Anda di halaman 1dari 8

SKENARIO

Seorang laki-laki bernama Furlan, mengeluh sesak napas, penderita berumur 50 tahun
dengan BB 50 kg TB 170 cm. Sejak 1 minggu sebelum masuk RS mengeluh nafsu makan
menurun. Penderita ini didiagnosis PPOK. Hasil lab: albumin 2,5 gr%. Analisis gas darah
dinyatakan asidosis respiratorik. Penderita dalam keadaan bedrest saat ini.
PETUNJUK
Tetapkan dukungan nutrisi untuk penderita tersebut serta berikan aspek edukasi!
PENATALAKSANAAN
A. Subjektif
1. Anamnesis
Nama
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
Riwayat penyakit umum
Riwayat pengobatan dahulu
Riwayat penyakit lainnya
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat gizi

Riwayat latar belakang sosial

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Furlan
50 tahun
Laki-laki
Buruh
Jl. Madang, Sekip, Palembang
Sesak napas, nafsu makan turun, anoreksia
Belum pernah berobat
Tidak ada
Tidak ada
Nafsu makan turun, mual, muntah,
penurunan BB
: Buruh

B. Objektif
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : bedrest (sakit berat); vital sign (TD, Nadi, RR, temperatur)
2. Antropometri
TB : 170 cm; BB 50 kg; IMT : 17,3
3. Laboratorium
Albumin : 2,5 g%; asidosis respiratori; pemeriksaan darah rutin, Hb, diff. count
4. Pemeriksaan fungsional
Spirometri dan tes fungsi kekuatan otot
5. Analisis asupan
Dietary assesment; dietary history
6. Pemeriksaan penunjang
Radiologi

ASSESMENT
PPOK, kurang gizi tingkat ringan, asidosis respiratorik.
PERENCANAAN NUTRISI
A. Fase Akut
1. Status gizi
Index Massa Tubuh (IMT)
IMT = Berat Badan (kg)

50 kg
50 kg
kg
=
=17,3 2
(m2)
IMT = Tinggi Badan
2
2
( 1,7 m ) 2,89m
m
Keterangan : underweight (Normal: 18,5-25,0 kg/m2)

2. Jumlah kalori
Formula Harris Benedict
Pria: KEB = 66,5 + 13,7 BB + 5 TB 6,8 U
KEB = 66,5 + 13,7 (50) + 5,0 (170) 6,8 (50)
KEB = 66,5 + 685 + 850- 340
KEB = 1261,5 kkal
3. Kebutuhan kalori
KET = KEB + FS + AF
FS : Faktor Stress
Berat
: 40%
Ringan
: (20%)
AF : Aktivitas Fisik
Bedrest
: 10%
Normal
: (20%)
KET = KEB + FS (40% x KEB) + AF (10% x KEB)
KET = 1.261,5 + (40% x 1.261,5) + (10% x 1.261,5)
KET = 1.261,5 + 504,6 + 126,15
KET = 1.892,25 kkal
4. Makronutrien
Komposisi makronutrien saat fase akut:
Lemak
: 40%
Protein
: 20%
Karbohidrat : 40%

Lemak

Protein

=
=
=
=
=
=

40% x KET
40% x 1892,25 kkal
756,9 kkal
756,9 : 9 gr
84,1 gr
20% x KET

= 20% x 1892,25 kkal


= 387,45 kkal
= 387,45 : 4 gr
= 94,6 gr

Karbohidrat

= 40% x KET
= 40% x 1892,25 kkal
= 756,9 kkal
= 756,9 : 4 gr
= 189,2 gr

Pada pasien dengan kondisi seperti ini (Sesak nafas) akibat penurunan
kemampuan ventilasi dan peningkatan CO2 dalam tubuh maka Porsi karbohidrat
(40%) dalam makanan harus dikurangi karena karbohidrat memiliki RQ=1 yang
apabila dikonsumsi lebih banyak akan menghasilakan CO2 lebih banyak sehingga
pasien semakin asidosis dan mengakibatkan sesak nafas yang semakin parah.
Sebaliknya, porsi lemak (40%) harus ditingkatkan karena RQ=0,7 dan protein
(20%) RQ=0,8 tidak terlalu tinggi dan baik digunakan pada pasien dengan sesak
nafas. Kalori yang dihasilakan dari proses metabolisme ini digunakan sebagai
sumber tenaga untuk kontraksi otot terutama otot otot interkostal dan diafragma.
B. Fase Pemulihan
1. Status gizi
Index Massa Tubuh (IMT)
IMT = Berat Badan (kg)

BB
BB
kg
=
=18,7 2
(m2)
IMT = Tinggi Badan
2
2
( 1,7 m ) 2,89m
m
BB = 54 kg

2. Jumlah kalori
Formula Harris Benedict
Pria: KEB = 66,5 + 13,7 BB + 5 TB 6,8 U

KEB = 66,5 + 13,7 (54) + 5,0 (170) 6,8 (50)


KEB = 66,5 + 739,8 + 850- 340
KEB = 1296,3 kkal

3. Kebutuhan kalori
KET = KEB + FS + AF
FS : Faktor Stress
Berat
: 40%
Ringan
: (20%)
AF : Aktivitas Fisik
Bedrest
: 10%
Normal
: (20%)
KET = KEB + FS (20% x KEB) + AF (20% x KEB)
KET = 1296,3 + (20% x 1296,3) + (20% x 1296,3)
KET = 1296,3 + 259,26 + 259,26
KET = 1.814,82 kkal
4. Makronutrien
Komposisi makronutrien saat fase pemulihan:
Lemak
: 30%
Protein
: 20%
Karbohidrat : 50%
Lemak
= 30% x KET
= 30% x 1.814,82 kkal
= 544,5 kkal
= 544,5 : 9 gr
= 60,5 gr
Protein
= 20% x KET
= 20% x 1.814,82 kkal
= 362,96 kkal
= 362,96 : 4 gr
= 90,7 gr

Karbohidrat

= 50% x KET
= 50% x 1.814,82 kkal

= 907,41 kkal
= 907,41 : 4 gr
= 266,85 gr
Pada fase pemulihan perlu di koreksi ulang porsi masing masing makro nutrient.
Karena pada fase pemulihan secara bertahap maka semakin lama hipermetabolik
semakin menghilang dan tubuh memerlukan kalori yang besar untuk berkontraksi
serta harus disesuaikan dengan target kenaikan berat badan, sehingga untuk
karbohidrat porsinya dinaikkan menjadi 50 % untuk mendapatkan energi yang
memadai, dan lemak porsinya dikurangi menjadi 30% karena bila porsi lemak
disamakan dengan fase stabilisasi maka dapat meyebabkan dislipidemia begitu
juga dengan protein yang porsinya menjadi 20%. Semua ini dilakukan juga agar
berat badan pasien meningkat.
MIKRONUTRIEN
A. Bahan Makanan
1. Antioksidan

Vitamin A
Dalam bentuk beta karoten: wortel, pepaya, tomat, ikan.
Berupa vitamin A: kuning telur, susu, keju.

Vitamin C
Jeruk, berries, nanas, jambu, kiwi, pear (sebaigian besar banyak terdapat pada
buah buahan)

Vitamin E
Kacang kacangan, minyak nabati, alpukat, kecambah, selada, biji bunga
matahari.

Selenium
kepiting, ikan salmon, udang, daging, kacang brazil

2. Anti Inflamasi
Omega 3: minyak ikan, ikan tenggiri, ikan tuna, telur, kepiting, udang, lobster.
3. P (Fosfor)
Daging, ayam, ikan, telur, susu, keju, serelia.

4. K (Kalium)
Pisang, duku, peteselli, daun papaya muda, bayam, singkong, kelapa.
5. Ca (Kalsium)
Susu, keju, telur, daging, ikan, serealia.
6. Mg (Magnesium)
Sereal, kedelai, pisang, almond, brokoli, tahu.
7. Zn (Zinc)
Tiram, gandum, biji labu, biji squash, coklat hitam, kacang tanah.
8. Likopen
Tomat, semangka, jambu biji, stroberi, delima,papaya, jeruk, rosehip.
B. Fungsi
1. Antioksidan (Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, selenium)
Meningkatkan kemampuan sistem imun dan menekan infeksi.
2. Anti Inflamasi (Omega 3)
Mencegah kerusakan sel terutama surfaktan.
3. P (Fosfor)
Berfungsi sebagai sumber ATP yang digunakan untuk menggerakkan otot otot
pernapasan

terutama

otot

diafragma

dan

interkostal,

mempertahankan

keseimbangan asam basa, metabolism karbohidrat, protein dan lemak.


4. K (Kalium)
Berguna untuk kontraksi otot.
5. Ca (Kalsium)
Berguna untuk kontraksi otot.
6. Mg (Magnesium)
Berperan dalam metabolisme KH, lemak dan sintesis protein.
7. Zn (Zinc)
Zinc penting untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat, baik dalam proses sintesis
DNA, ataupun dalam meningkatkan pertumbuhan sehat selama masa kanakkanak, dan juga penyembuhan luka.
8. Likopen
Membantu aspek metabolic sekaligus sebagai antioksidan.

METODE PEMBERIAN NUTRISI


A. Cara pemberian
Oral, Parenteral, Enteral dan NGT
Bentuk makanan yang diberikan bisa dikombinasikan. Selama pasien sanggup diberi
makan per-oral, maka sebaiknya beri makanan per-oral. Jika tidak bisa sepenuhnya
per-oral bisa dikombinasikan. Makanan bisa diberikan dalam porsi sedikit tetapi
sering.
B. Bentuk nutrisi
Bentuk makanan lunak
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Pemberian sesuai keadaan pasien. Jika tidak adekuat modifikasi komposisi nutrient
dan bentuk makanan.
B. Evaluasi
Keadaan umum
Analisis asupan
Status gizi (pra maupun pasca rumah sakit)
Status gastrointestinal
EDUKASI

Bentuk makanan lunak


Porsi kecil dan sering
Istirahat sesudah makanan
Jelaskan pentingnya dukungan support nutrisi serta zat-zat atau unsur-unsur penting

dalam terapi nutrisi


Motivasi penderita untuk mengkonsumsi makanan sesuai anjuran, dengan cara

menyesuaikan sesuaikan bahan makanan dengan kandungan makanan yang diperlukan.


Pertimbangkan untuk memberikan larang atau pantangan terhadap beberapa jenis

makanan
Panduan terapi oksigen dan terapi ventilator

Management yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri,


Support psikologis
Rehabilitasi medis

KESIMPULAN

Dalam Menentukan kebutuhan kalori seorang pasien harus diperhatikan dari seluruh
aspek kesehatan maupun kondisi pasien tentukan apakah pasien dalam fase sakit,
pemulihan, ataupun sehat.

Pada saat fase pemulihan penghitungan jumlah kalori harus disesuaikan dengan target
peningkatan berat badan, serta porsi makronutrien terutama karbohidrat harus
dianaikkan agar berat badan bertambah.

Pemberian makronutrien pun tetap harus melihat kondisi pasien, agar variasi yang
diterapkan sesuai dan pas untuk pasien.

Edukasi pasien harus dijalankan agar pasien mengerti dengan baik anjuran, kegunaan
dan fungsi pengaturan pola makannya.

Anda mungkin juga menyukai