Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Salah satu kebutuhan utama makhluk hidup adalah makanan. Makanan
merupakan bahan utama yang kita butuhkan untuk menghasilkan energi guna
melaksanakan semua aktivitas hidup. Perubahan makanan menjadi energi, tentu
terjadi dalam sel sebagai suatu satuan fungsional dan struktural terkecil yang
menyusun tubuh makhluk hidup. Dalam makhluk hidup, sel merupakan unit
penyusun terkecil. Di dalam sel tersebutlah terjadi aktivitas perubahan reaksi-
reaksi untuk menghasilkan energy yang dibutuhkan oleh manusia.
Metabolisme adalah suatu proses perubahan reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh. Metabolisme terdiri dari pembentukan makanan (anabolisme) dan juga
penguraian makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana (katabolisme).
Pentingnya proses metabolisme dalam tubuh berpengaruh penting pada
kesehatan. Karena didalamnya menyangkut organ-organ yang dijadikan tempat
mesin untuk membantu menguraikan senyawa-senyawa kompleks (karbohidrat,
lemak, dan protein) seperti lambung, usus halus, hati, dan pancreas.

1.2 Rumusan Masalah

1. apa itu keseimbangan asam basa?


2.apa itu cairan tubuh dan metabolisme karbohidrat?
3.apa itu protein,lipid dan pirimidin

1.3 Tujuan

Mahasiswa memahami prinsi-prinsip biokimia dalam tubuh manusia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian asam basa

Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom
hidrogen. Molekul yang mengandung atom – atom hidrogen yang dapat
melepaskan ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam
adalah asam hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion
hidrogen ( H+ ) dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat ( H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat ( HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung
dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat ( H2CO3). Demikian
juga ( HPO4 ) adalah suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen
untuk membentuk ( H2PO4 ). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai
basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir
negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah
merah dan protein dalam sel-se tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang
paling penting.
Istilah “ basa “ sering digunakan secara sinonim dengan “ alkali”. Alkali
adalah suatu molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali –
natrium, kalium, litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti
ion Hidroksil ( OH- ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara tepat
dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu,
merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah “ alkolis
” merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh,
sebaliknya penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal
sebagai “asidosis “

 Asam dan basa yang kuat dan lemah


Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam
lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya
dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+. Contohnya H2CO3.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas
adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ). Basa lemah
yang khas adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh lebih

2
lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang
berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.

 KESEIMBANGAN ASAM BASA


Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga
7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar
proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:


1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkanalkalosis bila pH >
7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponenrespiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah
komponen asam atauberkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah
komponen basa atauberkurangnya jumlah komponen asam.

 PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA


Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai
homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen
dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal
memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan
tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat
melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh
ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan
darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion
hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur
konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion
hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh
ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai
cairan tubuh.

3
 Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang
terjadi pada asidosis dan alkalalosis.
Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas
ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi
normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim,
konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai
setinggi 160 nEq/liter tampa menyebabkan kematian.
pH normal darah arteri adalah 7,4 , sedangkan pH darah vena dan cairan
interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida ( CO2 ) yang
dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah
arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah
nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah
pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8
dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis
sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia
jaringan dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan
pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa
cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam
adalah HCL yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel
parietal ) dari mukosa lambung.

 Pengaturan
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrigen dalam cairan
tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis:
1. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.
2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstraseluler.
3. Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alakalin, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju
normal selama asidosis dan alkalisis.
Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga
cairan tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-
perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari
tubuh atau menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka
tetep terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Kemudian sistem

4
pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit untuk mengeliminasi CO2 dan
oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini menjaga konsentrasi
ion hidrogen dai perubahan yang terlalu banyak sampai pengaturan yang ketiga
bereaksi lebih lambat,Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan asam dan basa dari
tubuh.
Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem
penyangga dan pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang
paling kuat selama beberapa jam sampai beberapa hari.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer)
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan. Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan
bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan
lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan
terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-
paru dan di paru paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat
pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat,
kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika
pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan,
maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi
menit.

Sistem Penyangga Ion Hidrogen dalam Cairan Tubuh

5
Penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion
hidrogen,yang segera bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem ini bekerja sangat cepet dan
menghasilkan efek dalam hitungan detik. Ada 4 sistem penyangga dalam cairan
tubuh.

1. Sistem penyangga bikarbonat


Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat:
1. Asam lemah ( H2CO3 )
2. Garam bikarboant ( NaHCO3 )
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O :
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi ini lambat, dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila
ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini banyak sekali di dinding alveoli paru-
paru, dimana CO2 ( oksigen ) dilepaskan, karbonik anhidrase juga ditemukan di
sel-sel epitel tubulus ginjal, dimana CO2 bereaksi dengan H2O untuk
membentuk H2CO3.
H2CO3 berionasi seara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3- :
H2CO3 H+ + HCO3-
Komponen dari kedua sistem, yaitu garam bikarbonat, terbentuk secara dominan
sebagai natrium bikarbonat ( NaHCO3 ) dalam cairan ekstraseluler.
Oleh karena itu hasil akhinya adalah kecenderungan penurunan kadar CO2dalam
darah,tetapi penurunan CO2 dalam darah menghambat pernapasan dan penurunan
laju ekspirasi CO2 . Peningkatan HCO3- yang terjadi didala darah dikompensasi
oleh peningkatan ekskresi HCO3- ginjal.
Sistem penyangga bikarbonat merupakan penyangga ekstraselular yang paling
penting.
 Sistem alasan bikarbonat kuat karena dua alasan berikut :
1. pH cairan ekstraseluler sekitar 7,4 , sedangkan pK sistem penyangga
bikarbonat adalah 6,1 . Hal ini berarti bahwa terdapat sistem
penyangga bikarbonat dalam bentuk HCO3- sebanyak 20 kali lebih besar
daripada bentuk CO2 yang terlarut. Karena alasan inilah sistem tersebut
bekerja pada bagian kurva penyangganya buruk.
2. Konsentrasi kedua elemen bikkarbonat, yaitu CO2 dan HCO3- tidak besar
( kecil ).
Selain ciri-ciri ini, sistem penyangga bikarbonat merupakan penyangga
ekstraseluler yang paling kuat dalam tubuh. Sifat berlawanan yang jelas ini
terutama akibat kenyataan bahwa kedua elemen sistem penyangga. HCO3- dan
CO2diatur oleh ginjal dan paru-paru. pH cairan ekstraseluler dapat diatur dengan

6
tepat oleh kecepatan relatif dan penambahan HCO3- oleh ginjal dan kecepatan
pemindahan CO2 oleh paru-paru.

2. Sistem penyangga fosfat


Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah
asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjdi basa lemah. Natrium
hidrogen fosfat ( Na2HPO4) adalah basa lemah dan natrium dihidrogen fosfat (
Na H2PO4) adalah asam lemah
HCl + Na2HPO4 ↔ NaH2PO4 + NaCl
NaOH + NaH2PO4 ↔ Na2HPO4 + H2O
Walaupun sistem penyangga fosfat tidak mempunyai manfaat yang besar
sebagai penyangga cairan ekstraseluler, sistem penyangga ini memainkan peranan
penting dalam penyangga cairan tubulus ginjal dan cairan intraseluler.
Elemen utama dalam sistem penyangga fosfat adalah H2PO4- dan HPO4- , bila
suatu asam kuat seperti HCL ditambah kedalam campuran kedua zat ini, hidrogen
diterima oleh basa HPO4- dan dikonversikan menjadi H2PO4- :

HCL+Na2HPO4 Na2HPO4 + NaCL

Hasil dari reaksi ini adalah asam kuat, yaitu HCL, digantikan oleh sejumlah asam
lemah tambahan Na2HPO4 dan penurunan pH menjadi minimal.
Penyangga fosfat menpunyai peran yang sangat penting dalam cairan tubulus
ginjal
Alasannya :
1.Fosfat biasanya menjadi sangat pekat dalam bentuk tubulus, sehingga
meningkatkan tenaga penyangga sistem fosfat.
2. Cairan tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih rendah daripada airan
ekstraseluler, menyebabkan jangkauan kerja penyangga lebih mendekati pK
sistem.
Sistem penyangga fosfat juga penting dalam penyangga intraseluler
karena konsentrasi fosfat dalam cairan ini beberapa kali lebih besar daripada
dalam cairan ekstraseluler. Juga pH cairan intraseluler lebih rendah daripada pH
cairan ekstraseluler dan oleh karena itu biasanya lebih mendekati pK sistem
penyangga fosfat, dibandingkan dengan pK cairan ekstraseluler.

3 Sistem protein
Sistem protein Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung
gugus karboksil yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi
sebagai basa. Protein banyak diantara para penyangga yang paling kuat dalam
tubuh karena konsentrasinya yang tinggi, terutama didalam sel.

7
pH sel, walaupun sedikit lebih rendah daripada ph dalam cairan
ekstraseluler, perubahannya kira-kira sesuai dengan perubahan pH cairan
ekstraseluler. Ada sedikit ion hidrogen dan ion bikarbonat yang berdifusi melalui
membran sel, walaupun ion-ion ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk
menjadi seimbang dengan cairan ekstraseluler, kecuali keseimbangan cepat yang
terjadi didalam sel-sel darah merah. Akan tetapi CO2 dapat dengan cepat berdifusi
melalui semua membran sel. Difusi elemen sistem penyangga bikarbonat ini
mrnyebabkan pH cairan intraseluler berubah ketika terjadi perubahan pH cairan
ekstraseluler. Karena alasan ini, sistem penyangga didalam sel membantu
mencegah perubahan pH cairan ekstraseluler tetapi mungkin membutuhkan waktu
beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal.
Dalam sel darah merah, hemoglobin adalah penyangga penting sebagai
berikut :
H+ + Hb HHb
Penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa 60 sampai 70 persen
penyangga kimia total dalam cairan tubuh berada didalam sel-sel, kebanyakan
dihasilkan dari protein intraseluler. Akan tetapi, kecuali untuk sel-sel darah
merah, lambatnya pergerakan ion hidrogen dan ion bikarbonat melalui membran
sel sering memperlambat kemampuan maksimal protein intraseluler sampai
beberapa jam untuk menyangga gangguan asam basa ekstraseluler.
 Pengaturan Pernapasan Terhadap Keseimbangan Asam Basa
Gangguan pada asam basa adalah pengaturan konsentrasi CO2 cairan
ekstraseluler oleh paru-paru. Peningkatan cairan ekstra seluler akan menurunkan
pH, sedangkan penurunan Pco2 akan meningkatkan pH. Oleh karena itu dengan
menyesuaikan Pco2 meningkat atau menurun, paru-paru secara efektif dapat
mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler. Peningkatan ventilasi
CO2 dari cairan ekstraseluler yang melalui kerja massa akan mengurangi
konsentrasi ion hidrogen. Sebaliknya penurunan ventilasi akan meningkatkan
CO2, jadi juga meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan ekstraseluler.

1. Ekspirasi CO2 paru-paru mengimbangi pembentukan CO2 metabolik.


CO2 dibentuk secara teruss menerus dalam suhu tubuh melalui proses
metabolisme intraseluler. Setelah itu CO2 berdifusi dari sel masuk kedalam cairan
interstisial dan darah, dan aliran darah mentranspor CO2 ke paru, tempat
CO2berdifusi kedalam alveoli dan kemudian ditransfer ke atmosfer melalui paru-
paru. Rata-rata secara normal terdapat sekitar 1,2 mol/liter CO2 yang terlarut
dalam cairan ekstraseluler, yang sama dengan Pco2 40 mmHg.
Bila kecepatan pembentukan CO2 metabolik meningkat, Pco2 cairan ekstraseluler
juga meningkat. Sebaliknya penurunan kecepatan metabolik menurunkan
Pco2. Bila kecepatan ventilasi paru-paru dan Pco2 dalam cairan ekstraseluler

8
menurun. Oleh karena itu perubahan ventilasi paru atau kecepatan pembentukan
CO2 oleh jaringan dapat mengubah Pco2 cairan ekstraseluler.

2. Peningkatan ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen


cairan ekstraseluler dan meningkatkan pH
Bila pembentukan CO2 metabolik tetap konstan, satu-satunya faktor lain
yang mempengaruhi Pco2 dalam cairan ekstraseluler adalah kecepatan ventilasi
alveolus, semakin rendah Pco2 dan sebaliknya, semakin rendah kecepatan
ventilasi alveolus, semakin tinggi Pco2 . bila konsentrasi CO2 meningkat,
konsentrasi H2CO3dan konsentrasi ion hidrogen juga meningkat, sehingga
menurunkan pH cairan ekstraseluler.

3. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen merangsang ventilasi alveolus


Tidak hanya kecepatan ventilasi alveolus saja yang mempengaruhi
konsentrasi ion hidrogen dengan mengubah Pco2 cairan tubuh, tetapi konsentrasi
ion hidrogen juga mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus. Kecepatan
alveolus meningkatkan empat sampai lima kali kecepatan normal sewaktu pH
turun dari nilai normal. Oleh karena itu kompensasi pernapasan terhadap
peningkatan pH tidak seefektif respon penurunan pH yang nyata.

4. Kontrol umpan balik konsentrasi hidrogen oleh sistem pernapasan


Karena peningkatan konsentrasi ion hidrogen meransang pernapasan dan
karena peningkatan ventilasi alveolus sebaliknya menurunkan konsentrasi ion
hidrogen, sistem pernapasan bekerja sebagai kontrol umpan balik negatif yang
khas untuk konsentrasi ion hidrogen:

( H+ ) ventilasi alveolus
( - ) Pco2

Yaitu kapanpun konsentrasi ion hidrogen meningkat di atas normal, sistem


pernapasan dirangsang dan diventilasi alveolus meningkat. Keadaan ini
menurunkan Pco2 cairan ekstraseluler dan mengurangi konsentrasi ion hidrogen
kembali menuju normal. Sebaliknya bila konsentrasi ion turun dibawah normal,
pusat pernapasan menjadi tertekan, ventilasi alveolus menurun dan konsentrasi
ion hidrogen meningkat kembali menuju normal.

5. Efisiensi kontrol pernapasan terhadap konsentrasi ion hidrogen


Kontrol pernapasan tidak mengembalikan konsentrasi ion hidrogen
kembali normal bila beberapa gangguan diluar sistem pernapasan telah
menghambat pH, biasanya mekanisme pernapasan untuk mengontrol konsentrasi

9
ion hidrogen mempunyai efektifitas antara 50 dan 75 persen. Bila konsentrasi ion
hidrogen tiba-tiba meningkat melalui penambahan asam kedalam cairan
ekstraseluler dan pH turun dari 7,4 menjadi 7,0 , sistem pernapasan dapat
mengembalikan pH ke nilai sekitar 7,2 sampai 7,3. Respon ini terjadi dalam
waktu 3 sampai 12 menit.

6. Kekuatan pernapasan sistem pernapasan


Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe
sistem penyangga fisiologis karena pengaturan ini bekerja dengan cepat dan
menjaga konsentrasi ion hidrogen dari perubahan yang terlalu besar sampai
respon ginjal yang kebih lambat dapat menghilangkan ketidak seimbangan. Pada
umumnya seluruh tenaga penyangga sistem pernapasan adalah satu sampai dua
kali lebih besar daripada tenaga penyangga seluruh penyangga kimia lainnya
dalam gabungan cairan ekstrasel.uler. artinya satu sampai dua kali lebih banyak
asam atau basa yang secara normal dapat disangga oleh mekanisme ini daripada
oleh penyangga kimia.
Akan tetapi gangguan pernapasan dapat juga menyebabkan perubahan
konsentrasi ion hidrogen. Sebagai contoh, gangguan fungsi paru untuk
menghilangkan CO2 menyebabkan pembentukan CO2dalam cairan ekstraseluler
dan kecenderungan ke arah asisdosis respirotarik. Juga kemampuan untuk
memberi respon terhadap oksidasi metabolik menjadi terganggu karena
pengurangan kompensasi Pco2 yang secara normal akan menjadi tumpul. Pada
keadaan ini ginjal menjadi mekanisme fisiologis tunggal yang masih ada untuk
mngembalikan pH ke arah normal setelah terjadi penyanggaan kimia awal dalam
cairan ekstraseluler.
 Kontrol Keseimbangan Asam-Basa Oleh Ginjal
Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan mengeluarkan urin
yang asam atau yang basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam
dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti
menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler.
Keseluruhan mekanisme urin asam basa oleh ginjal adalah sebagai berikut :
sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus kedalam tubulus, dan
bila ion bikarbonat diekskresikan kedalam urin, keadaan ini menghilangkan basa
dari darah. Sebaliknya sejumlah besar ion hidrogen juga dieksresikan ke dalam
lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah.
Bila lebih banyak ion hidrogen yang diekskresikan daripada ion karbonat yang
disaring, akan terdapat kehilangan asam dari ciran ekstraseluler. Sebaliknya bila
lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen yang dieksresikan, akan
terdapat kehilangan basa.

10
Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 80 miliekuivalen asam yang tidak
menguap, terutama dari metabolisme protein. Asam-asam ini disebut tidak
menguapkarena mereka bukan H2CO3 oleh karena itu tidak dapat diekskresikan
oleh paru-paru. Mekanisme primer untuk menghilangkan asam-asam ini dari
tubuh adalah melalui gekskresi ginjal. Ginjal juga mencegah kehilangan
bikarbonat dalam urin, suatu tugas yang seara kuantitatif lebih penting daripada
ekskresi asam yang tiak menguap. Setiap hri ginjal menyaring sekitar 4320
miliekuivalen bikarbonat ( 180 liter/hari x 24 mEg/liter ) dan dalm kondisi
normal, hampir semuanya direabsorbsi dari tubulus, sehingga mempertahankan
sistem penyangga utama airan ekstraseluler.
Reabsorbsi bikarboanat dan ekskresi ion hidrogen ole tubulus. Karen ion
bikarbonat harus bereaksi dengan ion hidogen yang disekresikan untuk
membentuk H2CO3 sebelum dapat direabsobsi, 4320 miliekuivalen ion hidrogen
harus disekresikan tiap hari hanya untuk mereabsorbsi bikarbonat yang disaring
kemudian penambahan 80 miliekuivalen ion hidrogen harus diekskresikan untuk
menghilangkan asam-asam yang tidak menguap dari tubuh yang
diproduksi setiap hari, sehngga total 4400 miliekuivalen ion hidrogen yang
diekskresikan kedalam cairan tubulus setiap harinya.
Bila terdapat pengurangan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler (
alkaisis ), ginjal gagal mereabsorbsi semua bikarbonat yang disaring, sehingga
meningkatkan ekskresi bikarbonat. Karena ion bikarbonat normalnya menyangga
hidrogen dalam cairan ekstraseluler, kehillangan bikarbonat ini sama dengan
penambahan satu ion hidrogen kedalam cairan ekstraseluler. Oleh karena itu pada
alkalisis pengeluaran ion bikarbonat akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen
cairan ekstraseluler kmbali menuju normal.
Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat kedalam urin tetapi
mereabsobsi semua bikarbonat yang disaring dan menghasilkan bikarbonat baru,
yang ditambahkan kembali kecairan ekstraseluler, hal ini mengurangi konsentrasi
ion hidrogen cairan ekstraseluler kembali menuju normal.
Jadi, ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler melalui
tiga mekanisme dasar :
1. Sekresi ion-ion hidrogen
2. Reabsobsi ion-ion bikarbonat baru
3. Produksi ion-ion bikarbonat baru

1. Sekresi Ion Hidrogen Dan Reabsorsi Ion Bikarbonat Oleh Tubulus GinjaL
Sekresi ion hidrogen dan reabsorsi bikarbonat sebenarnya terjadi di
seluruh bagian tubulus kecuali cabang tipis desenden dan asenden ansa Henle.
Bahwa untuk setiap bikarbonat yang direabsorsi, harus ada satu ion hydrogen
yang disekresikan. Sekitar 80 sampai 90 % reabsorsi bikarbonat ( dan sekresi ion

11
hidrogen ) terjadi ditubulus proksimal, sehingga hanya sebagian kecil bikarbonat
yang mengalir ke dalam tubulus distal dan duktus koligentes. Mekanisme
reabsorsi bikarbonat juga meliputi ekresi ion hydrogen oleh tubulus, tetapi terdpat
beberapa perbedaan dalam hal bahwa segmen-segmen tubulus yang
menyelesaikan tugas ini adalah berbeda.

Ion – Ion hydrogen Disekresikan Oleh Transpor Aktif Sekunder di segmen


Tubulus Awal
Sel – sel tobulus proksimal,segmen tebal tobulus ansa Henle, dan tobulus distal
semuanya semuanya menyekresi ion hidrogen kedalam cairan tobulusmelalui
transport – imbangan natrium – hydrogen. Sekresi aktif sekunder dari ion
hydrogen ini berpasangan dengan transport natrium ke dalam sel pada membrane
luminal, dan energy untuk sekresi ion hydrogen melawan gradient konsentrasi
berasal dari gradient natrium yang membantu pergerakan natrium ke dalam sel.
Gradien ini dihasilakan pompa natrium – kalium adenosine trifosfat ( ATPase ) di
membrane basolateral. Lebih dari 90 % bikarbonat dreabsorsi dengan cara ini,
mambutuhkan sekitar 3900 miliekuivalen hydrogen untuk dieksresikan setiap hari
oleh tobulus. Akan tetapi melanisme ini tidak mencapai konsentrasi ion
hidrogenyang sangat tinggi dalam cairan tobulus, cairan tobular menjadi sangat
asam di bagian berikutnya dari system tobulus.
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulusatau
dibentuk melelui metabolisme di sel epitel tobulus, CO2 dibawah pengaruh
enzimkarbunik anhidrase , bergabung dengan H2O untuk membentuk H2CO3 yang
brdisosiasi HCO3- dan H+. Ion – ion hydrogen disekresikan dari sel masuk
kedalam lumen tubulus melalui transport - imbangan natrium – hydrogen. Artinya
ketika natrium bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula –
mula bergabung dengan protein pembawa di batas luminal membran sel ; pada
waktu yang bersamaan, ion hydrogen di bagian dalam sel bergabung dengan
protein pembawa. Natrium bergerak kedalam melalui gradient konsentrasi yang
telah dicapai oleh natrium – kalium ATPase di membrane basolateral. Gradien
untuk pergerakan natrium kedlam sel kemudian menyediakan energy untuk
menggerakkan ion hidrigen dalam arah yang belawanan dari dalam sel ke lumen
tubulus.
Ion bikarbonat yang dihasilakan dlam sel ( bila ion hydrogen
berdisosiasi dari H2CO3 ) kemudian bergerak turun melintasi membrane
basolateral ke dalam cairan intertisial ginjal dan darah kapiler peri – tubular. Hasil
akhirnya adalah bahawa untuk setiap ion hydrogen yang disekresikan kedalam
lumen tubulus, satu ion bikarbonat masuk kedalam darah.

12
Ion–Ion Bikarbonat yang Disaring Direabsorsi melalui Interaksi dengan Ion
Hidrogen dalam Tubulus
Ion – ion bikarbonat tidak mudah menembus membrane luminal sel – sel tbulus
ginjal; oleh karena itu, ion – ion bikarbonat yang di disring oleh glomerulus tidak
dapat direabsorsi secara lagsung. Sebaliknya, bikarbonat direabsorsi melalui
proses khusus dimana bikarbonat pertama kali brgabung dengan ion hydrogen
untuk membentuk H2CO3, yang akhirnya menjadi CO2 dan H2O.
Reabsorsi ion – ion bikarbonat ini diawlai oleh reksi diantara tubulus antara
ion – ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus dan ion – ion hydrogen yang
disekresi oleh sel – sel tubulus. H2CO3 yang terbentuk kemudian berdisosiasi
menjadi CO2 dan H2O. CO2 dapat bergerak dengan mudah melewati membran
tubulus; oleh karena itu, CO2 bergabung kembali dengan H2O, dibaeah pengaruh
karbonik anhidrase, untuk menghasilakan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini
kemudian berdisosiasi membentuk ion bikarboanat dan ion hydrogen; ion
bikarbonat kemudian berdifusi melalui membrane basolateral kedalam cairan
intertisial dan dibawa naik ke darah kapilere peritubular. Jadi setiap kali ion
hydrogen dibentuk di dalam sel – sel epitel tubular, ion bikarbonat juga dibentuk
dan dilepaskan kembali ke dalam darah. Efek bersih dari reaksi ini adalah
“reabsorsi” ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion – ion bikarbonat yang
sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang disaring ke
dalam tubulus.

Ion – ion Bikarbonat “ Dititrasi ” Terhadap Ion – ion Hidrogen Dalam Tubulus.
Dalam kondisi normal, kecepatan sekresi ion hydrogen tubular adalah sekitar
4400mEq/hari. Jadi, jumalah kedua ion yang memasuki tubulus ini hampir sama,
dan mereka bergabung untuk membentuk CO2 dan H2O. Oleh karena itu
peningkatan bahwa ion – ion bikarbonat dan ion –ion hydrogen normalnya
bertitrasi satu sama lain dengan tubulus.
Proses titrasi ini tidak begitu tepat karena biasanya sedikit kelebiahn ion
hydrogen dalm tubulus akan dieksresikan dalm urin. Kelebihan ion ini sekitar (
80mEq/hari ) membersihkan tubuh dari asam – asam yang tidak menguap yang
dihasilakan oleh metabolisme. Kebanyakan ion hydrogen tidak diekskresikan
sebagai ion hydrogen bebas tetepi lebih dalam bentuk kombinasi dengan
penyangga urin lainya, terutama fosfat dan ammonia
Bila terdapat kelebiahan ion bikarbonat melebihi ion hydrogen dalam urin,
eperti yang terjadi alkalosis metabolic, kelebihan ion bikarbonat tidak dapat
direabsorsi; oleh karena itu, kelebiahan ion bikarbonat ditinggalkan di dalam
tubulus dan akhirnya diekskresiakn ke dalam urin, yang membantu mengoreksi
alkalosis metabolic.

13
Pada asidosis, teradapat kelebihan jumlah ion hydrogen dibandingkan
dengan ion bikarboanat, menyebabkan reabsorsi menyeluruh bikarbonat,dan
kelebiahan ion hydrogen dikeluarkan kedalam urin. Kelebihan ion hydrogen ini
disangga didalam tubulus olen fosfata dan ammonia dan akhirnya dieksresikan
sebagai garam. Jadi, mekanisme dasar dimana ginjal mengoreksi asidosis atau
alkalosis merupakan titrasi tidak lengkap dari ion hydrogen terhadap ion
bikarbonat, meninggalakan salah satu dari kedua ion ini untuk dikeluarkan ke
dalam urin, oleh karena itu dihilangkan dari cairan ekstraseluler.

Sekresi Aktif Primer dari Ion Hidrogen dalam Sel –Sel Intercalated pada
Tubulus Distal Bagian Akhir dan Duktus Koligentes.
Dimulai dari bagian akhir tubulus distal dan berlanjut melelui sisa system
tubular, epitel tubulus menyekresikan ion – ion hydrogen melalui transport aktif
primer. Ciri – ciri transport ini berbeda dengan transport yang didiskusikan untuk
tubulus proksimal dan ansa henle.
Mekanisme sekresi aktif primer ion hydrogen terjadi pada membrane luminal sel
tubulus, tempat ion – ion hydrogen ditranspor secara langsung oleh suatu protein
khusus, yaitu pentranspor-hidrogen ATPase. Energi yang dibutuhkan untuk
memompa ion hydrogen dihasilakn dari pemecahan ATP menjadi adenin difosfat.
Sekresi primer ion hydrogen terjadi di suatu sel jenis khusus yang
disebutsel intercalated pada tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes.
Sekresi hydrogen dalam sel – sel ini dicapai melalui dua langkah:
1. CO2 terlarut dalam sel ini bergabung dengan H2O membentuk H2O dan H2CO3
2. H2CO3 kemudian berdisosiasi menjadi ion bikarbonat yang direabsorsi menjadi
ion bikarbonat yang direabsorsi ke dalam darah ditambah ion hydrogen yang
disekresikan kedalam tubulusmelelui mekanisme hydrogen-ATPase
Untuk setiap ion hydrogen yang disekresikan, satu bikarbonat direabsorsi,
mirip dengan proses didalam tubulusproksimal. Perbedaan utama adalah bahwa
hydrogen bergerak melewati membrane luminal melalui pompa aktif H+ dan
bukan melalui transport-imbangan, seperti yang terjadi pad bagian awl nefron.
Walaupun sekresi ion hydrogen di tubulus distal bagian akhir dan duktus
koligentes hanya merupakan sekitar 5 % dari ion hydrogen total yang
disekresikan, mekanisme ini penting dalam pembentukan urin asam yang
maksimal. Ditubulus proksimal, konsentrasi ion hydrogen dapat ditingkatkan
hanya sekitar 3 – 4 kali lipat, walaupun sejumlah besra ion hydrogen disekresikan
melalui segmen nefron ini. Sebaliknya, konsentrasi ion hydrogen dapat
ditingkatkan sebanyak 900 kali lipat di dalam duktus koligentes. Penurunan pH
cairan tubulus ini sampai sekitar 4,5, yang merupakan batas bawah pH yang dapat
dicapai oleh ginjal normal.

14
2.3 Gangguan keseimbangan asam basa
 Asidosis Respiratorik
A. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah
akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
B. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit
berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
Emfisema
Bronkitis kronis
Pneumonia berat
Edema pulmoner
Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika
dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat
juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan
gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
C. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran)
dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi
asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari.
D. Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
E. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema.

15
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin
perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2.3 METABOLISME KARBOHIDRAT

A. Pengertian Karbohidrat

Secara Alamiah Karbohidrat merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan
bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis.Zat
makanan ini merupakan sumber energi bagi organisme heterotrof (makhluk hidup
yang memperoleh energi dari sumber senyawa organik di
lingkungannya).Glukosa merupakan karbohidrat terpenting.

Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran


darah, atau ke dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta
dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain dalam tubuh dapat dibentuk.
Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama bagi manusia dan bahan bakar
universal bagi janin. Glukosa diubah menjadi karbohidrat lain misalnya glikogen
untuk simpanan, ribose untuk membentuk asam nukleat, galaktosa dalam laktosa
susu, bergabung dengan lipid atau dengan protein, contohnya glikoprotein dan
proteoglikan.

B. Struktur Kimia Karbohidrat

Karbohidrat merupakan unsur senyawa organik yang disintesis dari senyawa


anorganik yang mengandung unsur-unsur Karbon(C),Hidrogen(H) dan
Oksigen(O).
C. Pembagian Karbohidrat
Berdasarkan Gugus Gula penyusunnya,Karbohidrat di bagi menjadi 3,Yaitu:
1. Monosakarida(C6H12O6)
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu gugus
gula.Monosakarida ini memiliki rasa manis dan sifatnya mudah larut dalam air.
Conto adalah heksosa,glukosa,fruktosa,galaktosa,monosa,ribosa(penyusun RNA)
dan deoksiribosa(penyusun DNA).
2. Disakarida(C12H22O11)
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula.Sama seperti
monosakarrida,Disakarida juga memiliki rasa manis, dan sifatnyapun mudah larut
dalam air.Contoh dari Disakarida adalah laktosa(gabungan antara glukosa dan
galaktosa),sukrosa(gabungan antara glukosa dan fruktosa) dan maltosa(gabungan
antara dua glukosa)

16
3. Polisakarida(C6H11O5)

Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari banyak gugus gula,dan rata-
rata terdiri dari lebih 10 gugus gula.Pada umumnya polisakarida tidak berasa atau
pahit,dan sifatnya sukar larut dalam air. Contohnya dari polisakarida adalah
amilum yang terdiri dari 60-300 gugus gula berupa glukosa,glikogen atau gula
otot yang tersusun dari 12-16 gugus gula,dan selulosa,pektin,lignin,serta kitin
yang tersusun dari ratusan bahkan ribuan gugus gula dengan tambahan senyawa
lainnya.

D. Lintasan Metabolisme

1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)

Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawapembentuk


struktur dan mesin tubuh.Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis
protein.

2. Lintasan katabolik (pemecahan)

Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas,
biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi, seperti
rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

3. Lintasan amfibolik (persimpangan)

Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan
metabolisme sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan
lintasan katabolik.Contoh dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat (Siklus Kreb).

E. Hasil Metabolisme

Karbohidrat, lipid dan protein sebagai makanan sumber energi harus dicerna
menjadi molekul-molekul berukuran kecil agar dapat diserap. Berikut ini adalah
hasil akhir pencernaan nutrien tersebut:

1 Hasil pencernaan karbohidrat: monosakarida terutama glukosa.


2. Hasil pencernaan lipid: asam lemak, gliserol dan gliserida.
3.Hasil pencernaan protein: asam amino.
Semua hasil pencernaan di atas diproses melalui lintasan metaboliknya
masing-masing menjadi Asetil KoA, yang kemudian akan dioksidasi secara
sempurna melalui siklus asam sitrat dan dihasilkan energi berupa adenosin
trifosfat (ATP) dengan produk buangan karbondioksida (CO2).

17
F. Jalur-Jalur Metabolisme Karbohidrat

Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis, oksidasi


piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.

Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:

1.Glukosa sebagai bahan bakar utama metabolisme akan mengalami glikolisis


(dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP.

2.Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap


ini dihasilkan energi berupa ATP.
3.Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam
tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
4.Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa
tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut
glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi
jangka pendek.Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka
karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi
jangka panjang.
5.Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen
dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti
dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
6.Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka
sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini
dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid
dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami
katabolisme untuk memperoleh energi.
Siklus asam sitrat sebagai lintasan amfibolik dalam metabolisme (perhatikan
jalur persimpangan jalur katabolisme dan anabolisme) (dipetik dari: Murray dkk.
Biokimia Harper
G.Proses Metabolisme Karbohidrat
Glikolisis adalah rincian sistematis glukosa dan gula lain untuk daya proses
respirasi selular. Ini adalah reaksi biokimia universal yang terjadi di setiap
uniseluler atau multiseluler organisme hidup yang repirasi aerobik dan
anaerobic.Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa atau dekomposisi.
Melalui proses ini, satu molekul glukosa sepenuhnya dipecah untuk menghasilkan
dua molekul asam piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Mengurangi
nikotinamida adenin dinukleotida) radikal membawa elektron yang dihasilkan.
Butuh bertahun-tahun penelitian melelahkan dalam biokimia yang

18
mengungkapkan langkah-langkah glikolisis yang membuat respirasi selular
mungkin. Berikut adalah berbagai langkah yang disajikan dalam urutan awal
terjadinya dengan glukosa sebagai bahan baku utama. Seluruh proses melibatkan
sepuluh langkah dengan produk terbentuk di setiap tahap dan setiap tahap diatur
oleh enzim yang berbeda. Produksi berbagai senyawa di setiap langkah
menawarkan entry point yang berbeda ke dalam proses. Itu berarti, proses ini
dapat langsung mulai dari tahap peralihan jika senyawa itu adalah reaktan pada
tahap yang langsung tersedia.
Langkah 1: Fosforilasi glukosa
Langkah pertama adalah fosforilasi glukosa (penambahan gugus fosfat).Reaksi
ini dimungkinkan oleh enzim heksokinase, yang memisahkan satu kelompok
fosfat dari ATP (Adenosine Triphsophate) dan menambahkannya ke glukosa,
mengubahnya menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam proses satu molekul ATP, yang
merupakan sumber energi tubuh, digunakan dan akan berubah menjadi ADP
(Adenosin difosfat), karena pemisahan satu gugus fosfat. Seluruh reaksi dapat
diringkas sebagai berikut:
Glukosa (C6H12O6) + ATP + Hexokinase → Glucose 6-Phosphate
(C6H11O6P1) + ADP
Langkah 2: Produksi Fruktosa-6 Fosfat
Langkah kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat.Hal ini dimungkinkan oleh
aksi dari enzim phosphoglucoisomerase. Kerjanya pada produk dari langkah
sebelumnya, glukosa 6-fosfat dan mengubahnya menjadi fruktosa 6-fosfat yang
merupakan isomer nya (Isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus
molekul yang sama tetapi pengaturan yang berbeda dari atom). Seluruh reaksi
diringkas sebagai berikut:
Glukosa 6 Fosfat (C6H11O6P1) + Phosphoglucoisomerase (Enzim) → Fruktosa
6-Phosphate (C6H11O6P1)

Langkah 3: Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat

Pada langkah berikutnya, isomer Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1,


6-difosfat dengan penambahan gugus fosfat lain. Konversi ini dimungkinkan oleh
enzim fosfofruktokinase yang memanfaatkan satu lagi ATP molekul dalam
proses. Reaksi dapat diringkas sebagai berikut:

Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase (Enzim) + ATP → Fruktosa


1, 6-difosfat (C6H10O6P2)

Langkah 4: Memisahkan dari Fruktosa 1, 6-difosfat

Pada langkah keempat, enzim adolase melahirkan satu pemisahan Fruktosa 1,


6-difosfat menjadi dua molekul gula yang berbeda yang keduanya isomer satu

19
sama lain. Kedua gula yang terbentuk adalah gliseraldehida fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat. Reaksi berjalan sebagai berikut: Fruktosa 1, 6-difosfat
(C6H10O6P2) + Aldolase (Enzim) → gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1) +
Dihydroxyacetone fosfat (C3H5O3P1)

Langkah 5: Interkonversi dari Dua Gula

Dihidroksiaseton fosfat adalah molekul berumur pendek. Begitu dibuat, itu


akan dikonversi menjadi gliseraldehida fosfat oleh enzim yang disebut fosfat
triose. Jadi dalam totalitas, langkah keempat dan kelima dari glikolisis
menghasilkan dua molekul gliseraldehida fosfat. Dihydroxyacetone fosfat
(C3H5O3P1) + triose Fosfat → gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)

Langkah 6: Pembentukan NADH & asam 1,3-Diphoshoglyceric

Langkah keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah pembentukan


NADH dari NAD +(nikotinamida adenine dinucleotide) dengan menggunakan
enzim fosfat dehidrogenase triose dan kedua adalah penciptaan asam 1,3-
diphoshoglyceric dari molekul fosfat dua gliseraldehida dihasilkan pada langkah
sebelumnya. Dua reaksi adalah sebagai berikut:

Fosfat dehidrogenase triose (Enzim) + 2 NAD+ + 2 H- → 2NADH (Mengurangi


Nicotinamide adenine dinucleotide) + 2 H +

Triose fosfat dehidrogenase + 2 gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1) + 2P (dari


sitoplasma) → 2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2)

Langkah 7: Produksi ATP & Asam 3-fosfogliserat

Langkah ketujuh melibatkan penciptaan 2 molekul ATP bersama dengan dua


molekul asam 3-fosfogliserat dari reaksi phosphoglycerokinase pada dua molekul
produk asam 1,3-diphoshoglyceric, dihasilkan dari langkah sebelumnya.

2molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2) + + 2ADP


phosphoglycerokinase → 2 molekul asam 3-fosfogliserat (C3H5O4P1) + 2ATP
(Adenosin trifosfat)

Langkah 8: Relokasi Atom Fosfor

Langkah delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan
relokasi dari atom fosfor dalam asam 3-fosfogliserat dari karbon ketiga dalam
rantai untuk karbon kedua dan menciptakan 2 – asam fosfogliserat. Seluruh reaksi
diringkas sebagai berikut:

20
2 molekul asam 3-fosfogliserat (C3H5O4P1) + phosphoglyceromutase (enzim) →
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1)

Langkah 9: Penghapusan Air

Enzim enolase berperan penting dan menghilangkan sebuah molekul air dari
asam 2-fosfogliserat untuk membentuk asam lain yang disebut asam
phosphoenolpyruvic (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul asam 2-
fosfogliserat yang terbentuk pada langkah sebelumnya.

2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + Enolase (Enzim) -> 2 molekul


asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + 2 H2O

Langkah 10: Penciptaan piruvat Asam & ATP

Langkah ini melibatkan pembentukan dua molekul ATP bersama dengan dua
molekul asam piruvat dari aksi piruvat kinase enzim pada dua molekul asam
phosphoenolpyruvic dihasilkan pada langkah sebelumnya. Hal ini dimungkinkan
oleh transfer atom fosfor dari asam phosphoenolpyruvic (PEP) menjadi ADP
(Adenosin trifosfat).2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + +
Piruvat kinase 2ADP (Enzim) → 2ATP + 2 molekul asam piruvat.

Seluruh proses melibatkan pemecahan satu molekul glukosa dan menghasilkan


2 molekul NADH, 2 molekul ATP, 2 molekul air dari air dan 2 molekul asam
piruvat. Produk glikolisis selanjutnya digunakan dalam asam sitrat atau siklus
Krebs yang merupakan bagian dari respirasi selular.

Glukosa (C6H12O6) + 2 [NAD] + + 2 [ADP (Adenosin difosfat)] + 2 [P] i —> 2


[C3H3O3] - (Piruvat) + 2 [NADH] (Mengurangi Nicotinamide adenine
dinucleotide) + 2H + + 2 [ATP] (Adenosin trifosfat) + 2 H2O. Setiap langkah
tersebut adalah perubahan energi yang halus dimungkinkan oleh berbagai enzim
hadir dalam sitoplasma yang bekerja dalam koordinasi. H.Proses Glikolisis,
Glikogenesis, Glikogenolisis dan Glukoneogenesis

1. Glikolisis Hingga Glikogenesis

Proses glikolisis mencakup oksidasi glukosa atau glikogen yang diurai menjadi
piruvat juga laktat dengan jalan emben-meyerhof Pathway atau biasa disingkat
EMP. Proses glikolisis ini terjadi di semua jaringan. Proses selanjutnya adalah
oksidasi piruvat ke asetik KoA. Langkah ini dibutuhkan sebelum proses
masuknya hasil glikolisis di dalam siklus asam nitrat yang merupakan jalan akhir
oksidasi semua komponen senyawa protein, karbohidrat, dan juga lemak. Sebelum
asam piruvat memasuki asam nitrat, ia terlebih dahulu harus disalurkan ke
mitokondria dengan jalan transport piruvat khusus yang membantu pasasi

21
melewati membran di area mitokondria. Setelah sampai di wilayah mitokondria,
piruvat mengalami proses dekarboksilasi dan diolah menjadi senyawa asetil KoA.
Proses dekarboksilasi ini terjadi karena bantuan tiamin difosfat yang berperan
sebagai derivate hidroksietil cincin tiazol dan terkait dengan enzim.

Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis)


menjadi piruvat.Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya
asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir
menjadi energi.Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas,
misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki
glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan
disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.

Proses metabolisme karbohidrat selanjutnya adalah tahapan glikogenesis.


Secara umum proses ini menghasilkan sintesis glikogen dari glukosa. Merupakan
lintasan metabolisme dimana glikogen dihasilkan dan disimpan di dalam organ
gati. Hormon yang berperan dalam proses ini adalah insulin sebagai reaksi atas
rasio gula di dalam darah yang kadarnya meningkat. Glukosa yang bercabang
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh
dan analog dengan amilum pada tumbuhan.Unsur ini terutama terdapat didalam
hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa
otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa
mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.

Seperti amilum, glikogen merupakan polimer. Glikogen otot berfungsi sebagai


sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot
itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan
pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah,
khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir
semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen otot hanya terkuras
secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.

Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:

1) Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim


terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase
sedangkan di hati oleh glukokinase.

2) Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi
dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang

22
intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat. Enz-P + Glukosa 1-fosfat«Enz +
Glukosa 1,6-bifosfat «Enz-P + Glukosa 6-fosfat.

3) Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk


membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
UDPGlc pirofosforilase.UDPGlc + PPi«UTP + Glukosa 1-fosfat Uridin difosfat
glukosa (UDPGlc).

4) Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik


akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi

5) Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan


glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase.Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer)
harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk
pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin UDP + (C6)n+1àUDPGlc +
(C6)n Glikogen.

6) Untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada
otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di
hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul
glikogenin.àResidu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1

glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal


yang non reduktif bertambah, jumlah total tampak reaktif dalam molekul akan
meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.à6
sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan
tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa)
pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6. Setelah rantai dari
glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga
mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang
memindahkan bagian dari rantai 1.

Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan berikut.

Biosintesis glikogen (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim
glikogen sintase.Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari
glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang.Enzim yang
berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

23
2. Glikogenolisis Hingga Glukoneogenesis

Selanjutnya adalah tahapan glikogenolisis.Ia merupakan lintasan metabolisme


yang dipergunakan oleh tubuh dengan fungsi menjaga keseimbangan senyawa
glukosa dalam plasma darah sehingga simtoma hipoglisemia bisa dihindari.
Proses glikogenolisis mencakup gradasi glikogen secara berurut yakni 3 enzim,
glikogen fosforilase, dan fosfoglukomutase dan dihasilkanlah glukosa sebagai
hasil akhir. Di dalam proses ini, beberapa hormone juga terlibat antara lain
adrenalin dan glucagon.

Tahapan berikutnya adalah hexose monophosphate shunt atau biasa disingkat


HMP Shunt dan juga dikenal dengan istilah Pentose phosphate pathway. HMP-
Shunt merupakan jalur pentose fosfat atau heksosa monofosfat yang
menghasilkan NADPH juga ribosa di wilayah luar mitokondria. Komponen
NADPH sendiri dibutuhkan dalam proses biosintesis asam lemak, steroid,
kolesterol dan senyawa lainnya. Proses HMP-Shunt ini juga menghasilkan
pentose untuk digunakan dalam sintesis nukleotida juga asam nukleat.Sementara
itu ribose 5-fosfat bereaksi dengan komponen ATP menjadi komponen 5-
fosforibosil-1-pirofosfar atau biasa disingkat PRPP.

Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus
dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan
tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi
satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses
fosforolisis rangkaian . Tahapan terakhir dalam proses metabolisme karbohidrat
adalah Glukoneogenesis. Merupakan lintasan metabolisme yang oleh tubuh
digunakan untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam plasma darah agar
terhindar dari simtoma hipoglisemia. Pada proses glukoneogenesis, glukosa
mengalami proses sintesis dengan substrat yang tak lain adalah hasil dari lintasan
aatau proses glikolisis antara lain asam piruvat, asam laktat, asam oksaloasetat
dan suksinat.

Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia


lagi.Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi.Jika lemak
juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya
protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa
glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non
karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.

Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan
sebagai berikut:

24
1) Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA.Selanjutnya asetil KoA masuk
dalam siklus Kreb’s.Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.

2) Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus


Kreb’s.

I. Siklus Asam Sitrat

Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam
trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria.Siklus asam sitrat merupakan
jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. KoA, asetat aktif), suatu
ester koenzim A. Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat.~Siklus asam sitrat
merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA, dengan
membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan
pelepasan dan penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker
jaringan, dalam bentuk ATP. Residu asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA
(CH3-CO).

Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk
oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak
dan banyak asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang
ada dalam siklus tersebut.

Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen
pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim
dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai
respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif.
Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi
hambatan total pada siklus tersebut.

Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks mitokondria, baik dalam
bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan dalam membran interna
mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke
enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat di dalam membran interna
mitokondria.

Lintasan detail Siklus Kreb’s, menurut Murray dkk. Dalam Biokimia Harper,

reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:

1. Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir


oleh enzim sitrat sintase menyebabkan sintesis ikatan karbon ke karbon di antara
atom karbon metil pada asetil KoA dengan atom karbon karbonil pada

25
oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang membentuk sitril KoA, diikuti oleh
hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan hilangnya energi bebas dalam
bentuk panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut selesai dengan
sempurna.Sitrat + KoAàAsetil KoA + Oksaloasetat + H2O.

2.Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase)


yang mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini
berlangsung dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di
antaranya terikat pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat. Reaksi tersebut
dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA mengadakan
kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat.Senyawa terakhir
ini menghambat akonitase sehingga menimbulkan penumpukan sitrat.

3.Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan adanya


enzim isositrat dehidrogenase. Di antara enzim ini ada yang spesifik NAD+,
hanya ditemukan di dalam mitokondria.Dua enzim lainnya bersifat spesifik
NADP+ dan masing-masing secara berurutan dijumpai di dalam mitokondria serta
sitosol.Oksidasi terkait rantai respirasi terhadap isositrat berlangsung hampir
sempurna melalui enzim yang bergantung NAD+.

–ketoglutarat + CO2 + NADH + H+µ« Oksalosuksinat «Isositrat + NAD+

(terikat enzim) – ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh enzim isositrat


dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+ merupakan komponen penting reaksi
dekarboksilasi. Oksalosuksinat tampaknya akan tetap terikat pada enzim sebagai
intermediate dalam keseluruhan reaksi. Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi
–keto.µ–ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif melalui cara yang sama
dengan dekarboksilasi oksidatif piruvat, dengan kedua substrat berupa asam µ.

4.Selanjutnya Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+à–ketoglutarat + NAD+ + KoA

dehidrogenase, juga memerlukan kofaktor yang idenstik dengan kompleks piruvat


dehidrogenase, contohnya TDP, lipoat, NAD+, FAD serta KoA, dan
menghasilkan pembentukan suksinil KoA (tioester berenergi tinggi). Arsenit
menghambat reaksi di atas sehingga menyebabkan penumpukan µReaksi tersebut
yang dikatalisir oleh kompleks.

5.Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan


adanya peran enzim suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase).

Suksinat + ATP + KoA«Suksinil KoA + Pi + ADP P.~–ketoglutarat cukup


memadai untuk menghasilkan ikatan berenergi tinggi disamping pembentukan
NADH (setara dengan 3µDalam siklus asam sitrat, reaksi ini adalah satu-satunya

26
contoh pembentukan fosfat berenergi tinggi pada tingkatan substrat dan terjadi
karena pelepasan energi bebas dari dekarboksilasi oksidatif.

6. Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi yang diikuti


oleh penambahan air dan kemudian oleh dehidrogenasi lebih lanjut yang
menghasilkan kembali oksaloasetat.

Fumarat + FADH2«Suksinat + FAD

Reaksi dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat dehidrogenase yang


terikat pada permukaan dalam membrane interna mitokondria, berbeda dengan
enzim-enzim lain yang ditemukan pada matriks.Reaksi ini adalah satu-satunya
reaksi dehidrogenasi dalam siklus asam sitrat yang melibatkan pemindahan
langsung atom hydrogen dari substrat kepada flavoprotein tanpa peran NAD+.
Enzim ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S). Fumarat terbentuk
sebagai hasil dehidrogenasi.Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisir
penambahan air pada fumarat untuk menghasilkan malat. L-malat«Fumarat +
H2O

Enzim fumarase juga mengkatalisir penambahan unsure-unsur air kepada ikatan


rangkap fumarat dalam konfigurasi trans. Malat dikonversikan menjadi
oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim malat dehidrogenase, suatu reaksi
yang memerlukan NAD+.Oksaloasetat + NADH + H+«L-Malat + NAD+.Enzim-
enzim dalam siklus asam sitrat, kecuali alfa ketoglutarat dan suksinat
dehidrogenase juga ditemukan di luar mitokondria. Meskipun dapat mengkatalisir
reaksi serupa, sebagian enzim tersebut, misalnya malat dehidrogenase pada
kenyataannya mungkin bukan merupakan protein yang sama seperti enzim
mitokondria yang mempunyai nama sama (dengan kata lain enzim tersebut
merupakan isoenzim).

J. Energi Yang Di Hasilkan Dalam Siklus Krebs

Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul


NADH dan 1 FADH2 akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang
dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi
akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane interna mitokondria.

Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH


menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi
ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH2 hanya
menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi selanjutnya
akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada saat
suksinil KoA diubah menjadi suksinat.

27
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:

1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P


2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 x 2P = 2P
3. Pada tingkat substrat = 1P
Jumlah = 12P

Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P = 12P.

Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan
dapat kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan
menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut:

1. Glikolisis : 8P

2. Oksidasi piruvat (2 x 3P) : 6P

3. Siklus Kreb’s (2 x 12P) : 24P

Jumlah : 38P

2.4. METABOLISME PROTEIN

A. Penguraian Protein Dalam Tubuh

Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses
katabolisme protein dalam hati, dibawa oleh darah kedalam jaringan untuk
digunakan.proses anabolik maupun katabolik juga terjadi dalam jaringan diluar
hati.asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu
absorbsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil
sintesis asam amino dalam sel. Banyaknya asam amino dalam darah tergantung
keseimbangan antara pembentukan asam amino dan penggunaannya. Hati
berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah.

Dalam tubuh kita, protein mengalami perubahan – perubahan tertentu dengan


kecepatan yang berbeda untuk tiap protein. Protein dalam dara, hati dan organ
tubuh lain mempunyai waktu paruh antara 2,5 sampai 10 hari. Protein yang
terdapat pada jaringan otot mempunyai waktu paruh 120 hari. Rata-rata tiap hari
1,2 gram protein per kilogram berat badan diubah menjadi senyawa lain. Ada tiga
kemungkinan mekanisme perubahan protein, yaitu :

1) Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau katabolisme


dan dibentuk sel – sel baru.

28
2) Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis
protein baru, tanpa ada sel yang mati.

3) Protein dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sintesis protein baru.

Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang


akan digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk mengganti
protein dalam jaringan yang mengalami proses penguraian dan untuk mengganti
nitrogen yang telah dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urea. Ada beberapa asam
amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam
jumlah yang memadai. Oleh karena itu asam amino tersebut,yang dinamakan
asam essensial yang dibutuhkan oleh manusia.

Kebutuhan akan asam amino esensial tersebut bagi anak-anak relative lebih
besar daripada orang dewasa. Kebutuhan protein yang disarankan ialah 1 sampai
1,5 gram per kilogram berat badan per hari.

B. Asam Amino Dalam Darah

Jumlah asam amino dalam darah tergantung dari jumlah yang diterima dan
jumlah yang digunakan. Pada proses pencernaan makanan, protein diubah
menjadi asam amino oleh beberapa reaksi hidrolisis serta enzim – enzim yang
bersangkutan. Enzim-enzim yang bekerja pada proses hidrolisis protein antara lain
ialah pepsin, tripsin, kimotripsin, karboksi peptidase, amino peptidase,
tripeptidase dan dipeptidase.

Setelah protein diubah menjadi asam-asam amino, maka dengan proses


absorpsi melalui dinding usus, asam amino tersebut sampai kedalam pembuluh
darah. Proses absorpsi ini ialah proses transpor aktif yang memerlukan energi.
Asam-asam amino dikarboksilat atau asam diamino diabsorbsi lebih lambat
daripada asam amino netral.

Dalam keadaan berpuasa, konsentrasi asam amino dalam darah biasanya


sekitar 3,5 sampai 5 mg per 100 ml darah. Segera setelah makan makanan sumber
protein, konsentrasi asam amino dalam darah akan meningkat sekitar 5 mg sampai
10 mg per 100 mg darah. Perpindahan asam amino dari dalam darah kedalam sel-
sel jaringan juga proses tranpor aktif yang membutuhkan energi.

C. Reaksi Metabolisme Asam Amino

Tahap awal pembentukan metabolisme asam amino, melibatkan pelepasan gugus


amino, kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino.
Dua proses utama pelepasan gugus amino yaitu, transaminasi dan deaminasi.

29
1.Transaminasi

Transaminasi ialah proses katabolisme asam amino yang melibatkan


pemindahan gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino lain. Dalam
reaksi transaminasi ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada
salah satu dari tiga senyawa keto, yaitu asam piruvat, a ketoglutarat atau
oksaloasetat, sehingga senyawa keto ini diubah menjadi asam amino, sedangkan
asam amino semula diubah menjadi asam keto. Ada dua enzim penting dalam
reaksi transaminasi yaitu alanin transaminase dan glutamat transaminase yang
bekerja sebagai katalis dalam reaksi berikut :Pada reaksi ini tidak ada gugus
amino yang hilang, karena gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino
diterima oleh asam keto.Alanin transaminase merupakan enzim yang mempunyai
kekhasan terhadap asam piruvat-alanin.Glutamat transaminase merupakan enzim
yang mempunyai kekhasan terhadap glutamat-ketoglutarat sebagai satu pasang
substrak.

Reaksi transaminasi terjadi didalam mitokondria maupun dalam cairan


sitoplasma.Semua enzim transaminase tersebut dibantu oleh piridoksalfosfat
sebagai koenzim. Telah diterangkan bahwa piridoksalfosfat tidak hanya
merupakan koenzim pada reaksi transaminasi, tetapi juga pada reaksi-reaksi
metabolisme yang lain.

2.Deaminasi Oksidatif

Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat.
Dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat mengalami
proses deaminasi oksidatif yang menggunakan glutamat dehidrogenase sebagai
katalis.

Asam glutamat + NAD+ a ketoglutarat + NH4+ + NADH + H+

Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk
NH4+. Selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+
sebagai aseptor elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses
transaminasi, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam
metabolisme asam amino oksidase dan D-asam oksidase.

Dua jenis dehidrogenase lain yang penting ialah L-asam amino oksidase dan
D-asam amino oksidase. L-asam amino oksidase adalah enzim flavoprotein yang
mempunyai gugus prostetik flavinmononukleotida (FMN).Enzim ini terdapat
dalam sel hati pada endoplasmik retikulum dan bukan merupakan enzim yang
penting. D – asam amino oksidase adalah juga enzim flavoprotein dan merupakan
katalis pada reaksi: Enzim ini mempunyai FAD sebagai gugus prospetik dan

30
terdapat dalam sel hati. Oleh karena D-asamamino jarang terdapat dalam tubuh
manusia, maka fungsi D-asam amino oksidase.

Proses diaminasi asam amino dapat terjadi secara oksidatif dan non oksidatif.
Contoh asam amino yang mengalami proses deaminasi oksidatif adalah asam
glutamat. Reaksi degradasi asam glutamat dikatalis oleh enzim L-glutamat
dehidrogenase yang dibantu oleh NAD atau NADP.

Deaminasi non oksidatif adalah penghilangan gugus amino dari asam amino serin
yang dikatalis oleh enzim serindehidratase.Asam amino teronin juga dapat
mengalami deaminasi non oksidatif dengan katalis kreonin dehidratase menjadi
keto butirat.

Deaminasi oksidatif adalah proses pemecahan (hidrolisis) asam amino


menjadi asam keto dan ammonia (NH4 +), secara skematik digambarkan sebagai
berikut: Deaminasi atau proses tersingkirnya gugus amino dari basa. Reaksi
deaminasi dapat terjadi secara langsung atau melalui reaksi transdeaminasi.
Dalam reaksi transdeaminasi, mula-mula asam amino diubah menjadi senyawa
lain yang dapat dideaminasi lebih lanjut untuk menghasilkan amonia. Contoh
proses reaksi deaminasi oksidatif adalah seperti di bawah ini :

Berdasarkan reaksi di atas, glutamat mengalami proses deaminasi


menghasilkan ion amonium (NH4+). Selanjutnya ion amonium (NH4+) masuk ke
dalam siklus urea. Atau secara sederhana dapat dilihat pada reaksi berikut :

Deaminasi menghasilkan 2 senyawa penting yaitu senyawa nitrogen dan


nonnitrogen.

1. Senyawa nonnitrogen yang mengandung gugus C, H, dan O selanjutnya diubah


menjadi asetil Co-A untuk sumber energi melalui jalur siklus Kreb’s atau
disimpan dalam bentuk glikogen.

2. Senyawa nitrogen dikeluarkan lewat urin setelah diubah lebih dahulu menjadi
ureum (diagram Proses deaminasi kebanyakan terjadi di hati, oleh karena itu
pada gangguan fungsi hati (liver) kadar NH3 meningkat. Pengeluaran (ekskresi)
urea melalui ginjal dikeluarkan bersama urin.

31
2.5METABOLISME LEMAK
A. Pengertian Metabolisme Lemak
Metabolisme Lemak merupakan proses tubuh untuk menghasilkan energi dari
asupan lemak setelah masuk menjadi sari-sari makanan dalam tubuh. dalam
memetabolisme lemak menjadi energi kita membutuhkan bantuan glukosa dari
karbohidrat. karena itu, tubuh kita cenderung menuntut makan yang manis-manis
setelah makan makanan yang kaya akan lemak. lemak dalam tubuh kita akan
masuk ke dalam proses metabolisme setelah melewati tahapan penyerapan,
sehingga bentukan lemak yang memasuki jalur metabolisme lemak dalam
bentukan trigliserida. (trigliserida adalah bentuk simpanan lemak tubuh).

Dalam bentuk trigliserida, lemak disintesis menjadi asam lemak dan glliserol,
seperti yang dijelaskan pada gambar dibawah. asam lemak dan gliserol ini lah
yang masuk kedalam proses metabolisme energi. Pada prosesnya, gliserol dan
asam lemak memerlukan glukosa untuk memasuki siklus krebs atau biasanya
dikenal dengan TCA, dengan memasuki siklus ini gliserol dan asam lemak dapat
diubah menjadi energi, seperti dijelaskan pada gambar jalur metabolisme lemak di
bawah ini. Asam lemak hasil sintesis lemak hanya terdiri dari pecahan 2-karbon,
karena itu sel tubuh tidak dapat membentuk glukosa dari asam lemak, begitupun
dengan gliserol, karena gliserol hanya merupakan 5% dari lemak. dengan
demikian, sel tubuh tidak dapat membentuk glukosa dari lemak. karena tubuh
tidak dapat membentuk glukosa dari lemak maka organ tubuh tertentu seperti
sistem saraf tidak dapat mendapat energi dari lemak,
B. Transpor Lemak
Di dalam retikulum endoplasma halus dari sel epitel usus, asam lemak bebas
bergabung dengan monogliserida membentuk trigliserida. Sintesis protein di sel
epitel berfungsi untuk mengemas trigliserida, fosfolipid dan kolesterol
membentuk kilomikron. Pada dasarnya kilomikron mengemulsi lemak sebelum
masuk ke aliran darah.
Proses ini menyerupai kegiatan lesitin dan asam lemak usus halus dalam
upaya mengemulsi lemak makanan selama proses pencernaan. Dalam absorbsi
trigliserida dan lipida besar lainnya (kolesterol) yang terbentuk dalam usus halus
dikemas untuk diabsorbsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Bahan bahan
ini tergabung dengan protein yang khusus dan membentuk alat angkut lipid yang
dinamakan lipoprotein. Tubuh membentuk empat macam lipoprotein, yaitu
kilomikron, low density lipoprotein(LDL), very low density lippoprotein(VLDL),
dan high density lippoprotein (HDL). Lipoprotein yang mengangkut lemak dari
saluran cerna ke dalam tubuh dinamakan kilomikron. Kilomikron diabsorbsi
melalui dinding usus halus ke dalam sistem limfe untuk kemudian melalui duktus

32
torasikus di sepanjang tulang belakang masuk ke dalam vena besar tengkuk dan
seterusnya masuk ke dalam aliran darah.

C. Biosintesia Asam Lemak Jenuh dan Asam lemak Tidak Jenuh


1. Biosintesis Asam Lemak Jenuh
Biosintesis asam lemak jenuh dimulai dari acetyl-CoA sebagai
starter.Acetyl-CoA ini dapat berasal dari oksidasi asam lemak maupun dari
piruvate hasil glikolisis atau degradasi asam amino melalui reaksi pyruvate
dehydrogenase.Acetyl-CoA tersebut kemudian ditransport dari mitokondria ke
sitoplasma melalui sistem citrate shuttle untuk disintesis menjadi asam
lemak.Reduktan NADPH + H+ disuplai dari jalur hexose monophosphate
(fosfoglukonat).
Pyruvate hasil katabolisme asam amino atau dari glikolisis glukosa diubah
menjadi aecetyl-CoA oleh sistem pyruvate dehydogenase.Gugus acetyl tersebut
keluar matriks mitokondria sebagai citrate, masuk ke sitosol untuk sintesis asam
lemak.Oxaloacetate direduksi menjadi malate kembali ke matriks mitokondrion
dan diubah kembali menjadi malate.Malat di sitosol dioksidasi oleh enzim malat
menghasilkan NADPH dan pyruvate.NADPH digunakan untuk reaksi reduksi
dalam biosintesis asam lemak sedangkan pyrivate kembali ke matriks
mitokondrion. Keuntungan tersebut antara lain:
1) Reaksi-reaksi kompetitif dapat dicegah.
2) Reaksi terjadi dalam satu garis koordinasi.
3) Lebih efisien karena konsentrasi substrat lokal yang tinggi, kehilangan karena
difusi rendah.
Enzim kompleks asam lemak synthase bekerja dalam bentuk dimer.Tiap
monomernya secara kovalen dapat mengikat substrat sebagai tioester pada bagian
gugus –SH. Asam lemak yang terjadi pada proses hidrolisis lemak, mengalami
proses oksidasi dan menghasilkan asetil koenzim A. Salah satu hipotesis yang
dapat diterima ialah bahwa asam lemak terpotong 2 atom karbon setiap kali
oksidasi. Oleh karena oksidasi terjadi pada atom karbon B; maka oksidas tersebut
dinamakan B oksidasi.

D. Biosintesis Asam Lemak Tak Jenuh (Asam monoenoat)


Biosintesis asam lemak tak jenuh yang mempunya ikatan rangkap tunggal
(asam monoenoat) dalam jaringan hewan dan tumbuhan berbeda. Dalam jaringan
hewan asam palmitat dan asam stearat digunakan sebagau precursor untuk
biosintesis asam lemak tak jenuh terutama, asam palmitoleat.
Seperti pad asam lemak jenuh, tahap petama oksidasi asam lemak tidak jenuh
adalah pembentukan asilkoenzim A. selanjutnya molekul asli koenzim A dari
asam lemak tidak jenuh tersebut mengalami pemecahan melalui peoses B oksidasi

33
seperti molekul asam lemak jenuh, hingga tebentuk senyawa – sis – sis – asil KoA
atau trans – sis – asil KoA, yang tergantung pada letak ikatan rangkap pada
molekul terebut.
E Pembentukan dan Metabolisme Senyawa Keton
Asetil koenzim A yang dihasilkan oleh reaksi oksidasi asam lemak dapat ikut
dalam siklus asam sitrat apabila penguraian lemak dan karbohidrat seimbang.
Dalam siklus asam sitrat, asetil koenzim A bereaksi dengan asam oksaloasetat
menghasilkan asam sitrat. Jadi ikut sertanya asetil koenzim A dalam siklus asam
sitrat tergantung pada tersedianya asam oksaloasetat dan hal ini tergantung pula
pada konsentrasi karbohidrat.
Dalam keadaan berpuasa atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat
(glukosa) berkurang sehingga sebagian dari asam oksaloasetat diubah menjadi
glukosa. Karenanaya asetil koenzim A dari lemak tidak masuk dalam siklus asam
sitrat, tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat, asam hidroksibutirat, dan aseton.
Ketiga senyawa tersebut dinamakan senyawa keton. Senyawa keton terjadi dari
asetil koenzim A apabila penguraian lemak terdapat dalam keadaan berlebihan.
Metabolisme glukosa diatur oleh hormone insulin yang dikeluarkan oleh pancreas.
Apabila seseorang kekurangan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat,
tetapi tidak dapat digunakan oleh sel karena tidak dapat diubah menjadi glukosa –
6 – fosfat. Hal tersebut dialami oleh penderita diabetes. Oleh karena sel tidak
dapat menggunaka glukosa, maka energy yang diperlukan diperoleh dari
penguraian lemak dan metabolism protein. Sebagai akibat pembentukan asetil
koenzim A bertambah banyak dan hal ini menyebabkan terbentuknya senyawa
keton secara berlebih.
Dalam keadaan normal, jaringan dalam tubuh menggunakan senyawa keton
dengan jumlah yag sama dengan yang dihasilkan oleh hati. Konsentrasi senyawa
keton dalam darah sangat rendah (kurang dari 1 mg per 100 ml darah) dan urang
dari 0,1 gram yang dikeluarkan bersama dengan urin setiap hari. Pada penderita
diabetes yang parah, konsentrasi senyawa keton dapat mencapai 80 mg per 100 ml
darah. Hal ini disebabkan oleh karena produksi
senyawa keton lebih besar dari pada penggunaannya. Penimbunan senyawa
keton dalam darah disebut ketosis dan pengeluaran melalui urin dapat mencapai
100 gram atau lebih tiap hari (kenutoria).
Asam asetoasetat terbentuk dari asetil koenzim A melalui tiap tahap reaksi.
Tahap pertama dua molekul asetil koenzim A berkondensasi membentuk
asetoasetil koenzim A. enzim ketiotiolase bekerja sebagai katalis pada reaksi
tahap pertama ini. Selanjutnya pada reaksi tahap kedua asetoasetil oenzim A
bereaksi dengan asetil koenzim A dan air menghasilkan 3 – hidroksi- 3-
metilglutaril koenzim A. dalam reaks ini enzim hidroksi- metilglutaril koenzim A
sintetase beerja sebagai katalis. Reaksi tahap ketiga ialah pemecahan 3 – hidroksi

34
– 3 – metilglutaril koenzim A menjadi asetil koenzim A dan asam asetoasetat.
Bila reaksi tahap 1 sampai dengan tahap 3 dijumlahkan maka dapat dituliskan
sebagai berikut:
2 asetil SKoA + H2O - asam asetoasetat + 2HSKoA+ H+
Asam asetoasetat yang terjadi, secara spontan membentuk aseton dengan jalan
dekarboksilasi. Disamping itu asam 3 –hidroksi – butirat dapat dibentuk dari asam
asetoasetat dengan jalan reduksi. Enzim yang bekerja di sini ialah D – 3 –
hidroksibutirat dehidrogenase dengan NADH sebagai koenzim. Pembentukan
asam asetoasetat dan 3 – hidroksibutirat berlangsung terutama dalam hati. Kedua
senyawa tersebut adalah sumber energy bagi pernapasan alam sel. Otot jantung
menggunakan asam asetoaetat sebagai sumber energy, sedangkan sel otak dalam
keadaan normal menggunakan glukosa sebagai sumber energy, tetapi dalam
keadaan kelaparan atau diabetes, sel otak juga dapat menggunakan asam
asetoasetat sebagai sumber energy.
F. Sintesis Asam Lemak
Sintesis asam lemak bukan berarti kebalikan dari jalur penguraian asam
lemak, artinya pembentukan asam lemak sebagian besar berlangung melalui jalur
metabolic lain, walaupun ada sebagian kecil asam lemak yang dihasilkan melalui
kebalikan dari reaksi penguraian asam lemak dalam mitokondria. Pada hakikatnya
sintesis asam lemak berasal dari asetil KoA. Enzim yang bekerja sebagai katalis
adalah kompleks enzim- enzim yang terdapat pada sitoplasma, sedangkan enzim
pemecah asam lemak terdapat pada mitokondria. Reaksi awal adalah karboksilasi
asetil koenzim A menjadi malonil koenzim. Reaksi ini melibatkan HCO3 dan
energy dari ATP. Dalam sintesis malonil koenzim A ini, malonil koenzim A
karboksilase yang mempunyai gugus prostetik biotin bekerja sebagai katalis.
Reaksi pembentukan malonil koenzim A sebenarnya terdiri atas dua reaksi
berikut:
Biotin – enzim + ATP + HCO3- CO2 – Biotin – enzim + ADP + Pi
CO2 – biotin – enzim + asetil KoA malonil KoA + biotin – enzim
Biotin terikat pada suatu protein yang disebut protein pengangkut
karboksilbiotin. Biotin karboksilase adalah enzim yang bekerja sebagai katalis
dalam reaksi karboksilasi biotin. Reaksi kedua ialah pemindahan gugus
karboksilat kepada asetil koenzim A. Katalis dalam reaksi ini
ialah transkarboksilase. Telah teliti bahwa zat- zat antara dalam sintesis asam
lemak di ikat oleh suatu protein pengangkut asil (acyl carrier protein ) atau ACP.
Ikatan ini terjadi pada ujung molekul yang mengandung gugus –SH, yaitu gugus
fosfopantoteinat. Gugus ini terdapat pula pada molekul koenzim A.
Sistem enzim yang bekerja sebagai katalis dalam sintesis asam lemak jenuh
dari asetil koenzim A, malonil koenzim A dan NADPH disebut asam lemak
sintetase dan merupakan suatu kompleks multienzim. Tahap berikutnya dalam

35
sintesis asam lemak adalah tahap memperpanjang rangkaian atom C, yang dimulai
dengan pembentukan asetil ACP dan malonil ACP, dengan katalis
asetiltransasilase dan malonil transasilase.
Malonil transasilase bersifat sangat khas, sedangkan asetil transasilase dapat
memindahkan gugus asil selain asaetil, walaupun lambat. Asam lemak dengan
jumlah atom C ganjil isintesis berawal dari propionil ACP. Asetil ACP dan
malonil ACP bereaksi membentuk asetoasetil ACP, dengan enzim asil – malonil
ACP kondensase sebagai katalis.
Asetil ACP + malonil ACP asetoasetil ACP + ACP + CO2
Pada reaksi konensasi ini, senyawa 4 atom C dibentuk dari senyawa 2 atom C
dengan senyawa 3 atom C dan CO2 dibebaskan. Tahap selanjutnya ialah reduksi
gugus keto pada C no 3, dari asetoasetil ACP menjadi 3-hidroksibutiril ACP
dengan ketoasil ACP reduktase sebagai katalis. Kemudian 3- hidroksibutiril ACP
diubah mnejadi krotonil ACP dngan pengeluaran molekul air (dehidrasi). Enzim
yang beerja pada reasi ini ialah 3-hidroksi asil ACP dehidratase. Reaksi terakhir
dari putaran pertama sintesis sam lemak ialah pembentukan butiril ACP dari
krotonil ACP denga katalis enoil ACP reduktase. Jadi putaran pertama proses
perpanjangan rantai C ini telah mengubah asetil koenzim A menjadi butiril ACP.
Putaran kedua pada proses perpanjangan rantai C dimulai dengan reaksi butiril
ACP dengan malonil ACP dan seterusnya seperti reaksi-reaksi pada putaran
pertama. Demikian setelah beberapa putaran maka asam lemak terbentuk pada
reaksi terakhir yaitu hidrolisis asil ACP menjadi asam lemak dan ACP. Asam
palmitat dibuat dalam sitoplasma, sedangkan asetil KoA dibentuk dari asam
piruvat dalam mitokondria. Oleh arenanya asetil KoA harus diangkut dari
mitokondria kedalam sitoplasma. Membran mitokondria ternyata tidak permeabel
terhadap asetil KoA, jadi harus diubah dahulu menjadi asam sitrat yang dapat
menembbus membrane mitokondria. Setelah sampai dalam sitoplasma asetil KoA
dilepaskan lagi dengan bantuan sitrat liase sebagai katalis.

Asam sitrat + ATP + HS KoA asetil KoA + ADP + P1 + oksaloasetat

Asam oksaloasetat yang terbentuk dalam sitoplasma ini harus dikembalikan ke


dalam mitokondria. Membrane mitokondria tidak permiabel terhadap asam
oksaloasetat, karena itu oksaloasetat diubah dahulu menjadi piruvat melalui asam
malat. Dalam reaksi ini NADPH dihasilkan dari NADH. Mula-mula asam
oksaoasetat direduksi oleh NADH menjadi asam malat. Katalis dalam reaksi ini
malat dehidrogenase yag terdapat dalam sitoplasma. Kemudian asam malat diubah
menjadi asam piruvat.
Asam oksaloasetat + NADH + H+ asam malat + NAD+
Asam malat + NADP+ piruvat + CO2 + NADPH

36
Asam piruvat yang dihasilkan dalam reaksi tersebut dapat masuk kedalam
mitokondria dan diubah menjadi asam oksaloasetat oleh piruvat karboksilase.
Asam piruvat + CO2 + ATP + H2O
Asam oksaloasetat + ADP + P1 + 2 H+
Proses pemindahan satu molekul asetil koenzim A dari mitokondria kedalam
sitoplasma dapat menghasilkan suatu molekul NADPH. Pembentukan asam
palmitat membutuhkan 8 molekul asetil koenzim A, oleh karenanya terbentuk
pula 8 molekul NADPH.
Tiga molekul ribulosa-5-fospat dapat diubah menjadi dua molekul heksosa
dan satu molekul triosa yang dapat masuk kedalam proses glikolisis.
Beberapa ciri-ciri penting yang dapat kita amati pada sintesis asam lemak ialah:
1) Sintesis asam lemak terjadi pada sitoplasma, sedangkan oksudasi terjadi
pada senyawa-senyawa antara dalam sintesis asam lemak terikat pada ACP,
sedangkan pada pemecahan asam lemak, senawa-senyawa antara terikat pada
koenzim A.
2) Beberapa enzim yang bekerja sebagai katalis pada sintesis asam lemak
merupakan suatu komplek multienzim yang disebut asam lemak sintetase. Pada
pemacahan asam lemak tidak terdapat system multienzim.
3) Perpanjangan rantai C pada sintesis asam lemak ialah penambahan 2 atom C
secara berturut-turut yang berasal dari asetil koenzim A. Adapun senyawa yang
berfungsi sebagai donor unit 2 atom C ialah malonil ACP.
4) Dalam sintesis asam lemak, NADPH berfungsi sebagai reduktor.

G. Biosintesis Trigliserida
Tahap pertama sintesis trigliserida ialah pembebentngkan gliserofosfat, baik
dari gliserol maupun dari dihidroksi aseton fosfat. Reaksi 1 berlangsung dalam
hati dan ginjal dan reaksi 2 berlangsung dalam mukosa usus serta dalam jaringan
adipose. Selanjutnya gliserofosfat yang telah terbentuk bereaksi dengan 2 mol asil
koenzim A membentuk suatu asam fosfatidat. Tahap berikutnya ialah reaksi
hidrolisis asam fosfatidat ini dengan fosfatase sebagai katalis dan menghasilkan
suatu 1, 2-digliserida. Asilasi terhadap 1, 2-digliserida ini merupakan reaksi pada
tahap akhir karena molekul asli koenzim A akan terikat pada atom C nomor 3,
sehingga terbentuk trigliserida.
H. Biosintesis Fosfolipid
Sebelum membentuk trigliserida, 1, 2 trigliserida dapat bereaksi dengan
sitidindifosat – kolin ( CDP – kolin ) menghasilkan fosfatidilkolin. Selain itu 1, 2,
digliserida dapat pula bereaksi dengan sitidindifosfat- etanolamina menghasilkan
fosfatidil etanolamina.

37
CPD – kolin dan CPD – etanolamina dapat dihasilkan oleh reaksi sebagai berikut:
Etanolamina atau kolin mengikat gugus fosfat dari ATPdengan enzim kinase
sebagai katalis dan menghasilkanfosfoetanolamina atau fosforilkolin. Kemudian
fosfoetanolamina atau fosforilkolin bereaksi sebagai sitidintriosfat ( CTP )
menghasilkan CPD – etanolamina atau CDP – kolin dapat bereaksi dengan I, 2
digliserida membentuk fosfatidil etanolamina atau fosfatidilkolin.
Fosfatidiletanolamina dapat juga terbentuk dari fosfatidilserin dengan reaksi
dekarboksilasi. Sebaliknya fosfatidilserin dapat terbentuk dari
fosfatidiletanolamina dengan serin. Dalamreaksi ini terjdi pergantian gugus
etanolamina dengan gugus serin.
I. Biosintesis Kolesterol
Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa
tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil koenzim A diubah
menjadi isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat bereaksi membentuk
kolesterol. Pembentukan kolesterol ini juga berlangsung melalui bebrapa reaksi
yang membentuk senyawa – senyawa antara, yaitu geranil pirofosfat skualen dan
lanosterol.

2.6 METABOLISME PURIN & PIRIMIDIN


A. Pengertian Purin & Pirimidin
Purin dan Pirimidin merupakan komponen utama DNA, RNA,koenzim (NAD,
NADP, ATP, UDPG). Inti purin dan pirimidin adalah inti dari senyawa komponen
molekul nukleotida asam nukleat RNA dan DNA. Contoh Pirimidin: (sitosin,
urasil, timin) → dimetabolisme jadi CO2 dan NH3. Sedangkan contoh Purin
adalah Adenin dan Guanin. Purin dan Pirimidin merupakan unsur yang
nonesensial secara dietetik artinya manusia dapat mensintesis nukleotida secara
denovo (dari senyawa intermediet anfibolik), meskipun tidak mengkonsumsi asam
nukleat.

B. Sintesis Purin & Pirimidin


Nukleotida purin dan pirimidin disintesis di dalm tubuh pada tingkat yang
sesuai dengan kebutuhan fisiologis. Mekanisme intraselular dan pengaturan
ukuran nukleotida trifosfat (NTPs), meningkat selama pertumbuhan atau
regenerasi jaringan ketika sel-sel membelah dengan cepat. Penyelidikan awal
biosintesis nukleotida dikerjakan oleh burung, yang kemudian digunakan
Escherichia coli. Isotop prekursor merpati yang diumpankan bersumber dari setiap
atom pada basa purin.
Tiga proses berkontribusi pada nukleotida purin biosintesis adalah:
1) intesis dari amphibolic peralihan (sintesis de novo).

38
2) Phosphoribosylation dari purin.
3) Fosforilasi nukleosida purin.
Fosforilasi nukleotida purini Inositol monofosfat (IMP) merupakan
nukleotida induk yang merupakan asal pembentukan AMP maupun GMP. Sintesis
IMP dari intermediate amfibolik α-D-ribosa-5-fosfat. Tahapan sintesis selanjutnya
adalah: Disamping sebagai intermediate pertama yang terbentuk dalam lintasan de
novo biosintesis purin, 5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP) merupakan intermediate
dalam lintasan penyelamatan purin, dalam biosintesis NAD+ serta NADP+, dan
dalam biosintesis nukleotida pirimidin. Sintesis PRPP ,melibatkan pemindahan
pirofosfat dari ATP kepada karbon 1 senyawa α-D-ribosa-5-fosfat dan dikatalisis
oleh enzim PRPP sintetase.

C. Tahapan Sintesis
1. Disamping sebagai intermediate pertama yang terbentuk dalam lintasan de novo
biosintesis purin, 5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP) merupakan intermediate
dalam lintasan penyelamatan purin, dalam biosintesis NAD+ serta NADP+, dan
dalam biosintesis nukleotida pirimidin. Sintesis PRPP ,melibatkan pemindahan
pirofosfat dari ATP kepada karbon 1 senyawa α-D-ribosa-5-fosfat dan dikatalisis
oleh enzim PRPP sintetase.
2. Pembentukan ikatan N-glikosidat dilakukan dengan menggunakan glutamine
sebagai donor nitrogen dan membentuk senyawa 5-fosfo-β-D-ribosilam.
3. Kondensasi 5-fosfo-β-D-ribosilam dengan glisisn membentuk senyawa
glisinamida ribosal-5-fosfat.
4. Atom karbon 8 pada IMP berasal dari gugus formil senyawa N5, N10-metenil-
tetrahidrofolat yang membentuk formil glisinamida ribosal-5-fosfat. Suatu reaksi
yang dikatalisi oleh enzim glisinsmida ribosal-5fosfatformiltransferase.
5. Pemindahan nitrogen amida glutamine ke formil glisinamida ribosal-5-fosfat
akan membentuk fosmiglisinamida ribosil-5-fosfat. Dengan dikatalisis oleh enzim
formilglisinamida-5-fosfat sintetase.
6. Dalam reaksi yang dikatalisis oleh enzim aminoimadazol karboksilat ribosil 5-
fosfat.sintetase, terjadi kehilangan air yang disertai penutupan cincin imidazol
akan membentuk senyawa aminoimidazol ribosil-5-fosfat.
7. Adisi CO2 kepada formil glisinamida ribosal-5-fosfat berfungsi menambahkan
atom yang akan menjadi karbon 6 pada IMP. Reaksi tersebtu dikatalisi oleh enzim
aminoimadazol ribosil 5-fosfat karboksilase.
8. Kondensasi aspartat dengan aminoimadazol karboksilat ribosil 5-fosfat yang
dikatalisis oleh enzim suksinil karboksamida ribosil-5-fosfat sintetase membentuk
senyawa aminoimidazol suksisnil karbaksamida ribosil-5-fosfat.
9. Pembebasan gugus suksinil dari senyawa aminoimidazol suksisnil
karbaksamida ribosil-5-fosfat sebagai fumarat, yang dikatalisis oleh enzim

39
adenilosuksinase, membentuk senyawa aminoimidazol karbaksamida ribosil-5-
fosfat.
10. Karbon 2 pada IMP ditambahkan dalam sebuah reaksi yang melibatkan
derivat tetrahidrofolat sekunder dan enzim formiltransferase sekunder membentuk
senyawa formimidomidazol karboksamida ribosil-5-fosfat.
11. Penutupan cincin senyawa formimidomidazol karboksamida ribosil-5-fosfat
yang dikatalisi oleh enzim IMP siklohidrolase membentuk nukleotida purin
pertama.
12. Konversi purin, ribonukleosida purin, dan deoksribonukleosida purin menjadi
mononukleotida melibatkan sejumlah reaksi yang memrlukan energi yang kecil
dibanding energi pada sintesis de novo. Mekanismenya adalah Fosforibolisasi
purin bebas (Pu) oleh PRPP, yang membentuk derivat 5’mononukleotida (Pu-RP).
Fosforibolisasi purin bergantung –PRPP dikatalisis oleh enzim adenine
fosforibosiltransferase dan hipoxatiguanin atau guanine menjadi IMP atau GMP.
Enzim adenosine kinase mengkatalisis reaksi fosforilasi adenosine menjadi AMP
atau deoksiadenosin menjadi dAMP. Enzim deoksistidin kinase mengkatalisis
memfosforilasi dioksistidin, deoksiadenosin, dan 2’-dioksiguanosin, masing-
masing menjadi dCMP, dAMP, dan dGMP.

D. Biosintesa Nukleotida Purin & Biosintesa Nukleotida Pirimidin


1. Biosintesa Nukleotida Purin
Sintesis purin terjadi di hati. Sintesis dari nukleotida purin dimulai dengan
PRPP dan mengarah ke penuh pertama terbentuk nukleotida, inosine 5′-
monophosphate (IMP). jalur ini adalah diagram di bawah ini. Basis purin tanpa
terikat pada molekul ribosa terlampir adalah Hipoxantina. Basis purin dibangun di
atas ribosa dengan beberapa amidotransferase dan reaksi transformylation.
Sintesis IMP membutuhkan lima mol ATP, dua mol glutamin, satu mol glisin,
satu mol CO 2, satu mol aspartate dan dua mol formate. Para moieties formil
dilakukan pada tetrahydrofolate (THF) dalam bentuk N 5, N 10-methenyl-THFdan N 10-
formil-THF..

Sintesis AMP dan GMP dari IMP, Sintesis pertama terbentuk sepenuhnya
nukleotida purin, monophosphate inosine, IMP dimulai dengan 5-phospho-α-
ribosyl-1-pirofosfat, PRPP. Melalui serangkaian reaksi menggunakan ATP,
tetrahydrofolate (THF) derivatif, glutamin, glisin dan aspartate ini menghasilkan
jalur IMP. Tingkat membatasi reaksi ini dikatalisis oleh glutamin
amidotransferase PRPP, enzim ditunjukkan oleh 1 pada Gambar tersebut. Struktur
nucleobase dari IMP (Hipoxantina) akan muncul.
IMP merupakan titik cabang untuk biosintesis purin, karena dapat
dikonversi menjadi baik AMP atau GMP melalui dua jalur reaksi yang berbeda.
jalur yang mengarah ke AMP memerlukan energi dalam bentuk GTP; yang

40
mengarah ke GMP memerlukan energi dalam bentuk ATP. Pemanfaatan GTP
dalam jalur untuk sintesis AMP memungkinkan sel untuk mengontrol proporsi
AMP dan GMP untuk dekat kesetaraan. GTP akumulasi kelebihan akan
menyebabkan sintesis AMP dipercepat dari IMP sebaliknya, dengan
mengorbankan sintesis GMP. Sebaliknya, sejak konversi IMP untuk GMP
memerlukan ATP, akumulasi kelebihan ATP menyebabkan sintesis percepatan
GMP atas yang AMP.

2. Biosintesa Nukleotida Pirimidin


Sintesis dari pirimidin kurang kompleks dibandingkan dengan purin,
karena dasar jauh lebih sederhana. Basis menyelesaikan pertama adalah berasal
dari 1 mol glutamin, salah satu mol ATP dan satu mol CO 2 (yang merupakan
karbamoilfosfat) dan satu mol aspartate.
Sebuah mol tambahan glutamin dan ATP yang diperlukan dalam konversi
UTP untuk CTP adalah. Jalur biosintesis pirimidin yang digambarkan di bawah
ini. Karbamoilfosfat digunakan untuk sintesis nukleotida pirimidin berasal dari
glutamin dan bikarbonat, dalam sitosol, yang bertentangan dengan siklus
karbamoil fosfat urea berasal dari amonia dan bikarbonat dalam mitokondria.
Reaksi siklus urea dikatalisis oleh sintetase karbamoilfosfat I (CPS-I) sedangkan
prekursor nukleotida pirimidin disintesis oleh CPS-II. karbamoilfosfat kemudian
kental dengan aspartat dalam reaksi dikatalisis oleh enzim yang membatasi laju
biosintesis nukleotida pirimidin, transcarbamoylase aspartate (ATCase).
Synthesis of carbamoyl phosphate by CPS II Sintesis karbamoilfosfat oleh
CPS II. Nama enzim:
Aspartate transcarbamoylase, ATCase
Karbamoil dehydratase aspartate
Dihydroorotate dehidrogenase
Orotate fosforibosiltransferase
-5′-fosfatkarboksilase orotidine
Sintesis UMP dari karbamoilfosfat. Karbamoil fosfat digunakan dalam
sintesis nukleotida pirimidin berbeda dari yang disintesis pada siklus urea,
melainkan disintesis dari glutamin bukan amonia dan disintesis dalam sitosol.
Reaksi ini dikatalisis oleh sintetase karbamoil fosfat II (CPS-II). Selanjutnya
karbamoilfosfat dimasukkan ke dalam jalur biosintesis nukleotida pirimidin
melalui aksi transcarbamoylase aspartat, ATCase (enzim # 1) yang adalah tingkat
membatasi langkah dalam biosintesis pirimidin. Setelah penyelesaian sintesis
UMP dapat difosforilasi menjadi UTP dan digunakan sebagai substrat untuk
sintase CTP untuk sintesis nukleotida CTP uridin. juga merupakan prekursor
untuk sintesis de novo dari nukleotida timin. Tempatkan mouse di atas nama
menengah hijau untuk melihat struktur.

41
Sintesis pirimidin berbeda dalam dua cara yang signifikan dari
purin.Pertama, struktur cincin dipasang sebagai basa bebas, tidak dibangun di atas
PRPP. PRPP ditambahkan ke base pirimidin terbentuk penuh pertama (asam
orotic), membentuk monofosfat orotate (OMP), yang kemudian dekarboksilasi
untuk UMP. Kedua, tidak ada cabang di jalur sintesis pirimidin. UMP adalah
fosforilasi dua kali untuk menghasilkan UTP (ATP merupakan donor
fosfat). Yang pertama adalah fosforilasi dikatalisis oleh kinase uridylate dan yang
kedua oleh nukleosida difosfat kinase mana-mana. Akhirnya UTP aminated oleh
aksi sintase CTP, menghasilkan CTP.. Para nukleotida timin pada gilirannya
diturunkan oleh sintesis de novo dari DUMP atau dengan jalur penyelamatan dari
deoxyuridine atau deoxythymidine.
E. Katabolisme Purin & Pirimidin
1. Katabolisme Purin
Katabolisme dari nukleotida purin akhirnya mengarah ke produksi asam
urat yang larut dan dikeluarkan dalam urin sebagai kristal natrium urat. Sintesis
nukleotida dari basa purin dan nukleosida purin terjadi dalam serangkaian
langkah-langkah yang dikenal sebagai
jalur penyelamatan. Dasar bebas purin, adenin, guanin, dan Hipoxantina,
dapat dikonversi untuk nukleotida yang berhubungan dengan
phosphoribosylation. Dua enzim transferase kunci yang terlibat dalam sisa dari
purin: phosphoribosyltransferase adenosine (APRT), yang mengkatalisis reaksi
berikut: adenin + PRPP AMP + PP i
Dan Hipoxantina-guanin phosphoribosyltransferase (HGPRT), yang mengkatalisis
reaksi berikut:
Hipoxantina + PRPP MP + PP i
guanin + PRPP GMP + PP i
Sebuah enzim penting kritis sisa barang purin dengan cepat membagi sel adalah
adenosin deaminase (ADA) yang mengkatalisis deaminasi untuk inosine disebut
adenosin.
2. Katabolisme Pirimidin
Katabolisme dari nukleotida pirimidin akhirnya menyebabkan β-alanin
(ketika CMP dan UMP yang rusak) atau β-aminoisobutyrate (ketika dTMP
diturunkan) dan NH 3 dan CO 2. The β-alanin dan β-aminoisobutyrate berfungsi
sebagai donor-NH 2 di transaminasi dari α-ketoglutarate untuk glutamat.Reaksi
selanjutnya mengubah produk untuk malonyl-KoA (yang dapat dialihkan ke
sintesis asam lemak) atau methylmalonyl-KoA (yang dikonversikan ke succinyl-
KoA dan dapat didorong dengan siklus TCA). Sisa barang dari basa pirimidin
memiliki signifikansi klinis kurang daripada purin, karena kelarutan dengan-
produk katabolisme pirimidin. Namun, seperti yang ditunjukkan di atas, jalur
penyelamatan untuk sintesis nukleotida timidin sangat penting dalam persiapan

42
untuk pembelahan sel. Urasil dapat diselamatkan untuk membentuk UMP melalui
tindakan bersama dari fosforilase uridina dan uridina kinase, seperti ditunjukkan:
urasil fosfat + ribosa-1 uridina + P i
uridina + ATP ADP + UMP
Deoxyuridine juga merupakan substrat untuk fosforilase uridina.
Pembentukan dTMP, dengan menyelamatkan dari dTMP membutuhkan
fosforilase timin dan sebelumnya dihadapi kinase timidin:
timin + deoksiribosa-1-fosfat timidin + P i
timidin + ATP ADP + dTMP
Sisa barang dari deoxycytidine ini dikatalisis oleh kinase deoxycytidine:
deoxycytidine + ATP dCMP + ADP
Deoxyguanosine Deoxyadenosine dan juga substrat untuk kinase deoxycytidine,
meskipun m K untuk substrat ini jauh lebih tinggi daripada deoxycytidine. Fungsi
utama dari kinase pirimidin nukleosida adalah untuk menjaga keseimbangan
selular antara tingkat pirimidin nukleosida dan monophosphates pirimidin
nukleosida. Namun, karena keseluruhan selular dan konsentrasi plasma dari
pirimidin nukleosida, serta mereka yang ribosa-1-fosfat, rendah, sisa barang dari
pirimidin oleh kinase ini relatif tidak efisien.

43
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil
KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan
energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida. Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA
mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami
steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak
juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan
aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini
dapat menyebabkan kematian.
Metabolisme protein meliputi: degradasi protein (makanan dan protein
intraseluler) menjadi asam amino, oksidasi asam amino, biosintesis asam amino, dan
biosintesis protein.

3.2 Saran

Dengan mengetahui beberapa informasi dan pengetahuan tentang biokimia,


pembaca diharapkan memahami dan mengerti ilmu yang tercantum didalamnya
serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

44
DAFTAR PUSTAKA

 Dasar-Dasar Biokimia ,Anna Poedjiadi,Fm.Titin Supriyanti

 http://farhanimufida.blogspot.co.id/2016/06/makalah-biokimia.html

45

Anda mungkin juga menyukai