Anda di halaman 1dari 15

Nama : Rr.

Ayyu Kisledia
NIM : 04011381924215
Kelas : Gamma 2019
Kelompok : G7

Keseimbangan Elektrolit
Elektrolit adalah zat yang menghantarkan listrik saat larut dalam air. Mereka sangat
penting untuk sejumlah fungsi tubuh. Semua manusia membutuhkan elektrolit untuk bertahan
hidup. Banyak proses otomatis dalam tubuh bergantung pada arus listrik kecil untuk berfungsi,
dan elektrolit menyediakan muatan ini. Elektrolit berinteraksi satu sama lain dan sel-sel di
jaringan, saraf, dan otot. Keseimbangan elektrolit yang berbeda sangat penting untuk fungsi
yang sehat.
Elektrolit adalah bahan kimia yang menghantarkan listrik ketika dicampur dengan air.
Mereka mengatur fungsi saraf dan otot, melembabkan tubuh, menyeimbangkan keasaman dan
tekanan darah, dan membantu membangun kembali jaringan yang rusak. Otot dan neuron
kadang-kadang disebut sebagai "jaringan listrik" tubuh. Mereka mengandalkan pergerakan
elektrolit melalui cairan di dalam, di luar, atau di antara sel. Elektrolit dalam tubuh manusia
meliputi: sodium, kalium, kalsium, bikarbonat, magnesium, klorida, dan fosfat. Misalnya, otot
membutuhkan kalsium, natrium, dan kalium untuk berkontraksi. Ketika zat-zat ini menjadi
tidak seimbang, dapat menyebabkan kelemahan otot atau kontraksi yang berlebihan. Sel
jantung, otot, dan saraf menggunakan elektrolit untuk membawa impuls listrik ke sel lain.

Ketidakseimbangan
Tingkat elektrolit dalam darah bisa menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, yang
menyebabkan ketidakseimbangan. Kadar elektrolit dapat berubah dalam kaitannya dengan
kadar air dalam tubuh serta faktor-faktor lainnya. Elektrolit penting hilang dalam keringat saat
berolahraga, termasuk natrium dan kalium. Konsentrasi juga dapat dipengaruhi oleh
kehilangan cairan dengan cepat, seperti setelah diare atau muntah.
Elektrolit ini harus diganti untuk menjaga tingkat kesehatan. Ginjal dan beberapa
hormon mengatur konsentrasi masing-masing elektrolit. Jika kadar suatu zat terlalu tinggi,
ginjal menyaringnya dari tubuh, dan berbagai hormon bertindak untuk menyeimbangkan kadar
tersebut.
Ketidakseimbangan menimbulkan masalah kesehatan ketika konsentrasi elektrolit
tertentu menjadi lebih tinggi daripada yang bisa diatur oleh tubuh. Kadar elektrolit yang rendah
juga dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Ketidakseimbangan yang paling umum
adalah natrium dan kalium.

Gejala ketidakseimbangan elektrolit


Gejala akan tergantung pada elektrolit yang tidak seimbang dan apakah tingkat zat itu
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Konsentrasi magnesium, natrium, kalium, atau kalsium yang
berbahaya dapat menghasilkan satu atau lebih dari gejala berikut:
a. detak jantung tak teratur
b. kelemahan
c. gangguan tulang
d. berkedut
e. perubahan tekanan darah
f. kebingungan
g. kejang
h. mati rasa
i. gangguan sistem saraf
j. kelelahan yang berlebihan
k. kejang
l. kejang otot

Kelebihan kalsium juga dapat terjadi, terutama pada mereka yang menderita kanker
payudara, kanker paru-paru, dan multiple myeloma. Jenis kelebihan ini sering disebabkan oleh
kerusakan jaringan tulang. Tanda dan gejala kalsium berlebihan dapat meliputi: sering buang
air kecil, detak jantung tak teratur, kelesuan, kelelahan, kemurungan dan lekas marah, mual,
sakit perut, muntah, kelemahan otot ekstrem, haus, mulut atau tenggorokan kering, total nafsu
makan hilang, koma, kebingungan, dan sembelit. Karena gejala-gejala ini juga dapat terjadi
akibat kanker atau perawatan kanker, kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasi kadar
kalsium yang tinggi pada contoh pertama.

Penyebab
Ada beberapa alasan untuk ketidakseimbangan elektrolit yaitu.
a. penyakit ginjal,
b. tidak mengisi elektrolit atau tetap terhidrasi setelah berolahraga,
c. muntah atau diare dalam waktu lama,
d. diet yang buruk,
e. dehidrasi parah,
f. ketidakseimbangan asam-basa, atau proporsi asam dan basa dalam tubuh,
g. gagal jantung kongestif,
h. pengobatan kanker,
i. beberapa obat, seperti diuretik, bulimia, dan
j. usia (karena ginjal orang dewasa yang lebih tua menjadi kurang efisien dari waktu
ke waktu)

Pemantauan
Panel elektrolit digunakan untuk menyaring ketidakseimbangan elektrolit dalam darah
dan mengukur keseimbangan asam-basa dan fungsi ginjal. Tes ini juga dapat memantau
perkembangan pengobatan terkait dengan ketidakseimbangan yang diketahui. Seorang dokter
kadang-kadang akan memasukkan panel elektrolit sebagai bagian dari pemeriksaan fisik rutin.
Itu dapat dilakukan sendiri atau sebagai bagian dari serangkaian tes.
Kadar diukur dalam milimol per liter (mmol / L) menggunakan konsentrasi elektrolit
dalam darah. Orang sering diberi panel elektrolit selama tinggal di rumah sakit. Ini juga
dilakukan bagi mereka yang dibawa ke ruang gawat darurat, karena penyakit akut dan kronis
dapat berdampak pada level.
Jika tingkat elektrolit tunggal ditemukan terlalu tinggi atau terlalu rendah, akan diuji
terus ketidakseimbangan ini sampai kadarnya kembali normal. Jika ketidakseimbangan asam-
basa ditemukan, akan dilakukan tes gas darah. Ini mengukur tingkat keasaman, oksigen, dan
karbon dioksida dalam sampel darah dari arteri. Mereka juga menentukan tingkat keparahan
ketidakseimbangan dan bagaimana orang tersebut menanggapi pengobatan.

Pengobatan
Air minum Salah satu solusi untuk ketidakseimbangan elektrolit ringan hanya dengan minum
lebih banyak air.

Terapi rehidrasi oral


Perawatan ini digunakan terutama untuk orang-orang yang mengalami kekurangan
elektrolit bersama dehidrasi, biasanya setelah diare parah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui solusi untuk digunakan dalam
terapi rehidrasi oral yang mengandung:
2,6 gram (g) natrium
1,5 g kalium klorida
2,9 g natrium sitrat
Ini dilarutkan dalam 1 liter (l) air dan diberikan secara oral.

Terapi penggantian elektrolit


Dalam kasus yang lebih parah dari kekurangan elektrolit, zat dapat diberikan kepada
individu baik secara oral atau melalui infus (IV). Kekurangan natrium, misalnya, dapat
ditambahkan dengan infus larutan air asin atau senyawa natrium laktat. Kelebihan dapat terjadi
jika tubuh kehilangan air tanpa kehilangan elektrolit. Dalam kasus ini, larutan air dan gula
darah, atau glukosa, diberikan.

Sumber
Bagi orang-orang yang tidak memerlukan tinggal di rumah sakit, dokter dapat
merekomendasikan perubahan diet atau suplemen untuk menyeimbangkan konsentrasi
elektrolit. Ketika kadar elektrolit terlalu rendah, penting untuk memasukkan pilihan makanan
yang memiliki jumlah zat yang tinggi. Berikut adalah beberapa sumber makanan untuk masing-
masing elektrolit utama:
Sodium : acar, jus tomat, saus, dan sup, dan garam dapur
Klorida : Jus tomat klorida, saus, dan sup, selada, Zaitun, dan garam dapur
Kalium : Kentang kalium dengan kulit, yogurt hambar, dan pisang
Magnesium : halibut, biji labu, dan bayam
Kalsium : Yogurt kalsium, susu, ricotta, sejenis sawi, bayam, kubis, dan ikan sarden

Fisiologi Natrium, Kalium Dan Klorida


Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit. Cairan tubuh dibedakan atas cairan
ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel meliputi plasma dan cairan terstisial. Distribusi
elektrolit pada cairan intrasel dan ekstrasel dapat dilihatpada Gambar 1
1. Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14
mEq/L) berada dalam cairan intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan
ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam
bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan
konsentrasi natrium3. Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial
disebabkan oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar
natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif
dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel
(pompa Na+ K+)2,4,9-10. Kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel
dapat dilihat pada Tabel 13.Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran
keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan.
Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna
dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau
keringat dikulit.3-5,11-12. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai
48-144 mEq.
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang
dari 10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna
bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi
sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi
natrium pada feses hanya mencapai 40mEq/L4. Keringat adalah cairan hipotonik
yang berisi natrium dan klorida. Kandungan natrium pada cairan keringat orang
normal rerata 50 mEq/L. Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat
sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan yang panas, latihan
fisik dan demam1,4.Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan
eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat
diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi
bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal
bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya
direabsorpsi di lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes
(4%). Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal
untuk mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada
sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas.
Nilai Rujukan Natrium
Nilai rujukan kadar natrium pada:
-serum bayi: 134-150 mmol/L
-serum anak dan dewasa: 135-145 mmol/L
-urine anak dan dewasa: 40-220 mmol/24 jam
-cairan serebrospinal: 136-150 mmol/L
-feses:kurang dari 10 mmol/hari

2. Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-
5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-
60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi
oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil
dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20%
dibandingkan pada anak-anak.19Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan
interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan
kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor
aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium).19-20Jumlah
kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan
keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi60-100 mEq kalium
perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus,
sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal
dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle.19-
20Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%,
kulit dan urine mencapai 90%
Nilai Rujukan Kalium
Nilai rujukan kalium serum pada:
-serum bayi: 3,6-5,8 mmol/L
-serum anak: 3,5-5,5 mmo/L
-serum dewasa: 3,5-5,3 mmol/L
-urine anak:17-57 mmol/24 jam
-urine dewasa:40-80mmol/24 jam-cairan lambung:10 mmol/L

3. Fisiologi Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap.14Jumlah klorida
pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88%
klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel.
Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan
dewasa.20Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan
interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus membran
sel secara pasif.11Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan
intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan dalam
membran sel.15Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara
klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan
jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium.Orang
dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari,
dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau
usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar
klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat
berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama
klorida adalah melalui ginjal.1,4,20Nilai Rujukan Klorida5,18-serum bayi baru lahir:
94-112 mmol/L-serum anak: 98-105 mmol/L-serum dewasa: 95-105 mmol/L-keringat
anak: <50 mmol/L-keringat dewasa: <60 mmol/L-urine: 110-250 mmol/24 jam-feses:
2 mmol/24 jam

GANGGUAN KESEIMBANGAN NATRIUM, KALIUM DAN KLORIDA


1. Gangguan Keseimbangan Natrium
Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam
tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145
mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas normal.
Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipo-osmolalitas dan hipernatremia
berkaitan dengan hiper-osmolalitas.

Penyebab Hiponatremia
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air
yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan konsentrasi
natrium plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya terjadi pada
dehidrasi hipo-osmotik seperti pada keadaan berkeringat selama aktivitas berat
yang berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume cairan ekstrasel
seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara
berlebihan.10,12,19Hiponatremia juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit
ginjal yang menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal,
penyakit addison, sertaretensi air yang berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik) akibat
hormon antidiuretik10,12,19. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respons
fisiologis dari hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari
hipotalamus (osmolaritas urine rendah).3,7Pseudohiponatremia dapat dijumpai pada
penurunan fraksi plasma, yaitu pada kondisi hiperlipidemia dan
hiperkolesterolemia, hiperproteinemia dan hiperglikemia serta kelebihan pemberian
manitol dan glisin.19

Penyebab Hipernatremia
Peningkatan konsentrasi natrium plasma karena kehilangan air dan larutan
ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau karena kelebihan
natrium dalam cairan ekstrasel seperti pada overhidrasi osmotik atau retensi air oleh
ginjal dapat menyebabkan peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium klorida
dalam cairan ekstrasel.19Kepustakaan lain menyebutkan bahwa hipernatremia
dapat terjadi bila ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi
natrium atau asupan air yang kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa
elektrolit melalui insensible water lossatau keringat, diare osmotik akibat
pemberian laktulose atau sorbitol, diabetes insipidus sentral maupun nefrogenik,
diuresis osmotik akibat glukosa atau manitol, gangguan pusat rasa haus di
hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular

2. Gangguan Keseimbangan Kalium


Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia
dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.
Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung
melambat.3,10,16,19Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan
aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti
jantung atau fibrilasi jantung.

Penyebab Hipokalemia
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut:a. Asupan Kalium
KurangOrang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum alkohol
yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik, atau pada pasien
sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan baik melalui mulut atau
disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian diuretik atau pemberian
diet rendah kalori pada program menurunkan berat badan dapat menyebabkan
hipokalemia.1,3,7,10b. Pengeluaran Kalium BerlebihanPengeluaran kalium yang
berlebihan terjadi melalui saluran cerna seperti muntah-muntah, melalui ginjal
seperti pemakaian diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid
primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom barter atau sindrom gitelman) atau
melalui keringat yang berlebihan.3,7,10Diare, tumor kolon (adenoma vilosa)
dan pemakaian pencahar menyebabkan kalium keluar bersama bikarbonat pada
saluran cerna bagian bawah (asidosis metabolik).1,3Licorice(semacam permen) yang
mengandung senyawa yang bekerja mirip aldosteron, dapat menyebabkan
hipokalemia jika dimakan berlebihan.1c. Kalium Masuk ke Dalam SelKalium masuk
ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan
aktivitas beta-adrenergik (pemakaian β2-agonis), paralisis periodik hipokalemik,
dan hipotermia.

Penyebab Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh:
a. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke EkstraselKalium keluar dari sel dapat
terjadi pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh asidosis organik
(ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan
meningkat, pemakaian obat penghambat-β adrenergik, dan
pseudohiperkalemia.
b. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui GinjalBerkurangnya ekskresi
kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal
ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin atau akibat
koreksi ion kalium berlebihan dan pada kasus-kasus yang mendapat
terapi angiotensin-converting enzyme inhibitor danpotassium sparing
diuretics.

3. Gangguan Keseimbangan Klorida


Penyebab Hipoklorinemia
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan.
Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis
metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium.
Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi
bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi
ginjal.14Penyebab HiperklorinemiaHiperklorinemia terjadi jika pemasukan
melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari klorida.
Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia
dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut,
asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium
bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan
larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat
menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.

DAFTAR PUSTAKA
Elektrolit serta Penilaiannya’ dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi ke-4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hh. 283-301.
Sacher R.A. dan Mcpherson R.A, ‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada: Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2002, hh.320-340.
Matfin G. and Porth C.M, ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’ In: Pathophysiology
Concepts of Altered Health States, 8thEdition, McGraw Hill Companies USA, 2009,
pp. 761-803

OSMOLALITAS
Osmolalitas menggambarkan jumlah zat terlarut dalam unit volume pelarut, yang
memengaruhi tekanan osmotik sehingga terjadi pergerakan cairan tubuh. Ukuran, bentuk, dan
berat molekul zat terlarut hampir tidak memengaruhi tekanan osmotik. Tekanan ini itentukan
dengan mengetahui jumlah mOsmol zat terlarut (solute) per-kilogram air atau merupakan
jumlah mmol zat terlarut (mg/BM) per-liter air. Zat terlarut seperti NaCl yang terdapat pada
larutan biologis dapat berbentuk molekul tidak terionisasi dan dapat pula berdisosiasi menjadi
Na+ dan Cl-, misalnya pada pemberian 5800 mg NaCl (BM NaCl : 58) ke dalam 1 liter CES,
maka terdapat 100 mmol NaCl (100 mmol/L). Delapan puluh persen NaCl berada dalam
keadaan ionisasi (Na+ dan Cl-) dan 20% tidak, maka jumlah partikel yang ditambahkan ialah
Na+ 80 mmol, Cl- 80 mMol, dan NaCl 20 mmol. Bila dijumlahkan, distribusi osmotik NaCl
sama dengan 180 mmol. Berbeda dengan urea yang tidak berdisosiasi (BM: 60) hanya
mendapatkan 100 mmol setelah penambahan 6.000 mg urea ke dalam volume cairan yang sama
(1 liter). Kemampuan berdisosiasi suatu zat sangat penting dalam menentukan distribusi
osmotik.
HUBUNGAN OSMOLALITAS, KESEIMBANGAN AIR, DAN KESEIMBANGAN
ELEKTROLIT
(NATRIUM)
Akumulasi zat tertentu misalnya natrium dalam cairan ekstrasel (CES) menyebabkan
cairan bergerak dari intrasel ke ekstrasel. Pergerakan cairan berlangsung kontinyu sampai
tercapai keseimbangan. Berkurangnya ruang intrasel dan sebaliknya bertambahnya ruang
ekstrasel merupakan konsekuensi dari ketidakseimbangan natrium. Sebaliknya bila akumulasi
natrium atau zat lain di ekstrasel berkurang maka akan terjadi suatu usaha untuk mencapai
keseimbangan osmotik (osmolalitas CES = osmolalitas CIS/cairan intrasel).
Berdasarkan kenyataan ini dikatakan natrium merupakan elektrolit dominan dalam
CES yang memiliki pengaruh besar terhadap osmolalitas. Konsentrasi natrium cairan intrasel
dan ekstrasel berbeda sehingga perubahan konsentrasi natrium ekstrasel akan menyebabkan
perubahan distribusi air pada kedua kompartemen tersebut. Saat konsentrasi natrium menjadi
lebih tinggi (osmolalitas meningkat) atau menjadi rendah (osmolalitas menurun) akan
menyebabkan pergerakan cairan menuju tau keluar dari CES. Perubahan ini selanjutnya
menyebabkan terjadinya perubahan volume sirkulasi yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan pada Glomerular Filtration Rate (GFR).
Hubungan osmolalitas, air, dan natrium dapat dilihat pada Gambar 2. Pada keadaan
normal 75% total cairan tubuh (28 L pada laki-laki dengan berat 70 Kg) berada dalam cairan
intrasel (Gambar 2A). Osmolalitas CES dan CIS 285 mOsm/kg H2O. Penambahan air murni
(air minum) 2 L ke dalam CES menyebabkan osmolalitas turun sehingga terjadi pergerakan
cairan ke dalam sel (sel membengkak) dan osmolalitas intrasel turun sampai terjadi
keseimbangan (Gambar 2B). Gambar 2.C memperlihatkan penambahan larutan saline isotonik
(NaCl 0.9%) sebanyak 2 L ke dalam CES. Saline isotonik merupakan cairan iso-osmotik dalam
plasma dan CES sehingga tidak terjadi perubahan volume sel karena semua
cairan isotonik tertahan di CES. Bila terjadi penambahan 1 L NaCl 5% dalam CES,
maka sel akan dikeliling lingkungan hipertonik, menyebabkan air bergerak dari intrasel ke
ekstrasel sampai terjadi keseimbangan dengan osmolalitas akhir lebih tinggi dari semula tetapi
sama. (Gambar 2D).
DAFTAR PUSTAKA
Scott MG, LeGrys VA, Klutts JS. Electrolyte and blood gases. In: Narins RG, editor. Clinical
Disorder of Fluid and Electrolyte Metabolism (Fifth Edition). New York: McGraw-
Hill Inc, 1994; p. 983-9.
Definition of freezing point osmometer. http://www.anaesthesiamcg.com/AcidBaseBook/ab3.
pH Darah

Nilai Normal Analisa Gas Darah


Hasil analisa gas darah dapat membantu dokter mendiagnosa berbagai penyakit atau
menentukan seberapa baik perawatan yang telah diterapkan, hasil akan akan didapat meliputi:
 pH darah arteri, menunjukkan jumlah ion hidrogen dalam darah. pH kurang dari 7,0
disebut asam, dan lebih besar pH dari 7,0 disebut basa, atau alkali. Ketika pH darah
menunjukkan bahwa darah lebih asam, maka hal ini terjadi akibat kadar karbon
dioksida yang lebih tinggi. Sebaliknya ketika pH darah tinggi yang menunjukkan
bahwa darah lebih basa, maka hal ini terjadi akibat kadar bikarbonat yang lebih tinggi.
 Bikarbonat adalah bahan kimia yang membantu mencegah pH darah menjadi terlalu
asam atau terlalu basa.
 Tekanan parsial oksigen adalah ukuran tekanan oksigen terlarut dalam darah. Hal ini
menentukan seberapa baik oksigen bisa mengalir dari paru-paru ke dalam darah.
 Tekanan parsial karbon dioksida adalah ukuran tekanan karbon dioksida terlarut
dalam darah. Hal ini menentukan seberapa baik karbon dioksida dapat mengalir keluar
dari tubuh.
 Saturasi oksigen adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibawa oleh hemoglobin
dalam sel darah merah.
Secara umum, nilai normal analisa gas darah adalah sebagai berikut:
 pH darah normal (arteri): 7,38-7,42
 Bikarbonat (HCO3): 22-28 miliekuivalen per liter
 Tekanan parsial oksigen: 75 sampai 100 mm Hg
 Tekanan parsial karbon dioksida (pCO2): 38-42 mm Hg
 Saturasi oksigen: 94 sampai 100 persen.
Adapun hasil abnormal dapat menjadi tanda dari kondisi medis tertentu, sebagai berikut:
 pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah => Asidosis Metabolik,
contohnya pada gagal ginjal, syok, dan ketoasidosis diabetik (KAD).
 pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Asidosis Respiratorik,
contohnya pada penyakit paru-paru, termasuk pneumonia atau PPOK.
 pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Alkalosis Metabolik,
contohnya pada muntah kronis, kalium darah rendah (hipokalemia).
 pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah => Alkalosis Respiratorik,
contohnya pada Bernapas terlalu cepat, rasa sakit, atau kecemasan.
Cara mudah membaca hasil analisa gas darah (AGD):
 Jika pH darah rendah (asidosis), maka perhatikan nilai pCO2, jika tinggi berarti
respiratorik dan jika rendah berarti metabolik.
 Jika pH darah tinggi (alkalosis), maka perhatikan nilai bikarbonat, jika tinggi berarti
metabolik dan jika rendah berarti respiratorik.
Rentang normal dan abnormal dapat bervariasi tergantung pada lab karena beberapa
menggunakan pengukuran atau metode yang berbeda untuk menganalisa sampel darah. Anda
harus selalu bertanya dengan dokter untuk mendiskusikan hasil tes AGD secara lebih rinci.
Dokter akan dapat memberitahu Anda jika ternyata masih dibutuhkan pemeriksaan lain selain
analisa gas darah untuk memastikan penyakit atau pemantauan terapi.
Referensi
Ambardekar, N. WebMD (2018). What is an Allen Test?
Danckers, M. Et al. Medscape (2016). Arterial Blood Gas Sampling.
Nall, R. Stephens, C. Healthline (2016). Blood Gas Test.
NIH (2016). MedlinePlus. Blood Gases.
Ratini, M. WebMD (2017). What is an Arterial Blod Gas Test?
Rull, G. Patient UK (2017). Arterial Blood Gases.

Anda mungkin juga menyukai