TINJAUAN KEPUSTAKAAN
ALKALOSIS RESPIRATORIK
TIM PENULIS:
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah SWT penguasa segala sesuatu. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada rasul kita, Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan umatnya
yang setia hingga akhir zaman kelak. Alhamdulillah, atas kehendak-Nya karya tulis yang
berjudul “Alkalosis Respiratorik” ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan, baik secara moril
maupun materiil dari berbagai pihak. Tidak ada hal lain yang bisa diberikan selain ucapan terima
kasih yang penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan
karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini mesih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi dan langkah
menuju masa depan yang lebih baik.
Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua Amin.
Penulis
28 Januari 2013
Abstract
Acid is anything that produces hydrogen ions in a solution of water (proton donor). Base
are all things that produces hydroxide ions in aqueous solutions (aseptor protons). Acid and
Base is two group of chemical substance that more important in our life. Maintain acid-base
homeostasis is important for living organisms. Initiated by acid-base abnormalities: PaCO2
changes in respiratory abnormalities and plasma bicarbonate changes in metabolic
abnormalities. The system acts as a buffer system or system of retaining a buffer against changes
in pH. This buffer consists of a weak acid as hydrogen donor and a weak base ion as an acceptor
of hydrogen ions. Abnormalities of acid-base can be asidosi respiratory, respiratory alkalosis,
metabolic acidosis and alkalosis metabolic. In this paper, the author will focus on the problem of
respiratory alkalosis.
Asam adalah segala sesuatu yang mengasilkan ion hidrogen dalam larutan air (donor
proton). Basa adalah segala sesuatu yang mengasilkan ion hidroksida dalam larutan air
(aseptor proton). Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan. Menjaga homeostasis asam basa penting utk kehidupan organisme. Kelainan
asam basa dimulai oleh : perubahan PaCO2 kelainan respirasi dan perubahan bikarbonat
plasma kelainan metabolik . Adapun system buffer berperan sebagai sistim penahan atau sistim
penyangga terhadap perubahan pH. Buffer ini terdiri dari asam lemah sebagai donor ion
hidrogen dan basa lemah sebagai akseptor ion hidrogen. Kelainan asam basa dapat berupa
asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolic, dan alkalosis metabolic. Dalam
hal ini, penulis akan memfokuskan masalah pada alkalosis respiratorik.
Halaman Kulit…..........................................................................................i
Kata pengantar.............................................................................................ii
Abstrak..........................................................................................................iii-iv
Daftar Isi.......................................................................................................v
Bab I. Pendahuluan………………………………………………. …..
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam-basa, larutan dikelompokkan menjadi tiga
golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral. Larutan asam memiliki pH < 7,35 ; larutan basa
memiliki pH > 7,45 dan larutan netral memiliki pH = 7,35-7,45.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (donor proton).
Sedangkan Basa/alkali adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (akseptor proton).
Pengaturan keseimbangan ion hydrogen (H+) dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion
lain dalam tubuh. Untuk mencapai homeostasis harus ada keseimbangan antara produksi H + dan
pembuangan H+ dari tubuh. Pengaturan H+ yang tepat sangatlah penting, misalnya sebagai
pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang akan menghasilkan ATP dan
hampir semua aktivitas system enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H +. Karena
enzim mempunyai fungsi yang sangat banyak di dalam tubuh, maka gangguan konsentrasi ion
hydrogen dapat menyebabkan gangguan system tubuh yang sangat luas. Di bandingkan dengan
ion-ion lain, konsentrasi H+ dalam cairan tubuh normalnya dipertahankan pada tingkat yang
rendah. Perubahan konsentrasi ion hydrogen akan merubah derajat ionisasi protein sehingga
protein tidak akan berfungsi. Perubahan konsentrasi hydrogen sesungguhnya akan mengubah
fungsi seluruh sel tubuh. Oleh karena itu keseimbangan asam-basa darah harus dikendalikan
secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius
terhadap beberapa organ. Contoh gangguan keseimbangan asam-basa salah satunya adalah
Alkalosis Respiratorik yang akan dibahas secara khusus pada Karya Tulis Ilmiah ini.
.
1.2 Tujuan penulisan :
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Alkalosis Respiratorik” ini yaitu:
a. Sistem Buffer
Disebut juga system penahan atau system penyangga, karena dapat menahan perubahan
pH . Fungsi utama system buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan
oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan extraseluler. Sebagai buffer,
system ini memiliki keterbatasan, yaitu :
- Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan extraselular yang disebabkan
karena peningkatan CO2.
- System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat pengendali
pernafasan bekerja normal.
- Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada tersedianya
ion bikarbonat.
Contoh :
a. Asidosis Respiratorik
Tanda :
- Konsentrasi H+ meningkat
- pH darah turun
- Kadar PCO2 meningkat
b. Alkalosis Respiratorik
Tanda :
- Konsentrasi H+ menurun
- pH darah meningkat
- Kadar PCO2 menurun
Contoh :
a. Asidosis Metabolik
Tanda :
- Konsentrasi H+ meningkat
- pH darah turun
- Kadar bikarbonat menurun
b. Alkalosis Metabolik
Tanda :
- Konsentrasi H+ menurun
- pH darah meningkat
- Kadar bikarbonat meningkat
2.3.1 Pengertian :
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa. Terjadi pada
gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO2 yang berlebihan sebagai kompensasi untuk
mengurangi hypoxia yang ditandai dengan bernafas cepat dan dalam agar kadar CO 2 menjadi
rendah dalam darah. Kelainan ini diawali oleh penurunan kadar PCO2 sehingga ion H+ rendah
akan mengasilkan peningkatan pH (PCO2 < 35 dan pH > 7,45). Kompensasi ginjal berupa
penurunan ekresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorbsi HCO3-.
2.3.2 Etiologi :
Penyebab dasarnya adalah hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan kadar CO 2 tubuh
menurun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H+ oleh
ginjal agar absorpsi HCO3- berkurang. Penyebab hiperventilasi yang sering ditemukan adalah
kecemasan.
Penyebab lainnya :
Hipoksia
Pneumoni, asma, edema paru
Gagal jantung kongestif
Fibrosis paru
Tinggal ditempat yang tinggi (oleh karena kadar oksigen yang rendah)
Ventilasi mekanis yang berlebihan
Sepsis gram negative
Sirosis hepatis
Latihan fisik
Overdosis aspirin
2.3.4 Patogenesa :
Alkalosis akut juga merangsang pembentukan asam laktat dan piruvat didalam sel dan
membantu pelepasan H+ lebih banyak kedalam cairan ekstra sel (ECF). Bafer ekstra sel oleh
protein plasma hanya sedikit menurunkan HCO3- plasma. Efek mekanisme bafer ECF dan ICF
sedikit menurunkan HCO3_ plasma.apabila hipokapnia tetap berlangsung,maka penyesuain
ginjal mengakibatkan lebih banyak HCO3- plasma yang berkurang. Terjadi hambatan reabrsobsi
tubulus ginjal dan pembentukan HCO3- baru.kompensasi pada alkalosis respiratorik kronik jauh
lebih sempurna dibandikangkan pada keadaan akut.pada keadaan akut,penurunan kadar HCO3-
plasma diperkirakan sebesar 2mEq/L untuk setiap penurunan PCO2 sebesar 10mmHg.
2.3.5 Diagnosa :
Pada alkalosis respiratorik Diagnosis pasti yaitu dengan penurunan kadar CO2 yang
rendah. Peningkatan frekuensi dan dalam pernafasan umumnya meningkat bermakna terutama
bila disebabkan oleh kelainan otak atau metabolic. Keluhan pasien umumnya adalah rasa cemas
berlebihan dan sesak atau nyeri dada. Hal lain yang mungkin terjadi dalam kaitan dengan
alkalosis respiretorik adalah tetani,parestasia sirkumoral atau sinkop.diagnosis alkalosis
respiratorik dapat dipastikan dengan kadar PCO2 yanng rendah.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat gejala-gejala alkalosis
yang dapat dilihat melalui inspeksi,palpasi dan auskultasi.
Pada inspeksi akan ditemukan parestesia circum oral dan digitalis, iritabilitas, spasme
carpopedal, tetani dan ganguan gerak pernafasan.
Pada palpasi akan didapatkan disritmia ventricular dan supra ventricular akibat
hipokapnea.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium pada alkalosis respiratorik akut adalah PH yang lebih dari 7,45
dan PaCO2 yang kurang dari 35 mmHg. Pada alkalosis respiratorik akut maupun kronis akan
terjadi penurunan kompensasi dari kadar bikarbonat plasma sebesar 2,0 meq/L(akut) dan 5,0
meq/L (kronik) untuk tiap 10 mmHg penurunan Paco2 yang akan menyebabkan kenaikan pH
darah.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada alkalosis respiratorik akut maupun kronis akan terjadi penurunan kompensasi
dari kadar bikarbonat plasma sebesar 2,0 meq/L(akut) dan 5,0 meq/L (kronik) untuk tiap 10
mmHg penurunan Pco2 yang akan menyebabkan kenaikan pH.
Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang
dihirup lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri. Adapun prosedur nya yaitu :
Saat ini pengukuran ph darah dilakukan bersamaan dengan parameter lain seperti pco2 ,hco3-,
na, k, cl, glukosa, aseton, ureum, kreatinin dan osmolaritas. Penetapan hco3 dilakukan melalui
perhitungan ph dan dan pco2 berdasarkan persaaman Henderson-haselbalch. Nilai co2 total adalah
sesuai dengan jumlah asam karbonat ditambah bikarbonat.pengukuran co2 total umumnya sesuai
dengan kadar hco3-.
Nilai normal
Darah vena
PCO2 X 0,03
Anion gap
Gangguan keseimbangan asam-basa dapat berupa dua atau tiga jenis kelainan yang terjadi
secara bersamaan atau mungkin suatu kasus gangguan keseimbangan asam-basa dengan nilai Ph,
PCO2, HCO3- normal dan satu-satunya pertanda gangguan keseimbangan adalah peningkatan
perbedaan nilai anion (anion gap, AG ).
Normal 12 3 mEq/L
Pemeriksaan saturasi oksigen perlu dilakukan untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh. Untuk
mengetahuinya diperlukan peralatan yaitu pulse oximetri.
2.3.7 Penatalaksanaan :
Tata laksana alkalosis respiratorik ditujukan terhadap kelainan primernya. Alkalosis yang
disebabkan oleh hipoksemia diatasi dengan member terapi oksigen. Alkalosis respiratorik yang
disebabkan oleh serangan panik diatasi dengan menenangkan pasien atau memberikan
pernafasan menggunakan system air rebreathing. Overventilasi pada pasien dengan ventilasi
mekanik diatasi dengan mengurangi minute ventilation atau dengan menambahkan dead space.
Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hipoksemia diterapi dengan oksigen dan
memperbaiki penyebab gangguan pertukara gas. Koreksi alkalosis respiratorik dengan
menggunakan rebreathing mask harus berhati-hati, terutama pada pasien dengan kelainan
susunan saraf pusat,untuk menghindari ketidakseimbangan PH cairan serebrospinal dan PH
perifer.
2.3.8 Komplikasi :
Pada kondisi PH<7, terjadi kerusakan struktur ikatan kimiawi dan perubahan bentuk
protein yang menyebabkan kerusakan jaringan dan perubahan fungsi selular. Bila PH>7, terjadi
kontraksi otot skelet yang tidak terkendali.
2.3.9 Pencegahan :
KESIMPULAN
Alkalosis respiratorik adalah gangguan sistem respirasi akibat pengeluaran co2 yang berlebihan
pada hiperventilasi yang ditandai dengan penurunan kadar paC02 sehingga ion H rendah dan
menyebabkan peningkatan PH.adapun gejala dari alkalosis respiratorik ini adalah sesak
nafas,nyeri dada,rasa ringan dikepala(pusing),parestesia,circumoral numbness dan kesemutan.
Pengobatan yang dapat dilakukan dengan menenangkan pasien,terapi oksigen dan memberikan
pernafasan dengan menggunakan system air rebreathing.
SARAN
Perlu penambahan tinjauan kepustakaan agar karya tulis ilmiah berikutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gan Gunawan, Sulistia, dkk. 2009. FARMAKO DAN TERAPI, Ed-5. Jakarta :
balai penerbit FK-UI.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. ILMU PENYAKIT DALAM, Jil-2. Jakarta : Interna
Publishing.
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi
lebih basa.
Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih
asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-
paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH 7,35-7,45
pO2 80-100 mmHg
pCO2 35-45 mmHg
[HCO3-] 21-25 mmol/L
Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan
salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
3. pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan asam basa :
- Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan metabolik
- Bila pCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan respiratorik
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1. Asidosis metabolik
2. Asidosis respiratorik
3. Alkalosis metabolik
4. Alkalosis respiratorik