Anda di halaman 1dari 124

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar dan selsel nya pun hidup dalam lingkungan luar yang berupa darah dan cairan tubuh
lainnya.Cairan dalam tubuh,termasuk darah meliputi lebih kurang 60% dari tota
makanan berat badan laki-laki dewasa.Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan
dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,berkembang biak dan menjalankan
tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh
lingkungan disekitarnya.Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan
tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi yang ada di
lingkungan luar.
Pengaturan

keseimbangan

cairan

perlu

memperhatikan

dua

patameter

penting,yaitu volume cairan eksternal dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal


mengontrol volume cairan ektrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam
dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan.Ginjal memepertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam basa
dengan mengatur keluaran ion hydrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai
kebutuhan.Selain ginjal yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah
paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen dan Co2 dan sistem buffer kimia
dalam cairan tubuh.

BERFIKIR KRITIS

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara menerapkan kemampuan berpikir kritis dalam masalah


pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh?
C. Tujuan

1.

Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menerapkan konsep kemampuan


berpikir kritis dalam menganalisa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh
2.

Tujuan Khusus

a.

Mahasiswa mampu mengembangkan proses berpikir kritis dengan


pendekatan teori anatomi fisiologi cairan tubuh untuk menganalisa
kasus/masalah pasien dalam hal gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit yang disebabkan oleh Ca Bully.

b.

Mahasiswa mampu mengembangkan proses berpikir kritis dengan


pendekatan

teori

Kebutuhan

Dasar

Manusia

untuk

menganalisa

kasus/masalah pasien dalam hal gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan


elektrolit yang disebabkan oleh Ca Bully
c.

Mahasiswa mampu mengembangkan proses berpikir kritis dengan


pendekatan teori Asuhan Keperawatan untuk menganalisa kasus/masalah
pasien dalam hal gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit yang
disebabkan oleh Ca Bully

d.

Mahasiswa mampu mengembangkan proses berpikir kritis dengan


pendekatan teori kasus Ca.Bully untuk menganalisa kasus/masalah pasien
dalam hal gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

BERFIKIR KRITIS

BAB II
Pembahasan
A. Anatomi Fisiologi Cairan & Elektrolit

1. Pengertian Cairan & Elektrolit


Cairan tubuh adalah suspensi di dalam yang memiliki fungsi tertentu. Cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan.

BERFIKIR KRITIS

Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam


dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%60% cairan.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ion yang bermuatan negatif
disebut anion dan ion yang bermuatan positiv disebut kation. Ion anion terdiri
dari Cl, HCO3, SO4, dan HPO4 sedangkan ion kation terdiri dari Na, K, Ca, Mg.
Elektrolit yang paling banyak terdapat didalam tubuh yaitu Na, K, Cl, Mg, S, P.
a.

Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta
sangat berperan dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan atau
minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi.
Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan
kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika
konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan
sehingga konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi
peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan
ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt.

b.

Kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium
98% berada pada cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel.
Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti daging, buah-buahan dan
sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.

c.

Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama
berikatan dengan fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan

BERFIKIR KRITIS

gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan


melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam tulang.
Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang
dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium
rendah maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan
reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium
maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi tulang.
Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
d.

Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang,
berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan
fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan seperti sayuran hijau,
daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan
absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.

e.

Fosfor (PO4-)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan
ekstrasel, tulang, otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan
dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi otot, sel darah merah,
metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi,
regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus
dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan
reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon
paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium
meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah
normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.

f.

Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan
dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium,

BERFIKIR KRITIS

regulasi asam basa, berperan dalam buffer pertukaran oksigen dan


karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi bersama
natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida
yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
g.

Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel
dengan fungsi utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan
direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam
karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal sekitar 2529mEq/Lt.
Jumlah normal air yang terdapat didalam tubuh manusia adalah sebagai

berikut :
a.

Bayi baru lahir :75% berat badan

b.

Dewasa :
1) Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 - 55% Berat Badan
2) Pria dewasa (20-40 tahun): 55 - 60% Berat Badan
3) Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

BERFIKIR KRITIS

2. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan
cairan sama dengan cairan yang dikeluarkan. Keseimbangan cairan terbagi
menjadi intake dan output.
1) Intake Cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang
dewasa minum antara 1300-1500 ml perhari, sedangkan kebutuhan
cairan tubuh sekitar 2600ml, sehingga kekuarangan 1100-1300 ml.
kekurangan cairan tersebut diperoleh dari pencernaan makanan sayursayuran mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan daging 60% air.
Kekurangan cairan dapt diperoleh dari makanan dan oksidasi selama
proses pencernaan makan
Intake cairan meliputi :
Minum
Pencernaan makanan
Oksidasi metabolik
Jumlah

1300 ml
1000 ml
300 ml
2600 ml

2) Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 (empat) rute yaitu:
a) Urine
Dalam kondisi normaloutput urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. (pada orang dewasa). Pada
orang yang sehat kemungkinan produksi urin bervariasi setiap
harinya, bila aktifitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urin menurun.
b) Keringat

BERFIKIR KRITIS

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang


panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis padakulit.besarnya
tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500 ml.
c) Insensible water loss (IWL)
Pengeluaran melalui kulit dan paru-paru / pernapasan.
Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. Keadaan demam dan aktivitas
meningkatkan

metabolisme

dan

produksi

panas,

sehingga

meningkatkan produksi cairan pada kulit dan pernapasan.


3. Fungsi
a.

Pelarut universal
1) Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
2) Berperan dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
3) Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
4) Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi
lain

b. Pengaturan suhu tubuh


1) Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
2) Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise
c.

Pelicin
1) Mengurangi gesekan (sebagai pelumas)

d. Reaksi - reaksi kimia

BERFIKIR KRITIS

1) Pemecah karbohidrat
2) Pemecah protein
e.

Pelindung
1) Cairan cerebro-spinal, cairan amniotic

4. Komposisi Cairan Tubuh


Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu cairan Intraseluler (CIS)
dan cairan Ekstraseluler (CES).
a.

Cairan Intaseluler
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh
tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia.
Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.
Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion
terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-

b. Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya
sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan
ekstrasel berperan dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel
dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian dikeluluarkan dari
tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran
mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
Cairan ekstrasel terdiri dari:
1) Cairan Interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel
misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan

BERFIKIR KRITIS

ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2


kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2) Cairan Intravaskular
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam
pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan
ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk
mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat
diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah
terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari
komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3) Cairan Transeluluar
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang
khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air
mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%3%.Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak
Na+,sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl- ,
HCO3-, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.
Human Body :
a) Tissue (40%)
b) Fluid (60%)
c) Intraselular (40%)
d) Ekstraselular (20%)
(1) Interstisial (10-15%)
(2) Intravaskuler (5%)
(3) Transelular (1-3%)

BERFIKIR KRITIS

10

5.

Tra

nspo

rt

Cairan Dalam Tubuh


a.

Macaam - Macam Transpor Cairan


1) Difusi

BERFIKIR KRITIS

11

Gerakan partikel dari larutan maupun gas secara acak dari area
dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Proses
difusi terjadi ketika partikel melewati lapisan yang tipis. Kecepatan
difusi ditentukan oleh ukuran molekul,konsentrasi larutan dan suhu
larutan. Semakin besar molekul kecepatannya berkurang. Meningkatnya
temperature akan meningkatkan pergerakan molekul dan mempercepat
difusi.
2) Osmosis
Gerakan air yang melewati membran semipermeabel dari area yang
berkonsentrasi rendah ke area dengan berkonsentrasi tinggi. Pergerakan
cairan dalam proses osmosis tidak terlepas adanya tekanan osmotik dan
tekanan onkotik. Proses osmotic tidak terlepas dari adanya osmolaritas
cairan dan tonisitas.
3) Transpor Aktif
Perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari konsentrasi
rendah ke daerah dengan konsentrasi tinggi dengan menggunakan
energi. Proses ini sangat penting dalam keseimbangan cairan intrasel
dan ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan potassium.
Untuk mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme
pompa sodium-potasium,dimana potassium akan masuk dalam sel dan
sodium keluar sel.
4) Filtrasi
Gerakan cairan dari area yang mepunyai tekanan hidrostatik tinggi
ke area yang bertekanan hidrostatik rendah.

BERFIKIR KRITIS

12

b. Tekanan Cairan Tubuh

Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler


menimbulkan tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik
atau osmotik koloid.
1) Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena volume
cairan dalam pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh.
2) Tekanan osmotik merupakan tekanan yang disebabkan karena plasma
protein.
Perbedaan tekanan kedua tersebut mengakibatkan pergerakan cairan.
Misalnya terjadinya filtrasi pada ujung arteri, tekanan hidrostatik lebih besar

BERFIKIR KRITIS

13

dari tekanan onkotik sehingga cairan dalam vaskuler akan keluar menuju
interstisial. Sedangkan pada ujung vena pada kapiler, tekanan onkotik lebih
besar sehingga cairan dapat masuk dari ruang interstisial ke vaskuler. Pada
keadaan tertentu, dimana serum protein rendah, tekanan onkotik menjadi
rendah atau kurang maka cairan akan di absorpsi ke ruang vaskuler.
c.

Jenis Konsentrasi
1) Isotonik
Isotonik adalah larutan yang mempunyai osmolaritas sama
efektifnya dengan cairan tubuh.
2) Hipertonik
Hipertonik adalah larutan yang mempunyai osmolaritas efektif
lebih besar dari cairan tubuh.
3) Hipotonik
Hipotonik adalah larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih
kecil dari cairan tubuh, mengandung lebih sedikit natrium dan klorida
daripada di plasma.

6. Pengaturan Keseimbangan Cairan


a.

Pengaruh Hormonal
Ada 3 jenis hormon yang berperan dalam keseimbangan cairan yaitu
Antidiuretik Hormon (ADH), Aldoseteron, dan Parathormon
1) ADH
ADH dihasilkan hipotalamus yang kemudian disimpan pada
hipofisis posterior. ADH disekresi ketika terjadi peningkatan serum
protein, peningkatan osmolaritas, menurunnya volume CES, latihan /
aktivitas yang lama, stress emosional, trauma. Meningkatkan ADH

BERFIKIR KRITIS

14

berpengaruh pada peningkatan reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal.


Reaksi mekanisme haus dan hormonal merupakan reaksi cepat jika
terjadi deficit cairan. Faktor yang menghambat produksi ADH adalah
hipoosmolaritas, meningkatnya volume darah, terpapar dingin, inhalasi
CO2 dan pemberian antidiuretik.
2) Aldosteron
Hormon ini dihasilkan oleh korteks adrenal dengan fungsinya
meningkatkan reabsorpsi sodium dan meningkatkan sekresi dari ginjal.
Sekresi aldosteron distimulasi yang utama oleh sistem renin-angotensin
I. angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi angiotensin II. Sekresi
aldosteron juga distimulasi oleh peningkatan potasium dan penurunan
konsentrasi sodium dalam cairan interstisial dan adrenocortikotropik
hormon (ACTH) yang diproduksi oleh pituitary anterior. Ketika menjadi
hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri menurun, tekanan darah
arteri pada ginjal juga menurun, keadaan ini menyebabkan tegangan
otot arteri afferent ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin
menstimulasi aldostreon yang berefek pada retensi sodium, sehingga
cairan tidak banyak keluar melaui ginjal.
3) Parathormon
Diproduksi kelenjar Paratyroid.
Melancarkan absorbsi Ca. dari intestinal.
Melancarkan pelepasan Ca. Dari tulang.
Meningkatkan ektresi ion-ion posfat oleh ginjal
b. Rasa Haus
Pusat rasa haus berada pada hypotalamus dan diaktifkan oleh
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel. Dapat juga disebabkan karena
hopotensi, poliuri atau penurunan volume cairan. Rasa haus merupakan

BERFIKIR KRITIS

15

manifestatsi klinik dari ketidakseimbangan cairan, sehingga merangsang


individu untuk haus.

B. Kebutuhan Dasar Manusia Cairan & Elektrolit


1.

Faktor Yang Mempengaruhi

BERFIKIR KRITIS

16

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit


tubuh antara lain :
a.

Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. aInfant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.

b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari
c.

Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.

d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. Misalnya :

BERFIKIR KRITIS

17

1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui


IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
e.

Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

f.

Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh
pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

g.

Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.

2.

Gangguan Atau Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan Tubuh


a.

Hipovolume atau Dehidrasi


Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan
cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan
cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi
akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar

BERFIKIR KRITIS

18

sel. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi,
yaitu:
1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan
elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih
banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan
elektrolitnya daripada air.
Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume
ekstrasel berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi
perpindahan cairan daerah entrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya
sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, maka
kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan
terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi
(kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
1) Dehidrasi berat
2) Pengeluaran / kehilangan cairan 4-6 L
3) Serum natrium 159-166 mEq/Lt
4) Hipotensi
5) Turgor kulit buruk
6) Oliguria
7) Nadi dan pernapasan meningkat
8) Kehilangan cairan mencapai > 10%BB
9) Dehidrasi sedang

BERFIKIR KRITIS

19

a) Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10%BB


b) Serum natrium 152-158mEq/Lt
c) Mata cekung

10) Dehidrasi ringan


a) Kehilangan cairan mencapai 5%BB
b) Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 Lt
b. Hipervolume atau Overhidrasi
Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan
yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan
pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air,
tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan. Keadaan hiperolume
dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada di daerah
perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal
ini disebabkan karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan.
Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain
dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda
kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang
menyebabkan engumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan
menekan cairan kepermukaan interstisial, sehingga menyebabkan edema
anasarka (edema yang terdapat di seluruh tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah
cairan hingga ke membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema
paru-paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-paru
adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan suara ronkhi. Keadaan
edema ini disebabkan oleh gagal jantungyang mengakibatkan peningkatan

BERFIKIR KRITIS

20

penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan


paru-paru.
c.

Proses Pembentukan Edema


Edema adalah kelebihan cairan dalam ruang intertisial yang terlokalisir.
Edema terjadi karena :
1) Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume
darah. Peningkatan tekanan hidrostatik mengakibatkan pergerakan
cairan ke jaringan sehinga tejadi penumpukan cairan edema. Disamping
itu peningkatan tekanan hidrostatik juga berakibat meningkatnya
resistensi vaskuler ferifer yang kemudian meningkatkan tekanan
ventrikel kiri jantung sehingga berakibat pada adanya edema pada paru.
Keadaan yang dapat menimbulkan edema karena peningkatan tekanan
hisdostatik gagal jantung,obstruksi vena pada ibu hamil.
2) Peningkatan permeabilitas kapiler seperti pada luka bakar dan infeksi.
Keadaan ini memungkinkan cairan intravaskuler akan bergerak ke
intertisial.
3) Penurunan tekanan plasma onkotik karena kadar protein plasma rendah
seperti karena malnutrisi,penyakit ginjal,penyakit hati. Protein plasma
berfungsi

menahan

cairan

atau

volume

cairan

vascular

atau

intrasel,sehingga jika tejadi penurunan maka cairan banyak keluar,ke


vaskuler atau keluar sel.
4) Bendungan aliran limfe mengakibatkan aliran terhambat,sehinnga
cairan masuk kembali ke kompartemen vaskuler.
5) Gagal ginjal dimana pembuangan air yang tidak adekuat menimbulkan
penumpukan cairan dan reabsorpsi natrium yang berlebihan mengakibat
air bertahan pada intertisial.
Edema karena Gangguan perpindahan cairan intertisial :

BERFIKIR KRITIS

21

Permiabelitas kapiller meningkat ---> luka bakar, alergi.

Tekanan hidrostatik kapiler meningkat ---> hipervolemia, obstruksi


sirkulasi vena.

Edema Pitting adalah edema yg meninggalkan sedikit depresi atau


cekungan setelah dilakukan penekanan pada area bengkak, umumnya oleh
gangguan Natrium. Pada Non Pitting karena retensi cairan.
Edema Anasarka : Penumpukan cairan diseluruh jaringan tubuh.
Bila diparu sesak napas --> kematian. Manifestasi edema paru : sputum
banyak, batuk2, napas sesak berbunyi. Penyebab edema anasarka karena
obstruksi limpatik, permiabelitas kapiler yg meningkat, tekanan hidrostatis,
berkurangnya protein dalam plasma.
3.

Penatalaksanaan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Penatalaksanaan terapi intravena
Pada kondisi,pemberian cairan intravena diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.Langkah ini efektif untuk memenuhi
kebutuhan cairan ekstrasel secara langsung.Secara umum tujuan terapi intravena
adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan pada kliean yang tidak mampu
mengonsumsi cairan oral secara adekuat,menambah asupan elektrolit untuk
menjaga keseimbangan elektrolit,menyediakan glukosa untuk kebutuhan energy
dalam proses metabolisme,memenuhi kebutuhan vitamin larut air,serta menjadi
media untuk pemberian obat melalui vena.Lebih khusus terapi intravena
diberikan kepada yang mengalami syok,intoksikasi berat,pasien pra dan pasca
bedah,atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
Cairan Intravena
Jenis cairan intravena yang bisa digunakan antara lain:

BERFIKIR KRITIS

22

a.

Larutan nutrient,larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (missal


dekstrosa dan glukosa) dan air.Larutan nutrient yang umum digunakan
adalah 5% dekstrosa dalam air (D5W), 3.3% glukosa dalam 0,3% NaCl dan
5% glukosa dalam 0,45% NaCl.Setiap 1 liter cairan dextrose 5%
mengandung asam amino (amigen,anunosol,travamin) atau lemak (lypomul
dan lyposyn)

b.

Larutan

elektrolit,Larutan

elektrolit

meliputi

larutan

saline,baik

isotonic,hipotonik maupun hipertonik.Jenis larutan elektrolit yang paling


banyak digunakan adalah normal saline (isotonic) yaitu NaCl 0,9%.Contoh
larutan elektrolit lainnya adalah ringer laktat (Na+,K+,Cl,Ca+) dan cairan
butler (Na+,K+,Mg+,Cl,HCO).
c.

Cairan asam basa. Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah
natrium laktat dan natrium bikarbonat.Laktat merupakan sejenis garam yang
dapat mengikat ion H+ dari cairan sehingga mengurangi keasaman
lingkungan.

d.

Volume ekspander. Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume


pembuluh darah atau plasma,misalnya pada kasus hemoragi atau bustio
berat.Volume ekspander yang umum digunakan antara lain dekstran,plasma
dan albumin serum.Cra kerjanya adalah dengan meningkatkan tekanan
osmotic darah.

Infus Intravena
Penentuan area infus, secara umum penginfusan dapat dilakukan padavena
lengan (vena sefalika,basilica dan mediana kubiti),vena tungkai (vena
safena),atau vena didaerah kepala (vena temporalis frontalis).Pada individu
dewasa,infus

biasanya

dipasang

didaerah

lengan

atas,tangan

dan

kaki.Seadangkan pada bayi infus dipasang pada daerah kepala .Untuk


penginfusan jangka panjang,pembuluh darah yang sebaiknya digunakan pertama
kali dalah pembuluh darah distal.Ini dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan
saat melakukan penusukan vena.Jika pembuluh darah rusak akibat penusukan

BERFIKIR KRITIS

23

pertama,pembuluh darah proksimal

dapat digunakan untuk penusukan

berikutnya.akan tetapi jika pembuluh darah proksimal telah rusak,penusukan


tidak bisa dialihkan ke pembuluh darah distal.
Prosedur Pemasangan Infus
Saat melakukan pemasangan infus,perawat harus selalu memperhatikan
prinsip steril.Hal ini penting mengingat prosedur tersebut berkaitan langsung
dengan cairan tubuh.Sebelum memulai infus,beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain jenis dan jumlah cairan yang akan diinfuskan,dosis obat
yang akan ditambahkan kedalam larutan yang kompatibel,dan kecepatan infus
atau waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan infus.Secara umum prosedur
pemasangan infus dapat diuraikan sebagai berikut:
a.

Siapkan peralatan yang diperlukan dan bawa ke klien.Perlatan tersebut


meliputi:
1) Standar infus
2) Set infus
3) Cairan infus
4) Kapas alkohol,kassa steril dan betadine
5) Perlengkapan (perlak,torniket,plester,gunting)
6) Sarung tangan bersih

b.

Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien

c.

Cuci tangan

d.

Siapkan cairan infus dan set infus; pertahankan teknik aseptic ketika
membuka cairan dan set infus

e.

Hubungkan cairan ke set infs dengan menusukkan ujung selang pada


bagian karet botol infus

BERFIKIR KRITIS

24

f.

Isi cairan kedalam botol infus dengan menekan ruang tetesan sampai terisi
sebagian dan buka klem selang sampai cairan memenuhi selang infus dan
udara didlam selang keluar

g.

Letakkan pengalas dibawah area (vena) yang akan dipasang infus

h.

Bendung vena dengan memasang torniket 10-12 cm diatas area penusukan


dan anjurkan klien untuk menggenggam (bila sadar)

i.

Kenakan sarung tangan bersih

j.

Bersihkan are penusukan dengan kapas alkohol 70% memutar dari dalam
keluar

k.

Lakukan penusukan vena dengan meletakkan ibu jari dibawah vena dan
posisi jarum mengarah keatas.

l.

Perhatikan keluarnya darah melalui jarum,apabila terlihat ada darah dalam


jarum,tarik keluar bagian dalam jarum sambil menyusupkan bagian
luarnya lebih jauh kedalam vena

m. Setelah jarum bagian dalam diepaskan,tekan bagian atas vena dengan


menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar,selanjutnya hubungkan
abocath ke selang infus secara cermat dan tepat
n.

Lepaskan torniket dan lemaskan kepalan tangan klien,buka klem dan atur
kecepatan sesuai instruksi yang diberikan.

o.

Periksa daerah sekitar tempat penusukan untuk melihat adanya tanda-tanda


infiltrasi

p.

Bila tidak ada tanda-tanda infiltras,tutupi area penusukan dengan kassa


steril dan fiksasikan dengan plester

q.

Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta ukuran jarum

r.

Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

BERFIKIR KRITIS

25

s.

Catat jenis cairan,lokasi infus,kecepatan aliran dan jenis jarum infus yang
digunakan

Pengaturan tetesan infus


Tetesan infus diatur sesuai program pengobatan,tidak boleh terlalu cepat
atau terlalu lambat. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah
tetesan, yakni:
Jumlah millimeter/jam.Jumlah tetesan dihitung dengan membandingkan volume
cairan yang harus diberikan (ml) dengan lamanya pemberian (jam).
Contoh: 3000 ml cairan RL harus diberikan dalam waktu 24 jam,dengan
demikian:
Jumlah tetesan = Error: Reference source not found = 125 ml Tetesan/menit
Jumlah tetesan dihitung dengan mengalihkan jumlah cairan yang dibutuhkan
(ml) dengan factor tetes,kemudian membaginya dengan lama pemberian
(menit).Faktor tetes ditentukan berdasarkan alat yang digunakan:
Rumus pemberian cairan:
Tetes = Error: Reference source not found
Pedoman:
Faktor tetes makro : 20 tetes
Faktor tetes mikro : 60 tetes
1 kolf

: 500 ml

Contoh:
Seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terus menerus.
Dari

pengkajian

ditemukan

tanda-tanda

dehidrasi

BERFIKIR KRITIS

sedang.

Berdasakan
26

pemeriksaan,klien

harus

mendapatkan

terapi

cairan

intravena.

Dokter

menginstruksikan pemberian 3 kolf RL dalam 24 jam. Dengan demikian,jumlah


tetesan infus/menit untuk klien tersebut adalah:
Tetes/menit Error: Reference source not found
= Error: Reference source not found
= 20,8 tetes/menit
= 21 tetes/menit
Implikasi Keperawatan
Selama terapi intravena,perawat harus:
a.

Mempertahankan kepatenan infus intravena

b.

Memenuhi kebutuhan rasa nyaman klien dalam melakukan aktivitas seharihari dengan memenuhi kebutuhan personal hygiene dan membantu
mobilisasi (misal turun dari tempat tidur,berjalan,makan,minum dll)

c.

Melakukan observasi terhadap komplikasi yang mungkin muncul,seperti:


1) Infiltrasi,yaitu masuknya cairan kedalam jaringan subkutan yang
ditandai dengan bengkak,dingin,nyeri dan terhambatnya tetesan infus.
2) Plebitis,yaitu trauma mekanik atau iritasi kimiawi pada vena yang
ditandai dengan nyeri,panas dan kemerahan pada vena tempat
pemasangan infus
3) Kelebihan cairan askibat tetesan infus yang terlalu cepat,yang ditandai
dengan perasaan kedinginan,adanya cairan pada paru yang teramati
pada foto thoraks dan lain-lain.
d.

Mengatur tetesan infus secara tepat,hal-hal yang harus diperhatikan


perawat antara lain:

BERFIKIR KRITIS

27

1) Tetesan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan maslah pada fungsi


paru dan jantung
2) Tetesan yang terlalu lambat dapat menyebabkan asupan cairan dan
elektrolit yang adekuat
e.

Mengganti botol infus,penggantian dilakukan apabila cairan sudah berada


dileher botol dan tetesan tetap berjalan,sebaiknya prosedur ini dilakukan
dalam 24 jam untuk mencegah phlebitis dan pembentukan thrombus.Secara
umum prosedur penggantian botol infus adalah sebagai berikut:
1) Siapkan baru yang akan digunakan
2) Klem selang infus agar tidak terjadi pemghentian tetesan infus atau
pembuntuan darah
3) Tarik jarum dari botol lama dan segera tusukkan pada botol baru
yang sebelumnya sudah di desinfektan dengan kapas alkohol 70%
4) Gantungkan botol kembali
5) Buka klem dan hitung kembali tetesan dengan benar
6) Pasang label
7) Catat tindakan yang dilakukan pada lembar observasi atau prosedur
tindakan

f.

Mengganti selang infus

g.

Menghentikan terapi intravena

C. Tinjauan Teori Penyakit Ca Buli


1.

Definisi

BERFIKIR KRITIS

28

Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu


kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau
tumor pada kandung kemih.
Kanker

buli-buli

adalah yang

mengenai

organ

buli-buli

(kandung

kemih).Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang
berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung
kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah terus.
2.

Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi
penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko,
yaitu :
a.

Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan


pertambahan usia.

b.

Merokok,merupakan faktor resiko utama.

c.

Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan bahan karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet,
kimia, kulit.

d.

Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.

e.

Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia. Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.

f.

Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita


kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker
ini.

BERFIKIR KRITIS

29

3.

Patofisiologi
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan
angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang
semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal
bebas menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya
masuk ke ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin
terus menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA
& RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel
somatik

menyebabkan

pengaktifan

oonkogen

pendorong

pertumbuhan,

perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen


supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA
berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.

BERFIKIR KRITIS

30

Pathways
Pekerjaan

Perokok

Kopi

Ca. Buli

Metastase
Infasi pada Bledder

Ulcerasi

Oklusi Ureter

ISK

Refluks

MasalahKeperawatan
Keperawatan
Masalah

Hydronefrotik

Retensio Urine

Masalah Keperawatan
Nyeri

Inflamasi Mukosa

Mekanisme petahanan Tubuh

Saluran Kemih

Histamine
Permetabilitas membran

Menampung urin

Hiperaktivitas otot

Mikroorganisme menetap di

Frekuensi berkemih
biak

destrusor

saluran kemih dan berkembang

Urgensi

mangiritasi saluran

Inkontenensia urine

kemih

Gangguan
eliminasi urine

Kurang pengetahuan

MK. resiko infeksi

BERFIKIR KRITIS

31

Kecenderungan kurang
Minum
Edema
Kekurangan volume
cairan

Edema
Distensi lokal jaringan
Nyeri Akut

4.

Manifestasi Klinik
Gejalanya bisa berupa:
a.

Hematuria (adanya darah dalam kencing).

b.

Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemih.

c.

Desakan untuk berkemih.

d.

Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing.

e.

Badan terasa panas dan lemah.

f.

Nyeri pinggang karena tekanan saraf.

g.

Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.

h.

Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih
(sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai
suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak
menghilang.

5.

Pemeriksaan Diagnostik
a.

Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini,
namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker.
Lavase kandung kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari
urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi

BERFIKIR KRITIS

32

traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada
daerah yang dicurigai.
b.

Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.

c.

Sistografi

atau urografi

intravena bisa

menunjukkan

adanya

ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih.


d.

USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam kandung
kemih.

e.

Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan


mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.

f.
6.

Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.

Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang
didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat
invasi local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut
(apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik,
mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk
terapinya.
a.

Reseksi transuretra atau vulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada


papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna).Penatalaksanaan kanker
kandung kemih superficial merupakan suatu pantangan karena biasanya
mudah

terjadi

abnormalitas

kemih.Keseluruhan

lapisan

yang
dinding

meluas
saluran

pada
kemih

mukosa

kandung

atau

urotelium

menghadapi resiko mengingat perubahan karsinoma mukosa bukan hanya


ditemukan dalam mukos kandung kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis
renal, ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius,
kurang lebih 25 persen hingga 40 persen tumor superficial akan kambuh
kembali sesudah dilakukan vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita

BERFIKIR KRITIS

33

piloma benigna harus menjalani tindak lanjut dengan pemeriksaan sitologi


dan sistoskopi secara berkala sepanjang hidupnya karena kelainan
malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini.
b.

Kemoterapi dengan

menggunakan

kombinasi

metotreksat,

vinblastin,

doxorubisin (adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk


menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada
sebagian pasien. Kemoterapi intra vena dapat dapat dilakukan bersama
dengan terapi radiasi.
c.

Kemoterapi

topical

(kemoterapi

intravesikal

atau

terapi

dengan

memasukkan larutan obat anti neoplastik kedalam kandung kemih yang


membuat obat tersebut mengenai dinding kandung kemih) dapat
dipertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang tinggi, jika terdapat
kanker in situ atau jika resksi tumor tidak tuntas.Kemoterapi topical adalah
pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin,
mitomisin, ethoglusid dan Bacilus Calmette Guerin atau BCG) untuk
meningkatkan penghancuran jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai
preparat intravesikal yang paling efektif untuk kanker kandung kemih yang
kambuhan karena preparat ini akan menggalakkan respon imun tubuh
terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur
pemasukan (instilasi) obat dilaksanakan, tetapi kandung kemih terisi penuh,
pasien harus menahan larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam
sebelum mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada akhir prosedur,
pasien dianjurkan untuk buang air kecil dan meminum cairan sekehendak
hati untuk membilas preparat tersebut dari kandung kemih.
d.

Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi


mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan
timbulnya

kanker

tersebut

didaerah

sekitarnya

atau

kemungkinan

penyebaran sel-sel kanker lewat sirkulasi darah atau system infatik dapat
dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan atau dilakukan

BERFIKIR KRITIS

34

untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak dapat
dioperasi.
e.

Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi


radikal dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau
multifocal.Sistektomi radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung
kemih,

prostat

serta

vesikulus

seminalis

dan

jaringan

vesikal

disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan kandung


kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior
dan uretra.Operasi ini dapat mencakup pula limfadenektomis (pengangkatan
nodus limfatikus).Pengangkatan kandung kemih memerlukan prosedur
difersi urin (mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ketempat keluar
yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewata pembedahan
pada kulit (stoma).
f.

Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk
terhadap kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid sudah
digunakan dengan berbagai takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya
merupakan kombinasi yang paling efektif.

g.

Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat
sitotoksik melalui suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa
tercapai konsentrasi preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek
toksik sistemik yang lebih kecil. Untuk kanker kandung kemih yang lebih
lanjut atau untuk pasien hematuria yang membandel (setelah terapi radiasi),
sebuah balon besar berisi air yang ditempatkan dalam kandung kemih akan
membuat nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah kedinding
kandung

kemih

(terapi

hidrostatik).

Terapi

instilasi

dengan

cara

memasukkan larutan formali, fenol atau perak nitrat dapat meredahkan


gejala hematuria dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan nyeri)
pada sebagian pasien.
D. Teori ASKEP Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan & Elektrolit

BERFIKIR KRITIS

35

1.

Pengkajian
Pengkajian
keperawatan,

keperawatan
pengukuran

difokuskan

klinis,

pada

pemeriksaan

hal-hal
fisik,

seperti
dan

riwayat

pemeriksaan

laboratorium.

a.

Riwayat Keperawatan
Pengkajian keperawatan penting untuk mengetahui klien yang beresiko
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengkajian
tersebut meliputi :
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan parental), haluran cairan.
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Proses penyakkit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan
elektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial)
6) Fokus psikologis (perilaku emosional)
Sedangkan menurut Metheny (1991), ada enam hal perlu ditanyakan
untuk menilai status cairan dan elektrolit pasien, yaitu :
1) Apakah saat ini ada penyakit atau cedera yang dapat mengacaukan
keseimbangan cairan dan elektrolit?

BERFIKIR KRITIS

36

2) Apakah pasien mendapat terapi cairan parental parental atau pengobatan


lain yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit? Jika
ya, bagaimana pengobatan itu bisa mengacaukan keseimbangan cairan?
3) Apakah ada pengeluaran cairan tubuh yang abnormal? Jika ya,
darimana?

Apa tipe ketidak seimbangan yang biasanya menyertai

pengeluaran cairan itu?


4) Apakah ada pembatasan diet (mis, diet rendah garam)? Jika ya,
bagaimana hal itu bisa memengaruhi keseimbangan cairan?
5) Apakah pasien menerima air dan zat gizi lain melalui oral atau rute lain
dalam jumlah yang cukup? Jika tidak, sudah berapa lama pasien
menerima asupan yang tidak adekuat tersebut?
6) Bagaimana perbandingan antara asupan cairan total dengan haluran
cairan totalnya?
b. Pengukuran Klinis
Pengukuran klinis sederhana yang dapat perawat lakukan tanpa
instruksi dari dokter adalah pengukuran tanda-tanda vital, penimbangan
berat badan, serta pengukuran asupan dan haluaran cairan.
1) Berat badan. Pengukuran berat badan dilakukan disaat yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama. Peningkatan atau
penurunan 1 kg berat badan setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan.
2) Tanda-tanda vital. Perubahan tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan,
dan tekanan darah serta tingkat kesadaran) bisa menandakan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Asupan cairan. Asupan cairan meliputicairan oral (NGT dan oral),
cairan parenteral (obat-obat intravena), makanan yang mengandung air,
irigasi kateter.

BERFIKIR KRITIS

37

4) Haluaran caiaran. Haluaran cairan meliputi urine (volume,kepekatan),


feses (jumlah, konsistensi), drainase, dan IWL.
5) Status hidrasi. Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang
berlebihan, kekeringan pada membran mukosa.
6) Proses

penyakit.

Kondisi

penyakit

yang

dapat

mengganggu

keseimbangan cairan dan elektrolit (mis., diabetes melitus, kanker, luka


bakar, hematemesis, dll)
7) Riwayat pengobatan. Obat-obat atau terapi yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit (mis., steroid, diureti, dialisis)
c.

Pemeriksaan Fisik
1) Integumen : turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani, dan sensai rasa.
2) Kardiovaskuler : ditensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi
jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering.
4) Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal : mukosa mulut, mulut,lidah, bising usus.
Parameter yang digunakan untuk mengetahui adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
1) Tanda-tanda vital yang abnormal
2) Asupan dan haluaran cairan yang tidak seimbang
3) Volume dan konsentrasi urine yang tidak normal
4) Turgor kulit yang buruk
5) Penurunan/peningktan berat badan yang tiba-tiba (+ 2% ringan, +5%
sedang, +10% berat)

BERFIKIR KRITIS

38

6) Temperatur tubuh yang sangat tinggi akibat kehilangan cairan


berlebihan
7) Edema
8) Nilai tekanan vena sentral (CPV) yang abnormal (normalnya 7-15
mmHg)

d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah
merah, hemoglobin (Hb), dan hematolrit (Ht).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
b) Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi.
d) Hb turun : adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
2) Pemeriksaan elektrolit serum. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urine. Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8
dan berat jenisnya 1,003-i,030.
4) Analisa gas darah. Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-,
PCO2 dan saturasi O2. Nilai PCO2 normal : 35-40 mmHg; PO2 normal:
80-100 mmHg; HCO3- normal : 25-29 mEq/l. Sedangkan saturasi O 2
adalah pembanding oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah,normalnya di arteri (95%-98%) dan vena
(60%-85%).
Intrepretasi

BERFIKIR KRITIS

39

a) Asidosis
(1) CO2 naik
: CO2 + H2O > H2CO3
(2) HCO3- turun : HCO3- bersifat basa
b) Alkalosis
(1) CO2 turun : tidak terbentuk asam bikarbonat
(2) HCO3- naik : kadar basa naik
Tabel tekanan asidosis dan alkalosis
Keadaan
Asidosis Respiratorik

Ph
Turun

PCO2
Naik

HCO3Normal

Asidosis Metabolik

Turun

Normal

Turun

Alkalosis Respiratorik

Naik

Turun

Normal

Alkalosis Metabolik
Contoh

Naik

Normal

Naik

Apabila pH : 7,25 berarti rendah PCO2 : 31 berarti rendah dan HCO3- : 12


berarti rendah
Analisis : nilai pH dan HCO3- yang rendah menandakan kondisi asidosis
metabolik sedangkan PO2 yang rendah menandakan adanya usaha
kompensasi tubuh melalui paru-paru untuk mengeluarkan CO3.

Pada ketidak seimbangan asam basa karena proses respiratorik, nial


Ph dan PCO2 tidak normal. Sebaiknya, bila kondisi tersebut disebabkan

BERFIKIR KRITIS

40

oleh proses metabolik, nilai pH dan HCO 3- keduanya meningkat atau


rendah.
2.

Penetapan Diagnosa
Menurut NANDA (2015), masalah keperawatan utama untuk masalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit contohnya :

3.

a.

Kekurangan volume cairan

b.

Kelebihan volume cairan

c.

Resiko kekurangan volume cairan

d.

Resiko ketidakseimbangan volume cairan

e.

Gangguan pertukaran gas

Intervensi
Berdasarkan NIC (2015), diagnosis keperawatan untuk masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan ciran dan elektrolit meliputi lima diagnosis. Namun dlam
pembahasan kali ini akan diuraikan dua diagnosa umum, yakni kekurangan
volume cairan dan kelebihan volume cairan.
Secara umum, tujuan intervensi keperawatan untuk masalah cairan dan
elektrolit meliputi mempertahankan keseimbangan asupan dan haluaran cairan,
mengoreksi defisit volume cairan dan elektrolit, mengurangi overload,
mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal, menunjukkan perilaku
yang dapat meningkatkan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa,
serta mencegah komplikasi akibat pemberian terapi.
a.

Kekurangan volume cairan


Yang berhubungan dengan :

BERFIKIR KRITIS

41

1) Haluaran urine yang berlebihan (mis., diabetes insipidus)


2) Pengeluaran cairan sekunder akibat demam, drainase yang abnormal,
prioritas, atau diare.
3) Mual/muntah
4) Kesulitan menelan atau minum sediri, sekunder akibat sakit
tenggorokan, kelelahan.
5) Asupan cairan yang kurang saat berolahraga atau karena kondisi cuaca
6) Penggunaan laktasf dan diuretik yang berlebihan.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan berat jenis urine dalam rentang normal

Indikator :
1) Meningkatkan asupan cairan hingga jumlah tertentu, sesuai dengan usia
dan kebutuhan metabolik.
2) Mengidentifkasi faktor resiko defisit cairan dan menjelaskan perlunya
meningkatkan asupan cairan sesuai insikasi
3) Tidak memperhatikan tanda dan gejala dehidrasi
Intervensi Umum
Mandiri :
1) Kaji faktor penyebab (mis., ketidakmampuan untuk minum sendiri,
gangguan menelan, sakit tenggorokan, asupan cairan yang kurang
sebelum olahraga, kurang pengetahuan, atau tidak suka dengan
minuman yang tersedia).

BERFIKIR KRITIS

42

2) Kaji pemahaman klien tentang perlunya mempertahankan hidrasi yang


adekuat serta metode untuk memenuhi asupan cairan.
3) Kaji minuman yang disukai dan tidak disukai klien dan rencanakan
pemberian asupan secara bertahap (mis., 1000 ml disiang hari, 800 ml
di sore hari, dan 300 ml di malam hari)
4) Bila klien mengalami sakit tenggorokan, tawaarkan minuman yang
hangat atau dingin, pertimbangkan pemberian es
5) Bila klien sangat lelah atau lemah, anjurkan klien untuk istirahat
sebelum makan dan berikan cairan dalam jumlah sedikit tapi sering
6) Anjurkan klien membuat buju catatan yang berisi asupan cairan
haluaran urinem dan berat badan harian.
7) Pantau asupan cairan klien (minimal 2000 ml cairan oral per hari)
8) Pantau haluaran urine klien (minimal 1000-1500 ml per hari)
9) Timbang badan setiap hari di waktu yang sama dan dengan pakaian
yang sama. Penurunan berat badan 2%-4% (dehidrasi ringan), 5%-9%
(dehidrasi sedang).
10) Pantau BUN, osmolalitas, dan elektrolit serum dan urine, kadar
kreatinin, hematolrit, dan hemoglobin.
11) Jelaskan bahwa kopi, teh dan jus merupakan diuretik yang bisa
menyebabkan kehilangan cairan.
12) Pertimbnagkan jenis obat-obatan serta konsis lain yang bisa
menyebabkan kehilangan cairan berlebih (mis., pemberian diuretik,
muntah, diare, demam)
13) Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi

BERFIKIR KRITIS

43

14) Bagi para olahragawan, tekankan pentingnya hidrasi yang adekuat


sebelum dan selama berolahraga.
Kolaborasi :
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi intravena.
Rasional :
1) Kondisi dehidrasi dpat menigkatkan laju filtrasi glomerulus. Akibatnya,
haluaran urine tidak dapat membersihkan limbah secara adekuat
sehingga kadar BUN dan elektrolit meningkat.
2) Pengukuran berat badan yang akurat dapat mendeteksi kehilangan
cairan
3) Untuk memantau berat badan secara efektif, penimbangan harus
dilakukan disaat yang sama dengan mengenakan pakaian yang beratnya
hampir sama.
4) Konsumsi gula, alkohol, dan kafein dalam jumlah besar dapat
meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi.
b. Kelebihan volume cairan
Yang berhubungan dengan :
1) Gangguan mekanisme regulator, sekunder akibat gagal ginjal,
abnormalitas sistemik dan metabolik, disfungsi endokrin, lipedema
2) Retensi natrium dan air, sekunder akibat terapi kortikosteroid
3) Asupan protein yang rendah (diet, malnutrisi)
4) Berndungan vena dependen/stasis vena, sekunder akibat imobilisasi,
berdiri atau duduk terlalu lama, pemasangaan gips.
Kriteria hasil :

BERFIKIR KRITIS

44

Klien akan memperlihatkan berkurangnya edema (sebutkan areanya)


Indikator :
1) Menjelaskan faktor-faktor penyebab
2) Menjelaskan metode pencegahan edema
Intervensi Umum :
1) Identifikasi faktor penyebab (kelebihan asupan natrium, asupan protein
yang tidak adekuat, stasis vena, imobilitas, kurang pengetahuan , dll)
2) Catat asupan makanan dan cairan setiap hari dan setiap minggu, kaji
keadekuatan asupan protein dan natrium
3) Buat menu mingguan yang memenuhi kebutuhan protein dengan biaya
yang terjangkau oleh klien.
4) Kurangi asupan garam ; pertimbangkan penggunaan garam pengganti.
5) Kaji adanya stasis vena atau bendungan vena
6) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas horizontal (meninggikan
kaki) dan aktivitas vertikal (berdiri) secara bergantian, hindari
menyilangkan kaki.
7) Letakkan ektremitas yang edema lebih tinggi dari jantung (kecuali ada
kontraindikasi)
8) Lakukan prosedur keperawatan (mis., mengukur tekanan darah
memberikan cairan IV) pada ekstremitas yang tidak mengalami edema.
9) Kurangi konstriksi pembuluhn darah, hindari mengenakan stocking
setinggi lutut, pertimbangkan penggunaan stocking antiembolisme.
10) Periksa ekstremitas secara sering untuk melihat keadekuatan sirkulasi
dan adanya tanda-tanda area konstriksi.

BERFIKIR KRITIS

45

11) Pada klien imobilisasi, rencanakan latihan RPS aktif atau pasif untuk
semua ekstremitas setiap 4 jam, termasuk dorsofleksi kaki guna
memasase vena.
12) Ubah posisi individu sedikitnya setiap 2 jam dengan empat posisi
(miring kanan, miring kiri, terlentang, terlungkup), jika tidak
adakontraindikaso.
13) Berikan penjelasan verbal dan tertulis tentang obat-obat yang digunakan
terutama obat-obat yang mempengaruhi keseimbangan cairan (mis.,
diuretik dan steroi)
14) Pada klien yang mengalami edema berat, timbang berat badan setiap
pagi dan malam hari, dan buat catatannya.
15) Ingatkan klien untuk segera menghubungi doter jika edema /
penambahan berat badan yang berlebihan (>1kg/hari) karena hal ini bisa
mengidentifikasikan masalah jantung dini.
Rasional :
1) Edema menghambat aliran darah menuju jaringan, akibatnya nutrisi sel
menjdai buruk dan kerentanan terhadap cedera meningkat.
2) Asupan natrium yang tinggi menyebabkan retensi cairan. Makanan
yang tinggi natrium antara lain kudapan asin, keju, acar, kecap, MSG,
sayuran kaleng, mustard. Beberapa obat bebas, seperti antasida, juga
tinggi natrium.
3) Kostikotiroid mengandung unsur glukokortikoid dan mineralokortiroid
yang meningkatkan reabsorbsi natrium dan ekskresi natrium dan
ekskresi kalium di tubulus ginjal. Retensi natrium menyebabkan
peningkatan volume cairan

BERFIKIR KRITIS

46

4) Edema terjadi setelah cairan ekstraseluler yang meningkat mamasuki


ruang interstisial dan darah sehingga volume cairan interstisial dan
darah meningkat.

BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
I.

Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama

: Tn.T

Usia

: 58 Tahun

BERFIKIR KRITIS

47

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan Terakhir

: SD

Status Perkawinan

: Sudah Menikah

Alamat

: Jl. Siti Aisyah RT. 15 RW. 07 Gang 7 Blok B

Agama/Suku

: Islam/Jawa

No. Register

: 91.35.05

Tanggal Masuk RS

: 15 Juni 2016

Diagnosa Medis

: Hematuria Susp Ca Buli + Anemia Berat

Penanggung Jawab

: Ny. N

Hubungan Dengan Pasien : Anak dari Pasien


Usia

: 24 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Jl. Siti Aisyah RT. 15 RW. 07 Gang 7 Blok B

B. Riwayat Kesehatan
1.

Kesehatan utama
a.

Saat Dirumah
1) Pasien mengatakan sakit saat kencing dan susah mengeluarkan air
kencing. (Sudah berapa lama sakitnya)
2) 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam, lemas
serta pusing.

BERFIKIR KRITIS

48

b. Saat Masuk RS (15 Juni 2016 jam 08:25)


Pasien mengatakan keadaan masih tetap sama seperti di rumah,
c.

Saat Mengkaji (Tanggal 20 juni 2016 jam 10:27)


1) Pasien mengatakan masih sakit dan susah buang air kecil selama 1
minggu
2) Pasien terlihat pucat dan lemas serta mual
3) Klien terpasang kateter

2.

Riwayat Penyakit Sekrang


a.

Pasien pucat, pasien mengatakan lemah,letih

b.

Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bagian bawah


(Skala nyeri 7 (face))
(Kronologis pasien sebelum masuk rumah sakit sampai

dengan

pengkajian

serta

terapi

dan

tindakan

yang

telah

didapatkan)

3.

Riwayat Penyakit Dahulu


a.

Pasien dan anak pasien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami


sakit berat sebelumnya.

b.

Pasien

mengatakan

tidak

pernah

atau

baru

sekarang

mengalami sakit seperti yang di alami sekarang.

4.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien dan keluarga pasien mengatakan keluarga tidak mepunyai
penyakit keturunan (Hipertensi, DM, PJK, dll) dan keluarga tidak pernah
mengalami sakit berat.

5.

Genogram

BERFIKIR KRITIS

49

Keterangan :

: Meninggal
: Pasien
: Laki - laki
: Perempuan

(Pada pengkajian riwayat kesehatan, ditulis dalam bentuk narasi)

C. Data Psikologi / Sosial / Ekonomi / Budaya / Spiritual


1.

Psikologi
Pasien mengatakan sebelum sakit, biasa-biasa saja dan pasien dapat
melakukan aktivitasnya, tanpa di bantu oleh orang lain. (Respon pasien
terhadap penyakitnya, seperti cemas atau takut)

2.

Sosial
Anak pasien mengatakan bahwa klien adalah orang yang ramah dan
baik terhadap sesama. Pasien mengatakan bahwa ia mengenal dan tau nama

BERFIKIR KRITIS

50

perawat dan dokter yang merawatnya. Pasien selalu bertanya tentang


perkembangan dan keadaan penyakit sekarang
3. Ekonomi

Klien mengatakan penghasilan keluarga cukup unruk memenuhi


kebutuhan hidup. (pendapatan perbulan dan apa jaminan pasien
selama di rawat di rumah sakit)

4.

Budaya
Klien mengatakan penyakit yang di alami tidak ada hubungannya
dengan budaya yang di anut. Klien mengatakan bahwa komunikasi yang di
lakukan di rumah menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia.

5.

Spiritual
Pasien dan keluarga pasien rajin beribadah. Anak pasien mengatakan
bahwa klien tetap melakukan sholat 5 waktu. Pasien mengatakan penyakit
yang di alami sekarang adalah cobaan dari tuhan.

D. Pola Kehidupan Sehari - Hari


1.

Nurtisi (Makan dan Minum)


Sebelum Sakit

Kebutuhan nutrisi terpenuhi 1 porsi makan sesuai kebutuhan dan minum


600 ml, 1 botol aqua ukuran sedang. (Isi porsi dan jumlah nutrisi yang
masuk)

Saat Sakit (di rs) :


Pasien makan setengah porsi, di lihat dari sisa makanan yang ada pada
tempat makan pasien. Pasien mengatakan mual. Pasien mengatakan minum
600 ml. (Isi porsi dan jumlah nutrisi yang masuk)

BERFIKIR KRITIS

51

2. Eliminasi

Sebelum Sakit :
BAK 3-4 kali sehari dan BAB 1-2 kali sehari
Saat Sakit :
Urin sedikit: 300 ml/24 jam warna merah, keruh dan pH:5 di lihat dari
kantong kencing (pH tidak bisa dilihat dari urinbag) . Feses: sedikit
kira-kira 200 gr/hari berbentuk lunak dan bewarna kuning. (Frekuensi
BAB)
3. Pernafasan

Sebelum Sakit :
Normal (16-20x/menit)

Saat Sakit :
20x/menit (adanya penggunaan alat bantu nafas atau tidak)

4. Memilih Pakaian

Sebelum Sakit :
2 kali ganti pakaian
Saat Sakit :
1 kali ganti pakaian (Bahan pakaian menyerap keringat atau
tidak)
5. Mobilisasi

Sebelum Sakit :

BERFIKIR KRITIS

52

Aktif (klien mengatakan aktivitas tidak dibantu dengan orang


lain)

Saat Sakit :
Terbatas, pasien lemas dan terpasang infus di tangan sebelah kanan
pasien
6. Tidur dan Istirahat

Sebelum Sakit :
(Klien mengatakan tidur) 9 jam pada malam hari dan 2 jam pada

siang hari.
Saat Sakit :
(Klien mengatakan tidur) 6 jam pada malam hari, pada siang hari

tidak dapat tidur karena gelisah di karenakan nyeri pada bagian perut bawah,
serta lingkungan yang bising.
7. Bekerja

Sebelum Sakit :
Aktif dan bekerja sebagai buruh (Waktu bekerja)
Saat Sakit :
Hanya berbaring di tempat tidur
8. Menjaga Tubuh Tetap Bersih

Sebelum Sakit :
Pasien mandi 2x sehari (Dengan mandiri)
Saat Sakit :

BERFIKIR KRITIS

53

Pasien hanya di seka 1x sehari (Dibantu oleh siapa? Keluarga atau


perawat)

E. Pemeriksaan Fisik
1.

Keadaan Umum

: Sedang

a.

Kesadaran

: Compos Metis (GCS, E : M: V:)

b.

Tinggi Badan

: 157 cm

c.

Berat Badan:

1) Sebelum Sakit : 50 kg
2) Saat Sakit

: 48 kg

(berat badan turun 2 kg dalam 7 hari)


2.

Tanda - Tanda Vital


TD

: 100/60 mmhg

Nadi

: 62x/menit

RR

: 20x/menit

Suhu

: 36,8C

Skala Nyeri : 7 (face)


3.

Kepala
a. Rambut

: Gelombang, beruban dan berketombe.

(Tekstur dan penyebaran)

b. Kulit Kepala

: Bersih, tidak ada lesi dan tidak ada benjolan

(Alopecia dan nyeri tekan)

c. Wajah (ekspresi)

: Pucat, lemah dan lesu

BERFIKIR KRITIS

54

d. Mata

: (Simetris)

1) Konjungtiva

Pucat,

bewarna

pink

keputihan

(tidak

anemis)
2) Sclera

: Bersih (tidak ikterik)

3) Palpebra

: Normal (tidak ada pembengkakan, tidak ada

lesi, tidak ada nyeri tekan)

e. Mulut

1) Keadaan

: Bersih

2) Kelembapan : Kering
3) Sudut bibir : Kering, Simetris
4) Gigi

: Gigi graham sebelah kiri berlubang (terdapat

caries atau tidak)

f. Hidung
1) Inspeksi

: Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada

peradangan, fungsi penciuman baik


2) Palpasi
4.

: Tidak ada nyeri tekan

Leher
a.

Inspeksi

: Tidak ada pembengkakan dan tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid
b.

Palpasi

: Tidak ada teraba nyeri tekan dan teraba nadi arteri

carotis
5.

Dada

BERFIKIR KRITIS

55

a.

Inspeksi

: Benrtuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada

pembesaran pada dinding dada ,tidak ada lesi, frekuensi pernafasan


teratur, RR: 20x/menit
b.

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya

benjolan
c.

Auskultasi

: Tidak ada suara tambahan (Vesikuler, bronchial,

broncovesikuler)

d.
6.

Perkusi

: Tidak ada suara tambahan

Jantung
a.

Inspeksi

: Tidak ada pembesaran pada jantung, tidak ada lesi

b.

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan/benjolan

c.

Perkusi

: Tidak ada suara tambahan (Normal : suara pekak

dan tidak ada pembesaran jantung)

d.
7.

Auskultasi

: Tidak ada bunyi jantung tambahan

Abdomen
a.

Inspeksi

: Bentuk permukaan abdomen gembung dan tidak ada

lesi (Simetris atau tidak, warna kulit sama atau tidak, terdapat
jaringan parut atau tidak)

b.

Palpasi

: Terdapat nyeri tekan dengan skala nyeri 7 (sangat

nyeri) (Nyeri terdapat pada regio ?)


c.
8.

Auskultasi

: Peristaltik usus terdengar 12x/menit

Ektermitas
a.

Atas

1) Kulit kering, tangan kanan terpasang infuse

BERFIKIR KRITIS

56

2) Tidak ada lesi


3) Tangan kiri memegang abdomen yang sakit
4) Tidak ada nyeri tekan
5) Kekuatan otot yaitu 5 dapat menggerakan ke segala arah
b.

Bawah

1) Kuit kering, tidak ada lesi


2) Kekuatan otot yaitu 5 dapat menggerakan ke segala arah
F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan urin :
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Batas Normal

Berat jenis

1025

1,003-1,30

Ketone

negatif

Nitrit

negatif

Leuko

+1

HB

+4

negatif

Glukosa

negatif

Bilirubin

negatif

Urobilinogen

3,2

Warna

merah

Kejernihan

keruh

jernih

PH

4,8-7,8

Protein

+3

negatif

(pemeriksaan hematokrit dan berat jenis urine)

BERFIKIR KRITIS

57

* Lab +
* Ekg +
* Hb awal masuk RS
Tgl : 15 juli 2016 = 3,8
Hb tgl 20 juni 2016 = 11
G. Penatalaksanaan Terapi Diet
1.

Obat penambah darah (pantoprazol, levosiksan)

2.

Infus glukosa

3.

Transfusi darah, bilas Nacl 0,9 %

4.

Pemberian Injeksi kalnex 500 mg

5.

Pemasangan DC/kateter

H. Data Fokus
1.

Data Objektif
a.

Klien meringis

b.

Klien memegang bagian bawah perut yang sakit

c.

Klien lemah, lesu dan pusing

d.

Klien mual dan gelisah

e.

Klien susah tidur dan merasa tegang (

f.

Bibir kering

BERFIKIR KRITIS

58

g.

Suhu tubuh lebih dari 36 derajat celcius (Suhu normal : 36 37,5C)

h.

HB rendah dari 11 (Jumlah pasti)

i.

Konjungtiva pink keputihan

j.

Urine bewarna merah dan keruh (Urine 300 ml/24 jam, ph: 5)

k.

Ada pembesaran bagian abdomen

l.

Terpasang DC

m. TTV
TD : 100/60 mmHg
N

: 62 x/i

RR : 20 x/i
T

: 36,8C

HB: Awal masuk RS: 3,8 (diberikan tranfusi darah I 250) tgl 16 juni
2016, HB 11 pada tgl 20 juni 2016
Berat badan awal 50 kg selama sakit turun menjadi 48 kg.
2.

Data Subjektif
a.

Klien mengatakan sakit perut pada bagian bawah perut

b.

Klien mengatakan jika BAK terasa sakit

c.

Klien mengatakan 2 hari sebeluum masuk rs urin keluar tercampur


darah

d.

Klien mengatakan sering pusing dan mual

e.

Klien mengatakan sangat lemas

BERFIKIR KRITIS

59

f.
I.

Klien mengatakan minum 600 ml/hari

Analisa Data

No
1

Data

Masalah

Etiologi

DS :
1.

Klien mengatakan sakit perut


pada bagian bawah

2.

Klien mengatakan sakit dan


nyeri saat BAK

3.

Klien mengatakan skala nyeri 7

4.

Klien mengatakan sakit saat

Nyeri Akut

nyeri tekan

Agen Cedera
Biologis

DO :
1.

Klien meringis saat BAK

2.

Klien memegang bagian bawah


perut yang sakit

3.
2

Klien lemah

DS :
1.

Klien mengatakan sakit dan

Gangguan Eliminasi

Infeksi Saluran

Urin

Kemih

nyeri pada saat BAK dirasakan


sejak 1 minggu yang lalu
2.

Klien mengatakan 2 hari


sebelum masuk rumah sakit
pada saat klien BAK keluar
darah pada urin

BERFIKIR KRITIS

60

DO :
1.

Pada daerah abdomen adanya


kembungan / pengencangan

2.

Nyeri tekan pada daerah


abdomen

3.

Urin berwarna merah dan keruh


ada terdapat darah

DS :
1.

Insomnia

Klien mengatakan sering pusing

Ansietas ( gelisah
dan lemas)

dan mual
2.

Klien mengatakan sangat lemas

3.

Klien mengatakan susah tidur


dan gelisah

4.

Klien merasa cemas

DO :
1.

Klien terlihat lemas, lesu, dan


pucat dan pasien merasa cemas

2.

Klien insomnia

3.

Suhu tubuh 36C

4.

HB < 11

5.

Konjungtiva pucat

6.

TTV :
TD : 100/60

BERFIKIR KRITIS

61

N : 62 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,8C
Skala nyeri : 7
4

DS :
1.

Klien dan keluarga menanyakan


penyakit yang diderita klien

2.

Klien mengatakan tidak


mengerti dan tidak mengetahui
apa penyebab dari penyakit
Kurang pengetahuan

yang dialami
3.

Defisiensi

Klien mengatakan kurang

Pengetahuan

(gangguan fungsi
kognitif)

sumber pengetahuan
DO :
1.

Klien tampak gelisah, tegang


dan bingung

2.

Klien tidak mengetahui penyakit


apa yang sedang dialami

DS :
1. Klien dan keluarga
menanyakan penyakit yang

Resiko

Kurang

kekurangan

pengetahuan

volume cairan

tentang

diderita klien

kebutuhan cairan

2. Klien mengatakan tidak


mengerti dan tidak
mengetahui apa penyebab

BERFIKIR KRITIS

62

dari penyakit yang dialami


3. Klien mengatakan kurang
sumber pengetahuan
DO :
1. Klien tampak gelisah,
tegang dan bingung
2. Klien tidak mengetahui
penyakit apa yang sedang
dialami

Hasil Analisis Analisa Data


1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologis
a. Teori Anatomi Fisiologi
1) Nyeri terjadi pada vesika urinaria terletak sebelum saluran
ureter dan dibawah saluran uretra. (gambar saluran kencing)

BERFIKIR KRITIS

63

2) Vesika urinaria terdapat pada regio 8 atau hipogastrium dan


didalam hipogastrium juga terdapat : ileum, prostat (pada lakilaki), rektum, uterus, uretra. (gambar regio 8) Vesika urinaria
(kandung kemih): terletak tepat di belakang os pubis, (gambar
vesika urinaria)

BERFIKIR KRITIS

64

3) Fungsi dari vesika urinaria adalah tempat penampungan urine

BERFIKIR KRITIS

65

yang berdinding otot kuat, bentuknya bervariasi sesuai


dengan jumlah urine yang dikandung. Kandung kemih pada
waktu kosong terletak dalam rongga pelvis, sedangkan dalam
keadaan penuh dinding atas terangkat masuk ke dalam region
hipogastrika. Apeks kandung kemih terletak di belakang
pinggir atas simfisis pubis dan permukaan posteriornya
berbentuk segitiga. Bagian sudut superateral merupakan
muara ureter dan sudut inferior membentuk uretra. Bagian
atas

kandung

kemih

ditutupi

oleh

peritoneum

yang

membentuk eksavasio retrovesikalis sedangkan bagian bawah


permukaan posterior dipisahkan dari rektum oleh duktus
deferens,

vesika

seminalis,

dan

vesika

retrovesikalis.

Permukaan superior seluruhnya ditutupi oleh peritoneum dan


berbatasan

dengan

gulungan

ileum

dan

kolon

sigmoid

sepanjan lateral permukaan teritoneum melipat ke dinding


lateral pelvis.
b. Teori Penyakit
Masalah nyeri akut ditimbulkan karena terjadinya ulcerasi
yang menyebabkan edema pada vesika urinaria (agen cedera
fisik). Hal ini disebabkan karena Hydronephrosis. Hydronephrosis
merupakan proses penggelembungan atau pembengkakan ginjal
akibat urin yang menumpuk di ginjal. Hal ini disebabkan oleh
terdapatnya halangan sebagian atau penuh atas aliran urin pada
bagian ujung atas ureter atau saluran yang akan membawa urin
dari ginjal ke kandung kemih.
c. Teori Kebutuhan Dasar Manusia
1) Nyeri

adalah

pengalaman

sensori

dan

emosional

tidak

menyenangkan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau


potensial

atau

yang

digambarkan

sebagai

kerusakan

(International Association for the study of pain) awitan yang


tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat

BERFIKIR KRITIS

66

dengan akhir yang dapat diantisipasi atau prediksi.


2) Pengkajian nyeri pada pasien Ca. Buli dengan skala 7
menjelaskan bahwa nyeri yang disebabkan dalam rentan
berat. Pengelompokkan nyeri terdiri dari:
Skala 0 tidak nyeri
Skala 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan , aktifitas tak
terganggu)
Skala 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktifitas fisik)
Skala 7-9 nyeri berat terkontrol (tidak dapat melakukan
aktifitas fisik)
Skala 10 sangat nyeri/nyeri hebat

d. Teori Askep
1) Di dalam analisa data nyeri hanya terdapat kriteria R (region)
dan S (skala). Kriteria PQRST nyeri yaitu :
P

(Penyebab,

apa

yang

menyebabkan

nyeri?apa

yangmembuat nyerinya lebih baik?apa yang menyebabkan


nyerinya menjadi lebih buruk?apa yang dilakukan saat
merasa

nyeri?apakah

rasa

nyeri

tersebut

membuat

terbangun disaat tidur?)


Q (Kualitas, seberapa berat keluhan nyeri terasa? Bagaimana
rasanya? Seperti tertusuk, tertekan/tertimpa benda berat,
diiris dll)

BERFIKIR KRITIS

67

R (Region, apakah nyerinya menyebar?menyebar kemana?)

S (Skala, menggunakan Vas/face,seberapa parah nyerinya?


dari adalah nyeri hebat)
T (waktu,kapan nyeri timbul?apakah cepat atau lambat?
berapa lama nyeri timbul?apakah terus menerus atau hilang
timbul?apakah pernah merasakan nyeri sebelumnya?apakah
nyerinya sama dengan sebelumnya atau berbeda?)
2) Tidak adanya tanda-tanda vital sebagai data pendukung
adanya nyeri. Tanda-tanda vital meliputi Tekanan Darah
(120/80 mmHg), Nadi (60-100 kali permenit), Respiratori Rate
(16-20 kali permenit), Suhu (36oC-37,5oC).
Kelompok

setuju

pada

pengangkatan

diagnosa

nyeri

akut

berhubungan dengan agen cedera fisik di karenakan nyeri yang


ditimbulkan dari ulcerasi (perlukaan) yang menyebabkan edema pada
vesika urinaria dan pada DS nya: Klien mengatakan sakit perut pada

bagian bawah , tetapi perlu ditambah oleh data pengkajian yang lebih
lengkap dan spesifik.
2. Diagnosa Keperawatan Gangguan eliminasi urin b/d infeksi saluran
kemih
a. Teori Anatomi Fisiologi
Pengertian

Sistem

perkemihan

merupakan

suatu

sistem

dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah


bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan sistem perkemihan
terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung

BERFIKIR KRITIS

68

kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan


d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

b. Teori Penyakit
Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah akibat berkembangnya
mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan
normal

air

kemih

tidak

mengandung

bakteri,

virus/mikroorganisme lain.
Etiologi
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara
lain:
a) Pseudomonas,

Proteus,

Klebsiella

penyebab

ISK

complicated
b) Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated
(simple)
c) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan
lain-lain.
d) Jamur dan virus
e) Infeksi ginjal
f)

Prostat hipertrofi (sisa urin)

2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:


a) Sisa

urin

dalam

kandung

kemih

yang

meningkat

akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif


b) Mobilitas menurun

BERFIKIR KRITIS

69

c) Nutrisi yang sering kurang baik


(1) Sistem

imunitas

menurun,

baik

seluler

maupun

humoral
(2) Adanya hambatan pada aliran urin
(3) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
c. Teori Kebutuhan Dasar Manusia
1) Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
a) Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih
serta hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada
kebiasaan dan kesempatan. Banak orang berkemih setiap
hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan
waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.
b) Pola berkemih
Frekuensi

berkemih

frekuesi

berkemih

menentuka

berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam


c) Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang
ke toilet karena takut megalami inkotinensia jika tidak
berkemih
d) Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih.
Keadaan ini ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran
kemih, trauma pada vesika urinaria.
e) Poliuria

BERFIKIR KRITIS

70

Keadaan

produksi

urine

yang

abnormal

yang

jumlahnya lebih besar tanpa adanya peingkata asupa


caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes,
defisiensi ADH, dan penyakit kronis ginjal.
f)

Urinaria supresi
Keadaan

produksi

urine

yang

berhenti

secara

medadak. Bila produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat


dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara 100 500
ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.
g) Volume urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang
dikeluarka dalam waktu 24 jam.
2) Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih diet dengan
asupan (diet tinggi protein dan natirum) dapat mempengaruhi
jumlah

urine

yang

dibentuk,

sedangkan

kopi

dapat

meningkatkan jumlah urine : gaya hidup, stress psikologi


dapat meingkatkan frekuensi keinginan berkemih, tingkat
aktivitas, keadaan urine (meliputi : warna, bau, berat jeis,
kejerihan, pH, protei, darah, glukosa), tanda klinis gangguan
elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia urine.
d. Teori Askep
1) Gangguan eliminasi dapat ditandai dengan sering berkemih,
disuria (sakit ketika mengeluarkan kemih), inkontenensia
urine, retensi urine, dan dorongan berkemih.
2) Pada pengkajian ada tidaknya alat bantu berkemih contohnya
pemakaian kateter.
3) Adanya lampiran pemeriksaan laboratorium tentang urine.
4) Tidak terdapat frekuensi BAK sebelum dan saat sakit
Kelompok setuju dengan pengangkatan diagnosa Gangguan

BERFIKIR KRITIS

71

eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih karena


infeksi saluran kemih akibat berkembangnya mikroorganisme di
dalam saluran kemih serta salah satu tanda klinisnya terjadi
hematuria dan pada DS nya klien mengatakan Klien mengatakan 2

hari sebelum masuk rumah sakit sakit pada saat klien BAK keluar darah pada
urin, tetapi masih perlunya ditambahkan data yang lebih lengkap.

3. Diagnosa Keperawatan Insomnia b/d Ansietas


a. Teori Anatomi Fisiologi
1) Fisiologi

tidur

diatur

oleh

hipotalamus

mengeluarkan

hipokreatin yang didalam nya ada Reticular Activating System


(RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR) yang dimana
pada

RAS

memiliki

mempertahankan

sel-sel

kewaspadaan

khusus
dan

yang

kesadaran

dapat
memberi

stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta


emosi dan proses berfikir sehingga saat nyeri, RAS akan
melepaskan katekolamin yang membuat kita terjaga sehingga
mengakibatkan insomnia.
2) Jadi karena terjadinya proses penyakit yang menstimulus
tubuh berdampak pada intensitas tidur klien.
b. Teori Penyakit
1) Insomnia disebabkan karena Nyeri terjadi pada vesika urinaria
terletak sebelum saluran ureter dan dibawah saluran uretra.
2) Selain itu rasa cemas dikarenakan penyakit nya juga akan
sulit untuk memperthankan tidur dan memulai tidur. Sehingga
dia sering terbangun tengah malam dan sulit untuk kembali.
c. Teori Kebutuhan Dasar Manusia

BERFIKIR KRITIS

72

Insomnia adalah gangguan pada kualitas dan kuantitas tidur


yag menghambat fungsi dengan etiologi di antaranya ; ansietas,
agen farmausetikal, aktifitas kurang, berduka, depresi, faktor
lingkungan, ketidak nyamanan fisik, ketakutan, konsumsi alkohol,
dan perubahan hormonal
d. Teori Askep
1) Insomnia dapat ditandai dengan ; bangun terlalu dini,
gangguan pola tidur, gangguan status kesehatan, kesulitan
tidur nyenyak, perubahan mood, tidur tidak memuaskan.
2) Pada pengkajian awal jika berkaitan tentang insomnia maka
perlu adanya pengkajian tentang kualitas dan kuantitas
tidur,contohnya bagaimana pasien tidur apakah tidur nyenyak
atau sering terbangun (qualitas), serta berapa waktu tidur
siang atau malam (quantitas) sehingga bisa disimpulkan
bahwa pasien mengalami insomnia atau gangguan tidur.
3) Perlu ditambahkan adanya pengkajian tentang pengetahuan
klien tentang penyakitnya. Sehingga kita tahu seberapa
tingkat kecemasan klien terhadap penyakitnya.
Kesimpulan

kelompok

mengenai

diagnosa

ketiga

adalah

kelompok setuju dengan diagnosa yang diambil tetapi perlu


adanya penambahan pengkajian pada DS maupun DO berhungan
dengan tidur klien, terutama tentang kualitas atau kuantitas tidur
dan pengetahuan sehingga menyebabkan kecemasan.
4. Diagnosa

Keperawatan

Defisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan ( kurang informasi)


a. Teori Anatomi Fisiologi
Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.(Nanda
2015. Domain 5 Persepi / kognisi)

BERFIKIR KRITIS

73

b. Teori Askep
1) Faktor yang berhubungan diantara lain adalah ; gangguan
fungsi kognitif, gangguan memori, kurang informasi, kurang
minat untuk belajar, dan kurang sumber pengetahuan.
2) Dan batasan karakteristik yang muncul antara lain ; ketidak
akuratan

melaksanakan

tes,

ketidak akuratan

mengikuti

perintah, kurang pengetahuan, dan perilau tidak tepat.


Berdasar teori diatas, kelompok lebih setuju dengan etiologi
kurang informasi dibanding dengan kurang pengetahuan, karena
pada DS klien mengatakan tidak mengerti dan tidak mengetahui apa

penyebab dari penyakit yang dialami, dan Klien mengatakan kurang


sumber pengetahuan. Karena kurang pengetahuan dapat timbul jika
pada pengkajian terdapat status pendidikan dan seberapa tau
tentang penyakitnya. Sehingga kesimpulan yang didapat adalah
klien tidak mengetahui penyakitnya karena kurangnya informasi
5. Diagnosa Keperawatan Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d
Kurangnya Pengetahuan Tentang Kebuthan Cairan
a. Teori Anatomi Fisiologi
Cairan tubuh adalah suspensi di dalam yang memiliki fungsi
tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan
perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume
cairan

ekstrasel

dan

osmolaritas

cairan

ektrasel.

Ginjal

mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan


keseimbangan

garam

dan

mengontrol

osmolaritas

cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.


b. Teori Askep
1) Faktor yang berhubungan diantara lain adalah ; gangguan
fungsi kognitif, gangguan memori, kurang informasi, kurang

BERFIKIR KRITIS

74

minat untuk belajar, dan kurang sumber pengetahuan.


2) Dan batasan karakteristik yang muncul antara lain ; ketidak
akuratan

melaksanakan

tes,

ketidak akuratan

mengikuti

perintah, kurang pengetahuan, dan perilau tidak tepat.


Berdasar teori diatas, kelompok lebih setuju dengan etiologi
kurang informasi dibanding dengan kurang pengetahuan, karena
pada DS klien mengatakan tidak mengerti dan tidak mengetahui apa

penyebab dari penyakit yang dialami, dan Klien mengatakan kurang


sumber pengetahuan. Karena kurang pengetahuan dapat timbul jika
pada pengkajian terdapat status pendidikan dan seberapa tau
tentang penyakitnya. Sehingga kesimpulan yang didapat adalah
klien tidak mengetahui penyakitnya karena kurangnya informasi

II. Diagnosa Keperawatan


Setelah kami mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi
data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah
merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat
bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness.
A. Berdasarkan tingkan kegawatan
1. Keadaan yang mengancam kehidupan.
2. Keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan.
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
B. Berdasarkan kebutuhan masllow
Yaitu

kebutuhan

fisiologis,

kebutuhan

keamanan

dan

keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri


dan kebutuhan aktualisasi diri.

BERFIKIR KRITIS

75

Menyusun diagnosa sesuai prioritas masalah menjadi titik fokal


untuk pengembangan tujuan, hasil yang diharapkan, intervensi dan
evaluasi. Sehingga diagnosa yang berurutan menurut kelompok
adalah:
1. Resiko kekurangan volume cairan b/d kurang pengetahuan
tentang kebutuhan cairan
2. Gangguan eliminasi urin b/d infeksi saluran kemih
3. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
4. Insomnia b/d ansietas
5. Defisiensi pengetahuan b/d kurang pengetahuan

BERFIKIR KRITIS

76

III. Intervensi Keperawatan


Hari /
No

Tgl /
Jam

Rencana Tindakan

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Senin

Nyeri akut

Setelah dilakukan

1.1 lakukan

1.1 Agar

20 juni

berhubungan

tindakan

pengkajian nyeri

mengetahui

2016

dengan Agens

keperawatan selama termasuk lokasi,

tingkat nyeri

cedera

2x24 jam

karakteristik, durasi

yang dialami

Biologis

diharapkan pasien

1.2 Bantu pasien

1.2 Agar pasien

dan keluarga untuk

mendapatkan

mencari dan

motivasi dan

menemukan

kemauan untuk

dukungan

cepat sembuh

1.3 Kontrol

1.3 Agar pasien

lingkungan yang

merasa nyaman

dapat

dan tidak

10.27

merasa nyaman,
ditandai dengan
rasa nyeri
berkurang menjadi
2 dengan kriteria
hasil:
I.

Pasien tenang
ekspresi wajah
cerah

II. Mampu
mengontrol

mempengaruhi nyeri terganggu


(suhu, pencahayaan
dan kebisingan)

istirahatnya
1.4 Untuk

1.4 Ajarkan tentang

mengurangi

relaksasi nafas

Nyeri yang

dalam

dialami pasien

mengunakan

1.5 Tingkatkan

1.5 Agar

teknik relaksasi

istirahat

meningkatkan

nyeri( tahu
penyebab nyeri,
mampu

/ non
farmakologi
untuk
mengurangi

1.6 Penkes tentang


nyeri (penyebab

istirahat pada
pasien

nyeri, berapa lama

1.6

nyeri akan

Meningkatkan

BERFIKIR KRITIS

77

nyeri menjadi 2
III. Melaporkan

berkurang)
1.7 Monitor tanda-

nyeri berkurang tanda vital


dengan
menggunakan
manajemen

1.8 kompres dengan


air hangat

nyeri

pengetahuan
pasien tentang
nyeri
1.7 Untuk
melihat
perkembangan
kesehatan pasien

IV. Tanda-tanda

1.8 Mengurangi

dalam rentang

Nyeri yang

normal

dialami pasien

V. Tidak
mengalami
gangguan tidur
2

Senin

Gangguan

Setelah dilakukan

1.1 pasang kateter

1.1 Untuk

20 juni

Eliminasi

tindakan

kemih sesuai ukuran

memperlancar

2016

urine

keperawatan selama

berhubungan

2x24 jam

dengan

diharapkan, pola

infeksi

eliminasi urine

saluran kemih

kembali normal

1.3 Anjurkan pasien

dengan kriteria

untuk minum yang

hasil:

cukup

I. Urine kembali

1.4 Tampung urine

10.27

normal
II. Kandung kemih

1.2 Jelaskan
penyebab perubahan
pola eliminasi

per 24jam untuk


pemeriksaan

kosong secara

1.5 Lakukan

penuh

penilaian kemih

III. Intake cairan

yang komprehensif

BERFIKIR KRITIS

pengeluaran
urine
1.2
meningkatkan
pengetahuan
pasien tentang
penyakit
1.3 Untuk
memenuhi cairan
tubuh pasien
1.4 Untuk
mengetahui hasil
perkembangan
78

dalam rentang

misalnya ( output

Normal

urine, warna urine,

IV. Bebas dari ISK

kejernihan urine)

1.5 Untuk
mengetahui hasil
perkembangan

V. Balance cairan

urine pasien

seimbang

urine pasien

Senin

Insomnia

Setelah dilakukan

1.1 Jelaskan

1.1 Agar pasien

20 juni

berhubungan

tindakan

pentingnya tidur

mengerti dan

2016

dengan

keperawatan selama yang adekuat

memahami

Ansientas

2x24 jam

penting dan

10.27

diharapkan
gangguan pola tidur
dapat teratasi,
dengan ktiteria
hasil:
I. Jumlah jam tidur
dalam batas
normal , 6-8
jam /hari
II. Perasaan pasien
senang, nyaman
dan rilek sesudah
tidur dan istirahat
III. Mampu
mengidentifikasi
kan hal-hal yang
meningkatkan
tidur pasien

1.2 Fasilitas untuk


mempertahankan

manfaat tidur

aktivitas sebelum

1.2 Agar dapat

tidur (membaca)

mengalihkan

1.3 ciptakan
lingkungan yang
nyaman
1.4 Monitor TTV
1.5 Timbang berat
badan seriap hari

pikiran pasien
dari penyakit dan
kecemasannya
1.3 Agar pasien
merasa nyaman
1.4 Agar dapat
melihat

1.6 Berikan makan

perkembangan

dengan Frekuensi

kesehatan pasien

sedikit tapi sering

1.5 Menurunkan

1.7 Berikan penkes

kelemahan dan

tentang makanan

meningkatkan

yang harus

nutrisi

dikonsumsi

BERFIKIR KRITIS

1.6 Agar

79

keluarga dan
pasien
mengetahui
makanan apa saja
yang dapat
dikonsumsi
4

Senin

Defisiensi

Setelah dilakukan

1.1 Berikan penkes

1.1 dapat

20 juni

pengetahuan

tindakan

tentang penyakit,

mengetahui

2016

berhubungan

keperawatan selama perawatan, dan

tentang penyakit

dengan

1x24 jam

pengobatan

yang di1alami

kurangnya

diharapkan klien

pengetahuan

memahami tentang

1.2 Kaji tingkat

1.2 Agar

kecemasan,

meningkatkan

perhatian, tingkat

partisipasi

partisipasi pasien,

pasien, mematuhi

dan tingkat

aturan terapi dan

pengetahuan

perawatan yang

10.27

penyakit, perawatan
dan pengobatan,
dengan kriteria
hasil:
I. Mengatakan
pemahaman
tentang proses
penyakit

1.3 Riviw
pengetahuan pasien

sedang dijalani
1.3 Pengetahuan

dan keluarga tentang yang cukup dapat


penyakit yang

membantu pasien

II. Perubahan pola

dialami dan

dalam tindakan

hidup untuk

memberikan

pengobatan, serta

memperbaiki

kembali penkes

meningkatkan

kesehatan umum

kesehatan klien

III. Menerima
kesehatan yang
adekuat
IV. Pasien dan
keluarga mampu

BERFIKIR KRITIS

80

menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
5

Resiko

Setelah dilakukan

5.1Pertahankan

kekurangan

tindakan

catatan

volume

keperawatan

dan output yang menyebabkan

cairan b/d

selama 3 x 24

akurat

kurang

jam diharapkan

pengetahua

masalah teratasi

n tentang

dnegan kriteria

kebutuhan

hasil :

cairan

1. Pengeluaran

5.1 Dehidrasi

intake dapat
rasa letih dan

5.2Monitor status
hidrasi

lemas dan
berlebih

(kelembaban

5.2 Dehidrasi

membran

dapat

mukosa,

nadi menyebabkan

urine (output) adekuat, tekanan membran


sesuai

darah

dengan
dan

usia

BB,

BJ

urine normal,
HT normal

ortostatik),
diperlukan

tubuh cairan IV

dalam

batas

5.5

normal (TD :
Anjurkan
untuk

ada banyak minum (2


tanda liter / hari)

dehidrasi,
Elastisitas
turgor

dan nadi

Berikan dapat kembali

pasien

3. Tidak

kulit

baik,
membran

menjadi kering

5.3 TTV pasien

nadi, 5.4

normal

dan bibir

5.3 Monitor vital menjadi cepat

suhu

tanda

jika

sign

2. Tekanan
darah,

mukosa mulut

5.6
keluarga

Dorong
untuk

membantu pasien
minum

mukosa

BERFIKIR KRITIS

120/80 mmHG
N: 60 80 x/I
RR : 16 20 x/I
T : 36 - 37C
5.4 Untuk
menambah
keadekuatan
cairan tubuh
5.5 Dengan
minum akan
81

lembab, tidak

mempercepat

ada

rasa

dalam

haus

yang

mengatasi

berlebihan

kekurangan
volume cairan
5.6 Meningkatkan peran
serta keluarga
dalam
pemenuhan
kebutuhan
vairan untuk
mempercepat
proses
penyembuhan.

Hasil Analisa Intervensi Keperawatan


Berdasarkan Anatomi dan Fisiologi
A. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut behubungan dengan Agen
Cedera Fisik
1. Lakukan pengkajian nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
durasi
Untuk

mengetahui

keadaan

umum

pengkajian nyeri juga menilai seberapa

klien,

melakukan

buruk kondisi pasien

atau perubahan kondisi pasien. Melakukan pengkajian


bertujuan

untuk

mengetahui

karakteristik

nyeri

juga

bagaimana

kualitas nyeri tersebut. Kemudian melakukan pengkajian nyeri


juga bertujuan agar menegetahui lokasi nyeri tersebut, apakah
nyeri itu bisa bermetastase ke bagian tubuh yang lain dan
kemudian mengetahui pada saat kapan nyeri itu timbul dan

BERFIKIR KRITIS

82

seberapa lama nyeri itu timbul dan sudah berapa hari nyeri itu
timbul. Dan juga berdasarkan pada data yang kami dapat di
pengkajian

kami

melakukan

pengkajian

pada

pasien

menggunakan metode PQRST:


P: Agen cedera biologis
Q: Nyerinya seperti di tusuk-tusuk
R: Dibagaian perut bawah (fesika urinaria)
S: Skala 7 (face)
T: Sejak saat di rumah atau sebelum masuk rumah sakit
2. Bantu pasien dan keluarga mencari dan menemukan
dukungan
Selain membantu kita sebagai perawat juga harus memberi
dukungan dan memotivasi agar pasien semangat dalam menjalani
terapi pengobatan dan tidak mudah putus asa di samping itu kita
juga bisa memberikan pemahaman kepada keluarga serta kerabat
terdekat dari pasien bahwa penyakit yang di alami pasien bisa
sembuh dengan mengikuti terapi yang sesuai standar agar
keluarga dan kerabat terdekat pasien bisa lebih semangat dalam
memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien.
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu,
pencahayaan, dan kebisingan)
Kita perlu mengontrol lingkungan karena lingkungan sangat
berpengaruh agar pasien bisa mengontrol nyerinya, oleh karena
itu

kita

sebagai

perawat

perlu

meningkatkan

kenyamanan

lingkungan agar pasien tersebut bisa mengontrol nyeri tersebut.


4. Ajarkan pasien tentang tekhnik relaksasi nafas dalam
Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam itu perlu karena
tekhnik tersebut bisa membuat pasien rileks dan nyerinya bisa

BERFIKIR KRITIS

83

berkurang, selain mengajarkannya kepada pasien kita perlu juga


mengajarkannya kepada kerluarga dan kerabat terdekat pasien
agar

mereka

tahu

fungsi

dari

tekhnik

tersebut

dan

bisa

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari atau pada saat


nyeri timbul dibagaian mana saja.
5. Tingkatkan isitirahat
Kita perlu meningkatkan istirahat pasien agar pasien tidak
syok

terhadap

nyerinya

selain

itu

faktor

lingkungan

juga

berpengaruh dalam meningkatkan isitirahat pasien oleh kerena itu


kita perlu menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.
6. Penkes tentang penyebab nyeri
Memberikan penkes bertujuan agar pasien dan keluarga tidak
cemas terhadap penyakit yang di alami pasien dan juga bertujuan
menambah pengetahuan pasien dan kelurga serta agar pasien
mempunyai semangat dan termotivasi dalam menjalani terapi
pengobatan selama di rumah sakit.
7. Monitor tanda-tanda vital
Selain untuk mengetahui keadaan umum klien, memonitor
tanda-tanda vital juga di lakukan untuk menilai bagaimana
peningkatan atau perubahan tanda-tanda vital. Pemerikasaan
tanda-tand

avital

juga

merupakan

indikator

penting

untuk

mengetahui apakah pasien tersebut sedang mengalami hidrasi


atau tidak. Sebab orang yang mengalami kehilangan cairan aktif
tekanan darahnya menurun serta frekuensi denyut nadi juga ikut
menurun dan diikuti keadaan tubuh pasien menjadi lemah dan
lesu.
8. Kompres dengan air hangat
Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit
lokal, melancarkan sirkulasi darah, menstimulasi pembuluh darah,

BERFIKIR KRITIS

84

mengurangi spasme otot dan mengilangkan sensasi rasa nyeri,


memberikan ketenangan dan kenyamanan.
Air hangat ( 46,5-51,5C) memiliki dampak fisiologis bagi
tubuh, yaitu pelunakan jaringan sehingga dapat mencegah
kekakuan otot, memvasodilatasikan dan mempelancar aliran
darah, sehingga dapat menurunkan atau menghilangkan rasa
nyeri.
B. Diagnosa

Keperawatan

:Gangguan

Eliminasi

urine

berhubungan dengan infeksi saluran kemih


1. Pasang kateter kemih sesuai ukuran
Pada data pengkajian pasien atas nama Tn. T dengan
diagnosa hematuria susp ca buli + anemia berat harus di pasang
kateter guna Membantu pasien mengeluarkan urin, dan juga
berfungsi untuk mengambil sampel urin guna pemeriksaan kultur
mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi selain itu juga
membantu pasien agar tidak kesakitan dalam mengeluarkan urin,
adanya pembekuan darah dalam buli-buli, dan inflamasi pada
uretra.
2. Jelaskan penyebab pola eilminasi
Menjelaskan pola eliminasi kepada pasien dan keluarga bahwa
karena terjadinya perubahan pola eliminasi ini di sebabkan oleh
hematuria susp ca buli + anemia berat penyakit yang di alami
sekarang, karena penyakit tersebut mengakibatkan infeksi saluran
kemih oleh sebab itu kenapa terjadinya perubahan pola eliminasi
atau susah dan sakit pada saat mengeluarkan air kencing.
3. Anjurkan pasien untuk minum yang cukup
Dalam membuat intervensi ada kriteria SMART yaitu: spesifik,
measurable, assesment, rasional, dan time. Kata anjurkan pasien
untuk minum yang cukup tidak dapat di ukur atau tidak

BERFIKIR KRITIS

85

measurable (jumlah yang seharusnya diminum oleh pasien harus


jelas). Jadi kita harus menjelaskan kepada pasien kebutuhan air
minum yang kita minum setiap hari itu harus minimal 2000
cc/hari.
4. Tampung urin per 24 jam untuk pemeriksaan
Menampung urin pasien per 24 jam untuk pemeriksaan guna
bertujuan untuk mengetahui hasil protein, pH, berat jenis,
glukosa, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan leukosit
esterase.
5. Lakukan penilaian kemih yang komprhensif (output urin,
warna urin, kejernihan urin)
Melakukan penilaian kemih yang komprenshif bertujuan untuk
mengetahui

adanya

gangguan

keseimbangan

cairan

dan

elektrolit, pola eliminasi, kekurangan volume cairan serta adanya


infeksi pada saluran kemih.
C. Diagnosa

Keperawatan

Insomnia

berhubungan

dengan

Ansientas
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Memberikan edukasi pentingnya tidur yang adekuat terutama
pada orang yang lanjut usia dan menjelaskan bahwa kebutuhan
tidur yang harus terpenuhi 7-9 jam tetapi tergantung aktivitas
orang tersebut dengan sasaran pasien, keluarga pasien, dan
kerabat terdekat.
2. Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca)
Memfasilitasi

pasien

untuk

mempertahankan

aktivitas

sebelum tidur seperti membaca guna bertujuan merilekskan


badan dan pikiran pasien agarpasien dapat lebih berkonsentrasi

BERFIKIR KRITIS

86

untuk bisa meningkat kualitas tidur pasien di samping itu juga


supaya kebutuhan tidur pasien adekuat.
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Berdasarkan data yang ada pada pengkajian pasien dengan
penyakit yang di alami sekarang menimbulkan agen cedera
biologis berupa nyeri pada fesika urinaria selain itu pasien tidak
tidur di sebabkan juga oleh lingkungan yang bising sehingga kita
perlu

mengontrol

lingkungan

karena

lingkungan

sangat

berpengaruh agar pasien bisa mengontrol nyerinya, oleh karena


itu

kita

sebagai

perawat

perlu

meningkatkan

kenyamanan

lingkungan agar pasien tersebut bisa mengontrol nyeri tersebut


dan juga bisa memenuhi tidur yang adekuat.
4. Monitor tanda-tanda vital
Selain untuk mengetahui keadaan umum klien, memonitor
tanda-tanda vital juga di lakukan untuk menilai bagaimana
peningkatan atau perubahan tanda-tanda vital. Pemerikasaan
tanda-tand

avital

juga

merupakan

indikator

penting

untuk

mengetahui apakah pasien tersebut sedang mengalami hidrasi


atau tidak. Sebab orang yang mengalami kehilangan cairan aktif
tekanan darahnya menurun serta frekuensi denyut nadi juga ikut
menurun dan diikuti keadaan tubuh pasien menjadi lemah dan
lesu.
5. Timbang berat badan seriap hari
Melakukan penimbanagan berat badan setiap hari bertujuan
untuk memantau apakah terjadi penurunan berat badan yang
drastis, adanya gangguan pola nutrisi.

6. Berikan makan dengan frekuensi sedikit tapi sering

BERFIKIR KRITIS

87

Dalam artian walaupun pasien makan dengan jumlah porsi


yang sedikit tetapi kita harus sering memberikannya agar jumlah
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh terpenuhi.
7. Berikan penkes tentang makanan yang harus dikonsumsi
Dalam

masa

perawatan

kita

juga

harus

memberikan

pendidikan kesehatan tentang jenis-jenis makanan yang perlu di


konsumsi agar nutrisi yang di perlukan terpenuhi dan membantu
fase penyembuhan dengan sasaran pasien, keluarga pasien, dan
kerabat terdekat.

D. Diagnosa Keperawatan :Defisiensi pengetahuan berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan
1. Berikan penkes tentang penyakit, perawatan, pengobatan
Dalam masa perawatan kita juga perlu memberikan edukasi
atau pengetahuan tentang penyakit serta menjelaskan bahwa
perawatan

yang

di

terapkan

sesuai

standar

dan

serta

pengobatannya juga di samping itu kita juga menjelaskan


tujuannya di lakukan tindakan seperti pemasangan kateter dan
menjelaskan fungsi dari obat yang kita berikan kepada pasien.
2. Kaji tingkat kecemasan, perhatian, tingkat partisipasi
pasien, dan tingkat pengetahuan
Selain kita mengkaji nyeri pasien kita jugta mengkaji tingkat
kecemasan pasien apakah pasien berada di tingkatan cemas
ringan, sedang, dan berat. Selain itu kita juga mengkaji tingkatan
partisipasi pasien, apakah pasien sangat berpartisipasi dalam
masa penyembuhan dan juga tingkat pengetahuan pasien setelah
di berikan pendidikan kesehatan.
3. Riview pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit
yang dialami dan memberikan kembali penkes

BERFIKIR KRITIS

88

Setelah di berikannya penkes kita perlu mereview ulang


materi

tersebut

dengan

cara

memberikan

pertanyaan

dan

meminta pasien, keluarga pasien serta kerabat terdekat untuk


menjelaskan ulang materi yang telah kita sampaikan. Kemudian
kita berikan edukasi lagi yang tidak di pahami oleh sasaran.
E. Diagnosa Keperawatan : Resiko kekurangan volume cairan b/d
kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
1. Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
Dari data pengkajian di atas kita perlu mempertahankan
catatan intake dan output agar kita bisa tahu berapa intake dan
output cairan tersebut dalam waktu per 24 jam guna untuk
menetukan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis yang
lainnya.
2. Monitor status hidrasi (kelembababn membaran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
Berdasarkan data pengkajian di atas kita perlu memonitor
status hidrasi dengan cara melihat kelembaban memebran
mukosa, frekuensi nadi serta tekanan darah ortostatik untuk
mengetahui seberapa besar pasien kehilangan cairan aktif dan
apakah pasien sudah minum air putih sesuai kebutuhan.

3. Monitor vital sign


Selain untuk mengetahui keadaan umum klien, memonitor
tanda-tanda vital juga di lakukan untuk menilai bagaimana
peningkatan atau perubahan tanda-tanda vital. Pemerikasaan
tanda-tand

avital

juga

merupakan

indikator

penting

untuk

mengetahui apakah pasien tersebut sedang mengalami hidrasi


atau tidak. Sebab orang yang mengalami kehilangan cairan aktif
tekanan darahnya menurun serta frekuensi denyut nadi juga ikut

BERFIKIR KRITIS

89

menurun dan diikuti keadaan tubuh pasien menjadi lemah dan


lesu.
4. Kolaborasi pemberian cairan IV
Tujuan dari kolaborasi pemberian cairan iv yaitu untuk
menggantikan cairan aktif pasien yang telah hilang sehingga
membantu

agar

cairan

pasien

menjadi

adekuat

dan

juga

mengatasi pasien yang minum tidak sesuai minimal yang


dibutuhkanj tubuh.
5. Anjurkan pasien banyak minum
Menganjurkan pasien untuk minum minimal 2 liter perhari
sangat penting karena dengan minum pasien bisa bebas atau
terjauh dari resiko kekurangan volume cairan maupun dari
kekurangan volume cairan.
6. Dorong keluarga untuk membantu pasien minum
Selain memberikan edukasi kita juga harus memberikan
dorongan berupa pemahaman kepada keluarga agar keluarga bisa
berperan aktif dan bisa membantu pasien untuk banyak minum
sehingga kebutuhan cairan pasien bisa kembali adekuat dan
proses peneyebuhan bisa dengan cepat.

IV. Implementasi Keperawatan


No

Jam

Hari /
tanggal

Dx

Implementasi Keperawatan

BERFIKIR KRITIS

Respon klien

90

08.00

Senin 20
juni 2016

1.1 Melakukan pengkajian nyeri


termaksud lokasi, karakteristik,
durasi

S : klien mengatakn
nyeri
bagian bawah
perut.
- klien mengatakan
sakitnya pada
saat miksi
- klien
mengatakan
sakitnya
seperti
tertusuk-tusuk

O: -wajah klien
meringis
- klien
memegang
bagian bawah
perut
- klien terusmenerus
mengeluh
kesakitan saat
BAK

08.20

Senin 20
juni 2016

1.2 Membantu pasien dan keluarga


untuk mencari dan menemukan

BERFIKIR KRITIS

S : - pasien
mengatakan ingin

91

cepat sembuh

dukungan

O : - Pasien
mempunyai
motivasi dan
dorongan yang baik
- pasien
bersemagat
menjalani
pengobatan

08.28

Senin 20
juni 2016

1.3 Mengontrol lingkungan yang


dapat mempengaruhi nyeri (suhu,
pencahayaan

dan kebisingan)

S : - Pasien
mengatakan bahwa
ia dapat tertidur dan
nyaman apabila
lingkungan tidak
bising

O : - Pengunjung
pasien di batasi dan
lingkungan di
tentramkan, pasien
terlihat tenang

08.30

Senin 20
juni 2016

1.4 Mengajarkan tentang relaksasi


nafas dalam

BERFIKIR KRITIS

S : - Pasien
mengatakan nyeri
mulai berkurang

92

setelah melakukan
relaksasi nafas
dalam

O : - Pasien Mulai
rileks

08.45

Senin 20
juni 2016

1.5 Meningkatkan istirahat pasien

S : - pasien
mengatakan susah
tidur karena bising,
nyeri dan sangat
gelisa

O : - pasien terlihat
gelisa

09.10

Senin 20
juni 2016

1.6 Memberikan Penkes tentang


nyeri (penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang)

S : - pasien
mengatakan masih
belum mengerti
tentang nyeri

O : - pasien
bingung

09.45

Senin 20
juni 2016

1.7

Mengkompres

dengan

BERFIKIR KRITIS

air

S : - pasien
mengatakan nyeri

93

hangat

berkurang menjadi
5 apabila dikompres
dengan air hangat

O : - pasien masih
meringis

12.00

Senin 20
juni 2016

1.8 Memonitor tanda-tanda vital

S : - pasien
menanyakan
perkembangan
kesehatannya

O : TD : 110/60
mmHg
N : 62 x/manit
RR : 20 x/manit
T : 36,8C
Nyeri : 5 ( sangat
Nyeri)
Hb: 11

DX 2 : GANGGUAN ELIMINASI URINE BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI


SALURAN KEMIH

BERFIKIR KRITIS

94

No
2

Jam
10.15

Hari /
tanggal

Dx

Implementasi keperawatan

Respon Klien

Senin 20

1.1 Memaasang kateter kemih

S : - pasien

juni 2016

sesuai ukuran

mengatakan
keadaannya mulai
membaik

O : - pasien terlihat
lebih rileks setelah
terpasang DC
- urine mengalir
dengan lancar ke
urinbank pasien

11.25

Senin 20
juni 2016

1.2 Menjelaskan penyebab


perubahan pola
eliminasMengajurkan pasien untuk
minum yang cukup

S : - pasien
mengatakan
mengerti dan lebih
paham dengan
penjelasan yang
diberikan

O : - pasien dapat
menjelaskan
kembali apa yang
telah dijelaskan

11.36

Senin 20

1.3 Menganjurkan pasien untuk

BERFIKIR KRITIS

S : - pasien
95

juni 2016

minum yang cukup

mengatakan akhirakhir ini pasien


lebih banyak
minum

O : - pasien minum
dalam satu hari
3000 ml dilihat dari
aqua besar 2 botol

11.40

Senin 20

1.4 Menampung urine 24/jam

juni 2016

S : - Pasien
menanyakan
mengapa warna
urine masih
berwarna merah

O : - Urine dalam
sehari tertampung
1500 ml dilihat dari
kantung kencing
pasien
- Urine berwarna
merah dan keruh

Dx 3 : INSOMNIA BERHUBUNGAN DENGAN ANSIENTAS

BERFIKIR KRITIS

96

No
3

Jam
11.45

Hari /

Dx

tanggal
Senin 20
juni 2016

Implementasi keperawatan

Respon Klien

1.1 Menjelaskan pentingnya tidur

S : - pasien

yang adekuat

mengatakan susah
tidur, pasien sudah
mengerti apa yang
disampaikan

O : - pasien Tidur
malam : 6 jam
karena gelisa

12.32

Senin 20

1.2 Memfasilitasi untuk

S : - Pasien

juni 2016

mempertahankan aktivitas

mengatakan merasa

sebelum tidur (membaca)

nyaman apabila
sebelum tidur ia
membaca buku
terlebih dahulu

O : - pasien rileks
saat membaca

12.45

Senin 20

1.3 Menciptakan lingkungan yang

S : - pasien

juni 2016

nyaman

mengatakan lebih
nyaman apabila
lingkungan tidak
ribut

BERFIKIR KRITIS

97

O : - pasien terlihat
tenang pada saat
situasi atau
lingkungan hening

17.00

Senin 20

1.4 Memonitor TTV

juni 2016

S : - Pasien
mengucapkan
trimakasi terhadap
perawat

O : - TD : 110/70
mmHg
- N : 72 x /menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36,5 C
- Skala Nyeri : 4

12.48

Senin 20

1.5 Menimbang berat badan seriap

S : - Pasien

juni 2016

hari

mengatakan
badannya semakin
kecil

O : - sebelum sakit
BB : 50 kg

BERFIKIR KRITIS

98

Saat sakit BB: 38


kg
( selama 8 hari )

12.50

Senin 20

1.6 Memberikan makan dengan

S : - Pasien

juni 2016

Frekuensi sedikit tapi sering

mengatakan tidak
napsu terhadap
makanan

O : - Pasien tidak
menghabiskan 1
porsi makan yang
disediahkan di Rs

13.30

Senin 20

1.7 Memberikan penkes tentang

S : - Pasien

juni 2016

makanan yang harus dikonsumsi

mengatakan
mengerti dan
paham tentang apa
yang sudah
dijelaskan

O : - Pasien Paham

Dx 4 : DEFISIENSI PENGETAHUAN BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA


PENGETAHUAN

BERFIKIR KRITIS

99

No
4

Jam
13.50

Hari /

Dx

tanggal
Senin
20 juni
2016

Implementasi keperawatan

Respon Klien

1.1 Memberikan penkes tentang

S : - Pasien

penyakit, perawatan, dan

mengatakan paham

pengobatan

dan mengerti
tentang panyakit,
perawatan dan
pengobatan

O : - Pasien dan
keluarga dapat
menjelaskan
kembali apa yang
telah dijelaskan
oleh tim kesehatan

14.40

Senin 20

1.2 Mengkaji tingkat kecemasan,

S : - Pasien

juni 2016

perhatian, tingkat partisipasi

mengatakan tidak

pasien, tingkat pengetahuan dan

cemas, pasien

lain - lain

mengatakan ingin
sekali sembuh

O : - Pasien
mengikuti semua
prosedur
pengobatan
- pasien mulai

BERFIKIR KRITIS

100

rileks

15.50

Senin 20

1.3 Riviw pengetahuan pasien dan

S : - Pasien

juni 2016

keluarga tentang penyakit yang

mengatakan sudah

dialami dan memberikan kembali

memahami dan

penkes

paham tentang
penyakit yang
dialami

O : - pasien paham
Implementasi Hari kedua
NO
1

Jam
07.45

Hari /

DX

tanggal
Selasa 21
Juni 2016

Implementasi

Respon Klien

1.1Melakukan pengkajian nyeri

S : - Klien

termaksud lokasi, karakteristik,

mengatakan bahwa

durasi, dll.

nyeri bagian perut


berkurang
- Klien mengatakan
tidak sakit pada
saat BAK
O : - Pasien rileks
-Pasien terpasang
DC / kateter

08.00

Selasa 21

1.4 Mengajarkan tentang relaksasi

S : Pasien

Juni 2016

nafas dalam

mengatakan nyeri
berkurang dari
skala nyri 4

BERFIKIR KRITIS

101

menjadi 2 (sedikit
nyeri)
O : Pasien rileks
08.15

Selasa 21

1.5 Tingkatkan istirahat

Juni 2016

S : Pasien
mengatakan mulai
merasa nyaman
saat tidur.
O : Pasien tenang

08.35

Selasa 21

1.6 Memberikan penkes tentang

S : Pasien

Juni 2016

nyeri

mengatakan bahwa
pasien sudah
mengerti dan
paham tentang
nyeri yang dialami
O : Pasien paham

09.45

Selasa 21

1.8 Memonitor TTV

Juni 2016

S :Pasien
mengatakan
keadaannya mulai
membaik
O : TD= 120/70
mmHg N=72 x/i
RR=20 x/i
T=36,5C
Skala nyeri = 2
HB = 11

08.45

Selasa 21
Juni 2016

1.3 Menganjurkan untuk minum

S : Pasien

yang cukup

mengatakan akhir -

BERFIKIR KRITIS

102

akhir ini pasien


lebih banyak
minum
O : 1 hari 3000 ml
dilihat dari 2 botol
aqua ukuran besar
08.50

Selasa 21

1.4 Menampung urin selama 24

S : Pasien

Juni 2016

jam

mengatakan
urinnya mulai
jernih
O : Urin dalam
sehari tertampung
1600 ml dilihat dari
kantong kencing
pasien

12.00

Selasa 21

1.4 Memonitor TTV

Juni 2016

S : Pasien
mengatakan bahwa
ia merasa
keadaannya muali
membaik
O : TD = 120/70
mmHg
N= 76 x/i
RR= 22x/i
T= 36,4
Skala nyeri= 2

BERFIKIR KRITIS

103

HB= 11
09.25

Selasa 21

1.5 Menimbang berat badan setiap

S : Pasien

Juni 2016

hari

mengatakan
makannya muali
teratur dan bernafsu
O : Berat badan
naik 1 kilo dalam 2
hari dari 38
menjaid 40

11.25

Selasa 21

1.6 Memberikan makanan dengan

S : Pasien

Juni 2016

frekuensi sedikit tapi sering

mengatakan
mempunyai nafsu
makan
O : Pasien
menghabiskan 1
porsi makanan
yang diberikan RS

Diagnosa

Resiko

kekurangan

volume

cairan

b/d

kurang

pengetahuan tentang kebutuhan cairan


NO
5

Jam

Hari /
tanggal

Dx
5

Implementasi

Respon Klien

5.1 Mempertahankan catatan


intake dan output yang akurat
5.2 Mengukur status hidrasi
(

kelembaban

mukosa,

nadi

membran
adekuat,

tekanan darah

BERFIKIR KRITIS

104

ortostatik )
5.3 Mengukur vital sign
5.4 Memberikan cairan IV
5.5

Anjurkan

pasien

untuk

banyak minum (min 2 liter


per hari)
5.6

Menganjurkan

untuk

keluarga

membantu

pasien

minum
5.7

Kolaborasi

dokter

jika

tanda cairan berlebih atau


berkurang

Hasil Analisa Implementasi Keperawatan


A. Diagnosa keperawatan Nyeri akut b/d agen cidera biologis
1.1

Melakukan

pengkajian

nyeri

termaksud

lokasi,

karakteristik, durasi
Melakukan pengkajian nyeri bertujuan untuk mengetahui skala
dan letak nyeri yang dialami pasien,dalam pengkajian nyeri
terdapat unsur-unsur P Q R S T dimana:
a.

P merupakan penyebab daripada nyeri itu sendiri,apakah


karena benturan?akibat penyayatan?

b. Q merupakan qualitas nyeri yaitu seberapa berat keluhan


nyeri

terasa?bagaimana

rasanya?apakah

seperti

tertusuk,tertekan,atau di iris-iris?

BERFIKIR KRITIS

105

c.

merupakan

region

atau

letak

nyeri

tersebut

dirasakan,apakah menyebar atau hanya di satu titik saja?


d. S untuk skala kegawatan yang dapat dilihat dari skala vas/face
e.

untuk

timing,kapan

nyeri

tersebut

mulai

ditemukan?

seberapa sering nyeri tersebut dirasakan?apakah nyeri nya


mendadak atau bertahap? termasuk nyeri akut atau kronis.
Dilihat dari respon klien unsur PQRST tidak semua yang
terpenuhi karena tidak dijelaskan skala nyeri yang dirasakan.

1.2 Membantu pasien dan keluarga untuk mencari


dan menemukan

dukungan

Maksudnya ialah membantu memotivasi pasien agar tidak


pasrah akan penyakit yang dirasakan,dan memiliki semangat.
Dengan mensupport pasien hal itu akan membantu mengurangi
rasa cemas yang dialami pasien.
Dilihat dari repon pasien bahwa implementasi yang telah
diterapkan memiliki dampak yang baik bagi kondisi pasien
1.3 Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
(suhu,

pencahayaan dan kebisingan)


Bertujuan
menciptakan
lingkungan
nyaman
pasien,karena

umumnya

membutuhkan

tempat

pasien

yang

yang

mengalami

tenang,terutama

untuk

untuk
nyeri
tingkat

kebisingan yang harus dikurangi.


1.4 Mengajarkan tentang relaksasi nafas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada

BERFIKIR KRITIS

106

klien bagaimana cara melakukan nafas dalam,nafas lambat


(menahan

inspirasi

secara

maksimal)

dan

bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan yang bertujuan untuk


mngurangi

intensitas

nyeri

pada

pasien

dan

juga

dapat

meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi dalam


darah selain itu juga dengan relaksasai nafas dalam dapat
memelihara pertukaran gas dalam alveoli,mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional dan menurunkan kecemasan.
1.5 Meningkatkan istirahat pasien
Meningkatkan istirahat pasien bertujuan untuk mengurangi
1.6

kecemasan pasien selain dengan relaksasi nafas dalam tadi.


Memberikan Penkes tentang nyeri (penyebab nyeri,

berapa lama nyeri


akan berkurang)
Memberikan penkes termasuk dalam tindakan edukasi karena
saat perawat memberikan penkes berarti perawat tersebut
sedang mendidik atau mengajarkan hal-hal yang berkaitan
dengan nyeri yang dialami pasien. Dalam memberikan penkes
ada hal-hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu seperti
perawat harus tahu latar belakang pendidikan pasien yang akan
diberikan penkes nantinya. Agar dalam memberikan penkes
perawat bisa menyesuaikan seperti tidak menggunakan bahasabahasa medis yang tidak dimengerti pasien. Dilihat dari respon
pasien penkes yang dilakukan dinilai belum berhasil karena pasien
masih belum mengerti tentang nyeri yang dialami.
1.7 Mengkompres dengan air hangat
1.8 Memonitor tanda-tanda vital
Memonitor tanda-tanda vital termasuk dalam hal kaji dalam
implementasi,yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada
perubahan tanda-tanda vital pasien atau tidak?karena pada ketika

BERFIKIR KRITIS

107

seseorang mengalami nyeri nadi dan tekanan darah pasti akan


naik,dengan mengkaji tanda-tanda vital juga perawat akan
mengetahui tindakan apa yang selanjutnya akan dilakukan.
Kelompok setuju dengan diagnose pertama walaupun masih ada
yang kurang dalam implementasi ini karena tidak ada mencakup Kaji
Mandiri Edukasi dan

Kolaborasi yang seharusnya ada didalam

implementasi dan tidak terdapat evaluasi proses dan evaluasi


struktur.
B. Diagnosa keperawatan Gangguan eliminasi b/d infeksi saluran
kemih
1.1 Memasang kateter kemih sesuai ukuran
Pemasangan kateter dilakukan karena terdapat gangguan
eliminasi urine yang disebabkan oleh ca bully yang diderita pasien
yang menyebabkan infeksi saluran kemih sehingga pasien sulit
berkemih. Adapun tujuan dilakukan pemasangan kateter pada
pasien ialah untuk mengeluarkan urine dan ,menghilangkan
ketidaknyamanan

karena

distensi

kandung

kemih

yang

disebabkan karena infeksi pada vesika urinaria.


1.2 Menjelaskan penyebab perubahan pola eliminasi
1.3 Menganjurkan pasien untuk minum yang cukup
Samasama menganjurkan pasien untuk minum

yang

cukup,normalnya seseorang harus minum 2 liter air dalam sehari


agar

tidak

terjadi

gangguan

pemenuhan

kebutuhan

cairan

didalam tubuh.karena sekitar 2/3 atau sekitar 60-70%

berat

badan manusia terdapat kandungan air.


Kelompok setuju dengan diagnosa kedua karena dalam analisa
data terdapat data-data yang menunjang adanya gangguan

BERFIKIR KRITIS

108

eliminasi walaupun masih kurang unsur kaji mandiri edukasi dan


kolaborasi dan juga evaluasi proses dan strukturnya.
1.4 Menampung urine
Penampungan urin per 24 jam dilakukan untuk menghitung
balances cairan,dalam penghitungan balances cairan dibutuhkan
jumlah urine yang di keluarkan atau yang ada didalam urine bag
jika pasien menggunakan kateter. Balance cairan dilakukan untuk
menghitung jumlah input dan output urin pasien.
C. Diagnosa keperawatan Insomnia b/d ansietas
1.1 Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat berkaitan dengan
diagnose keperawatan yang diangkat yaitu insomnia sangat perlu
hal ini berkaitan

dengan diagnose

pertama

dimana harus

menciptakan keadaan lingkungan yang tenang sehingga cahaya


suhu kebisingan perlu diminimalisir normalnya pola tidur yang
baik ialah siang 2 jam dan malam 7 - 8 jam,tidur tidak hanya
mengistirhatkan otot tetapi juga saat tidur tubuh mengalami
perbaikan dan detoksifikasi (pengeluaran racun). Saat tidur juga
hormone

akan

mengkonversi

energy

untuk

perbaikan

tubuh,hormone adrenalin dan kortikosteroid turun dan tubuh


mulai memproduksi hormone pertumbuhan.
1.2 Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
tidur

(membaca)

BERFIKIR KRITIS

109

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan relaksasi pasien,dengan


membaca pasien akan merasa rileks dan tidak terpaku akan nyeri
yang dirasakan pasien
1.3 Menciptakan lingkungan yang nyaman
Lingkungan

yang

kurang

nyaman

mempengaruhi

insomnia,orang yang insomnia karena ansietas artinya pasien


tersebut cemas dan membutuhkan lingkungan yang nyaman
untuk

nya

sehingga

tingkat

kenyamanan

lingkungan

perlu

ditingkatkan. Disini kebutuhan rasa aman dan yaman pasien


sangat diperlukan.
1.4 Memonitor TTV
Mengapa mengkaji tanda-tanda vital perlu dilakukan berulangulang berkaitan dengan insomnia?karena tidur yang cukup dapat
mengurangi resiko hipertensi jika pasien insomnia dan kebutuhan
tidur

kurang dari 6 jam setiap malamnya akan meningkatkan

resiko hipertensi. Dikhawatirkan jika pasien insomnia terusmenerus dan beresiko hipertensi juga akan berakibat pada nyeri
yang dirasakan oleh pasien.

1.5 Menimbang berat badan setiap hari

BERFIKIR KRITIS

110

Berkaitan dengan intake cairan dan output cairan pengukuran


berat badan sangat penting karena dalam menghitung IWL (Intake
Water Lose) diperlukan data berat badan pasien.apakah berat
badan masih tetap sama atau menurun atau meningkat? Dilihat
dari respon pasien selama 8 hari dirawat dirumah sakit pasien
mengalami penurun berat badan 2 kg.
1.6 Memberikan makan dengan Frekuensi sedikit tapi sering
Berkaitan

dengan

pemenuhan

kebutuhan

nutrisi

pasien

sehingga di anjurkan untuk makan dalam porsi sedikit tapi


sering,karena jika input makanan dan minuman tidak mencukupi
juga akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.
Kelompok setuju dengan diagnose diatas yang telah dibuat karena
menurut kelompok sudah ada data-data penunjang atau data yang
mendukung walaupun masih ada yang kurang dalam implementasi
keperawatannya.
D. Diagnosa keperawatan Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya
pengetahuan
1.1 Memberikan penkes tentang penyakit, perawatan, dan
pengobatan
Memberikan penkes termasuk dalam tindakan edukasi karena
saat perawat memberikan penkes berarti perawat tersebut
sedang mendidik atau mengajarkan hal-hal yang berkaitan
dengan penyakit pasien,perawatan dan cara pengobatan yang

BERFIKIR KRITIS

111

tepat bagi pasien. Dalam memberikan penkes ada hal-hal yang


perlu diperhatikan terlebih dahulu seperti perawat harus tahu
latar belakang pendidikan pasien yang akan diberikan penkes
nantinya.

Agar

dalam

memberikan

penkes

perawat

bisa

menyesuaikan seperti tidak menggunakan bahasa-bahasa medis


yang tidak dimengerti pasien. Dilihat dari respon pasien penkes
yang dilakukan dinilai belum berhasil karena pasien masih belum
mengerti tentang nyeri yang dialami.
E. Diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan b/d
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan cairan
5.1 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Dari data pengkajian di atas kita perlu mempertahankan
catatan intake dan output agar kita bisa tahu berapa intake dan
output cairan tersebut dalam waktu per 24 jam guna untuk
menetukan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis yang
lainnya.
5.2 Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

Berdasarkan data pengkajian di atas kita perlu memonitor


status hidrasi dengan cara melihat kelembaban memebran
mukosa, frekuensi nadi serta tekanan darah ortostatik untuk
mengetahui seberapa besar pasien kehilangan cairan aktif dan
apakah pasien sudah minum air putih sesuai kebutuhan.
5.4 Monitor vital sign
Selain untuk mengetahui keadaan umum klien, memonitor
tanda-tanda vital juga di lakukan untuk menilai bagaimana
peningkatan atau perubahan tanda-tanda vital. Pemerikasaan

BERFIKIR KRITIS

112

tanda-tand

avital

juga

merupakan

indikator

penting

untuk

mengetahui apakah pasien tersebut sedang mengalami hidrasi


atau tidak. Sebab orang yang mengalami kehilangan cairan aktif
tekanan darahnya menurun serta frekuensi denyut nadi juga ikut
menurun dan diikuti keadaan tubuh pasien menjadi lemah dan
lesu.
5.5 Berikan cairan IV
Tujuan dari kolaborasi pemberian cairan iv yaitu untuk
menggantikan cairan aktif pasien yang telah hilang sehingga
membantu

agar

cairan

pasien

menjadi

adekuat

dan

juga

mengatasi pasien yang minum tidak sesuai minimal yang


dibutuhkanj tubuh.
5.6 Anjurkan pasien untuk banyak minum
Menganjurkan pasien untuk minum minimal 2 liter perhari
sangat penting karena dengan minum pasien bisa bebas atau
terjauh dari resiko kekurangan volume cairan maupun dari
kekurangan volume cairan.
5.7 Dorong keluarga untuk membantu pasien minum
Selain memberikan edukasi kita juga harus memberikan
dorongan berupa pemahaman kepada keluarga agar keluarga bisa
berperan aktif dan bisa membantu pasien untuk banyak minum
sehingga kebutuhan cairan pasien bisa kembali adekuat dan
proses peneyebuhan bisa dengan cepat.

V. Evaluasi
Hari 1
No

Tgl & Waktu

Diagnosa Keperawatan

20 Juni 2016

Nyeri akut berhubungan


dnegan agens biologis

Evaluasi Hasil
S : pasien mengatakan nyeri mulai
berkurang dari 7 menjadi 4

BERFIKIR KRITIS

113

13.00

O: - Pasien terlihat rileks


- Nyeri berkurang menjadi 4
- TTV :
TD = 110/60
N = 62 x/i
RR = 20 x/i
T = 36,8C
Skala nyeri = 5
HB = 11
A : Setelah dilakukan tindakan selama
1 x 24 jam nyeri skala berkurang,
kesimpulannya masalah sebagian
teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan 1.1, 1.4, 1.5,
1.6, 1.8

20 Juni 2016

S : - Pasien mengatakan urin mulai


jernih

13.25

- Pasien mengatakan urin masih


Gangguan eliminasi urin

berwarna merah

berhubungan dengan

O : Hasil urin : Warna : Kemerahan,

infeksi saluran kemih

Kejernihan : Keruh, Bau : Pesing


A : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24
jam pola eliminasi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1.3, 1.4

BERFIKIR KRITIS

114

20 Juni 2016

S : - Pasien mengatakan susah tidur

13.38

- Pasien mengatakan lwbih nyaman


apabila klingkungan tidak ribut.
- Pasien mengatakan badannya
semakin kecil
- Pasien mengatakan tidak nafsu
terhadap makanan.
O : - Pasien tidur malam (6 jam) dan
siang (tidak dapat tidur)
Insomnia berhubungan
dnegan ansietas

- TTV
TD = 110/70
N = 72x/i
RR = 20 x/i
T = 36,5C
Skala nyeri = 4
A : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24
jam insomnia sebagian teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan 1.2, 1.4, 1.5,
1.6

20 Juni 2016
13.50

Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan

S : Pasien mengatakan paham dan


mengerti tentang penyakit yang
dialami
O : - Pasien dan keluarga dapat
menjelaskan kembali apa yang telah

BERFIKIR KRITIS

115

dijelaskan
- Pasien berpartisipasi dan mengikuti
prosedur pengobatan
A ; Setelah dilakukan tindakan kep
selama 1 x 24 defisiensi atau
kurangnya pengetahuan telah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Hari ke2
No
1

Tgl / Waktu

Diagnosa Keperawatan

Selasa 21 Juni

Nyeri akut berhubungan

2016
13.00

dnegan agens biologis

Evaluasi
S : Pasien mengtakan nyeri mulai
berkurang dari 4 menjadi 2
O : Pasien terlihat rileks
TTV :
TD = 120 mmHG
N = 76x/i
RR = 22 x/i
T = 36,4
Skala nyeri = 2
HB = 11
A : Setelah dilakukan tindakan selama
2 x 24 jam nyeri sudah teratasi
kesimpulannya intervensi sudah

BERFIKIR KRITIS

116

teratasi
P : Intervendi dihentikan
2

Selasa 21 Juni

S : - Pasien mengtaakan urin mulai

2016

jernih

13.15

- Warna urin tidak terlalu merah


Gangguan eliminasi urin
berhubungan dengan
infeksi saluran kemih

O : Hasil urin Warna = kening,


Kejernihan = jernih
A : Setelah dilakukan tindakan kep
selama 2 x 24 jam gangguan eliminasi
urin telah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Selasa 21 Juni
2016
13.25

Insomnia berhubungan
dnegan ansietas

S : - Pasien mengatakan merasa


nyaman pada saat tidur
- Pasien mengtakan sudah memiliki
nafsu makan
O : Pasien tidur di malam hari (8jam)
dan siang hari (1jam)
TTV :
TD = 120/70 mmHG
N = 76 x/i
RR = 22x/i
T = 36,4
Sakal nyeri = 2

BERFIKIR KRITIS

117

HB = 11

Hasil Analisa Evaluasi Keperawatan :


Berdasarkan teori ASKEP
1. NYERI AKUT B/D AGEN CIDERA BIOLOGIS
Pada hari selasa 21 juni 2016 pukul 13.00 wita penulis askep
melakukan evaluasi keperawatan kepada Tn. T, dengan diagnosa
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Menurut
kelompok evaluasi hasil yang dicantumkan oleh penulis askep sudah
benar karena sudah sesuai dengan teori yang kami baca menurut
(Craven dan Hirnle 2000). Dimana evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien
yang tampil. Dimana tujuan dari evaluasi keperawatan ialah antara
lain untuk menentukan perkembangan klien. Penulis askep sudah
memenuhi tujuan tersebut karena penulis askep sudah mencatat
perkembangan

klien

dari

awal

dilakukannya

implementasi

keperawatan sampai dilakukan evaluasi, seperti data diatas yaitu


evaluasi terbagi menjadi 4 : subjektif, objektif, analisa, dan planning.
Dimana pada saat sebelum dilakukan implementasi keperawatan,
klien mengatakan nyeri dibagian perut dengan skala nyeri 7
(menggunakan skala vas) pada evaluasi hasil selama 2 x 24 jam
setelah dilakukan implementasi klien mengatakan nyerinya berkurang
menjadi skala 2, pasien masih merasakan nyeri akan tetapi tidak
sehebat nyeri saat pertama mengkaji
2. GANGGUAN ELIMINASI URIN b/d INFEKSI SALURAN KEMIH
Pada hari selasa 21 juni 2016 pukul 13.00 wita penulis askep
melakukan evaluasi keperawatan kepada Tn. T, dengan diagnosa
gangguan eliminasi urin b/d infeksi saluran kemih. Menurut kelompok
evaluasi hasil yang dicantumkan oleh penulis askep sudah benar

BERFIKIR KRITIS

118

karena sudah sesuai dengan teori yang kami baca menurut (Craven
dan Hirnle 2000). Dimana evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan
klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil.
Dimana tujuan dari evaluasi keperawatan ialah antara lain untuk
menentukan perkembangan klien. Penulis askep sudah memenuhi
tujuan tersebut karena penulis askep sudah mencatat perkembangan
klien dari awal dilakukannya implementasi keperawatan sampai
dilakukan evaluasi, seperti data diatas yaitu evaluasi terbagi menjadi
4 : subjektif, objektif, analisa, dan planning.
3. INSOMNIA b/d ANSIETAS
Pada hari selasa 21 juni 2016 pukul 13.25 wita penulis askep
melakukan evaluasi keperawatan kepada Tn. T. dengan diagnosa
insomnia b/d ansietas. Kelompok sudah setuju dengan evaluasi yang
dicantumkan

oleh

penulis

karena

dalam

proses

evaluasi,

ada

beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat antara lain :


a.

Mengkaji ulang tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan

b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang


diharapkan
c.

Mengukur pencapaian tujuan

d. Mencari keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan


e.

Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keoerawatan


bila perlu
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi :

a.

Masalah teratasi, yaitu jika klien menunjukan perubahan sesuai


dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan

b. Masalah sebagian teratasi, yaitu jika klien menunjukan sebagian


kriteria hasil yang diharapkan

BERFIKIR KRITIS

119

c.

Masalah tidak teratasi yaitu jika pasien menunjukan tidak adanya


perubahan atau kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan atau bahkan timbul masalah
baru atau diagnosa keperawatan baru.

4. DEFISIENSI PENGETAHUAN b/d KURANGNYA PENEGTAHUAN


Pada hari senin 20 juni 2016 pukul 13.50 wita penulis askep
melakukan evaluasi keperawatan kepada Tn.T dengan diagnosa
defisiensi

pengetahuan

b/d

kurangnya

pengetahuan.

Menurut

kelompok evauasi hasil yang dicantumkan oleh penulis askep sudah


benar karena sudah sesuai dengan teori (Craven dan Hirnle 2000).
Dimana evaluasi sudah sesuai dengan kriteria hasil yang telah dibuat
oleh penulis dimana padaa saat sebelum dialkukan implementasi
keperawatan klien tidak mengetahui tentang penyakitnya dan pada
evauasi hasil 1 x 24 jam setelah dilakukan implementasi klien
mengatakan paham dan mengerti tentang perawatan, pengobatan
dan penyakit yang dialaminya, pasien dapat menjelaskan kembali apa
yang telah dijelaskan, dan pasien mengatakan tidak cemas lagi
dengan penyakitnya.
5. Resiko

kekurangan

volume

cairan

cairan

b/d

kurang

pengetahuan tentang kebutuhan cairan


Menurut kelompok didalam evaluasi hasil dalam waktu 3 x 24 jam
diharapkan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
terdapat di intervensi, yaitu :
a.

Pengeluaran urine (output) sesuai dengan usia dan BB, BJ urine


normal, HT normal

b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal


c.

Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,


membran mukosa lembab,

d. Tidak ada rasa haus yang

BERFIKIR KRITIS

120

Dengan tindakan mempertahankan catatan intake dan output


yang akurat, memonitor status hidrasi, memonitor vital sign, dorong
masukan ,inum, kolaborasi pemberian cairan IV, dorong keluarga
untuk membantu pasien minum, berikan, kolaborasi dengan dokter
jika pasien mengalami kelebihan atau kekurangan cairan.
Dan seperti evaluasi asuhan keperawatan diatas ukuran pencapaian
yang didapat ialah semua diagnosa masalah teratasi yaitu klien
menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan yaitu, tidak ada lagi resiko kurangnya volume cairan, tidak
ada lagi gangguan eliminasi, nyeri pada pasien berkurang, tidak ada lagi
insomnia, dan tidak ada lagi defisiensi pengetahuan. Dan klien juga sudah
melakukan penentuan masalah dengan cara membandingkan SOAP
denagn tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan atau ditetapkan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berfikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan atau mengevaluasi berbagai

BERFIKIR KRITIS

121

informasi yang didapat dari hasil observasi pengalaman, refleksi dimana hasil
proses ini digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
Dalam menganalisa suatu masalah keperawatan dibutuhkan critical
thinking untuk mengetahui sebab dari suatu masalah yang berkaitan dengan
kebutuhan dasar yang harus di prioritaskan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan.
Setelah menganalisa asuhan keperawatan Tn.T dengan diagnosa medis
Hematuria Susp Ca Buli + Anemia Berat kami mampu menganalisa klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit secara kritis. Dalam
menganalisa kami mampu mengembangkan proses berfikir kritis dengan
pendekatan teori anatomi fisiologi, teori kebutuhan dasar manusia, teori asuhan
keperawatan dalam teori kasus Ca.Bully. Dalam mengkritisi asuhan keperawatan
klien diagnosa ca.buli dan anemia berat dengan gangguan cairan dan elektrolit
terjadi karena infeksi saluran kemih yang telah terjadi dan menimbulkan
komplikasi oleh mikroorganisme dalam tubuh serta faktor usia dan penurunan
sistem imun klien yang mengakibatkan efek mual dan muntah dan menyebabkan
kekurangan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh.
B. Saran
1. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari sebagai manusia biasa tak
lepas dari kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
2. Diharapkan mahasiswa mampu menganalisa dan mengkritisi asuhan
keperawatan dengan gangguan cairan dan elektrolit serta meningkatkan
pemahamannya terhadap cara berfikir kritis dalam menganalisa asuhan
keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
serta gambaran pelaksanaan asuhan keperawatannya.

BERFIKIR KRITIS

122

DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson ; Patofisiologi, penerbit kedokteran, Edisi 6.Vol 1,
2006.
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma ; Nanda.Nic-Noc jilid 1,2015.
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma ; Nanda.Nic-Noc jilid 2,2015.
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma ; Nanda.Nic-Noc jilid 3,2015.
Moorhead Johnson, Mases Swanson ; Nursing Outcomes Classification, Edisi
kelima.2016
Bulechek Butcher Dochterman Wagner ; Nursing Intervention Classification, Edisi ke
enam,2016.
TH.Herdman, S.Kamitsuru; Diagnosa Keperawatan, Edisi 10.2015
Drs. Syarifudin. H AMK : Anatomi fisiologi, Edisi 4, 2010
Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: TIM
Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. J
Jakarta: Salemba Medika
Kuntarti. 2005. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa. Diunduh dari
http://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-elektroli
(Diakses

14 November 2011)

BERFIKIR KRITIS

123

BERFIKIR KRITIS

124

Anda mungkin juga menyukai