Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEM BUFFER

Dosen Mata Kuliah :


Ns. Wahyu Sulfian, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :

GALANG SAFARI YAHYA

202201097

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Penulis


panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan judul “KONSEP SISTEM
BUFFER”, sebagai bahan ajar yang diberikan oleh dosen kepada Kami. Selanjutnya,
penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ns. Wahyu Sulfian, S.Kep.,
M.Kes yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah
ini. Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan makalah selanjutnya. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami pada umumnya dan khususnya kepada pembaca.
Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu penulis memohon
maaf atas segala kekurangan tersebut dan penulis mengharapkan saran dan kritik
untuk perbaikan makalah ini. Demikian dari saya, atas perhatian kritik dan saran kami
ucapkan terima kasih.

Palu, 19 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................…..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusa Msalah……………………………………………………………..2
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Sistem Buffer .................................................................................4
B. Keseimbangan Cairan Dalam Sistem Buffe.……………………………….6
C. Macam-Macam Sistem Buffer……………..………………………………8
D. Regulasi Sistem Buffer…………………..…….………………………….11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................…..13
B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan didefinisikan sebagai suatu ilmu yang memiliki peran
besar dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat. Peran besar yang
dilakukan keperawatan berupa adanya upaya perlindungan, promosi dan
pengoptimalan status kesehatan serta keterampilan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya. Selain itu keperawatan juga berperan
dalam tindakan pencegahan kesakitan dan trauma, memberikan fasilitas
perawatan, membuat diagnosis sesuai respon yang disampaikan pasien,
memberikan advokasi atau perlindungan bagi individu, keluarga, masyarakat
dan populasi.
Buffer adalah suatu substansi atau sekelompok substansi yang dapat
mengabsorps, atau melepaskan ion-ion hidrogen untuk memperbaiki adanya
ketidakseimbangan asam-basa. Cairan tubuh tidak statis, cairan dan elektrolit
berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain untuk memfasilitasi
proses – proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti oksigenasi jaringan,
respons terhadap penyakit, keseimbangan asam-basa, dan respons terhadap
terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis,
transportasi aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut bergantung pada
permeabilitas membrane sel atau kemampuan membrane untuk ditembus
cairan dan elektrolit.
Untuk mempertahankan kesehatandibutuhkan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam-basa di dalam tubuh. Banyak factor yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan salah satunya karena penyakit.

1
Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak, dan memiliki orientasi yang
baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam-basa yang normal karena mekanisme adaptif tubuhnya. Namun bayi,
orang dewasa yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan orientas
atau klien yang immobile, serta lansia sering kali tidak mampu merespn secara
mandiri.
Kandungan air dari tubuh seseorang kerap kali dikatakan sebanyak
70% dari berat badan. Lebih tepat dikatakan bahwa kandungan air pada tubuh
seseorang adalah 70% dari berat tubuh bebas lemak. Jaringan lemak pada
tubuh mengandung sedikit air. Berat lemak pada tubuh seseorang berkisar
antara 10-40% dari BB. Variasi dari kandungan lemak badan ini
menyebabkan kandungan air tubuh, bila dibandingkan dengan BB
keseluruhannya berkisar antara 40-70% BB keseluruhan. Kandungan rata-rata
ialah sekitar 60% untuk laki-laki yang berusia antara 17-40 tahun dan 51%
untuk perempuan pada rentang usia yang sama. Jadi, angka 60% dari BB akan
digunakan sebagai gambaran yang masuk akal bagi air tubuh total.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep dasar sistem buffer.
2. Bagaimana proses cairan tubuh dalam system buffer.
3. Bagaimana proses dari regulasi dan keseimbangan cairan asam basah
dalam tubuh manusia.

2
C. Tujuan
1. Memahami konsep dasar sistem buffer
2. Memahami proses cairan tubuh dalam system buffer.
3. Memahami proses dari regulasi dan keseimbangan cairan asam basah
dalam tubuh manusia.

