn “S” saat ini adalah memiliki riwayat demam typoid.

b) Riwayat penyakit keturunan:


Penyakit keturunan Tn “S” tidak ada

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

Imunisasi
Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/ Masalah
No Nama Umur BB Yang telah
Kesehatan DPT/HB/ kesehatan
dilakukan
Campak

1 Eni Nuraini Baik Lengkap Tidak ada Tidak ada

2 Suci Ramdhani Baik Lengkap Tidak ada Tidak ada

3 Aqilla Sa’ban Kurang Sehat Lengkap Demam sejak Kompres


2 hari yang Hangat
lalu

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan


Rumah Tn “S” dekat dengan Puskesmas Mpunda

e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:


Tn “S” pernah di rawat di RS dengan diagnosa thypoid serta Anak ke-2 Tn”S” sudah
beberapa kali masuk Rumah Sakit dengan Keluhan yang sama yaitu thypoid

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
1) Luas rumah:
2) Type rumah:
3) Kepemilikan: pribadi
4) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: kamar ada 4
5) Ventilasi/cendela: jendela berjumlah 17 buah
6) Pemanfaatan ruangan: ruangan terpakai semua
7) Septic tank: tidak ada
8) Sumber air minum: air galon
9) Kamar mandi/WC: 3 kamar mandi
10) Sampah: sampah di angkut setiap hari di depan rumah. Limbah RT: pembuangan
limbah melewati selokan yang ada di depan rumah
11) Kebersihan lingkungan: lingkungan cukup bersih
12) Denah rumah

WC WC

KAMAR TIDUR RUANG TAMU

DAPUR

KAMAR TIDUR
LANTAI I
KAMAR TIDUR

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


1) Kebiasaan: keluarga Tn “S” terbiasa ngumpul sesekali dengan tetangga
2) Aturan/kesepakatan: aturan untuk anak-anaknya tidak bermain terlalu jauh dari
sekitaran rumahnya
3) Budaya: saling gotong royong ketikasa ada kegiatan di RW
c. Mobilitas Geografis Keluarga: keluarga Tn “S” tinggal sejak lama di rumahnya ini, tidak
berpindah.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Rumah keluarga Tn “S” dekat dengan orang tua dan adiknya sehingga sangat mudah untuk
perkumpulan keluarga.
e. System Pendudukung Keluarga
Pendukung keluarga Tn “S” memiliki jaminan kesehatan.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Keluarga Tn “S” berkomunikasi sangat baik dengan bahasa daerah dan bahasa indonesia

b. Struktur Kekuatan Keluarga:


Kemampuan keluarga untuk saling mengingatkan betapa pentingnya hidup sehat cukup
bagus

c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)


Peran masing-masing anggota keluarga Tn “S” baik.

d. Nilai dan Norma Keluarga


Nilai dan norma yang dianut oleh keluarga Tn “S” mengikuti kebudayaan dulu dan
perkembangan sehingga tidak terpaku dengan kebudayaan yang dulu saja
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Dalam keluarga Tn “S” sebagai seorang ayah Tn “S” mengajarkan kepada sang anak untuk
selalu saling menghargai, bagaimana cara berbicara dengan orang yang lebih tua, yang
lebih muda serta teman sebayanya.

b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Keluarga Tn “S” hidup rukun

b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga:


Keluarga Tn “S” berinteraksi dan memiliki hubungan yang baik dalam keluarga

c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:


Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan melakukan obrolan bersama
secara terlebih dulu lalu di ambil keputusan yang baik

d) Kegiatan keluarga waktu senggang:


Kegiatan keluarga Tn “S” waktu senggang adalah kumpul bersama di rumah dan
terkadang kerumah keluarganya yang lain

e) Partisipasi dalam kegiatan social:


Keluarga Tn “S” ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat
tinggalnya.

c. Fungsi perawatan kesehatan


a) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan keluarganya:
Keluarga belum mampu untuk mengontrol kegiatan dan kebiasaan sehari-hari tentang
pencegahan penyakit yang pernah dialami keluarga.

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat:


Keluarga belum mampu mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:


Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit

d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :


Keluarga mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat untuk di tinggal bersama
keluarga

e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :


Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat untuk pertolongan
pertama jika ada keluarga yang memiliki masalah kesehatan

d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak: 2 Anak
b) Akseptor: Ya ………..yang digunakan Suntik lamanya : 1 Bulan

c) Keterangan lain: tidak ada


e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan:
Keluarga Tn “S” mampu memenuhi kebutuhan sandang pangan untuk sehari-hari

b) Pemanfaatan sumber di masyarakat: :


Keluarga Tn “S” memanfaatkan sumber daya di masyarakat

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek:
Stressor jangka pendek keluarga Tn “S” saat ini adalah anak keduanya yang mengalami
demam tinggi dan kurangnya nasfu makan

b. Stressor jangka panjang:


