Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SISTEM BUFFER TUBUH

MK : ILMU BIOMEDIK DASAR

DOSEN PENGAMPU : NS. NI WAYAN SUDARMI S.KEP, M.KES

DISUSUN OLEH :

BRYGITHA J. M. RUMIMPUNU

2314201094

A6 / SEMESTER 1

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan pertolongan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sistem Buffer Tubuh “.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas proyek uas pada mata kuliah ilmu
biomedik dasar dengan dosen pengampu Ns. Ni Wayan Sudarmi S.Kep, M.Kes. Tidak lupa
penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu yang sudah memberi arahan serta
bimbingan selama penulis menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Namun, penulis
menyadari makalah ini tak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis meyampaikan
permohonan maaf serta terbuka untuk kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di masa
mendatang.

Manado, 23 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Sistem Buffer...................................................................................3
B. Macam - Macam Larutan Buffer.......................................................................3
C. Fungsi Larutan Buffer.......................................................................................4
D. Jenis – Jenis Sistem Buffer................................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................7
B. Saran..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buffer adalah suatu subtansi atau sekelompok subtansi yang dapat mengabsorps, atau
melepaskan ion-ion hidorogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan asam-basa.
Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke
kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti
oksigenisasi jaringan, respons terhadap penyakit, kseimbangan asam-basa, dan respons
terhadap terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosi,
transportasi aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut bergantung pada pemeabilitas
membrane sel atau kemampuan membrane untuk ditembus cairan dan elektrolit. Untuk
mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan, elektolit dan asam-basa
didalam tubuh. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan salah satunya
karena penyakit.
Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak, dan memiliki orientasi yang baik biasanya
dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa yang normal
karena mekanisme adaptif tubuhnya. Namun bayi, orang dewasa yang menderita penyakit
berat, klien dengan gangguan orientas atau klien yang immobile, serta lansia sering kali
tidak mampu merespon secara mandiri. Kandungan air dari tubuh seorang kerap kali
dikatakan sebanyak 70% dari berat badan. Lebih tepat dikatakan bahwa kandungan air
pada tubuh seseorang adalah 70% dari berat tubuh bebas lemak. Jaringan lemak pada
tubuh mengandung sedikit air . Berat lemak pada tubuh seseorang berkisar antara 10-40%
dari BB. Variasi dari kandungan lemak badan ini menyebabkan kadungan air tubuh, bila
dibandingkan dengan BB keseluruhannya berkisar antara 40-70% BB keseluruhan.
Kandungan rata-rata ialah sekitar 60% untuk laki-laki yang berusia antar 17-40 tahun dan
51% untuk perempuan pada rentang usia yang sama. Jadi, angka 60% dari BB akan
digunakan sebagai gambaran yang masuk akal bagi air tubuh total. Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbanga cairan
dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan suatu bagian dari fisiologi homeistatis.
Keseimbangan cairan dan elektolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sistem buffer ?
2. Apa saja macam larutan buffer ?
3. Apa saja fungsi larutan buffer ?
4. Apa saja jenis sistem buffer ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu sistem buffer
2. Mengetahui macam – macam larutan buffer
3. Mengetahui fungsi larutan buffer
4. Mengetahui jenis sistem buffer

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Buffer
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa
atau ketika diecerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa
lemah dan garamnya. Buffer dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak
memiliki buffer maka ketika minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami
asidosis ( pH darah asam).
Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah dan garamnya.
Asam lemanya adalah asam karbonat H2CO ( asam lemah) dan garamnya adalah HCO 3
berikut H2CO3+OH=>HCO3- + H2OHCO3 + H+ => H2CO3. Ketika masuk zat asam dalam
tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah garamnya. Ketika masuk zat asam. Ketika
hal ini terjadi asam karbonatlah yang menjadi pahlawan, ia akan menghadapi si asam ini
dan beraksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan
menghasilkan hasil reaksi berupa garam yang banyak. Garam ini sebagian disimpan dan
jika lebih akan dibuang melalui urin. Jadi kalo banyak makan atau minum yang asam, kita
akan banyak menghasilkan urine. Karena asam karbonat beraksi dengan asam untuk
menetralkan tadi, maka jumlah asam karbonat akan berkurang sehingga kita perlu
memperolehnya dari pernapasan CO2. Ketika masuk zat basah ketika hal ini terjadi
garamlah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi basa ini dan beraksi dengannya.
Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa
asam karbonat yang banyak. Asam karbonat ini sebagian disimpan dan jika lebih akan
dibuang melalui nafas (CO2). Jadi kalo banyak makan atau minum yang basa, kita akan
banyak mengasilkan CO2.

B. Macam – Macam Larutan Buffer


1. Larutan buffer / penyangga bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat di buat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainya yaitu mencampurkan
suatu asam lemah dengan suatu asam basa dimana asam lemanya dicampurkan dalam
jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa
konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang
digunakan seperti natrium (Na), kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.

3
2. Larutan buffer / penyangga bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya
berasal dari asam kuat. Adapun cara lainya yaitu dengan mencampurkan suatu basa
lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

C. Fungsi Larutan Buffer


Adanya larutan buffer ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obaat - obatan, fotografi, industri kulit, dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat
fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan
tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupin cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga dalam cairan itraselnya seperti H2PO4 dan HPO42 yang dapat bereaksi
dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah
yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.
1. Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH bekisar 7,35- 7,45 , yaitu dari
ion HCO3- dengan ion Na+, apabila pH darah lebh dari 7,5 akan mengalami alkalosis,
akibatnya terjadi hiperventilasi / bernapas berlebihan, muntah hebat. Apabila pH
darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya jantung, ginjal, hati dan
pencernaan akan terganggu.
2. Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak muda rusak/teroksidasi (asam
bensoat dengan natrium benzoat). Selain itu penerapan larutan buffer ini dapat kita
temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.
3. Menjaga pH cairan supaya eksresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu, yakni asam
dihidrogen poshat (H2PO4-) dengan basa monohidrogen posphatb (HPO42-)
Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-
hari seperti pada obat tetes mata.

D. Jenis Sistem Buffer


1. Buffer Kimiawi
Buffer (penyangga) adalah larutan kimia yang menahan perubahan pH jika
terdapat penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari; larutan asam lemah
dan garamnya seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa dan
lemah dan garamnya, seperti larutan ammonia ammonium klorida. Jika pH menurun,
maka garam ( natrium bikarbonat) berperan sebagai basa yang akan menerima ion

4
hydrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika pH meningkat, asam lemah ( asam
karbonat) akan mendonorkan ion hydrogen kepada larutan sehingga perubahan pH
akan “disangga”. Hal yang sebaliknya berlaku untuk basa lemah dan garamnya.
Secara umum buffer beraksi dengan melepaskan atau mengambil ion hydrogen:
- Penurunan konsentrasi ion hydrogen
- Peningkatan konsentrasi ion hydrogen
Perhatikan bahwa ion hydrogen tidak dibuang dari tubuh namun hanya terperangkap
oleh buffer. System buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah:
1. Sistem buffer bikarbonat
2. System buffer fosat
3. System buffer protein
Semua system buffer akan bekerja bersama untuk mengembalikan pH dalam sekejap,
tetapi terdapat keterbatasan perubahan pH sebesar apa yang dapat dijaga konstan oleh
buffer. Hal ini tergantung pada cadangan buffer yang tersedia, disebut juga “ kapasitas
buffer”. Jika jumlah asam atau basa yang ditambahkan sangat besar, maka system
buffer tidak akan mampu mengatasinya.
2. Sistem Buffer Bikarbonat
Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstraselular utama dan
bertanggung jawab mempertahankan pH darah. Karbon dioksida yang terbentuk
selama respirasi selakan larut dalam air (plasma) untuk membentuk asam karbonat.
Asam karbonat ini akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hydrogen dan ion
bikarbonat. Ion bikarbonat akan berperan sebagai akseptor ion hydrogen. Jika ion
hydrogen ditambah kedalam tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan saat
berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion hydrogen yang terbentuk dari asam laktat
akan membentuk asam karbonat. Asam karbonat berperan sebagai donor ion
hydrogen. Jika ion hydrogen hilang dari tubuh, seperti pada kasus muntah-muntah
berat, asam karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk melepaskan ion hydrogen
dan ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam karbonat adalah 20:1 .
Sistem biokarbonat menyangga 90% ion hydrogen dalam darah dan sangat penting
karena jumlah karbon dioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan
ginjal. Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali.
3. Sistem Buffer Fosfat
Sistem ini serupa dengan sistem buffer biokarbonat. Garam natrium dari
dihydrogen fosfat dan monohidrogen fosfat masing-masing akan berperan sebagai

5
asam lemah dan basa lemah. Buffer fosfat terutama mempertahankan pH fluida
intraselular dan tubulus ginjal, sehingga tidak akan mempertahankan pH darah,
namun merupakan buffer yang penting untuk urine.
4. Sistem Buffer Protein
Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam
amino mengadung gugus amino dasar (NH2) dan gugus asam (COOH). Tiga bentuk
asam amino yang tergantung dari pH. Buffer protein merupakan sistem yang sangat
kompleks dan akan mempertahankan pH fluida intraselular dan plasma. Protein
hemogoblin memiliki dua fungsi khusus, yaitu mentraspor oksigen ke jaringan dan
juga menyangga ion hydrogen yang transit dari sel ke paru.
5. Sistem Buffer Hemoglobin
Karbon dioksida berdifusi kedalam eritrosit ( sel darah merah). Di dalam sel,
karbon dioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim karbonat anhidrases.
Asam karbonat akan berdisosiasi sebagian menghaslikan ion hydroen dan ion
biokarbonat. Kemudian hemogoblin dan ion hydrogen tersebut bergabung membentuk
hemogoblin tereduksi. Reaksi ini terjadi karena hemogoblin tereduksi merupakan
asam yang lebih lema dibandingkan okshihemogoblin dan asam karbonat sehingga
akan berkaitan lebih kuat dengan hydrogen. Sehngga ketika oksigen dilepaskan, ion
hydrogen yang terbentuk dari asupan karbondioksida akan terperangkap oleh
hemogoblin, dan hal ini mencegah perubahan pH. Saat ion bikarbonat terbentuk
dalam eritrosit , ion bikarbonat ini akan berdifusi keluar dalam plasma menjadi bagian
cadangan alkali dan menyangga ion hydrogen. Pada saat ion bikarbonat berdifusi
keluar eritrosit, ion klorid akan berdifusi masuk kedalam. Hal ini terjadi untuk
mempertahankan muatan sel tetap netral atau seimbag, dan disebut juga reaksi
pergeseran (shift) klorida. Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini,
karbon dioksida dan air akan dibuang melalui proses pernapasan.
6. Sistem Buffer Amonia
Amonia terbentuk dalam sel tubulus ginjal dari pemecahan asam amino.
Amonia akan berdifusi kedalam tublus ginjal, menyangga ion hydrogen dalam filtrate
ginjal dan membentuk ion ammonium. Ion ammonium diekskresi di urin dan
mencegah urin terlalu asam. NH3 (amonia)+ H+ ( ion hidrogen) NH->4+ (ion
ammonium).

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kisaran pH darah yang normal adalah 7,35-7,45. Kisaran pH yang
memungkinkan kehidupan adalah hanya 7,0-7,8. Istilah alkalosis digunakan jika pH
darah arteri meningkat diatas 7,45. Pasien akan disebut menderita alkalosis.
Sebaliknya bila pH turun dibawah 7,35 disebut asidosis ( istilah ini digunakan karena
darah lebih asam daripada seharusnya, walaupun pH sesungguhnya masih netral).
Pasien dapat disebut menderita asidosis. Perubahan kecil pH darah dapat berakibat
fatal, pasien dengan pH darah 7,25 atau 7,7 biasanya akan mengalami koma.

B. Saran
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang
nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga, kelompok
ataupun komunitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang diberikan diperlukan suatu
ukuran untuk mengevaluasi perawat punya langkah sistematis yang disebut sebagai
proses keperawatan.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/443936330/kimia-sistem-buffer-tubuh

Anda mungkin juga menyukai