3
BAB II
KONSEP DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Sistem Buffer


Cairan tubuh merupakan cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia
atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Contoh cairan tubuh
adalah: Darah dan plasma darah, Sitosol, Cairan serebrospinal, Korpus
vitreum maupun humor vitreous, Serumen, Humor aqueous, Cairan limfa,
Cairan pleura, Cairan amnion
Fungsi Air / CairanTubuh :
1. Pelarut universal :
 Senyawa bergerak lbh cepat dan mudah
 Berperan dalam reaksi kimia contoh Glucose larut dalam darah dan
masuk ke sel
2. Pengaturan suhu tubuh
 Mampu menyerap panas dlm jumlah besar
 Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas, contoh :
Otot-otot selama excercise
3. Pelicin : Mengurangi gesekkan
4. Reaksi-reaksi kimia : Pemecahan karbohidrat & pembentukan protein
5. Pelindung : Cairan Cerebro-spinal, cairan amnion
Air merupakan yang terpenting untuk berbagai fungsi tubuh dan
kadarnya harus tetap dijaga sehingga keasaman cairan tubuh harus dijaga agar
tetap konstan. Setiap perubahan pH akan mempengaruhi semua reaksi kimia
dalam tubuh. Enzin dan protein fungsional lainnya, seperti sitokrom dan
hemoglobin, memiliki pH optimum untuk bekerja dengan baik sehingga
sangat terpengaruh oleh perubahan pH yang sedikit sekalipun.
4
Sebagaimana keasaman cairan tubuh terdapat konsep dasar pengaturan
cairan & elektrolit, yaitu:
1. Mekanisme homeostasis yg memantau dan mengatur komposisi cairan
tubuh peka terhadap perubahan dalam cairan ekstraseluler.
2. Tidak ada reseptor secara langsung memantau keseimbangan cairan,
reseptor dapat memantau volume dan konsentrasi osmotik plasma.
3. Perbedaan tekanan osmotik dapat menyebabkan transpor aktif garam dan
diikuti transport pasif air.
4. Air dan elektrolit dalam tubuh meningkat bila yang masuk lebih banyak
dari pada yang keluar.
Nilai pH pada lambung dan usus sangat berbeda. Enzim pepsin yang
memecah protein di lambung bekerja dalam kisaran pH 1,5 hingga 2. Jika
kisaran pH ini tidak dipertahankan, maka terjadi gangguan pencernaan
protein. pH lambung yang asam juga dapat menetralkan amylase dari saliva
yang memasuki lambung. Vagina memiliki pH yang asam yaitu 4,5. Hal ini
tidak hanya menjaga kesehatan vagina dengan menghambat pertumbuhan
bakteri, tetapi juga merupakan lingkungan yang tidak baik untuk sperma yang
bersifat sedikit alkali. pH vagina akan berubah sesuai dengan umur, dan
bersifat asam selama usia reproduksi. Sebelum pubertas dan setelah
menopause vagina bersifat sedikit alkali.
Kisaran pH darah yang normal adalah 7,35-7,45. Kisaran pH yang
memungkinkan kehidupan adalah hanya 7,0-7,8. Istilah alkalosis digunakan
jika pH darah arteri meningkat di atas 7,45. Pasien akan disebut menderita
alkalosis. Sebaliknya bila pH turun di bawah 7,35 disebut asidosis (istilah ini
digunakan karena darah lebih asam daripada seharusnya, walaupun pH
sesungguhnya masih netral). Pasien dapat disebut menderita asidosis.

5
Perubahan kecil pH darah dapat berakibat fatal, pasien dengan ph darah 7,25
atau 7,7 biasanya akan mengalami koma.
Ion hydrogen diproduksi secara terus-menerus oleh tubuh. Dua sumber
utama hydrogen adalah:
1. Metabolisme selular, misalnya respirasi anaerobic yang memproduksi
asam laktat; metabolisme lemak yang memproduksi badan keton. Juga
fosfor dan sulfur yang terdapat dalam asam amino dan lipid
dimetabolisme menjadi asam fosfat dan asam sulfat. Asam-asam ini
disebut juga asam “nonvolatil” atau asam “tetap”.
2. Respirasi selular – dalam 24 jam diproduksi 10.000-20.000 mmol
karbondioksida dan diubah menjadi asam karbonat sebelum diekskresi
oleh paru-paru.

B. Keseimbangan Cairan Tubuh Dalam Sistem Buffer


Cairan tubuh menempati +/- 60 % BB tubuh:
 Wanita dewasa muda : 50 – 55% Berat Badan
 Pria dewasa muda : 55 – 60% Berat Badan
 Bayi : 75% Berat Badan
 Usia lanjut : 45% Berat Badan
Asupan (intake) cairan harus seimbang dengan keluaran (out put) cairan:
1. Sumber asupan cairan
Makanan dan minuman dan proses metabolisme (karbohidrat).
2. Sumber keluaran cairan
Penguapan melalui paru (pernapasan), Penguapan melalui kulit, feces dan
produksi urin.
Pengaturan keseimbangan air:
 Produksi urine banyak dan encer jika asupan air meningkat
6
 Produksi urine sedikit dan kental jika banyak kehilangan cairan.
Pengaturan Reabsorpsi Air & Elektrolit:
1. Pengaturan utama : hormon-hormon
Antidiuretic hormone (ADH) : mencegah peningkatan kehilangan air
pada urine . Dan aldosterone : mengatur ion Natrium pada cairan
extracellur.
2. Dicetuskan oleh mekanisme rennin-angiotensin.

Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa Darah


1. pH Darah : 7.35-7.45 untuk menjaga homeostasis
 Alkalosis jika pH > 7.45
 Acidosis jika pH < 7,45
2. pH ditentukan oleh ion hidrogen (H+).
 Ion H+ meningkat, pH menurun (alkalis)
 Ion H+ menurun, pH meningkat (asidosis)
3. Sebagian besar keseimbangan asam-basa diatur oleh GINJAL

7
4. Sistem pengaturan lain : Buffers darah & Pernapasan.
Hal ini berarti bahwa harus terdapat system tubuh yang mengatur kadar
asam-basa. Sistem tersebut adalah:
1. System buffer kimiawi
2. System regulasi respirasi (paru)
3. System regulasi renal (ginjal).

C. Macam- Macam Sistem Buffer


Semua system ini bekerja bersama sebagai tim untuk meregulasi pH tubuh
yaitu :
1. Buffer Kimiawi
Buffer (penyangga) adalah larutan kimia yang menahan perubahan pH
jika terdapat penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari; larutan
asam lemah dan garamnya, seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat
atau larutan basa lemah dan garamnya, seperti larutan ammonia dan
ammonium klorida.
Jika pH menurun, maka garam (natrium bikarbonat) berperan sebagai
basa yang akan menerima ion hydrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika
pH meningkat, asam lemah (asam karbonat) akan mendonorkan ion
hydrogen kepada larutan, sehingga perubahan pH akan “disangga”. Hal yang
sebaliknya berlaku untuk basa lemah dan garamnya. Secara umum buffer
bereaksi dengan melepaskan atau mengambil ion hydrogen:
Penurunan konsentrasi ion hydrogen
H+ + Buffer HBuffer
Peningkatan konsentrasi ion hydrogen

8
Perhatikan bahwa ion hydrogen tidak dibuang dari tubuh namun hanya
terperangkap oleh buffer. System buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah:
1. Sistem buffer bikarbonat
2. System buffer fosfat
3. System buffer protein
Semua system buffer akan bekerja bersama untuk mengembalikan pH
dalam sekejap, tetapi terdapat keterbatasan perubahan pH sebesar apa yang
dapat dijaga konstan oleh buffer. Hal ini tergantung pada cadangan buffer
yang tersedia, disebut juga “kapasitas buffer”. Jika jumlah asam atau basa
yang ditambahkan sangat besar, maka system buffer tidak akan mampu
mengatasinya.
2. Sistem Buffer Bikarbonat
Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstraselular utama dan
bertanggung jawab mempertahankan pH darah. Kabon dioksida yang
terbentuk selama respirasi sel akan larut dalam air (plasma) untuk
membentuk asam karbonat. Asam karbonat ini akan berdisosiasi sebagian
menghasilkan ion hydrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat akan
berperan sebagai akseptor ion hydrogen. Jika ion hydrogen ditambahkan ke
dalam tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan saat berolahraga, maka ion
bikarbonat dan ion hydrogen yang terbentuk dari asam laktat akan
membentuk asam karbonat.
Asam karbonat berperan sebagai donor ion hydrogen. Jika ion
hydrogen hilang dari tubuh, seperti pada kasus muntah-muntah berat, asam
karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk melepaskan ion hydrogen dan
ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam karbonat adalah
20:1. Sistem bikarbonat menyangga 90% ion hydrogen dalam darah dan
sangat penting karena jumlah karbon dioksida dan ion bikarbonat juga dapat

9
diatur oleh paru dan ginjal. Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer
disebut juga cadangan alkali.
3. Sistem Buffer Fosfat
Sistem ini serupa dengan sistem buffer bikarbonat. Garam natrium dari
dihidrogen fosfat dan monohidrogen fosfat masing-masing akan berperan
sebagai asam lemah dan basa lemah. Buffer fosfat terutama
mempertahankan pH fluida intraselular dan tubulus ginjal, sehingga tidak
akan mempertahankan pH darah, namun merupakan buffer yang penting
untuk urin.
4. Sistem Buffer Protein
Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam
amino mengandung gugus amino dasar (NH2) dan gugus asam (COOH).
Tiga bentuk asam amino yang ada tergantung dari pH. Buffer protein
merupakan sistem yang sangat kompleks dan akan mempertahankan pH
fluida intraselular dan plasma. Protein hemoglobin memiliki dua fungsi
khusus, yaitu mentranspor oksigen ke jaringan dan juga menyangga ion
hydrogen yang transit dari sel ke paru.
5. Sistem Buffer Hemeglobin
Karbon dioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah merah). Di
dalam sel, karbon dioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim
karbonat anhidrase. Asam karbonat akan berdisosiasi sebagian menghasilkan
ion hydrogen dan ion bikarbonat. Kemudian hemoglobin dan ion hydrogen
tersebut bergabung membentuk hemoglobin tereduksi.
Reaksi ini terjadi karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang
lebih lemah dibandingakan oksihemoglobin dan asma karbonat sehingga
akan berikatan lebih kuat dengan hydrogen. Sehingga ketika oksigen
dilepaskan, ion hydrogen yang terbentuk dari asupan karbon dioksida akan

10
terperangkap oleh hemoglobin, dan hal ini mencegah perubahan pH. Saat ion
bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini akan berdifusi keluar
ke dalam plasma, menjadi bagian cadngan alkali dan menyangga ion
hydrogen. Pada saat ion bikarbonat berdifusi ke luar eritrosit, ion klorida
akan berdifusi masuk ke dalam. Hal ini terjadi untuk mempertahankan
muatan sel tetap netral atau seimbang, dan disebut juga reaksi pergeseran
(shift) klorida. Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini, karbo
dioksida dan air akan dibuang melalui proses pernapasan.
6. Sistem Buffer Amonia
Amonia terbentuk dalam sel tubulus ginjal dari pemecahan asam
amino. Amonia akan berdifusi ke dalam tubulus ginjal, menyangga ion
hydrogen dalam filtrate ginjal dan membentuk ion ammonium. Ion
ammonium diekskresi di urin dan mencegah urin menjadi terlalu asam.
NH3 (amonia) + H+ (ion hidrogen)→ NH4+ (ion amonium).

D. Regulasi Sistem Buffer pada pH melalui Respirasi dan Regulasi pH oleh


Ginjal
Perubahan pernapasan (ventilasi) dapat mengubah pH dengan dramatis.
Jika ventilasi dipercepat dua kali lipat atau diperlambat setengahnya, maka pH
dapat berubah 0,2 satuan. Pada orang sehat produksi karbon dioksida adalah 10
mmol/menit, dan dikeluarkan melalui paru dengan kecepatan yang sama seperti
kecepatan pembentukkannya di jaringan. Kecepatan ventilasi diregulasi secara
tepat sesuai kadar Pco2 dan konsentrasi ion hydrogen (pH) dalam darah arteri (Pco2
menunjukkan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri). Kadar ini
dimonitgor oleh kemoreseptor perifer (badan karotis dan aorta) dan kemoreseptor
sentral di medulla yang sensitif terhadap perubahan pH cairan serebrospinal
(kemoreseptor member respons terhadap perubahan kimiawi disekitarnya).
Respons yang diberikan adalah perubahan kecepatan dan kedalaman ventilasi.
11
Nilai normal Pco2 adalah 4,7-6,0 kPa atau 35-45 mmHg. Asidosis respiratorik
terjadi jika terdapat akumulasi karbon dioksida dalam darah dan peningkatan Pco2
di atas normal, yaitu >6 kPa. Alkalosis respiratorik terjadi jika karbom dioksida
dibuang dari darah dan Pco2 turun di bawah normal, yaitu <4,7 kPa.
Terdapat 1,3 juta nefron pada setiap ginjal. Fungsi nefron adalah filtrasi,
sekresi, dan reabsorpsi. Ginjal meregulasi pH secara selektif dengan membuang
atau mengembalikan ion-ion dan produk lainnya ke darah. Ginjal memfiltrasi 1,2
L darah/menit. Buffer bekerja dalam hitungan detik dan sistem respirasi dalan
beberapa menit, tetapi sistem ginjall memerlukan waktu beberapa jam bahkan
berhari-hari. Bandingkann berapa kali anda ke toilet dalam sehari dengan berapa
banyak anda bernapas setiap harinya. Seperti hal,nya sistem respirasi, ginjal
membuang asam dan basa dari tubuh dan tidak ada batasan untuk kapasitas
sistem ini. Ginjal bertanggung jawab membuang asam-asam tetap seperti asam
laktat dan asam fosfat yang terbentuk selama metabolisme. Penurunan pH karena
akumulasi asam-asam ini disebut juga asidosis metabolic. Regulasi ion
bikarbonat hanya dilakukan oleh ginjal. Reabsorpsi ion bikarbonat
memungkinkan pembaruan sistem buffer. Akumulasi ion bikarbonat di darah
akan menyebabkan alkalosis metabolic. Selama asidosis metabolic, ginjal
mempertahankan pH dengan mensekresi ion hydrogen dan mereabsorpsi ion
bikarbonat. Pada alkalosis metabolic, terjadi reaksi sebaliknya.

BAB III

12
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kisaran pH darah yang normal adalah 7,35-7,45. Kisaran pH yang
memungkinkan kehidupan adalah hanya 7,0-7,8. Istilah alkalosis digunakan
jika pH darah arteri meningkat di atas 7,45. Pasien akan disebut menderita
alkalosis. Sebaliknya bila pH turun di bawah 7,35 disebut asidosis (istilah ini
digunakan karena darah lebih asam daripada seharusnya, walaupun pH
sesungguhnya masih netral). Pasien dapat disebut menderita asidosis.
Perubahan kecil pH darah dapat berakibat fatal, pasien dengan ph darah 7,25
atau 7,7 biasanya akan mengalami koma.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang
nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien,
keluarga,kelompok ataupun komunitas.Untuk menjamin mutu asuhan yang di
berikan diperlukan suatu ukuran untuk mengevaluasi,perawat punya langkah
sistematis yang disebut sebagai proses keperawatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Alligood, M.R., A.M. Tomey. (2018). Nursing Theorists and Their Work,
Seventh Edition.Missouri: Mosby Elsevier
2. Luwita, Dwisang Evi, S.Si.2019. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan
Paramedis.Tangerang Selatan.
3. James, Joyce ,Colin Baker dan Helen Swain.20018. Prinsip-prinsip Sains
untuk Keperawatan.Jakarta:Penerbit Erlangga.
4. Potter & Perry.2020. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai