Anda di halaman 1dari 16

JENIS DAN PENGELOMPOKKAN ELEKTROLIT SERTA

PERANAN ELEKTROLIT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah Kimia Klinik II (T)

Disusun oleh : Kelompok 7 (3A)


1. Aini Nurbaiti
2. Asep Endrwan
3. Cici Nuriah
4. Syafira Nurul R

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks, didalamnya
terdapat beberapa pembangkit lokal seperti jantung, otak dan ginjal. Untuk bisa
mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan perintah dari
pembangkit ke sel-sel otot. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit yang
ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang bermuatan positif) dan anion (elektrolit yang
bermuatan negatif). Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan
impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh. (The College of Emergency
Medicine & Doctors.net.uk, 2008).
Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium
(Ca2+), Magnesium (Mg2+). Sedangkan anion adalah Klorida (Cl-), HCO3-, HPO4,SO4-.
Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion ini sama besar sehingga potensial listrik
cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan ektrasel (cairan diluar sel), kation utama adalah Na+
sedangkan anion utamanya adalah Cl-.Sedangkan di intrasel (di dalam sel) kation utamanya
adalah kalium (K+). (The College of Emergency Medicine & Doctors.net.uk, 2008)

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom
bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia
lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu
dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau
rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat.

Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar
senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang
merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit
dalam bentuk larutan atau lelehan atau bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam
bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.

2.2 Jenis-Jenis Elektrolit


Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan.

Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah natrium (Na+), Kalium (K+), kalsium (Ca+),
Magnesium (Mg2+). Sedangkan anion adalah Klorida (Cl-), HC03-, HPO4-, SO4-. Dalam
keadaan normal, kadar anion dan kation ini sama besar sehingga potensial listrik cairan
tubuh bersifat netral. Pada cairan ekstrasel (cairan diluar sel), kation utama adalah Na+
sedangkan anion utamanya adalah Cl-. Sedangkan di intrasel (didalam sel) kation
utamanya adalah kalium (K+). (the college of emergency medicine and doctors.net.uk,
2008)

Distribusi elektrolit pada cairan intrasel dan ekstrasel dapat dilihat pada Gambar 1.

3
2.3 Fungsi Elektrolit Darah
1. Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular dan
berhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler.
Natrium juga membantu memelihara keseimbangan asam-basa. berkurangnya
natrium tubuh (hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-gejala
hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardi.
2. Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan
keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Klorida jarang diperiksa tersendiri
tetapi biasanya bersama-sama dengan elektrolit lain.
3. Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasi
aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium merupakan kation
utama dalam sel.
4. Kalsium berfungsi utama sebagai penggerak dari otot-otot, deposit utamanya
berada di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini dapat berpindah ke
dalam darah.
5. Magnesium berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur
pergerakan ca2+ ke dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung dan
kekuatan pembuluh darah tubuh.

2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Elektrolit Tubuh


1. Umur

4
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
(Insensible Water Loss).
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatan
5
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

2.5 Fisioligis Dan Gangguan Elektrolit


Yang dimaksud elektrolit utama dalam darah adalah :
Natrium : ion Na dalam Serum
Kalium : ion K dalam Serum
Klorida : ion Cl dalam Serum

1. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 1014
mEq/L) berada dalam cairan intrasel.

Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium


yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari
diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya
melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan
pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq.

Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari
10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna
bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi
sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi
natrium pada feses hanya mencapai 40 mEq/L4.

Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan
untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus,
direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan

6
klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle
(25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium di
urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium
bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-
aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas

Nilai Rujukan Kadar Natrium Pada:


- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari

GANGGUAN KESEIMBANGAN NATRIUM

Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam


tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145
mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas
normal. Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan
hipernatremia berkaitan dengan hiperosmolalitas.

Hipernatremia
Gejala Klinis : gejala neurologis, antara lain letargi, kelemahan otot, twitching,
kejang-kejang dan koma
Penyebab :
1. Pemasukan ion Na berlebihan seperti pada overhidrasi osmotik atau retensi air
oleh ginjal dapat menyebabkan peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium
klorida dalam cairan ekstrasel. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa
hipernatremia dapat terjadi bila ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air
melebihi ekskresi natrium atau asupan air yang kurang. Misalnya pada
pengeluaran air tanpa elektrolit melalui insensible water loss atau keringat,
diare osmotik akibat pemberian laktulose atau sorbitol, diabetes insipidus
sentral maupun nefrogenik, diuresis osmotik akibat glukosa atau manitol,
gangguan pusat rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular.

