Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi elektrolit darah

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik

yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ion terbagi nmenjadi anion dan kation

tergantung mereka bergerak dalam medan listrik menuju katode anode yang menunjukan

mereka mempunyai muatan positif dan negatif. Elektrolit merupakan zat anorganik atau

organic yang bermuatan listrik. Elektrolit dapat ditemukan di dalam cairan tubuh baik

berupa kation maupun anion. Komposisi elektrolit di cairan intra seluler mengandung

potassium tinggi, sedangkan sodium rendah. Sebaliknya, cairan ekstra seluler

mengandung sodium tinggi dan potassium rendah. Kondisi yang demikian biasanya

dipertahankan oleh enzim sodium / potassium-ATPase yang bekerja untuk

mengeluarkan sodium dari cairan intra seluler dan memompa potassium untuk masuk ke

cairan intra seluler.

1.2 Jenis elektrolit darah

Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na+, K+, Ca+2,
Mg+2 dan berupa anion misalnya : Cl-, HCO3-, HPO4-, SO4-2 dan laktat. Pada cairan
ektrasel kation utama adalah Na+ dan anion utama adalah Cl- dan HCO3-, sedangkan
pada cairan intrasel kation utama adalah K+.

a) Natrium (Na)
Pemeriksaan Natrium adalah untuk mengetahui kadar Natrium (Na) dalam darah.
Natrium berperan penting dalam menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh,
mengontrol tekanan darah, dan kerja sistem syaraf dan otot.Pemeriksaan Natrium dapat
digunakan untuk menilai keseimbangan asam basa, dehidrasi, sindrom nefrotik, gagal

1
jantung kongestif dan keadaan klinis lainnya.Persiapan : Pasien tidak memerlukan
persiapan khusus

b) Kalium ( K)

Pemeriksaan Kalium (K) adalah untuk mengetahui kadar kalium dalam


darah.Kalium adalah elektrolit dan mineral tubuh yang penting untuk keseimbangan air
dan elektrolit dalam tubuh, berperan dalam kerja syaraf dan otot.Pemeriksaan Kalium
dapat menilai kondisi tubuh seperti hipertensi, penyakit ginhalm aritmia jantung,dan
kelainan lainnya. Persiapan : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus.

c) Kalsium (Ca)

Pemeriksaan Kalsium (Ca) adalah untuk mengetahui kadar kalsium dalam


darah.Sebagian besar kalsium dalam tubuh tersimpan dalam tulang.Fungsi Kalsium
adalah untuk membentuk dan memperbaiki tulang dan gigi serta membantu kerja syaraf,
pembekuan darah dan kerja jantung.Mengetahui Kadar Ca dapat mendeteksi kondisi
Karsinoma dengan atau tanpa metastase tulang, dehidrasi, sarcidosis, hipervitaminosis,
penyakit hati kronis lanjut, bakteremia, defisiensivitamin D, Pankreatitis akut, asidosis
tubular ginjal, osteomalacia, dan gangguan malabsorspsi lainnya.Persiapan : tidak
memerlukan persiapan khusus

d) Chlorida (Cl)

Pemeriksaan Chlorida (Cl) adalah untuk mengetahui kadar Chlorida (Cl) dalam
darah. Chlorida adalah elektrolit yang penting dalam menjaga keseimbangan cairan
dalam dan luar sel tubuh, mempertahankan volume darah normal, tekanan darah dan pH
cairan tubuh. Manfaat pemeriksaan Cl adalah untuk membedakan diagnosis asidemia
dan alkalemia, mendeteksi kondisi diare, asidosis, diabetik ketoasidosis, dan gangguan
kesehatan lainnya.Persiapan : tidak memerlukan persiapan khusus.

1.3 Fungsi Elektrolit Darah

Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotok cairan ekstraselular dan


burhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler. Natrium juga
membantu memelihara kseimbangan asam-basa. Nilai normal natrium serum adalah
2
135-145 mEq/L. berkurangnya natrium tubuh (hiponetramia) secara akut menimbulkan
gejala-gejala hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardi. Pada
keadaan yang lebih kronis, hiponatremia menyebakan kelainan susunan syaraf pusat
(kebingunan dan kelainan mental). Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa
abnormalitas. Mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam atau
penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal

mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering adalah pemakaian jangka


panjang
diuretik pada pasien yang juga membatasi makan garam. Natrium juga dapat keluar
dari permukan tubuh, misalnya melalui saluran cerna (muntah, pengisapan
nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit (berkeringat pada kulit normal,
pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan
pemberian larutan salin intravena dengan hati-hati agar tidak terjadi beban cairan pada
pasien yang mungkin mengalami penurunan kemampuan mengeksresi urin. Retensi
natrium terjadi pada penyakit ginjal dan jantung, tetapi biasanya juga terjadi retensi
air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar natrium. Peningkatan natrium atau
hipernatremia biasanya timbul akibat dari pasien yang lemah (misal di panti ) yang
berhenti minum dan menjadi dihidrasi. Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan
rehidrasi berupa cairan intervena hipnotok.

Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan
keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Nilai normal klorida serum adalah 100
sampai 108 mEq/L. Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang
berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik, sedang retensi klorida atau makan
dengan garam berlebihan dapat menimbulkan hiperkloremia dengan asidosis
metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar klorida atau menurunkan
kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sebelum
pemeriksaan kadar klorida. Klorida jarang diperiksa tersendiri tetapi biasanya
bersmasama dengan elektrolit lain. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi pada
nephritis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrasi. Kadar rendah ditemukan pada
gangguan fungsi gastrointetinal dan ginjal.

3
Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasi
aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium merupakan kation utama
dalam sel. Niali normal kalium serum adalah 3,5-5 mEq/L. Hiperkalemia dapat terjadi
pada kerusakan ginjal seperti pada cedera mekanis yang berat. Selain itu, pasien
dengan gagal ginjal dan gangguan eksresi kalium dapat mengalami kelebihan melalui
makanan tidak dibatasi. Gambaran klinis kelainan kalium dapat merupakan gangguan
yang paling mengancam nyawa dibandingka yang lain. Gejala berkaitan dengan
sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos. Semua jaringan ini menggunakan
kalium untuk mengatur eksitabilitas selnya. Hiperkelami menyebabkan perubahan
elektro kardiogram yang khan menggambarkan efek yang sangat besar dari kelebihan
kalium pada jantung. Baik hipoklemia maupun hiperkalemia menyebabkan
kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam gangguan motilitas saluran cerna
dan kelainan mental. Akibat yang mematikan adalah paralisis otot pernafasan dan
henti jantung, karena pemeriksaan klinis saja tidak dapat mendiagnosis dengan pasti
adanya hipokalemia atau hiperkalemia, pengobatan harus didasarkan pada
pengukuran kalium serum yang akurat.

1.4 Regulasi Elektrolit Darah

Ginjal berfungsi mempertahankan atau mensekresikan air dan elektrolit untuk


menjaga volume, kadar dan pH cairan tubuh tetap dalam keadaan normal. Aktifitas
ginjal dalam homeostasis sebagian dipengaruhi oleh hormon ADH, yang diproduksi
oleh hipofisis, dan aldosteron yang dihasilkan oleh korteks kelenjar anak ginjal.
Tekanan hidrostatik yang terjadi secara normal karena adanya denyut jantung
berfungsi mendorong cairan, sedangkan tekanan osmotik koloid merupakan kekuatan
penarik yang berasal darai kadar protein yang berada dalam plasma darah. Kadar
protein plasma ini harus dipertahankan dan tang berperan dalam hal ini adalah
permeabilitas kapiler yang bersifat sebagi membran semi permiabel. Faktor lain yang
terlibat dalam proses homeostasis yaitu Na+, yang berfungsi menarik air. Air akan
tertarik ke tempat dimana konsentrasi natrium lebih tinggi. Dalam siestem
homeostasis yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kapiler selular, kelenjar
hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru. Ginjal merupakan

4
pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan tubug. Total cairan tubuh dan
konsentrasi V sangat ditentukan oleh apa yang disimpan ginjal. Ginjal sendiri diatur
oleh sejumlah hormon dalam menjalankan fungsinya.

1.5 Metode Pemeriksaan Elektrolit Darah

Beberapa metode pemeriksaan elektrolit darah diantaranya adalah sebagai


berikut :
1. Metode Flame Emision Spectrophotometry
2. Metode Potesiometer dengan menggunakan Ion Selectife Elektrodes (ISE)
3. Spektrofotometri
4. Metode Potensiometer dengan munggunakan Biosensor.

Selama bertahun-tahun metode untuk menganalisa natrium dan kalium terdiri


dari flame photometry dimana kation-kation tersebut diukur berdasarkan intensitas
garis spektral emisi atomik saat mendapat eksitasi dari sinar kontrol. Metode
spektrofotometri adalah metode pengukuran berdasarkan perubahan warna atau
terjadinya kekeruhan adalah proporsional dengan elektrolit yang kita ukur. Metode
ISE (Ion Selective Electrode) prinsip pemeriksaannya didasarkan pada adanya
potensial muatan listrik yang diantara kedua elektrode (bolam, kalommel). Metode
biosensor mempunyai prinsip : bila sample diposisikan pada electrode Na, K, Cl
ditentukan suatu keseimbangan dengan electrode mambrane permukaan. Kemudian
potensial yang terbentuk sesuai dengan logaritma serta aktifitas analit dalam sample.
Jalue elektrik diantara referens dan ISE dilengkapi dengan empat referens electrode
yang mengandung elektrik kalollel dan larutan saltbridge. Potensio dari electrode Na,
K, Cl diukur berturut-turut terhadap electrode referens oleh electrometer impedans
tinggi. Konsentrasi ion yang diukur dihitung dari potensial electrode dengan
menggunakan persamaan Nernst.

1.6 Spektrofotometri

5
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara
ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
pada panjang gelombang tertentu

Pada pemeriksaan elektrolit darah, metode yang dapat di gunakan adalah


Spektrofotometri. Metode spektrofotometri adalah pengukuran berdasarkan
perubahan warna atau terjadinya kekeruhan adalah proporsional dengan elektrolit
yang kita ukur. Prinsip kerja Atomic Absorption Spectrophotometer. Sampel larutan
dihisap oleh aspirator berbentuk kapiler,dan dengan daya kapiler larutan tadi menuju
ke chamber,bersama-sama dengan gas yang bertekanan tinggi.Kemudian larutan
tersebut oleh atomizer disemprotkan dalam bentuk butiran air yang mengandung uap
atom bebas menuju ke flame. Sumber sinar yang berupa tabung (Hollow cathoda
lamp) yang menghasilkan sinar monokromatis dengan panjang gelombang
tertentu,dan sinar monokromatis itu akan melewati flame atau api. .Flame disini tidak
berfungsi untuk eksitasi elektron. Melainkan untuk memanaskan atom-atom,sehingga
atom logam yang dibakar tersebut dapat menyerap sinar secara spesifik,dan atom
sifatnya akan lebih stabil .Kemudian sinar akan masuk ke monokromator. Energi
sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listrik di detektor. Sistem
pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca dari grafik

6
BAB II

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

2.1 Pra Analitik


A. Alat :
1. Spoit 3cc
2. Tourniquet
3. Tabung sentrifuge
4. Sentrifuge
5. Spektrofotometer
6. Kuvet
7. Pipet tetes
8. Mikropipet 50 µL
9. Mikropipet 200 µL
10. Mikropipet 1000 µL

B. Bahan :
1. Darah vena 3 mL
2. Kapas alcohol
3. Hanscoon
4. Kapas
5. Plaster
6. Reagen kit sodium (Na+), potassium (K+), (Cl-)
7. Working reagen (R2+ R3)

7
C. Persiapan pasien: Tidak memiliki persiapan khusus

D. Prinsip: Didasarkan pada pengukuran spektrofotmeter pada panjang gelombang


540 nm, sehingga terjadi perubahan tegangan atau arus antara 2 elektroda, yang
di akibatkan adanya perubahan pada analit yang diperiksa.

2.2 Analitik
A. Pengambilan Darah Vena
1. Minta pasien mengepalkan tangan.
2. Pasang tali pembendung (turniquet) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
3. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena. Vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah
lengan.
4. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
5. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika
jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
6. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien
membuka kepalan tangannya.
7. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan atau tarik jarum.
Tekan kapas beberapa saat lalu berikan plester pada bekas tusukan. Jangan
menarik jarum sebelum turniket dibuka.

B. Sentrifugasi Serum
1. Setelah mengambil darah vena sebanyak 3 cc letakkan di dalam tabung
sentrifuge.
2. Darah dibiarkan membeku dalam tabung sentrifuge selama 5 menit

8
3. Bekuan darah dalam tabung di sentrifuge selama 10 menit pada Kecepatan
3000 Rpm.

C. Pemeriksaan Elektrolit Darah Dengan Menggunakan Spektrofotometer


1. Penetapan Kadar Natrium
a. Atur alat ke nol dengan reagen blanko
b. Masukan kedalam kuvet

Tube Blanko Sampel Standard


R1 50 µL - -
Supernatan - 50 µL 50 µL
R2 3,0 ml 3,0 ml 3,0 ml

c. Ambil serum sebanyak 50 µL, lalu dicampur reagen kit Na+ sebanyak 3
ml dan biarkan selama 5 menit
d. Kemudian diukur 540 nm panjang gelombang spektrofotometer dan
tunggu nilai absorbansinya.

2. Penetapan Kadar Kalium


a. Atur alat ke nol dengan reagen blanko
b. Masukkan kedalam kuvet

Tube Blanko Sampel Standard


Working reagen 2,0 mL 2,0 mL 2,0
Serum - 200 µL -
Standar (ml) - - 200 µL

9
c. Ambil serum sebanyak 200 µL, lalu dicampur reagen kit K+ sebanyak 2
ml dan biarkan selama 5 menit
d. Kemudian diukur 540 nm panjang gelombang spektrofotometer dan
tunggu nilai absorbansinya.

3. Penetapan Kadar Klorida


a. Atur alat ke nol dengan reagen blanko
b. Masukkan kedalam kuvet

Tube Blanko Sampel/standar


Sampel - 10 µL
Standar 10 µL -
Reagen 1 mL 1 mL

c. Ambil serum sebanyak 10 µL, lalu dicampur reagen kit Cl- sebanyak 1 ml
dan biarkan selama 5 menit
d. Kemudian diukur 540 nm panjang gelombang spektrofotometer dan
tunggu nilai absorbansinya.

2.3 Pasca Analitik


A. Natrium (Na+)
Nilai normal dalam serum :
Dewasa 136 – 145 mEq/L
Anak 138 – 145 mEq/L
Bayi 139 – 146 mEq/L

B. Kalium (K+)
Nilai normal dalam serum:

10
Dewasa 3,5 – 5,1 mEq/L
Anak 3,4 – 4,7 mEq/L
Bayi 3,7 – 5,9 mEq/L

C. Klorida (Cl-)
Nilai normal dalam serum :
Dewasa 98 – 107 mEq/L
Prematur 95 – 110 mEq/L
0-30 Hari 98 – 113 mEq/L

D. Linearitas
1. Natrium (Na+) = 80 – 180 mEq/L
2. Kalium (K+) = 1,5 – 10 mEq/L
3. Klorida (Cl-) = 60 – 140 mEq/L

E. Nilai Kritis
1. Natrium (Na+) = ≤ 120 mEq/L dan ≥ 160 mEq/L
2. Kalium (K+) = ˂ 2,5 mEq/L dan > 6,0 mEq/L
3. Klorida (Cl-) = ˂80 mEq/L dan > 120 mEq/L

11
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Elektrolit Darah

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemeriksaan elektrolit yang terbagi


dalam
faktor pre analitik, analitik dan paska analitik.

5.2.1 Faktor pre analitik

1) Persiapan penderita

Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan penderita perlu dipersiapkan,


diinformasikan, serta diberi penjelasan seperlunya mengenai tindakan yang akan
dikerjakan. Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hasil antara lain : obat
diuretic, aktifitas fisik, puasa, stress dan sebagainya harus diberitahukan juga agar
dihindari.
2) Pengambilan sampel

Kalium adalah salah satu elektrolit kimia terpenting yaitu dalam bahwa
kelainanya dapat segera mengancam nyawa, kesalahan pengukuran dapat
menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi didasarkan pada hasil yang tidak
akurat. Untungnya kita dapat mengetahui apakah terjadi proses hemolisis atau

12
tidak oleh warna merah hemoglobin yang juga dibebaskan kedalam serum setelah
serum dipisahkan dari sel setelah pemusingan. Nilai kalium dapat meninggi
apabila pasien berulang-berulang membuka dan menutup genggaman tanganya
secara kuat sementara torniquet terpasang untuk pungsi vena. Apabila diambil
dengan benar serum yang tidak hemolisis merupakan spesimen yang baik untuk
penentuan elektrolit. Trombosit mengandung kalium yang dalam keadaan normal
dikeluarkan ke dalam serum pada pembentukan bekuan, sehingga serum
diperkirakan memiliki nilai kalium yang sedikit lebih tinggi daripada plasma pada
orang yang sama (umumnya meningkat kurang dari0,5 mEq/L). Pada
kenyataanya pasien dengan trombositosis sering memperlihatkan nilai kalium
jauh diatas rentang normal. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperoleh
nilai kalium plasma pada sampel yang sudah diberi heparin yang trombositnya
tidak mengaktifkan dan mengeluarkan kalium intraselnya.
Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum banyak
melakukan aktifitas fisik. Bila tidak mungkin usahakan untuk mengambil darah
pada waktu yang sama, misalnya pengambilan sampel pukul 11.00. pemeriksaan
ulang juga dilakukan pada pukul 11.00. karena hsil pemeriksaan kalium juga
dipengaruhi oleh perubahan analit dari waktu kewaktu (variasi diurnal), dan
meminimalkan variasi intra individu. Pada pengambilansampel sebaiknya pasien
diambil pada posisi duduk atau berbaring. Pengambilan sampel darah vena dapat
menggunakan spuit ataupun vakutainer (tabung vakum hampa udara).

3) Pengiriman dan penanganan sampel

Setelah darah diambil segera kirim kelaboratorium, darah dalam wadah


segera dipindahkan ke tabung sentrifus dan diputar selama 10-15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm, kemudian serum segera dipisahkan. Sampel yang hemolisis
tak dapat diperiksa untuk analisa elektrolit karena kalium keluar dari eritrosit.
Jika sampel bercampur dengan antikoagulan pada suhu kamar, maka nilai kalium
akan turun karena sel-sel memakai glukosa mendorong kalium ke dalam sel.

13
Pemberian nomor atau label pasien harus benar-benar cermat dan teliti, karena
kekeliuran dalam hal ini akan berakibat fatal.

4) Wadah penampung

 Wadah yang dipakai untuk penampungan sampel harus memenuhi


syaratsyarat sebagai berikut:
 Terbuat dari gelas atau plastik, khusus untuk sampel darah harus
menggunakan wadah dari bahan gelas.
 Tidak bocor atau rembes
 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
 Besar wadah diseuiakan dengan volume sampel
 Bersih
 Kering
 Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam sampel tidak mengandung
bahan
kimia atau deterjen.

2 Faktor analitik

1.) Persiapan reagen

Sebelum menggunakan reagen hendaknya diperhatikan beberapa hal yang


penting. Keadaan fisik reagen perlu diamati terlebih dahulu mengenai kemasan
dan masa kadaluwarsanya. Reagen yang kemasanya rusak dan masa
kadaluwarsanya sudah tercapai sebaiknya tidak dipergunakan. Suhu penyimpanan
reagen yan baik di dalam almari pendingin (suhu 2-80C) atau sesuai dengan
anjuran dari petunjuk tertulis yang ada pada kemasan atau di dalam kit reagen
yang digunakan.

2.) Peralatan

14
Sebelum menggunakan alat perlu diperhatikan beberapa hal penting. Alat
yang digunakan harus suadah terkalibrasi dengan baik. Pemeriksaan bahan
kontrol perlu dilakukan sebelum pemeriksaan terhadap sampel. Hal penting
lainnya adalah mengikuti seluruh rangkaian protap pemakaian alat yang telah
dibakukan.

3 Faktor paska analitik

Faktor paska analitik menjadi sangat penting artinya mengingat seluruh


rangkaian pemeriksaan akan menjadi tidak memiliki arti sama sekali apabila
pencatatan dan pelaporan hasil tidak sesuai dengan hasil riil yang didapatkan.
Melaporkan hasil apa adanya tanpa ada rekayasa hasil merupakan sebuah keharusan
untuk memberikan gambaran klinis yang sebenarnya dari pasien yang diperiksa.

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengukuran kalsium darah dapat dilakukan denganmetode spectrometer serapan


atom dan metode pengukuan elektrolit. Kedua metode ini hanya dapat dilakukan di
laboratorium karena membutuhkan keahlian dan proses kimia yang rumit. Pengukuran
kalsium darah yang praktis dan mudah dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometer,dengan mengetahui karakteristik kalsium yaitu dapa Menyerap cahaya
540nm.

Dari perbandingan hasil pengujian dengan hasil laboratorium diketahui bahwa


metode spektrofotometerdapat digunakan untuk mengukur kadar kalsiumd arah. Dalam
proses pengukuran dibutuhkan ketelitian alat dan konsentrasi larutan yang tepat karena
sangat berpengaruh dalam pengembangannya, alat ini dapat di gunakan untuk mengukur
mineral lainnya dalam larutan atau mengukur kalsium pada larutan anorganik .

15
DAFTAR PUSTAKA

Carl A. Burtis,Ashwood Edward R. Teetz, 1994, Texbook of Clinical Chemisrtry,


Edisi II

Danis Pertiwi. 2011. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Na, K, Cl antara


Penampungan
Spesimen Menggunakan Tabung Kaca dan Tabung Pemisah Serum.
Semarang:
Unisula

David W. Martin Jr. Pert A. Mayers, Victor W, Rodwell, Daryl K. Crenner, 1990,
Biokimia
(Harper Review of Biochemistry), Edisi 20, Buku Kedokteran. EGC

Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang


Benar
(Good Laboratory Practice), Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik ,
Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik.

16
Frances K. Wildmann, M.D. ,1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium
Edisi 9. Penerjemah Siti Boedina Kresno, R. Gandasoebrata J.Latu
Frances Talaska Fischbach and Marshall Barnett Dunning, 2004, A Manual
of Laboratory and Diagnostic Test, Edisi 7

H. Harjoeno dkk, 2003, Interprestasi Hasil Test Laboratorium Diagnostik


HKKI dan PDS PATKLIN, 1994, Panduan Pemantapan Mutu
Laboratorium Klinik
Laboratorium RSUD Kardinah Tegal, 2012, Kumpulan Protap
Ronald A. Sacher dan Richard A.MC. Pherson, 2000, Tinjauan Klinik
Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi II, EGC

Sudarto Pringgoutomo, Sutisna Himawan, Achmad Tjarta, 2002, Buku Ajar


Patologi I
Suganda. 2000. Pengaruh Tahap Pra Analitik Pada Hasil Pemeriksaan
Hemetologi danKimia Klinik. Buletin Kilat No. 10/IV/2000. Jakarta

Witono Santoso. 1999. Cara Mengatasi dan Menanggulangi Kesehatan Dalam


Pemerik-saan
Kimia Klinik. PusLabKes.

17

Anda mungkin juga menyukai