Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

I. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1.1 Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan (Mubarak, 2019).

1.2 Fisiologi
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam
larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa,
oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit
tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++),
magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-),
sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada
satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion
pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa
jumlah muatan- muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-
muatan positif.
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler
maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini : No. Elektrolit
Ekstraseluler Intraseluler Plasma Interstitial (Tarwoto, 2019) :
1. Kation:
a) Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
b) Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
c) Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
d) Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. Anion:
a) Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
b) Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
c) Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
d) Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
e) Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq
a. Kation :
1) Sodium (Na+):
a) Kation berlebih di ruang ekstraseluler
b) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
c) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
d) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan
menukar ion hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal ion
hidrogen di ekresikan
e) Sumber: snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
2) Potassium (K+):
a) Kation berlebih di ruang intraseluler
b) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
c) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle
dan nerves
d) Sumber: Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
3) Calcium (Ca++):
a) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat,
flouride di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras
dan kuat - Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
b) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan
proses pengaktifan protrombin dan trombin
c) -Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang,
sayuran, dll.
b. Anion:
1) Chloride (Cl -) :
a) Kadar berlebih di ruang ekstrasel
b) Membantu proses keseimbangan natrium
c) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
d) Sumber: garam dapur
2) Bicarbonat (HCO3-):
a) Bagian dari bicarbonat buffer sistem
b) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat
dan suasana garam untuk menurunkan PH.
3) Fosfat (H2PO4- dan HPO42-):
a) Bagian dari fosfat buffer system
b) Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
c) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan
kekerasan tulang
d) Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA

1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


a. Asupan Makanan dan Cairan
Makanan dan cairan yang kita makan dan minum berperan besar
dalam pengaturan cairan, elektrolit, dan asam-basa.Selain minuman,
kita juga mengonsumsi makanan, khususnya buah dan sayuran, yang
menyediakan cairan untuk kita.Tipe cairan dan makanan yang kita
masukan mungkin mengganggu keseimbangan elektrolit dan asam-
basa.
b. Obat-obatan
Asupan obat (diresepkan, bebas, rekreasional) adalah factor
pengaruh lain. Medikasi tertentu dapat menyebabkan retensi cairan,
dan medikasi lain dapat meningkatkan perkemihan. Obat juga dapat
menggangu kadar elektrolit atau fungsionalitasnya dengan
menyaingkannya untuk reseptor pada level kini. Kejadian ini juga
memngaruhi keseimbangan asam-basa.
c. Gangguan kesehatan
Gangguan kesehatan, akut dan kronis serta fisiologis dan
psikologis, juga dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam
memelihara keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa.Gangguan
akut dalam keluaran, seperti dalam kasus muntah dan diare, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan, eletrolit, dan asam-basa
dengan cepat. Penyakit kronis seprti gagal jantung, gagal renal, dan
gagal napas pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan cairan.
Elektrolit, dan asambasa.Seseorang yang mengalami stress, tanpa
memandang sumbernya, lebih sering menahan cairan.
d. Usia
Usia seseorang memengaruhi fungsi organ. Individu yang sangat
muda mungkin mempunyai organ yang belum berkembang pada
fungsi maksimal, dan individu sangat tua mungkin mulai mempunyai
fungsi organ yang berkurang sebagai bagian dari proses penuaan.
Dalam kedua kasus itu, kemampuan organ (missal jantung, ginjal,
paru-paru) untuk mengelola keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam-basa secara efesien juga terpengaruh. Karena usia merupakan
factor pengaruh terkontrol yang telah disebutkan sebelumnya untuk
individu yang sangat muda dan sangat tua (Budiono, 2016).

