Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

Z DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA PADA An.N

Disusun dan diajukan oleh :

ADI WIYOGO NIM 202205111

SHINTIA RAHMA DEWI NIM 202205109

PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ICHSAN SATYA BINTARO
2023
BAB I
KERANGKA TEORITIS

A. Konsep dasar keperawatan Keluarga


1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).

Adapun menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umu: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari

tiap anggota.

2. Definisi Keperawatan Keluarga

Menurut Depkes RI (2010) dalam buku PPSDM Keperawatan

Keluarga dan Komunitas Komprehensif (2017) Keperawatan keluarga

merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan

komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga

dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi (Depkes, 2010).


Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian

pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik

keperawatan (Widagdo, 2016). Pelayanan keperawatan keluarga

merupakan salah satu area pelayanan keperawatan di masyarakat yang

menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan

melibatkan anggota

3. Struktur Keluarga

Macam-macam struktur keluarga menurut Harmoko (2012) :

a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu di susun

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

saudara suami.
e. Keluarga Kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga

dan beberapa sanak.

4. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe

keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta

keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu

memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Harmoko

(2012) tipe keluarga yaitu :

a. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang ditinggal

dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu

ikatan perkawinan, satu/keduaanya dapat bekerja di luar rumah.

b. Extended Family

Kelurga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/itri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan baru. Satu atau keduanya

dapat bekerja di luar rumah.


d. Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja

dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karier.

e. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/salah satu bekerja dirumah.

f. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannyadan

anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

g. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

h. Commuter Married

Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.


l. Communal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogamy dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage

Satu peruamahan terdiri atas orang tua dan keturunnya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang

laindan semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried Parent and Child

Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di kehendaki, anaknya di

adopsi.

o. Cohibing Couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

Tipe Keluarga Tradisional

a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan

anak (kandung/angkat).

b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.

c. Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oelh

kematian/perceraian.

d. Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.


Tipe Keluarga Non Tradisional.

a. Commune Family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup

serumah.

b. Orangtua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga.

c. Homosexual : dua invidu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah

tangga.

5. Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran

merujuk kepada beberapa set perilaku yang lebih bersifat homogen, yang

didefinisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang okupan

peran (role occupan) dalam situasi sosial tertentu.

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dalam maupun dari

luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan

dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran perawat yang dimaksud

adalah cara untuk menanyakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana

telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab

keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesi. Dimana

setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
6. Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang

dapat dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut


a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara

dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

b. Fungsi psikologis, yaitu memberi kasih saya ng dan rasa aman bagi

keluarga, memberi perhatian di antara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas

pada keluarga.

c. Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku

sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan

nilai-nilai budaya.

d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

e. Fungsi pendidikan, yaitu untuk menyekolahkan anak untuk

memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak

sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

7. Tugas Keluarga

Menurut Harmoko (2012) terdapat delapan tugas pokok keluarga,

antara lain :

a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya


b. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam

keluarga

c. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai denga kedudukannya

d. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban

dan kehangatan para anggota keluarga

e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan

f. Memelihara ketertiban anggota keluarga

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

8. Tujuan Keperawatan Keluarga

Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum

dan khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian

keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Tujuan

khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga mampu melaksanakan

tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu menangani masalah

kesehatannya berikut ini(Widagdo, 2016).

a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.

Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan seluruh

anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang

pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh anggota

keluarganya?
b. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan

anggota keluarga.

Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa

anggota keluarga ke pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan

untuk memeriksakan anggota keluarga yang sakit kencing manis ke

pelayanan kesehatan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan.

Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit kencing

manis, yaitu memberikan diet DM, memantau minum obat antidiabetik,

mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.

Kemampuan keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu

mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta

perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga

kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota

keluarga termasuk anggota keluarga yang sakit.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan

perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas

pelayanan kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit.


9. Sasaran Keperawatan Keluarga

Adapun sasaran keperawatan keluarga, sebagai berikut (Widagdo,

2016):

a. Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak

mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi

terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh

kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada

promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih anggota

keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk

menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan

keluarga dengan faktor risiko penurunan status kesehatan. Keluarga

yang berisiko tinggi dengan balita kelebihan berat badan

c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan

keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit

kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan, dan penyakit

terminal.
10. Peran dan Fungsi Perawat Keluarga

Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut

(Widagdo, 2016):

a. Pelaksana

Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan

pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai

pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta

kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan

sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif,

preventif, kuratif, serta rehabilitatif.

b. Pendidik

Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi

kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan

melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku

sehat secara mandiri.

c. Konselor

Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan

konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang

lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.


d. Kolaborator

Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan

kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian

masalah kesehatan di keluarga

B. Konsep Anak Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,

menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2013).

Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan

antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi

perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-

fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 2015).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala

memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode

lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila

sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2016).

2. Batasan Usia Remaja

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga

masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga

tahapan yakni masa 13 remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa

remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan

yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa
remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki

yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan

yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010). Menurut

Papalia dan Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan

tahun atau awal dua puluhan tahun. Jahja (2012) menambahkan, karena

laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki

mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada

usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.

Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya

dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih

matang, sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.

3. Tugas Perkembangan Anak Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka

penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan

mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa, Tugas-tugas

tersebut antara lain:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita

b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif


d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-

orang dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideology

4. Perkembangan Fisik Remaja

Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa

perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,

kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Piaget (dalam Papalia &

Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa perubahan pada

tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan

tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang

dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya

semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Pada masa

remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak

perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi

(organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan

kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi


pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai

berikut:

a. Tanda-tanda seks primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun

tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus

pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16

tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ

reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah

permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan

sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira

setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa

menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan

b. Tanda-tanda seks sekunder

1.) Rambut.

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja

laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul

dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit

wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah

mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih

subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting


2.) Pinggul.

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal

ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit

3.) Payudara.

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan

puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula

dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga

payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

4.) Kulit.

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih

tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki

kulit pada wanita tetap lebih lembut

5.) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat.

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar

keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid

6.) Otot.

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.

Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki


5. Perkembangan psikis Remaja

a. Perubahan Emosi

1.) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan

sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering

terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi

2.) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah

terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa

berpikir terlebih dahulu

3.) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang

pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah

b. Perkembangan integelensia

1.) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik

2.) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul

perilaku ingin mencoba-coba

6. Perkembangan Kognitif masa remaja

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang

remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara

biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan

tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.

Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide

ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan

diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga

memunculkan suatu ide baru. Kekuatan pemikiran remaja yang sedang

berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru.

Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada

anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun

rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara

sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering

berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciriciri ideal

diri mereka sendiri, orang lain dan dunia); lebih mampu menguji

pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain

pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan

memantau dunia sosial

7. Perkembangan Emosi masa remaja

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa

dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi

lingkungannya (Ali & Asrori, 2016). Semiawan (dalam Ali & Asrori,

2016) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak

meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa

remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar,

sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering

mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.


Ali dan Ansori (2016) menambahkan bahwa perkembangan emosi

seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya.

Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi

gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat

fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku

emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan

tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-

mukul kepala sendiri. Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2016) yang

dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut

a. Perubahan jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang

sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan

ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang

mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.

Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak

terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat

menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika

perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar

dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan

dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan


rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan

masalah dalam perkembangan emosinya

b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi.

Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh

dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan

anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.

Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap

perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman

misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja

cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih

berat antara remaja dengan orang tuanya

c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya.

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya

secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama

dengan membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu

kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan

solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk

geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal

saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat

mereka Bersama
d. Perubahan pandangan luar.

Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-

konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

1.) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.

Kadangkadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka

tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar

sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap

anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja.

Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku

emosional.

2.) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang

berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja

lakilaki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat

predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya,

apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering

dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang

baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai

dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan

remaja bertingkah laku emosional

3.) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang

tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja

tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan

melanggar nilai-nilai moral


e. Perubahan interaksi dengan sekolah.

Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah

merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para

guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan

mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh

otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang

anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada

guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat

strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak

melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn.Z Pendidikan : SMA
Umur : 46 Th Pekerjaan : Berdagang pecel ayam
Agama : Islam Alamat : Jl. Lapangan bola Rt 002 Rw 07
Suku : Betawi Nomor HP : 0896xxxx

b. Komposisi Keluarga :

No Nama L/P Umur Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan


1. Ny.S P 42 Istri IRT SMA
2. An.N P 19 Anak Mahasiswa SMA
3. An.K L 15 Anak Pelajar SMP

c. Genogram : genogram 3 generasi


Keterangan :
= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota keluarga yang sakit
= perempuan = perempuan meninggal = anggota yang tinggal serumah
d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. Z memiliki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn.Z terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah. Tidak ada masalah dalam keluarga
Tn.Z.
e. Suku bangsa
Keluarga Tn. Z berasal dari suku Betawi dan Ny.W berasal dari suku Jawa. Jika
sakit Tn. Z dan Ny. W terkadang menggunakan obat – obatan tradisional seperti
jamu.

f. Agama dan kepercayaan


Anggota keluarga Tn.Z beragama islam. Tn.Z dan Ny. W selalu mengajarkan
anakya untuk selalu dekat dengan Allah S.W.T, mengingatkan anak-anaknya
sholat 5 waktu, sering mengusahakan untuk sholat berjamaah, setiap malam jumat
seluruh anggota keluarga membaca yasin bersama.
g. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. Z bekerja sebagai penjual pecel ayam di kantin MNC TV dengan penghasilan
tidak tentu ± 5 juta/bulan, Ny.W adalah ibu rumah tangga, Penghasilan Tn.Z di
gunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari, bayar tagihan listrik, air, dll. Adapun
perabotan yang dimiliki Tn.Z yaitu leptop 1, tv 1, mejicjer 1, blender 1, kulkas 1
dll. Dan alat transportasi, 1 motor pribadi .Kebutuhan yang di keluarkan keluarga
Tn.Z setiap bulan ± Rp. 4.000.000.
h. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton TV, makan
bersama di luar dan sesekali bertamasya ke luar kota. Kadang-kadang berkumpul
dengan sanak saudara saat ada acara keluarga dan lebaran.
An. N mengatakan jika merasa bosan dan stress dia sering keluar malam
untuk sekedar nongkrong bersama temannya. An.N juga mengatakan bahwa dia
pernah keluar malam dan pulang jam 3 subuh. Namun, sekarang dia mengatakan
bahwa dia hanya keluar pada malam minggu dan pulang jam 12 malam.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn.Z memiliki 2 orang anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan. Saat ini anak
pertama keluarga Tn.Z (An.N) berumur 19 tahun, belum berkeluarga dan masih
kuliah. Anak ke-2 (An.K) berumur 15 tahun, masih sekolah SMP

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga Tn.Z masih belum terpenuhi karena Tn.Z
harus membiayai 2 orang anaknya. Anak pertama Tn. Z ( An. N) Kuliah semester 2
masih dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja dan. Anak kedua
(An.K) sekolah kelas 3 SMP yang saat ini masih dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah (families with children school).
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Tn.Z sering mengeluh pusing dan lemas, ketika diperiksa keadaan Tn.Z dan
didapatkan tekanan darah Tn.Z yaitu 80/70 mmHg. Tn.Z tidak pernah memeriksakan
dirinya ke dokter, dia menganggap penyakit tersebut akan sembuh sendiri. Biasanya
jika TD Tn.Z turun, dia makan sate kambing. Ny.W beranggapan bahwa sakit Tn.Z
hanya biasa dan tidak terlalu serius.
Ny.W menderita hipertensi. Dia mulai terkena hipertensi setelah melahirkan
anak kedua. Ny.W mengatakan bahwa dia biasa mengkonsumsi obat yang dibelinya
di apotik. Dia juga mengatakan bahwa obat itu pernah diresepkan oleh dokter pada
saat penyakitnya kambuh, sehingga Ny.W tidak lagi berobat ke dokter dan langsung
mengkonsumsi obat hipertensi apabila dia merasa tekanan darahnya naik. Ny.W juga
mengatakan dia tidak mengkonsumsi obat hipertensi setiap hari, hanya jika sangat
diperlukan saja. Ny.W mengatakan bahwa dia biasa meminum obat herbal setiap hari
untuk menstabilkan tekanan darah. Ny.W juga sering memodifikasi obat herbalnya
dengan obat lain yaitu air rebusan daun alpukat. Ny.W mengatakan bahwa resep itu
dia dapatkan dari temannya yang juga menderita hipertensi.
An.N menderita gastritis, An.N mengatakan bila dia merasa sakit, An.N
mengkonsumsi obat penurun asam lambung. Namun, bila penyakit dirasa cukup
serius, An.N pergi ke Puskesmas atau dokter. Karena pendidikan yang dia dapat di
bangku kuliah yang sedang dia jalani, An.N banyak mengetahui tentang gejala-gejala
penyakit yang sering timbul di rumahnya, dan juga tau cara pencegahan agar penyakit
tersebut tidak datang kembali. Sehingga, sampai saat ini penyakitnya sudah jarang
kambuh.
An. K tidak memiliki riwayat penyakit. Namun, Ny.W khawatir jika
kandungan gula darah An.K tinggi karena An.K suka sekali mengkonsumsi makanan
dan minuman yang manis. Ny.W hanya dapat berupaya mengatur asupan gula An.K.
2. Riwayat penyakit keturunan

Orang tua dari Tn.Z tidak memiliki riwayat penyakit serius. Kedua orang tua
dari Tn.Z sudah lama dan tidak memiliki riwayat penyakit serius. Namun, Orang Tua
dari Ny.W memiliki riwayat hipertensi. Ayah dan ibu Ny.W telah meninggal akibat
hipertensi.

3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Tempat tinggal Tn.Z memiliki luas 36 m, Tipe rumah kontrakan 3 petak ,
milik sendiri. Rumah Tn.Z memiliki kamar/ ruangan sebanyak 1 ruangan,
Ventilasi/ penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan : 1 ruang tamu, 1
kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi. Rumah Tn.Z memiliki 1 Septik tenk, jarak
pembuangan (Septik tenk) dengan sumber mata air ± 6 m. Keluarga Tn.Z
menggunakan sumber air dari sumur . tersedia tempat sampah, untuk limbah
rumah tangga ada di depan rumah dan biasanya di ambil tukang sampah 2 hari
sekali. Lingkungan rumah Tn.Z cukup bersih, jarak rumah dengan jalan raya
cukup jauh.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Keluarga Tn.Z tinggal di daerah perkampungan, tetangga yang ada di
sekitar rumah semuanya ramah dan saling tolong-menolong satu sama lain. Warga
sekitar khususnya ibu – ibu memiliki kebiasaan mengadakan pengajian rutin
setiap hari jumat. Pengajian diadakan di mushola dekat rumah. Warga di sekitar
juga sering mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan setiap 1 bulan
sekali. Apalagi jika sudah memasuki musim penghujan.

c. Mobilitas geografi keluarga


Keluarga Tn.Z sudah menempati rumah itu sejak 2002 sampai sekarang.
Tn.Z lahir dan besar di Jakarta, sedangkan Ny.W lahir di Pekalongan. Ny.W
kemudian merantau ke Jakarta setelah menikah dengan Tn. Z. Semua anggota
keluarga Tn.Z tinggal di jakarta dan keluarga Ny.W tinggal di Pekalongan.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Biasanya Ny.W ikut arisan RT sebulan sekali sekali, dan arisan kelurahan
sebulan sekali sedangkan Tn.Z selalu ikut serta bila ada acara kerja bakti RT
maupun RW.
An. A jarang bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumah karena jadwal
kuliah yang cukup padat dan jarak rumah-kmpus yang sangat jauh. Namun, An.A
mengatakan jika ada kegiatan remaja masjid di hari libur, maka dia berusaha
untuk meluangkan waktu. Ny.W mengatakan An. K sering mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler di sekolahnya.

e. Sistem pendukung keluarga


Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga
saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Keluarga Tn.Z memiliki
fasilitas : Televisi, MCK, Ttempat tidur yang nyaman, sumber air bersih, motor
sebagai sarana transportasi dan untuk masalah kesehatan, keluarga Tn.Z memiliki
askes untuk membantu biaya pengobatan.

4. Struktur keluarga
a. Pola/cara komunikasi keluarga
Keluarga Tn.Z dalam kesehariannya baik berkomunikasi langsung/ tidak
langsung menggunakan bahasa Indonesia, dalam keadaan emosi keluarga Tn.Z
menggunakan kalimat yang positif. Ny.W selalu berusaha membangun
komunikasi yang baik dengan anak-anaknya terutama An.N, karena dia rentan
dengan perilaku menyimpang jika dilihat dari usianya.

b. Struktur kekuatan keluarga


Saudara-saudara dari Ny.W dan Tn.Z selalu siap membantu apabila
keluarga Tn.Z membutuhkan pertolongan. Mereka tidak memikirkan jarak yang
harus dilalui, bagi mereka saudara tetaplah saudara dan saudara harus saling
tolong menolong.

c. Struktur peran (peran masng-masing anggota keluarga)


 Tn.Z :
Peran formal : sebagai suami dari istri, sebagai kepala keluarga, ayah,
pelindung dan pemberi rasa aman dalam keluarga, sebagai
anggota masyarakat.
Peran informal : pengambil keputusan tertinggi di rumah.
 Ny.S :
Peran formal : sebagai istri dari suami, ibu, mengurus rumah tangga,
mendidik anak-anak.
Peran informal : sebagai pendamai antar anggota keluarga.
 An.N :
Peran formal : menjadi anak, pengurus remaja masjid di RT, mahasiswa
Peran informal : sebagai penyelaras dan sebagai tempat bercerita adiknya.
 An.K :
Peran formal : menjadi anak, sebagai anggota masyarakat, pelajar
Peran informal : sebagai penghibur dirumah.

d. Nilai dan norma keluarga


Tn.Z menganut agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat.
Keluarga Tn.Z sangat mematuhi peraturan yang ada di rumah, seperti anak
perempuannya tidak boleh keluar setelah magrib tanpa di dampingi keluarga laki-
laki. Tn.Z dan Ny.W juga mengajarkan pentingnya bersikap/ sopan santun dengan
orang lain.
Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga mempercayai bahwa ini adalah
cobaan yang Allah berikan agar keluarga dapat lebih kuat. Keluarga selalu
berusaha dan bertawakal saat menghadapi musibah apapun.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn.Z dan Ny.W selalu menyayangi dan perhatian kepada anak-
anaknya, Ny.W dan Tn.Z juga selalu mendukung dan mengarahkan segala
sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran dan
tidak melanggar norma dan etika sopan santun.

b. Fungsi sosialisasi
Interaksi Tn. Z dengan anak istrinya terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan. Tn.Z memiliki peran
yang besar dalam mengambil keputusan, namun Tn.Z selalu adil kepada
keluarganya.
Masing masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan
sopan santun dalam berperilaku. Keluarga mengajarkan dan menanamkan prilaku
sosial yang baik, keluarga cukup aktif di dalam masyarakat. Di waktu senggang
biasanya keluarga berkumpul.
c. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn.Z dan Ny.W ada 2 orang, 1anak laki - laki
dan 1 anak perempuan. Ny.W masih mengalami haid 1 bulan sekali dan tidak
merasakan nyeri saat haid. Ny.W menggunakan KB berupa suntik.

d. Fungsi ekonomi
Tn.Z mengatakan mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari -
hari dari pendapatan yang diterima. Tn.Z menyisihkan sebagian pendapatannya
untuk keperluan yang tidak terduga dan biaya sekolah anaknya nanti.
e. Fungsi keperawatan kesehatan

1) Kemampuan keluarga mengenal kesehatan


Ny.W mengatakan tahu/ mengerti dengan penyakit yang sering diderita
dirinya serta anak-anaknya. Baik itu mengenai pengertian, tanda gejala,
etiologi maupun pencegahan dan perawatannya. Ny.W mengatakan bahwa
dirinya belajar banyak dari pengalaman serta pengobatan-pengobatan yang
pernah dilakukan. Anak-anak dari Tn.Z dan Ny.W juga sedikit mengenal
penyakit yang sering mereka derita. An.N tahu betul tentang penyakitnya,
baik itu pengertian, etiologi, tanda dan gejala maupun pencegahan dan
perawatan. Namun, An.K mengatakan mereka sering tidak mendengarkan
nasihat dari orang tuanya. Sedangkan Tn.Z mengetahui jika tekanan
darahnya selalu rendah. Tn.Z langsung beristirahat jika merasa kepalanya
pusing

2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


yang tepat
Keluarga mengetahui tentang masing-masing penyakit yang pernah
mereka derita, sehingga apabila mereka mulai merasakan tanda dan gejala,
mereka langsung mengkonsumsi obat yang biasa mereka konsumsi. Apabila
sakit tak kunjung sembuh, mereka segera pergi ke puskesmas atau dokter.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


Ny.W mengatakan bila kepalanya terasa pusing, maka Ny.W langsung
meminum obat antihipertensi dan langsung beristirahat. An.N juga
melakukan hal yang sama jika perutnya terasa mual dan sakit. Ny.W juga
mengatakan bahwa dia selalu berusaha mengontrol jadwal makan anak-
anaknya apalagi jika sedang dirumah. Tn.Z mengatakan jika dia mulai
merasa pusing dan kliyengan, maka dia tau jika tekanan darahnya turun. Tn.Z
langsung minta dibelikan sate kambing dan Ny.W menyuruh Tn.Z untuk
istirahat.

4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat


Keluarga Tn.Z menyadari pentingnya kebersihan ligkungan, oleh
sebab itu keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya dengan
membersihkan lingkungan rumah, seperti menyapu, mengepel dan menguras
bak mandi agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit.

5) Kemampuan keluarga mengguanakan fasilitas kesehatan yang ada di


masyarakat
Tn.Z dan Ny.W mengatakan sudah mengetahui fasilitas pelayanan
kesehatan, Selama ini keluarga mendapakan pelayanan yang baik oleh
puskesmas. Keluarga juga percaya dengan informasi yang di berikan oleh
puskesmas. Namun kadang kaluarga masih minum obat warung saat sakit
ringan.

6. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stresor Jangka Pendek
Tn.Z takut kondisi tekanan darahnya yang sering rendah dapat mempengaruhi
berdagangnya. Ny.W juga khawatir dengan kondisi An.N yang sering telat makan
sehingga gastritisnya sering kambuh.. Tn.Z dan Ny.W juga mulai khawatir
dengan anaknya yang masih SMP yaitu An.K yang mulai beranjak menuju
remaja. Tn.Z dan Ny.W takut anaknya salah dalam bergaul dan terjerumus ke
pergaulan yang negatif.
b. Stresor Jangka Panjang
Tn.Z dan Ny.W memikirkan biaya untuk melanjutkan sekolah bagi anak-anaknya.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Untuk stress jangka panjang Tn.Z berusaha untuk mencukupi kebutuhan
sekolah anak anaknya dengan bekerja keras. Sedangkan Ny.W membantu mengelola
keuangan.
Untuk stress jangka pendek, Tn.Z berusaha untuk tidak stress dan beristirahat
agar tekanan darahnya tetap stabil. Sedangkan Ny.W selalu mengontrol keadaan
An.N walaupun sedang di luar rumah untuk mengingatkannya makan dan pulang
cepat. Ny.W sering memberikan pengertian dan wejangan kepada An.N bahwa mana
yang baik untuk dilakukan mana yang harus ditinggalkan. Ny.W juga sering
mengontrol An.N dari teman-teman yang dikenalnya. Tn.Z dan Ny.W juga memantau
kegiatan An. K, serta teman-teman mereka. Ny.W juga selalu mengontrol anak-
anaknya lewat telpon jika sedang berada diluar. Tn.Z dan Ny.W juga membangun
hubungan yang harmonis dirumah agar anak-anaknya tetap betah walau berada
dirumah.

d. Strategi koping yang digunakan


Strategi koping yang digunakan Tn.Z dan Ny.W baik, Bila ada permasalahan, Tn.
Z dan Ny.W berusaha untuk selalu menyelesaikannya dengan bermusyawarah dan
tetap tenang dalam berfikir. Namun, keputusan tertinggi tetap berada di tangan Tn.Z
sebagai kepala rumah tangga.

e. Strategi adaptasi disfungsional


Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam kepada anak
ataupun istrinya ataupun memberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan
masalah.

7. HARAPAN KELUARGA
Tn.Z berharap keluarganya selalu sehat wal’afiat. Dan keluarga juga berharap
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang baik, tepat, dan cepat kepada
siapa saja yang membutuhkan. Tidak membeda-bedakan seseorang dalam
memberikan pelayanan kesehatan, miskin maupun kaya.

8. PEMERIKSAAN FISIK
HASIL
PEMERIKSA
AN FISIK
SISTE TN.Z NY.W AN. N AN. K
M
TUBUH
TTV TD : 80/70 TD : 140/90 TD : 100/70 TD : 90/60
mmHg mmHg mmHg mmHg
RR: 18X/menit RR:22X /menit RR: 16X/menit RR: 19X/menit
N: 80X / menit N: 84X / menit N: 74X / menit N: 78X / menit
S : 36 oC S : 36 oC S : 36,5 oC S : 36,4 oC
STATU BB : 60kg BB : 62kg BB : 55kg BB : 40kg
S GIZI TB : 170cm TB : 150cm TB : 154cm TB : 155cm
BMI : BMI : BMI : BMI :
KEPALA Rambut hitam, Rambut hitam Rambut hitam, Rambut hitam,
uban mulai dan jarang lurus, panjang lurus, pendek
ditemukan, ditemukan
pendek dan uban, ikal, dan bersih dan bersih
bersih panjang dan
bersih