Stressor jangka panjang keluarga Tn “S” saat ini adalah bagaimana anak – anaknya di masa
mendatang, yaitu saat sang anak mulai beranjak remaja dan dewasa.

c. Respon keluarga terhadap stressor:


Respon keluarga terhadap stressor adalah dengan membawa sang anak ke pelayan
kesehatan untuk mendapatkan tindakan dari para medis

d. Strategi koping:
Untuk mempertahankan kesehatan keluarga Tn “S” menangani masalah ketika adanya
gejala – gejala serta menggunakan fasilitas kesehatan.

e. Strategi adaptasi disfungsional:


Keluarga Tn “S” melakukan penyesuaian diri dengan adanya perubahan serta mengganti hal
– hal yang penting dengan sesuatu yang memiliki fungsi yang sama.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

No Variabel Nama anggota keluarga

TN. S NY. E An. S An. A An. An.

1. Riwayat penyakit - - - thypoid


saat ini

2. Keluhan yang - - - demam


dirasakan

3. Tanda & gejala Lemas,


Badan
terasa
hangat
4. Riwayat penyakit thypoid
sebelumnya

5. Tanda-tanda vital TD: TD: TD: N:


130/80mmHg 110/70mmHg 100/70mmHg 90x/mnt

N : 78x/mnt N : 79x/mnt N : 80x/mnt R:


23x/mnt
R : 18x/mnt R : 20x/mnt R : 20x/mnt
S : 38.5ºC
S : 36.2ºC S : 36.1ºC S : 36.5ºC

6. Sistem Normal Normal Normal Normal


cardiovaskuler

7. Sistem respirasi Normal Normal Normal Normal

8. Sistem GI. Trac Normal Normal Normal Normal

9. Sistem persyarafan Normal Normal Normal Normal

10 Sistem Normal Normal Normal Sendi


muskuloskeletal agak
terasa
sakit

11 Sistem genetalia Normal Normal Normal Normal

TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN

No Daftar Masalah Kesehatan

1 Ancaman - Tn “S” pernah dirawat di RS dengan thypoid


- Anak ke-2 Tn “S” mengalami penurunan nafsu
makan

2 Kurang/ Tidak sehat Anak ke-2 Tn “S” beberapa kali masuk RS dengan
thypoid

3 Defisit Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit typoid


B. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi

1. S : Tn “S” mengatakan bahwa ia pernah Resiko Penurunan Ketidakmampuan


dirawat di rumah sakit dengan thypoid Status kesehatan keluarga dalam
mengontrol kegiatan
O: untuk pencegahan
- Pekerjaan setiap hari yang penyakit dalam
sangat padat dan kurangnya keluarga
istrahat

2 S : Tn “S” mengatakan anak kedua nya Resiko hipertermi Ketidakmampuan


pernah mengalami demam thypoid dan keluarga mengambil
saat ini mengalami demam keputusan mengenai
tindakan kesehatan
O: yang tepat
- S : 38.5ºC
- Sang anak sering bermain di
siang hari
3 S : Tn “S” mengatakan anak kedua Resiko penurunan Ketidakmampuan
mengalami penurunan nafsu makan status kesehatan keluarga dalam
mengontrol kegiatan
O: untuk pencegahan
- Malas ketika di ajak makan penyakit dalam
- Sering bermain keluarga

C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
2. Resiko hipertermi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat
3. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga

D. SKALA PRIORITA
SKORING PRORITAS DIAGNOSE KEPERAWATAN KELUARGA

No Kriteria skor Pembenaran

Sifat masalah Bila kegiatan Tn “S” tetap padat


1 dan istrahat kurang maka status
Skala : Ancaman kesehatan 2 x1=2 kesehatan anak menurun
3 3

Kemungkinan masalah dapat diubah Dikarenakan pekerjaan sebagai


anggota polri tidak dapat
Skala: sebagian 2x1=1 mengubah semua kegiatan
2

Potensial masalah untuk dicegah Tn “S” tetap berusaha mengurangi


kegiatan sebisa mungkin
Skala : Sebagian 2x1=2

3 3

Menonjolnya masalah Keluarga merasa keadaan tersebut


muncul tiba-tiba jadi merasa tidak
Skala : Masalah tidak dirasakan 0 ada masalah dirasakan

Total skor 21

Sifat masalah Sang anak mengalami demam saat


ini
Skala : tidak atau kurang sehat 3/3 x1= 1

Kemungkinan masalah dapat diubah Sang anak sangat aktif bermain


setiap harinya, jarang tidur siang
Skala: sebagian 1/2 x 2 = 1

Potensial masalah untuk dicegah Sang anak belum bisa mengurangi


bermainnya setiap hari
Skala : Sebagian 2/3 x1= 2/3

Menonjolnya masalah Sang anak tidak merasakan


masalah dari bermainnya selama
Skala : Masalah tidak dirasakan 0 ini

Total skor 2 2/3

Sifat masalah Bila anak ke-2 Tn “S” tetap


3 bermain saat kurang sehat dan
Skala : Ancaman kesehatan 2 x1=2 istrahat kurang maka status
3 3 kesehatan anak menurun

Kemungkinan masalah dapat diubah Dikarenakan anak ke-2 masih tidak


dapat menilai semua kegiatan
Skala: sebagian 2x1=1 sehari-harinya
2

Potensial masalah untuk dicegah Istri Tn “S” tetap berusaha untuk


menjaga dan mengurangi kegiatan
Skala : Sebagian 2x1=2 anaknya dan membujuknya untuk
3 3 makan

Menonjolnya masalah Anak-anak belum bisa memahami


masalah yang dirasakan
Skala : Masalah tidak dirasakan 0

Total skor 21

Prioritas Diagnosa

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko hipertermi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
1
mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
2
mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
3
mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No. Hari/ Tgl Tujuan Kriteria Standar Inervensi
Dx

1 Sabtu, 4 Setelah di TTV dalam Mampu 1. Berikan health


Juli 2020 lakukan batas normal mengambil education tentang
penyuluhan keputusan demam thypoid
kepada keluarga dalam tindakan 2. Ajarkan tindakan
di harapkan kesehatan keperawatan yang
menurunnya suhu tepat jika terjadi
tubuh peningkatan suhu
tubuh
2 Sabtu, 4 Setelah di TTV dalam Status 1. Berikan health
Juli 2020 lakukan batas normal kesehatan education tentang
penyuluhan meningkat penyebab terjadinya
kepada keluarga demam thypoid
di harapkan status
kesehatan
meningkat

3 Sabtu, 4 Setelah di TTV dalam Status 1. Berikan penyuluhan


Juli 2020 lakukan batas normal kesehatan tentang diet dalam
penyuluhan meningkat peningkatan status
kepada keluarga kesehatan
di harapkan status
kesehatan
meningkat

F. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN


TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Dx Hari/ Tgl Pukul Tindakan keperawatan Paraf

1 Senin, 6 Juli 10.00 wita 1. Memberikan health education


2020 tentang demam thypoid
2. Mengajarkan tindakan
keperawatan yang tepat jika
terjadi peningkatan suhu tubuh
2 Senin, 7 Juli 10.00 wita 1. Memberikan health education
2020 tentang penyebab terjadinya
demam thypoid
3 Senin, 8 Juli 10.00 wita 1. Berikan penyuluhan tentang diet
2020 dalam peningkatan status
kesehatan

EVALUASI

No. Dx Hari/ Tgl Pukul Evaluasi Paraf

I Kamis, 9 Juli 10.00 wita S : Keluarga mengerti dan mengetahui


2020 tentang demam thypoid
O : keluarga melakukan tindakan
keperawatan jika terjadi peningkatan
suhu tubuh
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
II Kamis, 9 Juli 10.00 wita S : keluarga mulai memahami
2020 pentingnya menjaga pola istrahat
O : keluarga mulai mengontrol aktivitas
sehari-hari
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan

III Kamis, 9 Juli 10.00 wita S : keluarga mulai memahami


2020 pentingnya asupan makanan untuk masa
pertumbuhan anaknya
O : keluarga mulai mengatasi dan
mengontrol asupan makanan sang anak
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 2 juli 2020 yaitu pada Keluarga Tn
“S” yang bertempat tinggal di Lingkungan Bedi Kelurahan Monggonao Kecamatan Mpunda
Kota Bima.
Keluarga Tn “S” merupakan tipe keluarga ini yaitu seorang istri Ny “E” dan dua
orang anak an. “S” yang berumur 16 tahun dan an “A” yang berumur 10 tahun. Tn ”S”
bekerja sebagai anggota polri di polres bima kota dan istrinya bekerja sebagai ASN.
Pendapatan keluarga tiap bulannya sebesar Rp. 5.000.000,-
Keluarga Tn “S” berada pada tahap perkembangan anak dengan usia remaja. Riwayat
kesehatan keluarga adalah Tn “S” dan anak keduanya pernah di rawat di Rumah Sakit dengan
riwayat typoid.
Struktur kelurga Tn “S” sangat baik, pola komunikasi yang bagus dan menjalankan
tugas masing-masing setiap harinya. Bahasa yang digunakan oleh keluarga adalah bahasa
daerah (bahasa Bima) dan bahasa Indonesia. Dalam bersosialisasi dan dalam kehidupan rukun
warga, keluarga Tn “S” cukup baik dimana keluarga masih mengikuti kegiatan gotong royong
jika ada kesempatan dan mengikuti segala kegiatan sosial budaya di lingkungannya.
Fungsi keperawatan dalam Keluarga Tn “S”, Keluarga belum mampu untuk
mengontrol kegiatan dan kebiasaan sehari-hari tentang pencegahan penyakit yang pernah
dialami keluarga yang bisa memicu munculnya kembali penyakit yang pernah dialami.
Dimana Tn “S” yang memiliki banyak kegiatan di kantor dan kegiatan di kampungnya.
Pada saat dilakukan pengumpulan data, anak ke-2 Tn “S” mengalami peningkatan
suhu tubuh sejak sehari yang lalu dan sang belum diberi tindakan untuk penurun suhu tubuh.
Dan saat yang bersamaan sang anak tetap saja bermain dengan teman-temannya di depan
rumahnya maka dari itu dapat dikatakan bahawa Keluarga belum mampu mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat yang dapat berdampak pada menurunnya status
kesehatan dalam keluarga.
Status gizi keluarga Tn “S” baik dimana Tinggi badan dan berat badan keluarga yang
cukup proporsional dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang selalu ada disediakan
dirumah oleh Istri Tn “S”. Hanya saja anak ke-2 Tn “S” kadang-kadang susah untuk di ajak
makan pada saat jam makan apabila ia asik bermain.
Harapan Keluarga Tn “S” berharap untuk kedepannya akan lebih baik lagi, status
kesehatan meningkat dan tidak mengalami penyakit terminal serta Keluarga Tn “S” berharap
agar petugas kesehatan tetap melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya.

B. ANALISA DATA
Pada saat pengumpulan data di dapatkan masalah resiko penurunan status kesehatan
dengan penyebab Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan
penyakit dalam keluarga di tandai dengan Tn “S” pernah sakit thypoid dimana kegiatan Tn
“S” sehari-hari yang sangat banyak dan cukup memakan waktu untuk berada di lapangan.
Masalah kedua adalah resiko hipertermi yang penyebabnya ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat di tandai dengan peningkatan
suhu tubuh (38.5ºC) serta sang anak sering bermain saat sakit di siang hari.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga
2. Resiko hipertermi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat
3. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga

D. SKALA PRIORITAS
Hasil total perhitungan skoring diagnosa adalah 2 1/3 dan 2 2/3 maka yang menjadi prioritas
masalah :
1. Resiko hipertermi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
2. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga.
3. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengontrol kegiatan untuk pencegahan penyakit dalam keluarga

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Setelah dilakukan penyuluhan kepada keluarga diharapkan suhu tubuh menurun di
tandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal. Adapun rencana tindakan yang diberikan
adalah health education tentang demam thypoid serta diajarkan tindakan keperawatan yang
tepat jika terjadi peningkatan suhu tubuh. Dengan meningkatnya pengetahuan keluarga untuk
tindakan yang tepat dalam kesehatan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah
terjadinya penyakit terminal.
Salah satu tindakan yang tepat pada klien dengan peningkatan suhu tubuh adalah
kompres hangat. Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat
setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis seperti rasa nyaman, mengurangi
atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, memperlancar
sirkulasi darah, merangsang peristatik usus, serta memberi rasa hangat. Pada kasus demam di
sarankan untuk tidak menggunakan pakaian tebal ataupun selimut tebal karena hal ini tidak di
butuhkan dan justru akan mmperhambat proses pengeluaran panas dalam tubuh, pakaikan saja
pakaian dengan kain tipis jika sangat mendesak (tubuh dalam keadaan sangat menggigil)
karena pada dasarnya apabila tubuh menggigil ataupun sebaliknya berkeringat dalam suatu
aktivitas, hal tersebut menandakan tubuh sedang dalam mempertahankan/ menyeimbangkan
ketahanan suhunya. Adapun beberapa saran makanan yang diberikan pada klien dengan
thypoid adalah makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-
mula air-lunak-makanan biasa), Makanan mengandung cukup cairan, TKTP. Makanan harus
mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat,
tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.

F. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Setelah dilakukan penyuluhan keperawatan tentang thypoid pada keluarga Tn “S” selama
lebih kurang 30 menit. Pengertian, etiologi hingga penatalaksaan untuk klien thypoid jika
mengalami penurunan kesehatan atau ada tanda dan gejala yang terjadi. Keluarga Tn “S”
mulai memahami dan mengerti tentang thypoid untuk penatalaksanaan jika ada tanda dan
gejala yang dirasakan oleh keluarga. Masalah yang dirasakan oleh keluarga teratas sehingga
intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta.


CV. Sagung Seto.
APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta:
EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Anda mungkin juga menyukai