1.4 Macam-Macam Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


a. Gangguan Keseimbangan Cairan (Sumirah, 2018)
1) Dehidrasi (Hipovolemik)
Menurut Ramali & Pamoentjak tahun 1996 (dikutip dalam
Asmadi 2009) dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau
jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air
abnormal.Sedangkan menurut Guyton 1995 (dikutip dalam
Asmadi 2009), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua
pangkalan cairan tubuh.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh. Terdapat
banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit di
antaranya kehilangan melalui kulit seperti diaphoresis, luka bakar.
Kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan misalnya
muntah, diare, drainase dari gastrik intestinal. Kehilangan cairan
tubuh melalui saluran perkemihan, misalnya karena diuresis
osmotic, diabetes insipidus. Ada dua jenis dehidrasi yaitu:
a) Dehidrasi di mana kekurangan air lebih dominan disbanding
kekurangan elektrolit (dehidrasi isotonis). Oada dehidrasi jenis
ini terjadi pemekatan jaringan ektraseluler, sehingga terjadi
perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan
terjadi „dehidrasi intraseluer‟. Bila cairan intrasel berkurang
lebih dari 20% maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini terjadi
bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat.
b) Dehidrasi di mana kekurangan elektrolit lebih dominan
disbanding kekurangan air (dehidrasi hipertonik). Pada
dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat hipotonis,
sehingga terjadi perpindahan air dari ekstraseluler ke
intraseluler yang menyebabkan terjadinya „edema intrasel‟.
Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang yang mengalami
kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni
tanpa mengandung elektrolit. Dehidrasi sangat berbahaya
terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat keparahan yang
ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar
derajat dehidrasi yang dialaminya. Perawat harus mempu
untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada
klien.
2) Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Elektrolit dikelompokkan menjadi dua yaitu kation dan
anion.Kation ialah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam
larutan.Elektrolit kation diantaranya adalah natrium (Na+), Kalium
(K+), Kalsium (Ca+), dan 15 Magnesium (Mg2+). Kerja ion-ion
kation ini memengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas
jantung, perasaan (mood) dan perilaku, serta fungsi saluran
pencernaan.Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk
muatan negative dalam larutan.Anion utama adalah klorida (Cl-),
bikarbonat (HC03-), dan fosfat (P03-). Kerja ion-ion anion
memengaruhi keseimbangan dan fungsi cairan, elektrolit, dan
asam basa. Elektrolit dalam tubuh pun tidak selalu dalam keadaan
seimbang.Ada kalanya elektrolit mengalami ketidakseimbangan.
Ada beberapa contoh ketidakseimbangan elektrolit yang sering
ditemukan antara lain:
a. Defisit natrium (hiponatremia)
Konsentrasi normal dari natrium dalam tubuh sekitar
138-145 mEq/L. Bila natrium hilang dari cairan tubuh, maka
cairan menjadi hipotonis.Kehilangan natrium dari
kompartemen intravaskuler dapat menyebabkan cairan dari
darah berdifusi ke ruang interstisial. Akibatnya natrium di
interstisial dicairkan. Kehilangan natrium dapat terjadi pada
orang yang berkeringat berlebihan karena suhu lingkungan,
demam, olahraga, muntah, diare, pengeluaran cairan melalui
saluran gastrointestinal, dan sebagainya.Gejala yang muncul
pada klien yang mengalami hiponatremia diantaranya dakit
kepala, kelemahan otot, fatigue, apatis, mual, muntah, kejang
perut, shock, kekacauan mental, dan koma (Sumirah, 2018).
II. Konsep Teori Asuhan Keperawatan
1.1 Pengkajian
1.1.1 Biodata
a. Nama, umur, jenis kelamin, agama, tgl MRS, No. Reg, Dx
medis.
b. Penanggung jawab (nama, alamat, pekerjaan, umur,
pendidikan, agama)
1.1.2 Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parenteral).
b. Tanda umum masalah elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan dan elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat menggangu
status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi social.
g. Factor psikologis seperti perilaku emosional yang menggangu
pengobatan.
1.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan gastroenteritis meliputi
pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum
pemeriksaan fisik tanda tanda vital, dan pemeriksaan fisik head to
toe.
a. Keadaan umum hasil pemeriksaan tanda tanda vital yang
didapat pada klien gastroenteritis adalah mual muntah dan
BAB cair lebih dari 3x sehari.
b. Tanda – tanda vital TD menurun, mukosa bibir kering,
anoreksia, dehidrasi.
c. Kepala : Kulit kepala
Tujuan: untuk mengetahui turgor kulit serta tekstur kulit
kepala dan untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka.
d. Rambut
Tujuan : untuk mengetahui teksur, warna, dan percabangan
rambut serta mengetahui rontok dan kotornya.
e. Kuku
Tujuan : mengetahui warna, keadaan kuku panjang atau tidak,
serta mengetahui capillary refill.
f. Mata
Tujuan :untuk mengetahui bentuk serta fungsi mata
(penglihatan dan visus dan otot otot mata), serta mengetahui
adanya kelainan pandangan pada mata atau tidak.
g. Hidung
Tujuan : untuk mengetahui bentuk serta fungsi dari hidung
dan mengetahui ada atau tidaknya implamasi atau sinusitis.
h. Telinga
Tujuan :untuk mengetahui keadaan telinga, kedalaman telinga
luar, saluran telinga, gendang telinga.
i. Mulut dan faring
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan dan bentuk mulut, dan
mengetahui kebersihan mulut.
j. Leher Tujuan : untuk menemukan struktur intregitas leher,
bentuk serta organ yang berkaitan, untuk memriksa sistem
limfatik.
k. Dada
Tujuan : untuk mengetahui kesimetrisan, irama nafas,
frekuensi,ada atau tidaknya nyeri tekan, dan untuk
mendengarkan bunyi paru.
l. Abdomen
Tujuan :untuk mengetahui gerakan dan bentuk perut,
mendengarkan bunyi pristaltik usus, dan mengetahui ada atau
tidaknya nyeri tekan pada bagian dalam abdomen.
m. Muskulokelektal
Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan dari otot dan
gangguan gangguan didaerah tertentu.
1.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis di tegakan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan tinja
b. Makroskopis dan mikroskopis
c. Ph dan kadar gula dalam tinja
d. Bila perlu di adakan uji bakteri untuk untuk mengetahui
organism penyebabnya dengan melakukan pembikan terhadap
contoh tinja.

1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Berat Badan Lebih (D.0018)
2. Defisit Nutrisi (D.0019)
3. Diare (D.0020)
4. Hipervolemia (D.0022)
5. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
1.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
D.0018 L.03018 I.03094
Berat Badan Lebih Berat badan Konseling nutrisi

Definisi : Definisi : akumulasi bobot Definisi : intervensi yang dilakukan


Akumulasi lemak berlebih tubuh sesuai dengan usia dan oleh perawat untuk memberikan
atau abnormal yang tidak jenis kelamin bimbingan kepada pasien dalam
sesuai dengan usia dan melakukan modifikasi asupan
jenis kelamin Setelah dilakukan intervensi nutrisi.
keperawatan selama 3 x 24
Penyebab : jam, maka berat badan Tindakan
1. Kurang aktivitas fisik membaik dengan kriteria Observasi
harian hasil : 1. Identifikasi kebiasaan makan
2. Kelebihan konsumsi 1. Berat badan membaik dan perilaku makan yang akan
gula 2. Tebal lipatan kulit diubah
3. Gangguan kebiasaan membaik
makan 2. Identifikasi kemajuan
3. Indeks massa tubuh
4. Gangguan persepsi modifikasi diet secara regular
membaik
makan 3. Monitor intake dan output
5. Kelebihan konsumsi cairan, nilai hemoglobin,
alkohol tekanan darah, kenaikan berat
6. Penggunaan energi badan, dan kebiasaan membeli
kurang dari asupan
makanan
7. Sering mengemil
8. Sering memakan Terapeutik
makanan 1. Bina hubungan terapeutik
berminyak/berlemak 2. Sepakati lama waktu pemberian
9. Faktor keturunan (mis. konseling
distribusi jaringan 3. Tetapkan tujuan jangka pendek
adiposa, pengeluaran dan jangka Panjang yang
energi, aktivitas lipase
realistis
lipoprotein, sintesis
lipid, lipolisis) 4. Gunakan standar nutrisi sesuai
10. Penggunaan makanan program diet dalam
formula atau makanan mengevaluasi kecukupan
campuran (pada bayi) asupan makanan
11. Asupan kalsium 5. Pertimbangkan faktor-faktor
rendah (pada anak-
yang mempengaruhi
anak)
12. Berat badan bertambah pemenuhan kebutuhan gizi
cepat (selama masa (mis. Usia, tahap pertumbuhan
anak-anak, selama dan perkembangan, penyakit)
masa bayi, termasuk
minggu pertama, 4 Edukasi
bulan pertama, dan 1. Informasikan perlunya
tahun pertama) modifikasi diet (misal:
13. Makanan padat sebagai
penurunan atau penambahan
sumber makanan
utama pada usia < 5 berat badan, pembatasan
bulan. natrium atau cairan,
pengurangan kolesterol
Gejala dan tanda mayor 2. Jelaskan program gizi dan
Subjektif : tidak tersedia persepsi pasien terhadap diet
Objektif : yang diprogramkan
1. IMT > 25 kg/m² (pada Kolaborasi
dewasa) atau berat dan 1. Rujuk pada ahli gizi, jika perlu
panjang badan lebih
dari presentil 95 (pada
anak < 2 tahun) atau
IMT pada presentil ke
85 – 95 (pada anak 2 –
18 tahun)

Gejala dan tanda minor


Subjektif : tidak tersedia
Objektif :
Tebal lipatan kulit trisep
>25 mm

Kondisi Klinis Terkait :


1. Gangguan genetic
2. Factor keturunan
3. Hipotiroid
4. Diabetes mellitus
maternal

D.0019 L.03030 I. 03119


Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi

Definisi : Definisi : Definisi :


Asupan nutrisi tidak cukup Keadekuatan asupan nutrisi Mengidentifikasi dan mengelola
untuk memenuhi untuk memenuhi kebutuhan asupan nutrisi yang seimbang
kebutuhan metabolisme metabolism
Tindakan :
Penyebab : Setelah dilakukan intervensi Observasi
1. Ketidakmampuan keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan jam, maka status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
2. Ketidakmampuan membaik dengan kriteria intoleransi makanan
mencerna makanan hasil : 3. Identifikasi makanan yang
3. Ketidakmampuan 1. Porsi makanan yang disukai
mengabsorbsi nutrien dihabiskan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori
4. Peningkatan kebutuhan 2. Perasaan cepat kenyang
metabolisme dan jenis nutrien
menurun
5. Faktor ekonomi (mis: 5. Identifikasi perlunya
3. Berat badan membaik
finansial tidak 4. Indeks massa tubuh penggunaan selang nasogastrik
mencukupi) (IMT) membaik 6. Monitor asupan makanan
6. Faktor psikologis 7. Monitor berat badan
(mis: stres, 8. Monitor hasil pemeriksaan
keengganan untuk
laboratorium
makan)
Terapeutik
Gelaja dan tanda mayor : 1. Lakukan oral hygiene sebelum
Subjektif : tidak tersedia makan, jika perlu
Objektif : 2. Fasilitasi menentukan pedoman
1. Berat badan menurun diet (mis: piramida makanan)
minimal 10% di bawah 3. Sajikan makanan secara
rentang ideal
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
Gejala dan tanda minor
untuk mencegah konstipasi
Subjektif
5. Berikan makanan tinggi kalori
1. Cepat kenyang setelah
makan dan tinggi protein
2. Kram/nyeri abdomen 6. Berikan suplemen makanan,
3. Nafsu makan menurun jika perlu
Objektif : 7. Hentikan pemberian makan
1. Bising usus hiperaktif melalui selang nasogastik jika
2. Otot pengunyah lemah asupan oral dapat ditoleransi
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa Edukasi
pucat 1. Ajarkan posisi duduk, jika
5. Sariawan mampu
6. Serum albumin turun
2. Ajarkan diet yang
7. Rambut rontok
berlebihan diprogramkan
8. Diare Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
Kondisi Klinis Terkait
sebelum makan (mis: Pereda
1. Stroke
nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Parkinson
3. Mobius syndrome 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Cerebral palsy untuk menentukan jumlah
5. Cleft lip
6. Cleft palate kalori dan jenis nutrien yang
7. Amyotropic lateral dibutuhkan, jika perlu
sclerosis
8. Kerusakan
neuromuscular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik

D.0020 L.04033 I.03101


Diare Eliminasi fekal Manajemen Diare

Definisi : Definisi : Definisi :


