Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KESEIMBANGAN ASAM BASA

Oleh:

Kelompok 3

Doni eko rofendy

Luqman hakim

Iwan sugianto

Tri martian

Yuliani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDIA HUSADA MADURA
BANGKALAN
2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 2

2.1 Asam ................................................................................................... 2

2.2 Basa ..................................................................................................... 2

2.3 Keseimbangan Asam dan Basa .......................................................... 3

2.4 Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa ........................................ 3

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa .............. 5

2.6 Gangguan Keseimbangan Asam Basa ................................................. 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan basa memiliki
sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Sifat asam
basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.

Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7,
sedangkan larutan netral memiliki pH 7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator
pH atau dengan pH meter. Menurut penjelasan tersebut menjelaskan tentang keseimbangan
asam basa serta berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan
asam basa.

Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh karena dapat
mempengaruhi fungsi organ vital Gangguan keseimbangan asam basa yang berat, dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya
berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam
dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.

1.
BAB II

ISI

2.1. Asam

Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut
sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain
(disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa
yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida
(HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-)
demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3).

Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih
sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat
melepaskan H+ contohnya adalah H2CO3.

2.2. Basa

Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat (HCO3). Adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen
untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi
sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir
negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan
protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.

Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena itu
dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi
dengan H+untuk membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas adalah HCO3 karena HCO3
berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-Kebanyakan asam dan basa
dalam.

2
cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam
dan basa lemah.

2.3. Keseimbangan Asam dan Basa

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel.
Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan
dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+atau ion OH-
yang sangat rendah.

Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion
hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4. Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan
keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan
optimal.

Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru
dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah :

1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45

2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.

3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.

4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.

5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.

3.
2.4. Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa

Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh.Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari
tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan
pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion
hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion
hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.

Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi,
produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci
sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.

Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi pada
asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam
batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ).
Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim,
konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi
160nEq/liter tanpa menyebabkan kematian. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya
adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion
hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH
berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.

pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk
membentuk H2CO3.Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami
asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas
7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8
dan batas atas adalah sekitar 8,0.

4.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme
sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler
diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan an aliran darah yang buruk ke
jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH intraseluler.

pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang
diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem :

1. Sistem Buffer

Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang
berlebihan.

Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan

tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah

perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada

cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu :

a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan


karena peningkatan CO2.

b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal

c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion


bikarbonat.

Ada 4 sistem buffer :

a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk


perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
5.
b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel

c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat.

d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika


dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH
akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka
panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk
jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer
tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.

2. Sistem Paru

Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu
juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.Paru-paru
melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon
dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri
(PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi.Tentu saja, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun
demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2. Pada keadaan asidosis
metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida
yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam).Pada keadaan alkalosis metabolik,
frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).

6.
3. Sistem Ginjal

Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion


asam non volatile dan mengganti HCO3Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan
sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh
ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia.
Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus.Pada proses tersebut, asam
karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus
proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.

Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogen
mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai
molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan
ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya
sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.

Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di dalam tubuh.
Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan
status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism
karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis

2.6. Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Asidosis Respiratorik

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan


karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun
dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

7.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-
paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.

Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk,
rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan
koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat
terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha
untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan
waktu beberapa jam bahkan beberapa hari. Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkanhasil
pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru.


Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-
paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang
berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

Asidosis Metabolik

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih
banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh
terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.

Penyebab asidosis metabolik dapat adalah :

1. Kelebihan produksi asam.


Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi asam dapat melebihi
kemampuan ginjal untuk absorbsi dan ekskresi H+

8.
2. Kurangnya cadangan dapar
Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan
hipokarbonatremia dana asidosis metabolik.

3. Kurangnya ekskresi asam.

Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana ginjal gagal mengekskresikan asam
yang diproduksi secara normal.

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.

Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang


diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan
sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan


bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam
urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam
darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.Sebagai contoh, diabetes


dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut
dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau
keracunan yang berat.

Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.

9.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

Alkalosis Respiratorik

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan
rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang
otot dan penurunan kesadaran.

Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi.Preparat farmakologi digunakan


sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme bronkhial, dan
antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari dilakukan,
ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan drainase pluren.
Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan
karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari.
Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi
karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untukmencegah alkalosis dan kejang. Untuk
alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam
posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.

Alkalosis Metabolik

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung.

10.
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik.
dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik :

a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut


dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium
dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.

11.
8 Langkah Mudah Membaca Hasil Analisa Gas Darah (AGD) Menggunakan Metode
SOS

Terdapat 8 langkah mudah dan sederhana untuk membaca hasil analisa gas darah dengan
menggunakan metode SOS.

1. Hafalkan nilai normal AGD

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui dan menghafalkan nilai normal
hasil AGD (Analisa Gas Darah).

 pH normal berkisar antara 7.35 – 7.45


 PaCO2 normal berkisar antara 35 – 45
 HCO3 normal berkisar anatara 22 – 26
Tips Menghafalkan Nilai AGD:
1. Hafalkan nilai pH
2. Nilai PaCO2 adalah angka dibelakang koma pH, dibalik
Lihat gambar Nilai Normal Analisa Gas Darah berikut ini:
Saya sarankan anda untuk menggambar ulang gambar nilai normal AGD diatas untuk
mempermudah anda menghafal nilai normal AGD.

2. Buatlah Grid S.O.S


Ketika anda berhasil menghafalkan nilai normal AGD, langkah selanjutnya adalah membuat
kolom permainan SOS seperti gambar diatas.

Gambar diatas nantinya akan digunakan untuk membantu anda dalam menginterpretasikan
hasil AGD.

3. Tentukan apakah pH dalam keadaan Normal, Asidosis atau Alkalosis

Langkah ketiga adalah menentukan keadaan asam atau basa darah berdasarkan nilai pH hasil
AGD. Ingat langkah #1 bahwa pH normal berkisar anatara 7.35 – 7.45.

Ketentuannya :
1. Jika pH darah berkisar antara 7.35 – 7.39, interpretasinya adalah NORMAL
(meskipun cenderung mengarah ke ASIDOSIS). Lalu tempatkan nilai tersebut dalam
kolom NORMAL pada grid SOS.
2. Jika pH berkisar anatara 7.41 – 7.45, interpretasinya NORMAL (meskipun cenderung
mengarah ke ALKALOSIS). Tempatkan nilai tersebut dalam kolom NORMAL grid SOS.
3. Jika pH dibawah 7.35 (7.34, 7.33, 7.32 dst…) maka ASIDOSIS. Tempatkan dalam
kolom ASIDOSIS grid SOS.
4. Jika pH diatas 7.45 (7.46, 7.47, 7.48 dst…) maka ALKALOSIS. Tempatkan dalam
kolom ALKALOSIS grid SOS.
Lihat gambar penempatan nilai pH dalam grid SOS berikut ini:

Sangat mudah bukan? Selanjutnya …


4. Tentukan apakah PaCO2 dalam keadaan NORMAL, ASIDOSIS atau ALKALOSIS

Lakukan hal yang sama seperti langkah no. #3 diatas untuk menentukan posisi nilai PaCO2
dalam grid SOS. (Nilai PaCO2 adalah angka dibelakang koma pH, dibalik).

Ingat bahwa :

 Jika PaCO2 dibawah 35, tempatkan nilai tersebut dalam kolom ALKALOSIS.
 Jika PaCO2 diatas 45, tempatkan dalam kolom ASIDOSIS.
 Jika PaCO2 dalam rentang normal, tempatkan dalam kolom NORMAL.
Sudah? Jika sudah lanjut langkah no. 5 …
5. Tentukan apakah HCO3 dalam keadaan NORMAL, ASIDOSIS atau ALKALOSIS

Selanjutnya menentukan posisi nilai HCO3. Lakukan hal yang sama seperti langkah no.#3
dan no.#4 diatas.

Ingat bahwa nilai normal HCO3 berkisar anatara 22 – 26, sehingga :

 Jika HCO3 dibawah 22, maka ASIDOSIS dan tempatkan pada kolom ASIDOSIS.
 Jika HCO3 diatas 26, maka tempatkan pada kolom ALKALOSIS.
 Jika HCO3 dalam keadaan normal, tempatkan dalam kolom NORMAL.

6. Interpretasikan : ASIDOSIS atau ALKALOSIS


Mulai langkah ini, anda akan mulai membaca dan menginterpretasikan hasil analisa gas darah
(AGD).

Hal pertama dalam membaca hasil analisa gas darah adalah menentukan apakah hasil tersebut
merujuk pada keadaan ASIDOSIS atau ALKALOSIS.

Untuk mengetahuinya, lihatlah grid SOS yang tadi anda buat.

Lihat, dimanakah posisi pH, apakah dalam kolom ASIDOSIS, NORMAL ataukah
ALKALOSIS.

Masing-masing kolom mewakili interpretasinya sendiri. Sehingga jika pH terdapat dalam


kolom ASIDOSIS, maka interpretasinya ASIDOSIS. Jika pH dalam kolom ALKALOSIS,
maka interpretasinya ALKALOSIS.
Mudah bukan? Selanjutnya …

7. Interpretasikan : METABOLIK atau RESPIRATORIK

Setelah mendapatkan interpretasi pH, selanjutnya anda harus menentukan apakah keadaan pH
tersebut merujuk pada keadaan METABOLIK atau RESPIRATORIK?

Caranya, lihat kembali grid SOS, aturannya sebagai berikut:

 Jika pH terdapat dalam kolom yang sama dengan PaCO2, maka RESPIRATORIK
 Jika pH terdapat dalam kolom yang sama dengan HCO3, maka METABOLIK
 Jika pH dalam kolom NORMAL, dan tidak ada nilai PaCO2 atau HCO3 dibawahnya,
maka tentukan apakah nilai pH tersebut CENDERUNG mengarah ke keadaan ASIDOSIS
atau ALKALOSIS.
Ingat aturan no. #3 bahwa :

 Jika pH darah berkisar antara 7.35 – 7.39, interpretasinya adalah NORMAL


(cenderung mengarah ke ASIDOSIS).
 Jika pH berkisar anatara 7.41 – 7.45, interpretasinya NORMAL (cenderung mengarah
ke ALKALOSIS).

8. Interpretasikan : Tingkat Kompensasi

Terakhir, anda harus menentukan tingkat kompensasi dari hasil analisa gas darah.
Aturannya:

 Jika pH NORMAL, maka interpretasinya TERKOMPENSASI PENUH.


 Jika 3 nilai AGD (pH, PaCO2 dan HCO3) ABNORMAL, maka TERKOMPENSASI
SEBAGIAN.
 Jika PaCO2 ATAU HCO3 normal dan pH ABNORMAL, maka TIDAK
TERKOMPENSASI.
Sehingga hasil akhir dari interpretasi analisa gas darah (AGD) adalah:
Asidosis/Alkalosis – Metabolik/Respiratorik – Tingkat Kompensasi
Bagaimana, sangat sangat mudah bukan? Share ya!

Contoh Kasus Interpretasi Analisa Gas Darah

Oke, mari kita  lakukan latihan kasus untuk memastikan bahwa anda sudah memahami
metode SOS ini. Siap?

Contoh Kasus Interpretasi AGD #1

pH=7.26 PaCO2=32 HCO3=18


Cara membacanya:

1. Ingat nilai normal AGD


2. Buat grid SOS
3. pH 7.26 adalah ABNORMAL dan ASIDOSIS. Maka tempatkan dalam kolom
ASIDOSIS
4. PaCO2 32 ABNORMAL dan ALKALOSIS. Tempatkan dalam kolom ALKALOSIS
5. HCO3 18 ABNORMAL dan ASIDOSIS. Tempatkan dalam kolom ASIDOSIS
… dari hasil pembacaan AGD diatas, maka didapatkan grid SOS sebagai berikut :
Maka, interpretasinya:

1. pH dalam keadaan ASIDOSIS


2. pH berada dalam kolom yang sama dengan HCO3, maka METABOLIK
3. Baik pH, PaCO2 ataupun HCO3 semuanya dalam keadaan ABNORMAL, maka
TERKOMPENSASI SEBAGIAN
Sehingga interpretasi hasil AGD diatas adalah:
Asidosis Metabolik, Terkompensasi Sebagian
Contoh Kasus Interpretasi AGD #2

pH=7.44 PaCO2=30 HCO3=21


Cara membacanya:

1. Ingat nilai normal AGD


2. Buat grid SOS
3. pH 7.44 adalah NORMAL namun cenderung ALKALOSIS. Maka tempatkan dalam
kolom NORMAL dengan panah menuju kolom ALKALOSIS.
4. PaCO2 30 ABNORMAL dan ALKALOSIS. Tempatkan dalam kolom ALKALOSIS
5. HCO3 21 ABNORMAL dan ASIDOSIS. Tempatkan dalam kolom ASIDOSIS
… dari hasil pembacaan AGD diatas, maka didapatkan grid SOS sebagai berikut :
Maka, interpretasinya:

1. pH dalam keadaan NORMAL namun cenderung ALKALOSIS. Maka pH:


ALKALOSIS
2. Karena kecenderung pH ALKALOSIS, maka bisa di sebut pH terdapat dalam kolom
yang sama dengan PACO2, maka RESPIRATORIK
3. pH NORMAL (ALKALOSIS hanya kecenderungan saja, maka dianggap pH
NORMAL), sehingga TERKOMPENSASI PENUH
Sehingga interpretasi hasil AGD diatas adalah:
Alkalosis Respiratorik, Terkompensasi Penuh
Contoh Kasus Interpretasi AGD #3

pH=7.1 PaCO2=40 HCO3=18


Cara membacanya:

1. Ingat nilai normal AGD


2. Buat grid SOS
3. pH 7.1 ABNORMAL dan ASIDOSIS, maka tempatkan dalam kolom ASIDOSIS
4. PaCO2 dalam rentang NORMAL, tempatkan dalam kolom NORMAL
5. HCO3 18 ABNORMAL dan ASIDOSIS, tempatkan dalam kolom ASIDOSIS
… dari hasil pembacaan AGD diatas, maka didapatkan grid SOS sebagai berikut :
Maka, interpretasinya:

1. pH 7.1 ASIDOSIS
2. pH terdapat dalam kolom yang sama dengan HCO3, maka METABOLIK
3. pH dan HCO3 ABNORMAL (Karena asidosis), namun PaCO2 NORMAL. Maka
TIDAK TERKOMPENSASI
Sehingga interpretasi hasil AGD diatas adalah:
Asidosis Metabolik, Tidak Terkompensasi
BAB III

PENUTUP

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH-yang sangat
rendah.

Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme
dan fungsi organ dapat berjalan optimal.

Terdapat 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau
alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam
(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan
alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab
utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau
alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

12.
Daftar Pustaka

1. Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa.
(ed. 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Mangku G, Senapathi TGA. Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi. Jakarta: PT.Indeks
2010

3. Abramowitz M. Acid-Base Balance and Physical Function. Clinical Journal of the


American Society of Nephrology. 2014;9(12):2030-2032.

4. Seifter JL. Integration of acid–base and electrolyte disorders. N Engl J Med.


2014;371(19):1821–1831

5. Hamm L, Nakhoul N, Hering-Smith K. Acid-Base Homeostasis. Clinical Journal of the


American Society of Nephrology. 2015;10(12):2232-2242.

6. Sacks G. The ABC's of Acid-Base Balance. The Journal of Pediatric Pharmacology and
Therapeutics. 2004;9(4):235-242.

7. Hawfield A, DuBose T. Acid-Base Balance Disorders. eLS. 2010;.

Anda mungkin juga menyukai