PARU Pengembanga Pengembanga Pengembanga Pengembanga


n paru simetris n paru n paru n paru
Suara nafas simetris simetris simetris
Vesikuler Suara nafas Suara nafas Suara nafas
Vesikuler Vesikuler Vesikuler

HIDUN Hidung simetris, Hidung Hidung Hidung


G tidak ada polip, simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
tidak sinusitis, ada polip, tidak ada polip tidak ada polip, tidak
penciuman baik. sinusitis, ada sinusitis, sinusitis,
penciuman penciuman penciuman
baik. baik. baik.
MATA Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata
simetris, simetris, simetris, simetris,
konjungtiva an- konjungtiva an- konjungtiva an konjungtiva an
anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
baik, apabila baik, apabila baik, apabila baik, reflek
membaca tidak membaca tidak membaca tidak pupil positif (+)
menggunakan menggunakan menggunakan
kacamata. kacamata. kacamata.

Abdome I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris


n A : Refluk A : Refluk A : Refluk A : Refluk
15x/mnt 15x/mnt 15x/mnt 15x/mnt
P : Tidak ada P : Tidak ada P : Ada nyeri P : Ada nyeri
nyeri tekan nyeri tekan di tekan di
P : Timpani tekan ulu hati ulu hati
P : Timpani P : Timpani P : Timpani
Ekstremi Pada Pada Pada Pada
tas ekstremitas ekstremita ekstremita ekstremita
atas dan s atas dan s atas dan s atas dan
bawah bawah bawah bawah
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembengk pembengk pembengk pembengk
akan, akan , akan , akan ,
pergerakan pergeraka pergeraka pergeraka
aktif n aktif n aktif n aktif
Genetali tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
a hemoroid hemoroid hemoroid hemoroid

NO. KRITERIA YA TIDAK PEMBENARAN


1. Keluarga menerima petugas 
kesehatan

2. Keluarga menerima pelayanan 


kesehatan sesuai rencana

3. Keluarga menyatakan masalah 


kesehatan secara benar

4. Keluarga memanfaatkan fasilitas  Jika sakit ringan


kesehatan sesuai anjuran keluarga masih sering
minum obat warung.
5. Keluarga melaksanakan 
perawatan sederhana sesuai
anjuran
6. Keluarga melaksanakan tindakan 
pencegahan secara aktif

7. Keluarga melaksanakan tindakan 


promotif secara aktif

Kesimpulan : Keluarga Tn. Z berada pada tahap kemandirian tingkat 3.


No Data Etiologi Masalah
1. DS : Ketidakmampuan keluarga Ketidakefektifan
- Tn. Z mengatakan dalam mengenal masalah manajemen kesehatan
kepalanya sering dan dalam mengambil keluarga
pusing jika keputtusan
kecapean
- Ny.W
mengatakan
bahwa Tn.Z tidak
pernah
memeriksakan
dirinya ke dokter
atau puskesmas
jika sakit
- Ny.W
mengatakan
bahwa penyakit
Tn.Z hanya karna
kelelahan saja dan
tidak terlalu
serius.
- Tn.Z mengatakan
dia sering makan
sate kambing jika
mulai kliyengan.
- Skala nyeri yang
dirasakan Tn.z
yaitu 4
- Keluarga klien
mengatakan bila
anggota keluarga
yang sakit
seringnya minum
obat dari warung
dahulu dari pada
dibawa ke fasilitas
kesehatan
- Ny. W tidak
langsung
memeriksakan ke
fasilitaas
kesehatan saat
tensi darahnya
naik melainkan
minum obat
hipertensi yang
pernah diresepkan
oleh dokter.

DO :
- TTV :
TD : 80/90 mmHg
RR : 18X / menit
N : 80X / menit
S : 36 C
- Wajah tampak pucat

- Tn.Z terlihat lemah


SKORING DAN PRIORITAS MASALAH
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan kemampuan
keluarga dalam mengambil keputusan

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


a. Sifat masalah : 3 1 3/3x1=1 Ny.Wdan keluarga lebih senang
actual mengkonsumsi obat warung dari
pada berobat ke fasilitas kesehatan
terdekat
b. Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Masalah dapat dirubah sebagian,
masalah dapat karena dibutuhkan pemahaman dari
dirubah : sebagian keluarga serta dibutuhkannya
dukungan keluarga untuk
perawatan Tn. Z dan Ny. W
c. Potensial masalah 3 1 3/3x1=1 Masalah ini diperlukan pencegahan
untuk dicegah : tinggi yang tinggi, karena bila dilakukan
terus menerus akan berdampak
kepada kesehatan Tn. Z dan Ny.W
d. Menonjolnya 1 1 1/2x1=1/2 Tn.Z dan keluarga masih lebih
masalah : tidak perlu sering mengkonsumsi obat-obatan
segera dari warung ketika sakit ringan.

TOTAL SKOR 3½
Rencana Keperawatan
Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
No Diagnosa ( SLKI ) Rencana Tindakan
Keperawatan ( SIKI )
(SDKI)
1. ( D.0112 ) Kesiapan ( L.12105 ) Manajemen Dukungan Keluarga Merencanakan
Peningkatan Kesehatan Keluarga Perawatan ( I.13477 )
Manajemen Kesehatan Definisi : Kemampuan
 Observasi
keluarga menangani
masalah kesehatan
- Identifikasi kebutuhan dan
secara optimal untuk
harapan keluarga tentang
memulihkan kondisi
kesehatan
kesehatan anggota
- Identifikasi sumber-sumber
keluarga.
yang dimiliki keluarga
Setelah dilakukan
- Identifikasi tindakan yang
pembinaan selama 1
dapat dilakukan keluarga
minggu diharapkan
kesiapan manajemen  Terapeutik
kesehatan keluarga
- Motivasi pengembangan
tentang Hipotensi dan
sikap dan emosi yang
Hipertensi meningkat.
mendukung upaya
Dengan kriteria hasil :
kesehatan
- Kemampuan
- Gunakan sarana dan
menjelaskan masalah
fasilitas yang ada dalam
kesehatan yang dialami
keluarga
meningkat
- Aktivitas keluarga
 Edukasi
mengatasi masalah
kesehatan - Informasikan fasilitas
tepat ,meningkat kesehatan yang ada di
- Verbalisasi kesulitan lingkungan keluarga
menjalankan perawatan - Anjurkan menggunakan
yang ditetapkan fasilitas kesehatan yang ada
menurun - Ajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga
Dukungan Pengambilan Keputusan
( I.09265 )

 Observasi

Identifikasi persepsi mengenai


masalah dan informasi yang
memicu konflik

 Terapeutik

- Fasilitasi mengklarifikasi
nilai dan harapan yang
membantu membuat pilihan
- Fasilitasi pengambilan
keputusan secara kolaboratif
- Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya.

 Edukasi

Informasikan alternatif solusi


secara jelas

 Kolaborasi

Kolabarasi dengan tenaga


kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan.
Edukasi Kesehatan ( I.12383 )
 Observasi

- Identifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima
informasi
- Identifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat

 Terapeutik

- Sediakan materi dan media


pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya

 Edukasi

- Jelaskan faktor risiko yang


dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup sehat dan
bersih.

5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


No Diagnosa Hari / Tanggal / Implementasi Evaluasi
Jam
1. Kesiapan 2 Juni 2023 a. Mengidentifikasi kesiapan Tanggal : 9 Juni 2023
peningkatan Pukul 09.00 - dan kemampuan menerima Pukul : 10.00 - 11.00
Manajemen 09.30 informasi S:
Kesehatan b. Mengidentifikasi faktor- - Tn.Z dan keluarga
( SDKI faktor yang dapat mengatakan akan
D.0112 ) meningkatkan dan melakukan pola hidup
menurunkan motivasi yang sehat untuk
c. Menyediakan materi dan mencegah penyakit atau
pendidikan kesehatan sesuai masalah kesehatan yang
kesepakatan ada dikeluarga.
d. Jadwalkan pendidikan - Ny.W mengatakan
kesehatan sesuai kesepakatan akan mengikuti saran
e. Memberikan kesempatan dokter maupun keluarga
untuk bertanya untuk mengontrol
f. Menjelaskan faktor resiko asupan makanan ,rajin
yang dapat mempengaruhi minum obat dan kontrol
kesehatan rutin ke rumah sakit.
g. Mengajarkan strategi yang O :
dapat digunakan untuk - Tn. Z dan keluarga
meningkatkan perilaku hidup mengekspresikan
bersih dan sehat keinginan untuk
melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat
dalam lingkungan
keluarga
- Keluarga dapat
melakukan fungsi /
tugas keluarga dengan
baik.
A:
Kesiapan Peningkatan
Manajemen Kesehatan
P:
Mengajarkan strategi
yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai