Anda di halaman 1dari 10

Makalah Endokrin, Elektrolit dan Gas Darah

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Nama Anggota:

1. Anisa Khairani
2. Ermalia
3. Geby Berutu
4. Qorina Syafitri
5. Rizky Mawaddah
6. Yusriyah Hartati Siregar

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

Politekkes Kemenkes Medan

2023
BAB I

A. Pengertian
1. Pengertian Cairan
Air merupakan unsur penting dalam makanan, namun merupakan zat
sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh tubuh tanpa perubahan
kimia. Air berpartisipasi dalam banyak perubahan metabolisme dalam tubuh
yang melibatkan protein, karbohidrat dan lemak selama pencernaan dan
dimetabolisme ketika digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
energi. Saat ini, masyarakat sering memperhatikan keseimbangan antara air,
garam dan elektrolit yang terbentuk dari garam dalam tubuh melalui
metabolisme. (Syaibaiah Siti 2002, 378).

Air dan unsur-unsur yang dikandungnya serta diperlukan untuk


kesehatan sel disebut cairan tubuh. Cairan ini sebagian terdapat di luar sel
(ekstraseluler) dan sebagian lagi berada di dalam sel (intraseluler).
Cairan tubuh meliputi :
1) Cairan intraseluler (di dalam sel) : 50% massa tubuh ditemukan di dalam
sel dan mengandung elektrolit, kalium fosfat, dan komponen makanan seperti
glukosa dan asam amino. Tugas enzim di dalam sel adalah terus memecah dan
membangun kembali dirinya sendiri, seperti dalam setiap proses metabolisme,
untuk menjaga keseimbangan air.
2) Cairan ekstraseluler atau cairan interstisial (di luar sel) :
Membentuk 30% dari 12 liter cairan tubuh, air merupakan media antar sel
hidup, sel penerima garam, makanan dan oksigen dan membuang limbah apa
pun ke dalam cairan ini.
3) Plasma : Berat badan (3 liter) merupakan sistem transportasi yang
menyediakan cairan ekstraseluler ke seluruh sel.

2. Definisi Elektrolit
Selain menyeimbangkan jumlah air dalam tubuh, cairan tubuh juga
harus memiliki komposisi yang tepat, misalnya cairan tubuh harus mengandung
elektrolit yang seimbang. Elektrolit ini adalah partikel kecil yang dipecah dari
berbagai molekul daram yang dilarutkan dalam air. Elektrolit disebut ion.
Elektrolit membawa muatan listrik dan terbagi menjadi dua jenis partikel
bermuatan negatif (anion) dan partikel bermuatan positif (kation). Jumlah ion
yang bermuatan negatif harus seimbang dengan jumlah ion yang bermuatan
positif. Ion utama yang bermuatan negatif adalah klorida (C), bikarbonat (HCO3-)
dan fosfat (PO4). Klorida dan bikarbonat terdapat dalam jumlah tertentu dalam
plasma dan cairan interstisial, sedangkan cairan intraseluler sebagian besar
mengandung fosfor. Ion bermuatan positif adalah natrium (Na+) dan kalium (K+),
serta sejumlah kecil karbonat (Ca+) dan magnesium (Mg). Natrium merupakan
ion positif utama dalam plasma dan cairan interstisial, sedangkan cairan
intraseluler terutama mengandung kalium (Syaibaiah Siti 2002™ 380-382).

B. Fungsi Cairan dan Elektrolit Dalam Tubuh


1. Fungsi Cairan
1) Air mempunyai dua fungsi utama dalam metabolisme tubuh, yaitu mengangkut zat-
zat gizi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral yang membawa oksigen ke sel-sel
tubuh.
2) Selain itu, air yang ada di dalam tubuh juga berperan dalam pembuangan sisa
metabolisme dan juga berperan dalam proses metabolisme seperti karbon dioksida
(CO) dan juga senyawa nitrat.
3) Sebagai pelembab jaringan tubuh seperti mata, mulut dan hidung, serta sebagai
pelumas cairan sendi tubuh. 02 ringkasan ilmu olahraga
4) Katalis untuk reaksi biologis sel
5) Melindungi organ dan jaringan tubuh, membantu menjaga tekanan darah dan
konsentrasi zat terlarut.
6) Selain itu juga berperan sebagai termostat untuk menjaga suhu tubuh dalam kondisi
ideal. Tinggi ±37°C.

2. Fungsi Elektrolit
1) Meningkatkan sirkulasi cairan antara ruang intraseluler dan ekstraseluler, terutama
dengan adanya natrium. Ketika jumlah natrium di CES meningkat, sebagian cairan
masuk ke CES untuk mencapai keseimbangan cairan.
2) Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah berkat sistem buffer.
3) Karena perbedaan komposisi elektrolit ECF dan CIS, terjadi konversi yang
menghasilkan impuls saraf dan menyebabkan kontraksi otot.
C. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. Keseimbangan Cairan
Dalam tubuh yang sehat, 60% berat badannya adalah air. Air terdapat dalam
dua komponen (cairan sitoseluler dan cairan ekstraseluler), dan cairan
ekstraseluler terbagi menjadi dua bagian, yaitu interstisial dan intravaskular. 2/3
cairan tubuh adalah intraseluler, 1/3 intraseluler (65% interstisial, 35%
intravena).
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
- Air bergerak cepat melalui membran sel karena osmolalitas cairan intrasel dan
ekstrasel hampir sama, kecuali beberapa menit setelah beberapa bagian berubah.
-Membran sel hampir kedap terhadap banyak zat terlarut karena jumlah
osmolalitas dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetap konstan kecuali zat
terlarut ditambahkan atau dikeluarkan dari kompartemen ekstraseluler. Dengan
kondisi ini, kita dapat menganalisis pengaruh berbagai kondisi cairan abnormal
terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan intraseluler.
(Syaifudin. 2013; 480-483).

2. Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit penting karena konsentrasi elektrolit total
mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit mempengaruhi
fungsi sel. Elektrolit berperan dalam menjaga keseimbangan cairan, mengatur
asam basa, memperlancar reaksi enzimatik dan transmisi reaksi neuromuskular.

1. Keseimbangan natrium (Na-) ialah kation terbanyak yang berperan dalam


keseimbangan cairan, transmisi implus saraf dan kontraksi otot. Ion natrium
yang diperoleh dari saluran pencernaan , makanan atau minuman masuk ke
cairan ekstraseluler melalui difusi. Ekskresi ion natrium melalui ginjal, saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan kulit. Konsentrasi ion di atur oleh ginjal.
Jika kadar natrium serum menurun, ginjal mengeluarkan cairan sehingga
menyebabkan kadar natrium meningkat . Sebaliknya jika konsentrasi
meningkat, natrium serum akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal
menahan air. Asupan natrium normal adalah 135 hingga 148 mEq/L.
2. Keseimbangan kalium (K). Pada cairan intraselulerterdapat 98% ion kallium,
hanya 2% di cairan ekstraseluler. Kallium dapat diperoleh melalui makanan
seperti daging, buah buahan, dan sayur sayuran. Pengaturan konsentrasi kalium
dipengaruhi oleh perubahan ion kallium dalam cairan ekstraseluler. Perubahan
pH dan hormon aldosteron. Kallium normal adalah 3,5 hingga 5,5 mEq/L.
3. Keseimbangan kalsium (Ca). Kalsium merupakan ion yang paling melimpah
di dalam tubuh, secara spesifik berikatan dengan fosfor untuk membentek
mineral yang diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi. Kalsium diperoleh
melalui penyerapan usus dan resorpsi tulang dan dikeluarkan oleh ginjal,
sebagian melalui keringat, dan di simpan di tulang. Kadar kalsium diatur oleh
hormon kalsitonin yang di produksi oleh kelenjar tiroid dan hormon paratiroid.
Jika kadar kalsium rebdah, hormon paratiroid dilepaskan , menyebabkan
peningkatan penyerapan kalsium ke dalam tulang . Ketika kadar kalsium
meningkat, hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat resorpsi tulang.
Asupan kalsium normal adalah 8,5 hingga 10,5 mg/dl..
4. Magnesium (Mg+). Magnesium ditemukan pada cairan intrasel dan tulang,
berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuskular, dan
fungsi jantung. Sumber magnesium di dapat dari makan seperti sayuran hijau,
daging dan ikan. Magnesium diabsorpsi dari usus halus,peningkatan absorpsi
dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5. Fosfor (PO-) merupakan anion utama cairan intrasel, cairan ekstrasel tulang,
otot rangka, dan jaringan saraf. Fosfor berperam dalam berbagai fungsi kimia,
terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan
karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam dan regulasi kadar
kalsium. Fosfor diabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan pada daging,
ikan dan susu. Fosfor disekresi dan direabsorpsi melalui ginjal.
6. Klorida (Cl) merupakan anion terpenting dalam cairan ekstraseluler. Klorida,
bersama dengan natrium, berperan dalam mengatur osmolaritas serum dan
volume darah. Regulasi asam basa, menyangga pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dalam sel darah merah. Klorida diekskresikan dan diserap kembali
bersama dengan natrium diginjal, dan hormon aldosteron mengatur klorida.
7. Bikarbonat (HCO5). Bikarbonat ditemukan dalam cairan intraseluler dan
ekstraseluler dan fungsi utamanya adalah mengatur kesimbangan asam basa.
Bikarbonat diekskresikan dan diserap melalui ginjal.(syafudin 2014;485-487).

D. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

1. Gangguan Keseimbangan Cairan

1.1 Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
kekurangan cairan ekstraselular (ECF) dan dapat terjadi karena
kehilangan cairan melalui kulit, ginjal, saluran cerna dan pendarahan
sehingga menyebabkan syok hipovelemik. Mekanisme kompensasi
penurunan volume darah adalah peningkatan saraf simpatis
(peningkatan denyut jantung, kontraktilitas jantung, dan tekanan darah)
sehingga menimbulkan tekanan pada jantung dan pembuluh darah, rasa
haus, serta pelepasan hormon ADH dan adosteron. Hipovelemia yang
berkepanjangan dapat menyebabkan gagal ginjal akut.

1.2 Hipervolemia
Hipervolemia adalah peningkatan/kelebihan jumlah cairan CES yang
terjadi saat:
1. Stimulasi ginjal kronis untuk menghemat naitrium dan air
2. Gagal ginjal, penurunan ekskresi natrium dan air
3. Mengelola cairan berlebihan
4. Transfee CIT ke plasma

2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

2.1 Hiponatremia
Keadaan Hiponatremia adalah saat konsentrasi natrium dalam plasma
<130 mEq/l. Jika kadar, 118 mg/l maka timbul gejala kejang dan koma.
Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsia,
psikogenik) hipovelemia dan hipovelemia.
2.2 Hipernatremia
Jika konsentrasi natrium >150 mg/l, muncul gejala seperti perubahan
kesehatan mental, lemas, kejang kejang, dan lesu. Hipernatremia dapat
disebabkan oleh dehidrasi, asupan air yang tidak mencukupi atau asupan
natrium yang berlebihan.

2.3 Hipokalemia
Nilai normal kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L.Disebut
hipokelemia apabila kasar kalium rendah <3,5 mEq/L. Hal ini disebabkan
karena redistribusi kalium akut dari cairan ekstraseluler ke cairan
intraseluler atau karena penipisan kronis kalium diseluruh tubuh. Tanda
dan gejala hipokelemia adalah lesu, otot melemah dan gangguan irama
jantung.
2.4 Hiperkalemia
Hiperkalemia terjadi saat kadar kalium >5 mEq/L akibat gagal ginjal
atau penggunaan obat yang membatasi ekskresi kalium. Tanda dan
gejalanya melibatkan sistem saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan
sistem kardiovaskular (aritmia, perubahan elektrokardiografi).
2.5 Hipokalsemia
90% kalsium terikat pada albumin, itulah sebabnya Hipokalsemia
sering terjadi pada pasien hipoalbuminea. Hipokalsemia terjadi
disebabkan oleh hipoparatiroidisme, defisiensi vitamin D kongenital dan
idiopatik, defisiensi 125(OH)2D3 pada gagal ginjal kronik dan
hiperfospatemia. Gejala Hipokalsemia antara lain kulit kering, tanda
chovstek, agitasi dan aritmia.

E. Faktor Resiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit dalam tubuh :


1. Tubuh kehilangan terlalu banyak air
a. Muntah
b. Diare
c. Sakit lambung (pengisapan lambung)
d. Drainase/bagian luka)fistula
e. Keringat
2. Kurangnya asupan cairan
a. Anoreksia
b. Mual
c. Tidak memiliki cairan
d. Depresi, kebingungan
3. Hasil Laboratorium
a. Peningkatan suhu
b. Peningkatan Hb
c. Peningkatan BUN
d. Peningkatan CVP
D. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:
1). Usia
Kebutuhan asupan cairan bervariasi seiring bertambahnya usia, karena usia
mempengaruhi luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Ketidakseimbangan cairan lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Pada lansia,
gangguan keseimbangan cairan seringkali disebabkan oleh gagal ginjal atau penyakit
jantung.
2). Iklim
Orang yang tinggal ditempat panas dan kelembapan rendah kehilangan lebih banyak
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
3). Diet
Nutrisi manusia mempengaruhi konsumsi cairan dan elektrolit, jika nutrisi tidak
mencukupi, tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga albumin serum dan
cadangan protein menurun, padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga menyebabkan pembengkakan
4). Stres
Stres dapat meningkatkan metabolisme sel, gula darah, dan pemecahan glikogen otot.
Mekanisme ini dapat meningkatkan retensi natrium dan air sehingga dalam jangka
panjang dapat meningkatkan volume darah.

 Tanda Klinis
1. Menurunkan berat badan
2. Mengurangi elastisitas kulit
3. Denyut nadi cepat dan lemah
4. Menurunkan tekanan darah
5. Hipotensi ortostatik
6. Mengurangi volume darah
7. Suara nafas jernih
8. Input lebih sedikit dibandingkan produksi
9. Penurunan keluaran urin (kurang dari 30ml/jam), dapat meningkat karena
tidak aktifnya mekanisme pengaturan.
10. Selaput lendir kering, sekresi air liur berkurang.

 Diagnosis
Berikut adalah beberapa tes untuk membantu mendiagnosis gangguan
elektrolit.
1. Tes darah untuk mengukur kadar elektrolit dan fungsi ginjal.
2. Periksa elastisitas kulit akibat dehidrasi.
3. Periksa refleks karena ketidakseimbangan elektrolit mempengaruhi refleks.
4. Elektrokardiogram (EKG) untuk memeriksa irama jantung.
5. Ingatlah bahwa jenis tes yang dilakukan ini bergantung pada gejala yang
anda alami dan jenis masalah elektrolit, seperti hiponatremia atau
hipokalemia.

 Pengobatan
1. Cairan infus
2. Pemberian obat melalui infus
3. Obat dan suplemen oral
4. Hemodialisis

 Cara Mengembalikan Elektrolit Tubuh


1. Minum air kelapa Air kelapa merupakan sumber elektrolit yang baik.
2. Makan makanan yang mengandung elektrolit, seperti alpukat.
3. Segelas susu : dapat membantu menggantikan elektrolit yang hilang. 100
ml susu mengandung hampir 200 mg kalsium dan 281 mg potassium.
4. Makan makanan asin: Ahli gizi Paul Kriegle menganjurkan makan
makanan asin setelah makan makanan manis.
5. Mengonsumsi buah-buahan yang mengandung air bisa menghilangkan
dahaga setelah berolahraga. Beberapa jenis buah yang direkomendasikan
adalah lemon, jeruk, semangka, nanas, dan delima.
6. Ayam; Mengonsumsi daging putih dan produk unggas seperti ayam
umumnya dapat memberikan tubuh elektrolit seperti potasium dan
Sodium.

DAFTAR PUSTAKA

TAMSURI, A. (2004). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit. jakarta : Penerbit
buku kedokteran .
Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku
AjarIlmuAnestesia dan Reanimasi.Jakarta:Indeks; 2010. 6(5) : h.272–98.
Syaibariah Siti (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat E/10. Jakarta penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk keperawatan
dan kebidanan. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai