Tubuh mengandung air rata-rata 60% dari berat tubuh. Kandungan H2O cenderung tetap karena terdapat sistem
yang mengatur keseimbangan, misalnya ginjal. Secara umum, plasma memiliki kandungan H2O sebesar 90%,
jaringan lunak seperti kulit, otot, dan organ sebesar 70-80%, tulang mengandung H2O sebesar 22%, sedangkan
lemak hanya sebesar 10%.
Terdapat 2 kompartemen besar dalam tubuh, yaitu cairan intrasel (CIS) dan cairan ekstrasel (CES).
1. Kompartemen CIS
2. Kompartemen CES
Cairan ekstrasel mengandung satu per tiga H2O dalam tubuh. Kompartemen ini terdiri dari plasma, sebesar
seperlima dari CES dan cairan interstitium, sebesar empat per lima dari CES. Limfe dan cairan trans-sel
juga termasuk CES namun volume dapat diabaikan. Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan
interstitium ke plasma. Cairan trans-sel adalah cairan yang disekresi oleh sel spesifik untuk melakuka suatu
fungsi, misalnya cairan serebrospinal, intraokulus, sinovium, pericardium, intrapleura, peritoneum, dan getah
pencernaan. Cairan limfe dan trans-sel tidak berkontribusi dalam perubahan keseimbangan cairan tubuh namun
dapat terjadi perubahan lokal secara patologis.
Perubahan H2O bebas menyebabkan perubahan osmolaritas CES. Jika H2O bebas berkurang pada CES xat
terlarut menjadi pekat osmolaritas CES meningkat hipertonik. Hal ini menyebabkan H2O keluar dari
CIS Jika H2O berlebih pada CES zat terlarut encer osmolaritas CES rendah hipotonik
Keseimbangan tubuh diatur oleh volume CES dan osmolalitas yang bergantung pada keseimbangan elektrolit
CES. Gangguan CES dapat memengaruhi volume plasma dan tekanan darah. Elektrolit memiliki satuan yaitu
miliequivalen per liter (mEq/liter), dalam arti kata jumlah ion dalam suatu larutan dikali dengan jumlah muatan
listrik per liter.
Natrium (Na+)
Natrium merupakan kation utama pada CES yang berasal dari nutrisi yang kita makan kemudian diserap
melalui saluran pencernaan.Natrium dapat memiliki keseimbangan positif dan negatif. Keseimbangan positif
adalah saat asupan natrium lebih banyak dari pengeluaran volume CES meningkat dapat terjadi
penambahan berat badan dan edema. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal ekskresi terhambat.
Sedangkan keseimbangan negatif adalah pengeluaran lebih banyak dari asupan volume CES menurun
tekanan darah menurun. Natrium dikontrol oleh aldosteron, ADH, ANP (atrial natriuretic peptide).
Mekanisme mengatur natrium misalnya kadar natrium dalam tubuh menurun tekanan darah menurun
merangsang refleks vasokontriksi arteriol aferen laju filtrat menurun natrium yang diekskresi sedikit
banyak simpanan garam dan air menaikkan tekanan darah. Jika natrium berlebih, sebaliknya, laju filtrat
meningkat dan natrium diekskresikan lebih banyak.
Aldosteron
Aldosteron berfungsi untuk merangsang reabsorpsi natrium pada tubulus ginjal, kelnjar saliva, keringat, saluran
pencernaan (gastrointestinal). Aldosteron terutama bekerja di sepertiga terkahir tubulus distal dan tubulus
kolektivus pada korteks ginjal. Mekanisme yang berpengaruh dalam sekresi aldosteron, sistem renin-
angiotensin-aldosteron dan kalium. Pertama, sistem renin-angiotensin-aldosteron, jika tekanan darah rendah,
Angiotensin II memiliki efek fisiologis yaitu merangsang sekresi aldosteron, merangsang haus, merangsang
sekresi ADH dan ACTH, dan sebagai vasokontriktor menurunkan tekanan darah. Kedua, saat kalium
berlebih merangsang aldosteron sekresi K+ pada tubulus distal.
Kalium (K+)
Merupakan kation utama pada CIS. Diperoleh dari nutrisi makanan dan diekskresi secara seimbang melalui
feses dan urin (90%). Kalium diatur oleh aldosteron, epinefrin, dan insulin. Contohnya jika kalium berlebih
akan meningkatkan sekresi aldosteron nefron menekskresi K+ keluar melalui urin. Fungsi kalium yaitu
aktivitas listrik sel saraf misalnya dalam pengistirahatan potensial membran dan berperan dalam fase
repolarisasi potensial aksi. Fungsi lain, dalam jaringan otot, membantu keseimbangan CES dan pH dengan
mengganti H+ saat keluar ke CES.
Ketidakseimbangan kalium terbagi dua yaitu hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia dapat disebabkan
karena kehilangan cairan tubuh seperti muntah dan diare, penggunaan obat diuretik untuk hipertensi dapat
menagkibatkan kelemahan otot karena saraf tidak dapat hiperpolarisasi dan melakukan potensial aksi.
Sedangkan hiperkalemia disebabkan oleh rusaknya ginjal tidak bisa mengeksresi secara normal dapat
membahayakan tubuh dan fibrilasi jantung. Hiperkalemia dapat mengakibatkan depolarisasi berlebih pada
jaringan perangsang sehingga sel sulit melakukan repolarisasi penuh dan akhirnya menjadi kurang terangsang.
Akibatnya dapat terjadi potensial aksi yang lebih rendah atau tidak sama sekali.
Kalsium
Sebagian besar terdapat di tulang dan gigi (98-99%) yang berikatan dengan fosfat membentuk kristal
hidroksiapatit dan sisanya sebagai kation Ca2+ di CES. Fungsi kalsium yaitu sebagai penyusun tulang,
pembekuan darah, motilitas sel, kontraksi otot, pelepasan neurotransmitter, respons hormonal, dan sekretorik.
Kalsium diatur oleh hormon PTH dan kalsitonin. Hormon PTH dirangsang oleh kadar kalsium rendah akan
merangsang pengeluaran kalsium dari matriks tulang, meningkatkan reabsorpsi dari tubulus ginjal, dan
meningkatkan produksi kalsitriol (vitamin D yang berlaku seperti hormon) absorpsi pada saluran pencernaan
meningkat. Sedangkan kalsitonin, menurunkan kadar kalsium darah dengan menghambat aktivitas osteoklas
dan meningkatkan kalsium menuju tulang.
Magnesium
Klorida
Sebagai anion paling banyak di CES. Ion klorida (Cl-) dapat bebas bergerak dari CES ke CIS dan sebaliknya
karena memban plasma memiliki kanal langsung dan antiport. Klorida berfungi untuk menyeimbangkan anion
antarkompartemen misalnya pertuakaran Cl- dan HCO3- dan penyusun HCL. Klorida dipengaruhi hormon
ADH dan reabsorpsi natrium dengan mekanisme Na+ dan Cl- simporter.
Bikarbonat (HCO3-)
Sebagai anion utama selain klorida pada CES. Kadar akan meningkat saat melewati pembuluh kapiler karena
karbondioksida dari hasil metabolisme berdifusi ke dalam darah dan berikatan dengan air membentuk asam
karbonat berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-. Kemudian ion bikarbonat berkurang saat karbondioksida
dilepaskan dari pari-paru ke luar tubuh. Pengatur utama bikarbonat adalah ginjal, saat kadar tinggi dalam darah
merangsang ekskresi melalui urin. Saat kadar rendah, tubulus ginjal membentuk HCO3- dan masuk ke dalam
darah.
Fosfat
Sebagian besar fosfat berikatan dengan kalsium membentuk garam dan sisanya berbentuk ion yaitu H2PO4-,
HPO42-, PO43-, yang berperan sebagai anion pada CIS. HPO42- berperan dalam keseimbangan pH dan buffer
penting untuk H+. Sama dengan kalsium, fosfat diatur oleh PTH dan kalsitriol. PTH menghambat reabsorpsi
fosfat saat reabsorpsi kalsium terjadi fosfat diekskresi. Kalsitriol merangsang absorbsi kasium dan fosfat
pada saluran gastrointestinal. Fibroblast Growth Factor 23 (FGF 23) sebuah parakrin yang membantu
pengaturan HPO42- dalam darah dengan meningkatkan ekskresi lewat urin dan menurunkan absorbsi dari
saluran pencernaan.
Molekul non-elektrolit yaitu glukosa, urea, protein, oksigen, karbondioksida, dan asam-asam organik, namun
molekul-molekul tersebut tidak berubah menjadi ion sehingga tidak menghantarkan listrik. Molekul glukosa
adalah non-elektrolit yang berpengaruh pada osmolalitas cairan tubuh karena glukosa tidak secara bebas keluar-
masuk sel. Contoh cairan non-elektrolit yang penting dalam tubuh yaitu kreatinin dan bilirubin. Keratin
berperan dalam kontraksi otot dan bilirubin berperan pada pewarnaan urin dan tinja.
Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu keseimbangan natrium dan kalium
Keseimbangan Natrium:
Keseimbangan Kalium :
Saat asupan kalium melebihi ekskresi kalium, kadar kalium dalam tubuh meningkat sehingga menimbulkan
hiperkalemia. Hal ini mengakibatkan sekresi aldosteron ke dalam darah lalu beraksi di tubulus distal, tepatnya
pada sel P, untuk menjaga sel tetap membuka kanal ion dan mempercepat pompa ion Na+ dan K+ sehingga
meningkatkan ekskresi K+.
Ginjal berperan dalam keseimbangan asam basa dengan cara menyekresikan H+, HCO3-, dan amoniak ( NH3 ).
Pengaturan oleh ginjal terhadap perubahan PH yang terjadi di cairan tubuh dilakukan dengan memanipulasi
sekresi maupun reabsorpsi ketiga zat tersebut. Regulasi perubahan PH yang dilakukan oleh ginjal merupakan
mekanisme terakhir dalam mempertahankan PH setelah buffer dan regulasi respiratorik.
Sel intercalated di tubulus ini berperan dalam acid base balance. Terdapat 2 tipe sel intercalated:
Alfa- intercalated cell adalah sel yang berfungsi untuk sekresi H+, reabsorbsi K+ dan HCO3-. Sel ini
memiliki 2 pompa dalam proses sekresi H+ yaitu pompa H+ ATPase dan antiport H+ / K+ATPase.
Mekanisme pengaturannya terjadi sebagai berikut : Karbondioksida yang berasal dari hasil metabolisme
sel tubulus maupun difusi dari darah dan lumen, bereaksi dengan air dengan katalis enzim karbonat
anhidrase. Asam karbonat yang terbentuk segera terurai menjadi HCO3- dan H+.
Secara normal, Alfa- intercalated cell lebih banyak dan lebih aktif bekerja dibandingkan dengan Beta-
intercalated cell. Namun, tingkat keaktifkan kerja kedua sel ini dapat diatur sesuai kondisi. Misal, bila tubuh
mengalami alkalosis, maka sel beta bekerja lebih aktif daripada sel alfa
Acidosis adalah keadaan cairan tubuh yang sangat asam. Sedangkan alkalosis saat sangat basa. Berdasarkan
penyebabnya, acidosis dan alkalosis dibagi menjadi 2, yaitu respiratorik dan metabolik.
1. Acidosis Respiratorik
Terjadi akibat hipoventilasi sehingga karbondioksida terakumulasi di sel- sel tubuh, bereaksi dengan air
menghasilkan asam karbonat. Contoh yang menyebabkan acidosis respirasi adalah kerusakan sel- sel alveolus (
seperti pada TBC, pneumonia, dan emphisema), obat yang menekan pusat respirasi ataupun merelaksasi otot-
otot pernapasan. Terjadi peningkatan H+ dan HCO3- ( tidak begitu signifikan untuk HCO3-). Tubuh merespon
gejala ini dengan buffer di cairan tubuh dan peran ginjal semakin aktif dalam mensekresi H+ dan mereabsorpsi
HCO3-.
Gejalan ini terjadi ketika seseorang mengalami hiperventilasi sehingga kadar karbondioksida sangat rendah dan
tubuh menjadi basa. Penyebabnya bisa saja karena demam, peningkatan epinefrin yang memperbesar bronkus
atau respon tubuh saat di high latitude. Tubuh merespon dengan buffer yang melepas ion H+ dan ginjal dengan
Beta-intercalated cell bekerja lebih aktif.
3. Acidosis Metabolik
Gejala ini ditandai dengan penurunan ion bikarbonat yang bereaksi dengan ion H+ yang meningkat.
Penyebabnya bisa banyak, yaitu :
Diare serius : ion bikarbonat dilepaskan ke usus halus untuk menciptakan kondisi basa bagi enzim-
enzim pencernaan di usus. Saat di ileum, terjadi penyerapan air dimana ion bikarbonat juga kembali
direabsorpsi. Namun, bila terjadi diare, reabsorbsi ion bikarbonat ke dalam tubuh tidak begitu banyak
dan menyebabkan tubuh kekurang ion bikarbonat.
Diabetus mellitus1
Tidak bisanya penyerapan glukosa dari darah ke sel otot, hati dan sel lainnya akibat tidak ada insulin
atau reseptor yang tidak sensitif menyebabkan sel memilih lemak maupun protein untuk dipecah sebagai
bahan makanan. Hasil sampingannya berupa badan keton yang bersifat asam.
Latihan otot berat
Otot yang bekerja secara terus- menerus menghasilkan asam laktat berlebihan
Gagal ginjal1
Ginjal yang tidak dapat bekerja secara normal menyebabkan ion hidrogen tidak dapat disekresi dan
terjadilah acidosis.
Addison’s disease
Kekurangan produksi aldoseteron menyebabkan kurangnya penyerapan natrium di tubulus ginjal yang
mempengaruhi pompa H+ dan Na+ di tubulus. Ion natrium tidak dapat direabsorpsi menyebabkan H+
pun tidak disekresi.
Kompensasi yang dilakukan tubuh meliputi buffer, hiperventilasi untuk membuang karbondioksida dan respon
ginjal.
4. Alkalosis Metabolik
Gejala alkalosis ini ditandai dengan peningkatan ion bikarbonat. Penyebab- penyebabnya meliputi:
Muntah terus- menerus. Respon muntah menyebabkan asam lambung pun keluar dari tubuh.
Terapi diuretik
Diuretik memhambat kerja Na+/Cl- simporter yang menyebabkan banyaknya Cl- yang meningkatkan negativitas
dari lumen tubulus. Ginjal mengompensasinya dengan cara mensekresi ion positif seperti ion hidrogen dan ion
kalium. Bila terapi diuretik terjadi terus- menerus, tubuh dapat mengalami alkalosis.5
Secara singkat, keempat acid base imbalance tersebut untuk konsentrasi ion H+ ,bikarbonat, CO2 dapat dilihat
di tabel berikut :