PENDAHULUAN
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free ions).
Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit
mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika
elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Di
dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (H O)-elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan
organ tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga
tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s
fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan
reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. Pengeluaran karbon dioksida (CO2)
dilakukan oleh paru. Pengeluaran asam-asam lain yang tidak mudah menguap (bukan gas)
dilaksanakan oleh ginjal. Paru dan ginjal, bersama dengan berbagai sistem penyangga ditubuh,
mempertahankan konsentrasi asam plasma dalam batas-batas fisiologis yang sempit. Untuk fungsi
optimal dari sel-sel, proses metabolik mempertahankan keseimbangan mantap diantara asam-basa. pH
arteri adalah pengukuran tak langsung terhadap konsentrasi ion hidrogen (H⁺). (mis, makin besar
konsentrasi, makin asam larutan dan makin rendah pH; makin rendah konsentrasi, makin basa larutan
dan makin tinggi pH) dan mencerminkan keseimbangan antara karbondioksida (CO2), yang diatur
1
oleh paru-paru, dan bikarbonat (HCO₃ˉ), basa diatur oleh ginjal. CO2 terlarut dalam larutan untuk
membentuk asam karbonat (H₂CO₃), yang merupakan kunci komponen asam dalam keseimbangan
asam-basa. Karena H₂CO₃ sulit untuk diukur secara langsung dan CO2 serta H₂CO₃ dalam
keseimbangan, maka komponen asam ditunjukkan sebagai CO2 ketimbang H₂CO₃. Rasio asam-basa
normal adalah 1:20, menunjukkan satu bagian CO2 (potensial H₂CO₃) terhadap dua puluh bagian
HCO₃ˉ. Jika keseimbangan ini berubah, maka terjadi kekacauan pH, (nilai rentang normal pH antara
7,35 – 7,45) ; jika terdapat ekstra asam atau terjadi kehilangan basa dan pH <7,40, maka terjadi
asidosis; bila terdapat ekstra basa atau terjadi kehilangan asam dan pH >7,40, maka terjadi alkalosis.
Mekanisme ini sangat sensitif terhadap perubahan pH yang sangat kecil dan tubuh biasanya
mempu mempertahankan pH tanpa intervensi dari luar, bila tidak mampu pada kadar normal,
sedikitnya dalam batasan yang dapat menopang kelangsungan hidup.
pH adalah pencerminan rasio antara asam terhadap basa dalam cairan ekstrasel. pH dalam serum
dapat diukur dengan menggunakan pH meter, atau dihitung dengan mengukur konsentrasi bikarbonat
dan krbondioksida serum dan menempatkan nilai-nilainya ke dalam persamaan Henderson-
Hasselbach seperti diperlihatkan dibawah ini : pH = pK + log HCO₃ˉ/ CO₂ Dalam persamaan ini,
HCO₃ˉadalah konsentrasi bikarbonat dalam serum, dan CO₂ adalah konsentrasi CO₂ yang larut dalam
serum. PK mengacu kepada logaritme negatif konstanta disosiasi, K. Kontansta disosiasi adalah nilai
tetap untuk sistem bikarbonat-karbon dioksida pada suhu tubuh normal.
Nilai ini mencerminkan derajat disosiasi bikarbonat dan karbon dioksida untuk menerima atau
memberikan sebuah ion hidrogen. Untuk sistem bikarbonat-karbon dioksida, pK adalah 6,1. pH
mencerminkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen,
semakin tinggi keasaman suatu larutan dan semakin rendah pH-nya. Sebaliknya semakin tinggi pH,
maka semakin rendah konsentrasi ion hidrogen-nya dan semakin basa larutannya. Contoh asam antara
lain adalah zat-zat yang dicetak tebal dibawah ini, yang semuanya diperlihatkan dapat memberikan
sebuah ion hidrogen : HCl ⇆ H⁺ + Clֿ H₂CO₃ ⇆ H⁺ + HCO₃ˉ Asam laktat ⇆ H⁺ + laktat NH₄ ⇆ H⁺ +
NH₃ Suatu asam dapat kuat atau lemah, bergantung pada derajat penguraiannya untuk membebaskan
ion hidrogen. Misalnya, hidrogen klorida (HCl) secara cepat dan total terurai menjadi ion hidrogen
dan ion klorida sehingga dianggap asam kuat. Sebaliknya, hanya beberapa molekul asam laktat yang
terurai menjadi ion hidrogen dan laktat sehingga asam laktat dianggap sebagai asam lemah. Tanda
panah rangkap yang diperlihatkan pada setiap persamaan menandakan bahwa reaksi bersifat
reversibel. Basa adalah setiap bahan yang dapat menerima sebuah ion hidrogen, sehingga bahan
tersebut dapat mengeluarkan ion hidrogen dari larutan. Pada setiap reaksi diatas yang memperlihatkan
disosiasi (penguraian) suatu asam, bahan yang dihasilkan bersama ion hidrogen dianggap sebagai
suatu basa. Karena msing-masing reaksi diatas bersifat reversibel, maka setiap bahan yang dihasilkan
2
bersama ion hidrogen dapat menyatu kembali dengannya, sehingga bahan tersebut basa. Reaksi-
reaksi tersebut ditulis ulang, dengan basa dalam huruf tebal, seperti diperlihatkan dibawah ini : Clֿ +
H⁺ ⇆ HCl HCO₃ˉ + H⁺ ⇆ H₂CO₃ Laktat + H⁺ ⇆ Asam laktat NH₃ + H⁺ ⇆ NH₄⁺ Suatu basa dapat
lemah atau kuat, tergantung pada derajat penerimaan ion hidrogen. Sebagian besar asam dan basa
yang terdapat didalam tubuh bersifat lemah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah
ini akan dibahas mengenai cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation
antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium ion-ion negatif disebut anion. Contoh
anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh.
Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida),
yang semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya
NaCl akan dipecah menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang
dapat mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik
yang terdapat pada cairan. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent
(mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
Asam adalah bahan yang mampu membebaskan sebuah ion hidrogen. Sebagian besar
proses metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh menghasilkan asam. Proses-proses
tersebut mencakup metabolisme oksidatif karbohidrat, lemak dan protein menjadi
karbondioksida dan air melalui siklus krebs, metabolisme anaerob glukosa menjadi asam
laktat, metabolisme asam-asam lemak menjadi senyawa golongan keton dan penguraian
berbagai protein menjadi asam fosfat atau sulfat. Asam-asam ini harus dikeluarkan dari
tubuh.
Basa adalah setiap bahan yang dapat menerima sebuah ion hidrogen, sehingga bahan
tersebut dapat mengeluarkan ion hidrogen dari larutan. Contohnya: natrium hidroksida,
kalium hidroksida, amonia.
4
2.2 Komposisi Cairan Tubuh
Presentase cairan tubuh bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan. Pada
bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan
Ektraselular (CES)
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini
berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah
cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit
Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3–, SO42-, Cl.–
b. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total
cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport
nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian
dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran
mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
1) Cairan interstisial, merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe,
jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh,
volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.
2) Cairan intavaskuler, adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya
plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat
yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut
dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari
kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel
darah merah, sel darah putih dan platelet.
5
3) Cairan transelular, merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan
serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung,
jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+,
Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-
.Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan
normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar kompartmen.
Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi
perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut.
Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat
melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya. Perpindahan substansi melalui
membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan
transport pasif tidak membutuhkan energi.
a. Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s
law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
2. Peningkatan permeabilitas.
6
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
b. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal
ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama
namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis. Filtrasi terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari
daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar
sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas
membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
c. Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa tubuh
antara lain :
7
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan
5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.Seseorang yang mengalami stres, tanpa
memandang sumbernya, lebih sering menahan cairan sehingga mengganggu keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
8
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan
dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari
saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel
melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran
9
pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika
konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga
konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium
serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah
normal 135-148 mEq/Lt
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada
cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui
makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan
fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi
usus dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan
dalam tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan
oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam
metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya
didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari
usus halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang,
otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama
fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan
tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus
10
dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui
ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar
kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya.
Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam
pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa,
berperan dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah.
Disekresi dan direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon
aldosteron. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
g) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi
utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal.
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.
Elektrolit Pengaturan
Reabsorpsi dan sekresi ginjal
Aldosteron,meningkatkan reabsorpsi natrium di duktus
kolekting nefron
Sodium ( ) Pengaturan dan distribusi volume cairan ekstrasel
Mempertahankan volume darah
Menghantarkan impuls saraf dan kontraksi otot
11
Mempertahankan osmolaritas dan cairan intrasel
Transmisi saraf dan impuls elektrik
Pengaturan transmisi impuls jantung dan kontraksi otot
Pengaturan asam basa
Kontraksi tulang dan otot polos
12
Metabolism karbohidrat,lemak,dan protein
Metabolisme seluler produksi ATP dan DNA
Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
Pengaturan asam-basa
Pengaturan kadar kalsium
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap.
Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik
disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, Ca2+, dan HCO3–
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, dan HCO3–
Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam
karbonat . Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah simbol
dari adanya ion hidrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam
dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk
memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang
terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hidrogen.
13
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a) Sistem Buffer
b) Pengaturan pernapasan
Paru-Paru Ginjal
14
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H bebas
dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H
terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu
akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. Mempengaruhi konsentrasi ion K
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh
lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH. pH 7,0 adalah netral, pH diatas 7,0 adalah basa
(alkali), pH dibawah 7,0 adalah asam. Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah
(hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah
memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama,
karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ.Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam-basa. darah:
a. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. Tubuh menggunakan penyangga pH
15
(buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-
tiba dalam pH darah.
Ketidakseimbangan elektrolit terjadi karena terlalu sedikit atau terlalu banyak elektrolit
dalam tubuh. Ketidakseimbangan elektrolit dapat disebabkan dengan memasukkan terlalu
sedikit atau terlalu banyak cairan elektrolit ke dalam tubuh. Seperti yang telah disebukan
sebelumya bahwa ada relasi antara keseimbangan elektrolit dengan keseimbangan asam basa
karena elektrolit adalah ion yang bermuatan listrik. Sehingga pada akhirnya seseorang dapat
mengalami ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa secara bersamaan.
16
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2) Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
3) Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru.
Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat
gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H
bebas meningkat.
4) Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi
asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi
karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis.
Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir
bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian
17
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia.
a. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual,
muntah dan diare.
b. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi
yang ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu
badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat
disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan
garamnya sedikit.
c. Hipokalemia
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium
yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem
18
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan
irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
e. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma
kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi
intestinal.
f. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang
dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin
D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal,
mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia
h. Hipermagnesia
a. Asidosis Respiratorik
19
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun
dan darah menjadi asam.Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam. Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti
Emfisema, Bronkitis kronis, Pneumonia berat, Edema pulmoner, dan Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat
tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan. Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma.
Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu.
Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses
ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma. Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam
20
3 kelompok utama yaitu jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi
suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol
kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis
metabolik.Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh
dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,
tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis
jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis
tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam. Penyebab utama dari asidois
metabolik adalah, Gagal ginjal, Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal),
Ketoasidosis diabetikum, Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat), Bahan beracun seperti
etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida dan
kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi
ataukolostomi.
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah Rasa nyeri, Sirosis hati, Kadar oksigen darah yang rendah, Demam,
Overdosis aspirin.
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan
rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang
otot dan penurunan kesadaran. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar
karbondioksida dalam darah arteri. pH darah juga sering meningkat. Biasanya satu-satunya
pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah
kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah
rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida
yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya
selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika
22
kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
d. Alkalosis Metabolic
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut). Pada kasus
yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak
basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan
asam basa darah.Penyebab utama akalosis metabolik adalah Penggunaan diuretik (tiazid,
furosemid, asam etakrinat), Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung,
Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid). Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),
otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat,
dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Asam adalah bahan yang mampu membebaskan sebuah
ion hidrogen. Basa adalah setiap bahan yang dapat menerima sebuah ion hidrogen. Cairan
tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan Ektraselular
(CES).
Keseimbangan cairan elektrolit adalah suatu cairan yang diperlukan dalam tubuh untuk
menyeimbangkan menuju equilibrium/fluid balance. Keseimbangan asam basa sangat
penting untuk menjaga fungsi organ tubuh dan diatur oleh ginjal dan paru. Asidosis adalah
suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit
mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu
keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung
asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan alkalosis bukan
merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau
respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
3.2 Saran
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Selain itu keseimbangan asam dan basa dalam tubuh juga haruslah diperhatikan untuk
menjaga kondisi agar tetap sehat. Untuk memperoleh keseimbangan antara cairan yang
dibutuhkan bagi tubuh sebaiknya seseorang tersebut haruslah menjaga takaran asupan cairan
yang sesuai dengan usia, berat badan dan aktivitas yang dijalani. Keadaan seimbangan antara
cairan dalam tubuh dapat dipeoleh dengan melihat perbandingan antara pemasukan dengan
pengeluaran cair
24
DAFTAR PUSTAKA
https://harmokoblog.wordpress.com/2013/06/18/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit-serta-
keseimbangan-asam-basa/
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf
https://klikharry.com/2013/12/20/cairan-elektrolit-dan-asam-basa/
http://riosmart.blogspot.co.id/2011/10/keseimbangan-cairan-elektrolit-dan-asam.html
25