Pengeluaran feses yang Proses defekasi normal yang Mengidentifikasi dan mengelola
sering, lunak dan tidak disertai dengan pengeluaran diare dan dampaknya
berbentuk feses mudah dan kosistensi,
frekuensi serta bentuk feses Tindakan :
Penyebab : normal Observasi
Penyebab fisiologis 1. Identifikasi penyebab diare
1. Inflamasi Setelah dilakukan intervensi (mis: inflamasi gastrointestinal,
gastrointestinal keperawatan selama 3 x 24 iritasi gastrointestinal, proses
2. Iritasi gastrointestinal jam, maka eliminasi fekal infeksi, malabsorpsi, ansietas,
3. Proses infeksi membaik dengan kriteria stres, obat-obatan, pemberian
4. Malabsorpsi hasil : botol susu)
Penyebab psikologis 1. Control pengeluaran feses 2. Identifikasi Riwayat pemberian
1. Kecemasan meningkat makanan
2. Tingkat stres tinggi 2. Keluhan defekasi lama 3. Identifikasi gejala invaginasi
dan sulit menurun
Penyebab Situasional (mis: tangisan keras, kepucatan
3. Mengejan saat defekasi
1. Terpapar kontaminan menurun pada bayi)
2. Terpapar toksin 4. Konsistensi feses 4. Monitor warna, volume,
3. Penyalahgunaan membaik frekuensi, dan konsistensi feses
laksatif 5. Frekuensi defekasi 5. Monitor tanda dan gejala
4. Penyalahgunaan zat membaik hypovolemia (mis: takikardia,
5. Program pengobatan 6. Peristaltic usus membaik nadi teraba lemah, tekanan
(agen tiroid, darah turun, turgor kulit turun,
analgesik, pelunak mukosa kulit kering, CRT
feses, ferosulfat, melambat, BB menurun)
antasida, cimetidine, 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit
dan antibiotik) di daerah perianal
6. Perubahan air dan 7. Monitor jumlah dan
makanan pengeluaran diare
7. Bakteri pada air 8. Monitor keamanan penyiapan
makanan
Gejala dan tanda mayor Terapeutik
Subjektif : Tidak tersedia 1. Berikan asupan cairan oral
Objektif : (mis: larutan garam gula, oralit,
1. Defekasi lebih dari tiga Pedialyte, renalyte)
kali dalam 24 jam 2. Pasang jalur intravena
2. Feses lembek atau cair 3. Berikan cairan intravena (mis:
ringer asetat, ringer laktat), jika
Gejala dan tanda minor perlu
Subjektif : 4. Ambil sampel darah untuk
1. Urgency pemeriksaan darah lengkap dan
2. Nyeri/Kram Abdomen elektrolit
Objektif : 5. Ambil sampel feses untuk
1. Frekuensi peristatik kultur, jika perlu
meningkat Edukasi
2. Bising usus hiperaktif 1. Anjurkan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
Kondisi Klinis Terkait :
1. Kanker kolon 2. Anjurkan menghindari makanan
2. Diverticulitis pembentuk gas, pedas, dan
3. Iritasi Usus mengandung laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
4. Crohn’s disease
pemberian ASI
5. Ulkus peptikum
Kolaborasi
6. Gastritis
1. Kolaborasi pemberian obat
7. Spasma kolon
8. Colitis ulseratif antimotilitas (mis: loperamide,
9. Hipertiroidisme difenoksilat)
10. Demam typoid 2. Kolaborasi pemberian
11. Malaria antispasmodik/spasmolitik
12. Sigelosis (mis: papaverine, ekstrak
13. Kolera belladonna, mebeverine)
14. Disentri 3. Kolaborasi pemberian obat
15. Hepatitis pengeras feses (mis: atapugit,
smektit, kaolin-pektin)
D.0022 L.05020 I.03114
Hipervolemia Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia

Definisi : Definisi : Definisi :


Peningkatan volume cairan Ekuilibrium antara volume Mengidentifikasi dan mengelola
intravaskuler, interstisial cairan di ruang intraseluler kelebihan volume cairan
dan/atau intraseluler dan ekstraseluler tubuh intravaskuler dan ekstraseluler serta
mencegah terjadinya komplikasi
Penyebab : Setelah dilakukan intervensi
1. Gangguan mekanisme keperawatan selama 3 x 24 Tindakan :
regulasi jam, maka keseimbangan Observasi
2. Kelebihan asupan cairan meingkat dengan 1. Periksa tanda dan gejala
cairan
kriteria hasil : hypervolemia (mis: ortopnea,
3. Kelebihan asupan
natrium 1. Asupan cairan meningkat dispnea, edema, JVP/CVP
4. Gangguan aliran balik 2. Keluaran urin meningkat meningkat, refleks
vena 3. Kelembaban membran hepatojugular positif, suara
5. Efek agen mukosa meningkat
napas tambahan)
farmakologis (mis. 4. Mukosa menurun
kortikosteroid) 5. Dehidrasi menurun 2. Identifikasi penyebab
6. Tekanan darah membaik
hypervolemia
Gejala dan tanda mayor 7. Denyut nadi radial
membaik 3. Monitor status hemodinamik
Subjektif : (mis: frekuensi jantung, tekanan
1. Ortopnea 8. Membrane mukosa
membaik darah, MAP, CVP, PAP,
2. Dyspnea
3. Paroxysmal nocturnal PCWP, CO, CI) jika tersedia
dyspnea (PND) 4. Monitor intake dan output
Objektif : cairan
1. Edema anasarka 5. Monitor tanda hemokonsentrasi
dan/atau edema perifer (mis: kadar natrium, BUN,
2. Berat badan meningkat hematokrit, berat jenis urine)
dalam waktu singkat
3. Jugular venous 6. Monitor tanda peningkatan
pressure (JVP) tekanan onkotik plasma (mis:
dan/atau cental venous kadar protein dan albumin
pressure (CVP) meningkat)
meningkat 7. Monitor kecepatan infus secara
4. Reflex hepatojugular ketat
positif
8. Monitor efek samping diuretic
Gejala dan tanda minor (mis: hipotensi ortostatik,
Subjektif : Tidak tersedia hypovolemia, hipokalemia,
Objektif : hiponatremia)
1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara napas
tambahan Terapeutik
3. Hepatomegaly 1. Timbang berat badan setiap hari
4. Kadar Hb/Ht turun pada waktu yang sama
5. Oliguria
2. Batasi asupan cairan dan garam
6. Intake lebih banyak
dari output (balans 3. Tinggikan kepala tempat tidur
cairan positif) 30 – 40 derajat
7. Kongesti paru Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran
Kondisi klinis terkait : urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6
1. Penyakit ginjal : gagal jam
ginjal akut/kronis,
2. Anjurkan melapor jika BB
sindrom nefrotik
2. Hipoalbuminemia bertambah > 1 kg dalam sehari
3. Gagal jantung 3. Ajarkan cara membatasi cairan
kongestif Kolaborasi
4. Kelainan hormone 1. Kolaborasi pemberian diuretic
5. Penyakit hati
(mis.sirosis, asites, 2. Kolaborasi penggantian
kanker hati) kehilangan kalium akibat
6. Penyakit vena perifer diuretic
(mis.varises vena) 3. Kolaborasi pemberian
7. Imobilitas
continuous renal replacement
therapy (CRRT) jika perlu

D.0036 L.05020 I.03098


Resiko ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
cairan
Definisi : Definisi :
Definisi : Ekuilibrium antara volume Mengidentifikasi dan mengelola
Berisiko mengalami cairan di ruang intraseluler keseimbangan cairan dan mencegah
penurunan, peningkatan dan ekstraseluler tubuh komplikasi akibat
atau percepatan ketidakseimbangan cairan
perpindahan cairan dan Setelah dilakukan intervensi
intravaskuler, interstisial keperawatan selama 3 x 24 Tindakan :
atau intraselular jam, maka keseimbangan Observasi
cairan meingkat dengan 1. Monitor status hidrasi (mis:
Faktor resiko : kriteria hasil : frekuensi nadi, kekuatan nadi,
1. Prosedur pembedahan 1. Asupan cairan meningkat akral, pengisian kapiler,
mayor 2. Keluaran urin meningkat kelembaban mukosa, turgor
2. Trauma/perdarahan 3. Kelembaban membran kulit, tekanan darah)
3. Luka bakar mukosa meningkat 2. Monitor berat badan harian
4. Apheresis 4. Mukosa menurun 3. Monitor berat badan sebelum
5. Asites 5. Dehidrasi menurun dan sesudah dialisis
6. Obstruksi intestinal 6. Tekanan darah membaik 4. Monitor hasil pemeriksaan
7. Peradangan pankreas 7. Denyut nadi radial laboratorium (mis: hematokrit,
8. Penyakit ginjal dan membaik Na, K, Cl, berat jenis urin,
kelenjar 8. Membrane mukosa BUN)
9. Disfungsi intestinal membaik 5. Monitor status hemodinamik
(mis: MAP, CVP, PAP, PCWP,
Kondisi klinis terkait : jika tersedia)
1. Prosedur pembedahan Terapeutik
mayor 1. Catat intake-output dan hitung
2. Penyakit ginjal dan balans cairan 24 jam
kelenjar 2. Berikan asupan cairan, sesuai
3. Perdarahan kebutuhan
4. Luka bakar 3. Berikan cairan intravena, jika
perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu

D.0037 L.03021 I.03122


Resiko ketidakseimbangan Keseimbangan Elektrolit Pemantauan Elektrolit
elektrolit
Definisi : Definisi :
Definisi : Kadar serum elektrolit batas Mengumpulkan dan menganalisis
Berisiko mengalami normal data terkait regulasi keseimbangan
perubahan kadar serum elektrolit
elektrolit Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 Tindakan :
Faktor resiko : jam, maka keseimbangan Observasi
1. Ketidakseimbangan elektrolit meingkat dengan 1. Monitor kemungkinan
cairan (mis. dehidrasi kriteria hasil : penyebab ketidakseimbangan
dan intoksikasi air) 1. Serum natrium meningkat elektrolit
2. Kelebihan volume 2. Serum kalium meningkat 2. Monitor kadar elektrolit serum
cairan 3. Serum klorida meningkat
3. Gangguan mekanisme 3. Monitor mual, muntah, diare
4. Serum kalsium meningkat
regulasi (mis. diabetes) 4. Monitor kehilangan cairan, jika
5. Serum magnesium
4. Efek samping prosedur meningkat perlu
(mis.pembedahan) 6. Serum fosfor meningkat 5. Monitor tanda dan gejala
5. Diare hipokalemia (mis: kelemahan
6. Muntah otot, interval QT memanjang,
7. Disfungsi ginjal
gelombang T datar atau
8. Disfungsi regulasi
endokrin terbalik, depresi segmen ST,
gelombang U, kelelahan,
parestesia, penurunan refleks,
Kondiri klinis terkait : anoreksia, konstipasi, motilitas
1. Gagal ginjal usus menurun, pusing, depresi
2. Anoreksia nervosa pernapasan)
3. Diabetes mellitus 6. Monitor tanda dan gejala
4. Penyakit chron
hiperkalemia (mis: peka
5. Gastroenteritis
6. Pankreatitis rangsang, gelisah, mual,
7. Cedera kepala muntah, takikardia mengarah ke
8. Kanker bradikardia, fibrilasi/takikardia
9. Trauma multiple ventrikel, gelombang T tinggi,
10. Luka bakar gelombang P datar, kompleks
11. Anemia sel sabit QRS tumpul, blok jantung
mengarah asistol)
7. Monitor tanda dan gejala
hiponatremia (mis: disorientasi,
otot berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa kering,
hipotensi postural, kejang,
letargi, penurunan kesadaran)
8. Monitor tanda dan gejala
hipernatremia (mis: haus,
demam, mual, muntah, gelisah,
peka rangsang, membrane
mukosa kering, takikardia,
hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
9. Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis: peka
rangsang, tanda Chvostek
[spasme otot wajah] dan tanda
Trousseau [spasme karpal],
kram otot, interval QT
memanjang)
10. Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis: nyeri
tulang, haus, anoreksia, letargi,
kelemahan otot, segmen QT
memendek, gelombang T lebar,
komplek QRS lebar, interval
PR memanjang)
11. Monitor tanda dan gejala
hypomagnesemia (mis: depresi
pernapasan, apatis, tanda
Chvostek, tanda Trousseau,
konfusi, disritmia)
12. Monitor tanda gan gejala
hypermagnesemia (mis:
kelemahan otot, hiporefleks,
bradikardia, depresi SSP,
letargi, koma, depresi)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, S. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika.


Mubarak, W. I., & Cahyati, N. (2019). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Sumirah, B. (2018). Konsep Dasar Keperawatan Cetakan 2. Bumi Medika.
Tarwoto, W. (2019). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Selemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai