Anda di halaman 1dari 4

Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Elektrolit adalah senyawa yang berdisosiasi (pecah) menjadi partikel-partikel


bermuatan listrik (ion) yang terdiri dari kation (ion yang bermuatan positif) dan anion (ion
yang bermuatan negatif). Keseimbangan antara kation dan anion disebut elektronetralitas.
Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit, cairan tubuh dibedakan atas cairan
intraseluler (ICF) dan cairan ekstraseluler. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan
dan dipengaruhi oleh elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit yang ada di dalam tubuh dapat
menyebabkan berbagai macam gangguan.
Tabel Susunan Elektrolit pada Cairan Intraseluler (ICF), dan Cairan Ekstraseluler (ECF)
Elektrolit
Natrium (Na+)
Kalium (K+)
Kalsium (Ca2+)
Magnesium (Mg2+)
Klorida (Cl-)
Bikarbonat (HCO3-)
Fosfat (PO42-)
Sulfat (SO42-)

ICF (mEq/L)
10
140
10
40
4
10
100
-

ECF (mEq/L)
136 146
3,6 5
4,5 5,8
1,6 2,2
96 106
24 28
1 1,5
1,2

Dari elektrolit yang pada tabel tersebut terdapat empat elektrolit mayor, yaitu natrium
(Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-) yang memiliki fungsi utama
menjaga tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh.
1.

Natrium
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang
masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet
melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui
ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium
perhari mencapai 48-144 mEq.
Gangguan:
a. Hipernatremia
Peningkatan konsentrasi natrium plasma karena kehilangan air dan larutan
ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau karena kelebihan
natrium dalam cairan ekstrasel seperti pada overhidrasi osmotik atau retensi air
oleh ginjal dapat menyebabkan peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium
klorida dalam cairan ekstrasel.

Hipernatremia dapat terjadi bila ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air
melebihi ekskresi natrium atau asupan air yang kurang. Misalnya pada
pengeluaran air tanpa elektrolit melalui insensible water loss atau keringat, diare
osmotik akibat pemberian laktulose atau sorbitol, diabetes insipidus sentral
maupun nefrogenik, diuresis osmotik akibat glukosa atau manitol, gangguan pusat
rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular.
b. Hiponatremia
Kehilangan natrium klorida primer biasanya terjadi pada dehidrasi hipoosmotik
seperti pada keadaan berkeringat selama aktivitas berat yang berkepanjangan,
berhubungan dengan penurunan volume cairan ekstraseluler seperti diare, muntahmuntah, dan penggunaan diuretik secara berlebihan.
Hiponatremia juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang
menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal, penyakit
addison, serta retensi air yang berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik) akibat
hormon antidiuretik.
2.

Kalium
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan
keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium
perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus,
sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal
dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle. Kalium
dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine
mencapai 90%.
Gangguan:
a. Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel
dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal.
b. Hipokalemia
Hipokalemia dapat disebabkan asupan makanan yang mengandung kalium kurang,
pengeluaran kalium berlebihan akibat muntah-muntah, kelebihan hormon
mineralokortikoid primer atau keringat yang berlebihan, dan kalium masuk ke
dalam sel pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-

adrenergik (pemakaian 2- agonis), paralisis periodik hipokalemik, dan


hipotermia.
3.

Klorida
Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk
dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada
keadaan normal rata-rata mengonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi
klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare
menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam
keringat bervariasi, rata-rata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan,
kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah
melalui ginjal.
Gangguan
a. Hiperklorinemia
Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan
mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama
dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi,
asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan
karena diare yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus,
hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan,
alkalosis respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada
gangguan tubulus ginjal yang luas.
b. Hipoklorinemia
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab
hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis
metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium.
Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi
bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Asmarani, editor. Ilustrasi Berwarna Anatomi dan Fisiologi. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara
Yaswir, Irawati dan Ira Ferawati. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium,
Kalium

dan

Klorida

serta

Pemeriksaan

http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_1no_2/80-85.pdf

Laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai