Oleh:
Kelompok 3
Luqman hakim
Iwan sugianto
Tri martian
Yuliani
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan basa memiliki
sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Sifat asam
basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7,
sedangkan larutan netral memiliki pH 7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator
pH atau dengan pH meter. Menurut penjelasan tersebut menjelaskan tentang keseimbangan
asam basa serta berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan
asam basa.
Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh karena dapat
mempengaruhi fungsi organ vital Gangguan keseimbangan asam basa yang berat, dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya
berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam
dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
1.
BAB II
ISI
2.1. Asam
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut
sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain
(disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa
yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida
(HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-)
demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3).
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih
sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat
melepaskan H+ contohnya adalah H2CO3.
2.2. Basa
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat (HCO3). Adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen
untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi
sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir
negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan
protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena itu
dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi
dengan H+untuk membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas adalah HCO3 karena HCO3
berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-Kebanyakan asam dan basa
dalam.
2
cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam
dan basa lemah.
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel.
Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan
dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+atau ion OH-
yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion
hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4. Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan
keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan
optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru
dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.
3.
2.4. Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh.Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari
tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan
pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion
hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion
hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi,
produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci
sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi pada
asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam
batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ).
Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim,
konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi
160nEq/liter tanpa menyebabkan kematian. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya
adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion
hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH
berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk
membentuk H2CO3.Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami
asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas
7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8
dan batas atas adalah sekitar 8,0.
4.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme
sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler
diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan an aliran darah yang buruk ke
jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang
diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang
berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan
perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat.
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka
panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk
jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer
tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu
juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.Paru-paru
melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon
dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri
(PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi.Tentu saja, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun
demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2. Pada keadaan asidosis
metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida
yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam).Pada keadaan alkalosis metabolik,
frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).
6.
3. Sistem Ginjal
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen
mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai
molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan
ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya
sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di dalam tubuh.
Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan
status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism
karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis
Asidosis Respiratorik
7.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-
paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk,
rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan
koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat
terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha
untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan
waktu beberapa jam bahkan beberapa hari. Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkanhasil
pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih
banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh
terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.
8.
2. Kurangnya cadangan dapar
Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan
hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.
Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal mengekskresikan asam
yang diproduksi secara normal.
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.
9.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan
rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang
otot dan penurunan kesadaran.
Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung.
10.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik.
dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium
dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
11.
8 Langkah Mudah Membaca Hasil Analisa Gas Darah (AGD) Menggunakan Metode
SOS
Terdapat 8 langkah mudah dan sederhana untuk membaca hasil analisa gas darah dengan
menggunakan metode SOS.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui dan menghafalkan nilai normal
hasil AGD (Analisa Gas Darah).
Gambar diatas nantinya akan digunakan untuk membantu anda dalam menginterpretasikan
hasil AGD.
Langkah ketiga adalah menentukan keadaan asam atau basa darah berdasarkan nilai pH hasil
AGD. Ingat langkah #1 bahwa pH normal berkisar anatara 7.35 – 7.45.
Ketentuannya :
1. Jika pH darah berkisar antara 7.35 – 7.39, interpretasinya adalah NORMAL
(meskipun cenderung mengarah ke ASIDOSIS). Lalu tempatkan nilai tersebut dalam
kolom NORMAL pada grid SOS.
2. Jika pH berkisar anatara 7.41 – 7.45, interpretasinya NORMAL (meskipun cenderung
mengarah ke ALKALOSIS). Tempatkan nilai tersebut dalam kolom NORMAL grid SOS.
3. Jika pH dibawah 7.35 (7.34, 7.33, 7.32 dst…) maka ASIDOSIS. Tempatkan dalam
kolom ASIDOSIS grid SOS.
4. Jika pH diatas 7.45 (7.46, 7.47, 7.48 dst…) maka ALKALOSIS. Tempatkan dalam
kolom ALKALOSIS grid SOS.
Lihat gambar penempatan nilai pH dalam grid SOS berikut ini:
Lakukan hal yang sama seperti langkah no. #3 diatas untuk menentukan posisi nilai PaCO2
dalam grid SOS. (Nilai PaCO2 adalah angka dibelakang koma pH, dibalik).
Ingat bahwa :
Jika PaCO2 dibawah 35, tempatkan nilai tersebut dalam kolom ALKALOSIS.
Jika PaCO2 diatas 45, tempatkan dalam kolom ASIDOSIS.
Jika PaCO2 dalam rentang normal, tempatkan dalam kolom NORMAL.
Sudah? Jika sudah lanjut langkah no. 5 …
5. Tentukan apakah HCO3 dalam keadaan NORMAL, ASIDOSIS atau ALKALOSIS
Selanjutnya menentukan posisi nilai HCO3. Lakukan hal yang sama seperti langkah no.#3
dan no.#4 diatas.
Jika HCO3 dibawah 22, maka ASIDOSIS dan tempatkan pada kolom ASIDOSIS.
Jika HCO3 diatas 26, maka tempatkan pada kolom ALKALOSIS.
Jika HCO3 dalam keadaan normal, tempatkan dalam kolom NORMAL.
Hal pertama dalam membaca hasil analisa gas darah adalah menentukan apakah hasil tersebut
merujuk pada keadaan ASIDOSIS atau ALKALOSIS.
Lihat, dimanakah posisi pH, apakah dalam kolom ASIDOSIS, NORMAL ataukah
ALKALOSIS.
Setelah mendapatkan interpretasi pH, selanjutnya anda harus menentukan apakah keadaan pH
tersebut merujuk pada keadaan METABOLIK atau RESPIRATORIK?
Jika pH terdapat dalam kolom yang sama dengan PaCO2, maka RESPIRATORIK
Jika pH terdapat dalam kolom yang sama dengan HCO3, maka METABOLIK
Jika pH dalam kolom NORMAL, dan tidak ada nilai PaCO2 atau HCO3 dibawahnya,
maka tentukan apakah nilai pH tersebut CENDERUNG mengarah ke keadaan ASIDOSIS
atau ALKALOSIS.
Ingat aturan no. #3 bahwa :
Terakhir, anda harus menentukan tingkat kompensasi dari hasil analisa gas darah.
Aturannya:
Oke, mari kita lakukan latihan kasus untuk memastikan bahwa anda sudah memahami
metode SOS ini. Siap?
1. pH 7.1 ASIDOSIS
2. pH terdapat dalam kolom yang sama dengan HCO3, maka METABOLIK
3. pH dan HCO3 ABNORMAL (Karena asidosis), namun PaCO2 NORMAL. Maka
TIDAK TERKOMPENSASI
Sehingga interpretasi hasil AGD diatas adalah:
Asidosis Metabolik, Tidak Terkompensasi
BAB III
PENUTUP
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH-yang sangat
rendah.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme
dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Terdapat 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau
alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam
(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan
alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab
utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau
alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
12.
Daftar Pustaka
1. Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa.
(ed. 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Mangku G, Senapathi TGA. Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi. Jakarta: PT.Indeks
2010
6. Sacks G. The ABC's of Acid-Base Balance. The Journal of Pediatric Pharmacology and
Therapeutics. 2004;9(4):235-242.