7
2. Kehilangan cairan lebih dari kehilangan ion Na. kehilangan air dan larutan
ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus)
Akibatnya : Air keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi. Daya kompensasi
berusaha mengurangi ekskresi urine dengan pelepasan ADH
Hiponatremia
Gejala Klinis : Gangguan neurologis, antara lain karena edema otak. Kadar Na <
125 mEq/L; mulai timbul nausea, malaise, antara 110-120 mEq/L; timbul letargi
dan sakit kepal, bila kadar < 110 mEq/L; kejang-kejang dan koma
Penyebab :
1. Kehilangan ion Na seperti pada keadaan berkeringat selama aktivitas berat
yang berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume cairan
ekstrasel seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara
berlebihan
2. Retensi Cairan, Kebanyakan hiponatremia disebabkan oleh
ketidakseimbangan air, bukan karena kehilangan natrium karena kehilangan
natrium
3. Beberapa penyakit ginjal yang menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan
tubulus pada ginjal, penyakit addison, serta retensi air yang berlebihan
(overhidrasi hipo-osmotik) akibat hormon antidiuretik
4. Tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus (osmolaritas urine rendah).
Pseudohiponatremia dapat dijumpai pada penurunan fraksi plasma, yaitu pada
kondisi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, hiperproteinemia dan
hiperglikemia serta kelebihan pemberian manitol dan glisin.

2. Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Jumlah
kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita
25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa
lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam
plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan,
sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah
akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan
natrium).
8
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang
masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari
jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi
60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium
difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (708-0%) direabsorpsi secara aktif
maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan
klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%

Nilai Rujukan Kadar Kalium Pada:


- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
- serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- urine anak : 17-57 mmol/24 jam
- urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
- cairan lambung : 10 mmol/L

GANGGUAN KESEIMBANGAN KALIUM


Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar
kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.

Hiperkalemia
Gejala Klinis: Hiperkalemia dapat menjadi asymptomatic, yang berarti bahwa ia
tidak menyebabkan gejala-gejala. Adakalanya, pasien-pasien dengan
hyperkalemia melaporkan gejala-gejala yang samar-samar termasuk: mual, lelah,
kelemahan otot, atau perasaan-perasaan kesemutan.
Penyebab:
1. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel Kalium. Keluar dari sel dapat
terjadi pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh asidosis organik
(ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan meningkat,
pemakaian obat penghambat- adrenergik, dan pseudohiperkalemia.

9
2. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal Berkurangnya ekskresi kalium
melalui ginjal terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi
volume sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin atau akibat koreksi ion kalium
berlebihan dan pada kasus-kasus yang mendapat terapi angiotensin-converting
enzyme inhibitor dan potassium sparing diuretics.
3. Pseudohiperkalemia dapat disebabkan oleh hemolisis, sampel tidak segera
diperiksa atau akibat kesalahan preanalitik yang lain yaitu tornikuet pada
lengan atas tidak dilepas sebelum diambil darah setelah penderita
menggenggam tangannya berulangkali (peningkatan sampai 2 mmol/L).
Jumlah trombosit >500.000/mm3 atau leukosit >70.000/mm3 juga dapat
meningkatkan kadar kalium serum.14

Hipokalemia
Gejala Klinis: Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama
sekali. Hipokalemia yang lebih berat (kurang dari 3 meq/L darah) bisa
menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan. Irama
jantung menjadi tidak normal, terutama pada penderita penyakit jantung.
(Dawodu S, 2004)
Penyebab:
1. Asupan Kalium Kurang Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh,
peminum alkohol yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan
baik, atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan
baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian
diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan berat
badan dapat menyebabkan hipokalemia.
2. Pengeluaran Kalium Berlebihan Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi
melalui saluran cerna seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian
diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme
primer (sindrom bartter atau sindrom gitelman) atau melalui keringat yang
berlebihan.
3. Diare, tumor kolon (adenoma vilosa) dan pemakaian pencahar menyebabkan
kalium keluar bersama bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah (asidosis
metabolik)

10
4. Kalium Masuk ke Dalam Sel Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada
alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik
(pemakaian 2- agonis), paralisis periodik hipokalemik, dan hipotermia.

3. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida dalam
tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar.
Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan
klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan
normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida
bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare
menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam
keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan,
kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida
adalah melalui ginjal.

Nilai Rujukan Kadar Klorida Pada:


- serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
- serum anak : 98-105 mmol/L
- serum dewasa : 95-105 mmol/L
- keringat anak : <50 mmol/L
- keringat dewasa : <60 mmol/L
- urine : 110-250 mmol/24 jam
- feses : 2 mmol/24 jam

GANGGUAN KESEIMBANGAN KLORIDA


Hipoklorinemia
Penyebab: Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi
pemasukan. Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia,
tetapi pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak
disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang

11
berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik
kronik dengan kompensasi ginjal.
Hiperklorinemia
Penyebab: Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada
gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab
hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai
pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis
metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium
bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan
penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis
hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang
luas.
Kadar Klorida dalam serum meningkat :
- Dehidrasi
- Kelainan metabolik
- Hiperparatiroidisme primer

Kadar klorida dalam serum menurun :


- Anemia pernisiosa
- Ulkus lambung
- Karsinoma lambung
- Paliposis lambung
- Defisiensi besi
- Kehamilan
- Gastritis atrofik
- Umur lanjut atau debilitas
- Defisiensi vitamin
- Radiasi

4. Magnesium
Magnesium dalam tubuh adalah untuk membantu proses pencernaan protein dan
mampu memelihara kesehatan otot serta sistem jaringan penghubung. Magnesium
merupakan salah satu mikro mineral terpenting yang dibutuhkan manusia yang
bekerja Membantu relaksasi otot, Membantu transmisi sinyal syaraf,

12
Memproduksi dan mendistribusi energi, Berperan penting dalam sintesa protein
dan Sebagai Co Faktor membantu enzim yang merupakan katalisator lebih dari
300 reaksi biokimia termasuk mengatur suhu tubuh manusia

Nilai rujukan kadar magnesium pada serum:


Dewasa : 1,5-2,5 mEg/l
Bayi baru lahir : 1,4-2,9 mEq/l
Anak : 1,6-2,6 mEq/l

GANGGUAN ELEKTROLIT MAGNESIUM


Bila kadar magnesium melebihi nilai rujukan maka disebut hipermagnesemia.
Bila kadar magnesium kurang dari nilai rujukan maka disebut hipomagnesemia.
Hipomagnesemia
Hipermagnesemia

Faktor yang mempengaruhi temuan lab :


- Hipokalemia dan hipokalsemia akan menurunkan kadar magnesium
- Obat : laksatif dan antasid yang mengandung magnesium dapat menyebabkan
hipermagnesemia, sebaliknya obat diuretik, kalsium glukonat, sertainsulin
dapat menyebabkan hipomagnesemia.

5. Kalsium
Kalsium adalah mineral penting yang banyak dibutuhkan manusia. Kalsium
membantu pembentukan tulang dan gigi dan diperlukan untuk pembekuan darah,
transmisi sinyal pada saraf, dan kontraksi otot. Kalsium membantu mencegah
osteoporosis dari semua kalsuim yang terkandung didalam tubuh manusia, 99%
terletak didalam tulang dan gigi.

Nilai Rujukan Kadar Kalsium dalam serum:


- Dewasa : 9,0 11,0 mg/dL ( 4,5-5,5 meq/L)
- Anak : 9,0 11,5 mg/dL ( 4,5-5,8 meq/L)
- Bayi : 10,0 12,0 mg/dL ( 5,0-6,0 meq/L)
- Bayi baru lahir: 7,4 14,0 mg/dL ( 3,7-7,0 meq/L)

13
GANGGUAN KESEIMBANGAN KALSIUM
Hiperkalsemia
Peningkatan kadar kalsium terdapat pada hipertiroid, malignancy pada tulang,
paru-paru, payudara, kandung kencing dan ginjal, hipervitamin D, imobilisasi
lama, fraktur multiple, batu ginjal dan olah raga berlebihan
Hipokalsemia
Penurunan kalsium dalam serum dapat terjadi pada malabsorbsi saluran cerna,
kekurangan intake Ca dan vitamin D, hipotiroid, gagal ginjal kronis, infeksi
yang luas, luka bakar, pancreatitis, alkoholisme, diare, kehamilan dan dapat
juga karena penggunaan obat laksansia, kortison, gentamycin, antacid Mg,
heparin, insulin dan asetazolamid (diamox).

14
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar
senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl
yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi
elektrolit dalam bentuk larutan atau lelehan atau bentuk liquid dan aqueous.
Sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi
sebagai elektrolit.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sutedjo,ay.2006.Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Amarah


books: yogyakarta
E.n. kosasih, a.s kosasih. (2004). Tafsiran hasil pemeriksaan laboratorium klinik. Karisma:
tangeerang selatan
Lefever,joyko kee. (2008). Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnosis . Egc:jakarta
http://id.m.wikipedia.org/wiki/elektrolit diakses tanggal 23 oktober 2016
http://www.maximalab.co.id/page-service/services?id=13 diakses tanggal 23 oktober 2016
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/160/jtptunimus-gdl-sutoronimg-7994-3-babii.pdf
diakses tanggal 23 oktober 2016

16

Anda mungkin juga menyukai