Anda di halaman 1dari 95

IDENTIFIKASI PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PADA LANSIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA


KENDARI TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Di susun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan

OLEH :

HASJUNI HUSEN
P00320013078

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama : Hasjuni Husen

2. Nim : P00320013078

3. Tempat, Tanggal, Lahir : Kendari, 26 Juni 1995

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia

6. Agama : Islam

7. Alamat : Jln. Budi Utomo

B. Pendidikan

1. SD Negeri 1 Meraka, tamat tahun 2007

2. SMP Negeri 1 Lambuya, tamat tahun 2010

3. SMA Negeri 9 Kendari, tamat tahun 2013

4. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun

2013 sampai sekarang


MOTTO

Jika semua diiringi dengan doa dan usaha, sukses tidak akan hilang dari

pandangan, tidak akan jauh dari gengganmanmu, dan tidak akan

terhapus dari ingatanmu.

Setiap tahun itu sulit, tapi setiap tahun itu lewat. Maka janganlah

mengeluhkan sulitnya, tapi pikirkan cara untuk melewatinya dengan

sukses.

Karya Tulis Ilmiah Ini Kupersembahkan Untuk

Ayahku Tercinta, Ibuku Tercinta,

Saudara Dan Keluarga Tersayang,

Agama, Bangsa, Negara Dan Almamaterku.


_HASJUNI_

ABSTRAK

Hasjuni Husen (P00320013078). “Identifikasi Perubahan Psikososial Pada


Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016”.
Pembimbing Asminarsih Zainal Prio dan Fitri Wijayati (xiii + 60 + 8 tabel + 8
lampiran). Perubahan psikososial merupakan tekanan mental (stresor psikososial)
sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan
dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya. Hasil wawancara yang
dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari sebanyak 10 lansia
yang dilakukan secara acak pada masing-masing wisma, didapatkan 5 mengatakan
merasakan kesepian dan kesedihan berada dipanti, 3 mengatakan tidak ada
perbedaan tinggal dirumah dan dipanti dan 2 diantaranya mengatakan lebih
senang tinggal dirumah di bandingkan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari. Perubahan psikososial yang dimaksud disini adalah perubahan
psikososial yang terdiri dari, aktualisasi diri, perilaku menyendiri. Peran dan
aktivitas dan kepuasan hidup. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
psikososial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun
2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini semua lansia yang berada di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yang berjumlah 94 orang. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 47 responden yang di ambil dengan teknik purposive
sampling. Variable dalam penelitian ini adalah perubahan psikososial yaitu
kebutuhan aktualisasi diri, perilaku menyendiri, peran dan aktivitas dan kepuasan
hidup. Data dikumpul dengan memberikan lembar kuisioner pada responden.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner. Hasil
peelitian mengambarkan bahwa dari 47 responden selama penelitian berlangsung
di peroleh data hasil penelitian dapat disimpulkan sebagian besar lansia yang
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari tidak mengalami
perubahan psiksosial. Bagi pihak Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
untuk memberikan perhatian pada aspek psikososial lansia, baik pada lansia yang
psikososialnya yang baik ataupun yang kurang.
Kata kunci : Perubahan Psikososial, Lansia

Daftar Pustaka : 16 (2002-2016)


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya terutama kesabaran dan kelapangan yang

selalu di ditanamkan dalam hati, dalam kepribadian penulis, sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan KTI ini dengan judul “ Identifikasi Perubahan

Psikososial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun

2016”, tepat pada waktunya dan semoga segala aktifitas keseharian kita bernilai

ibadah di sisi-Nya.

Melalui kesempatan ini pula secara khusus dengan hati yang tulus

penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Husen Satila S.Sos,.MM dan

Ibunda Nurhayati A.Ma.Pd Isi atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang

tulus demi kesuksesan penulis.

Segala upaya untuk menjadikan KTI ini mendekati sempurna telah

penulis lakukan, namun keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan banyak

dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan maupun segi ilmiah. Oleh sebab

itu, dengan kerendahan serta ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ibu Asminarsih Zainal Prio,

M.kep.,Sp.Kom selaku Pembimbing I dan Ibu Fitri Wijayati, S.kep.,Ns.,M.kep

selaku Pembimbing II, atas segala waktu, kesediaan dan kesungguhan dalam
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga KTI ini terselesaikan.

Terima kasih pula kepada Ibu Dali SKM,.M.Kes selaku Penguji I, Ibu Reni

Devianti U,.M.kep,.Sp.Kep.MB selaku Penguji II dan Bapak Indriono Hadi,

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Penguji III.

Melalui kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kendari.

2. Bapak Muslimin L., A.Kep, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.

3. Bapak Ir. Sukanto Toding, M.Sp.,Ma selaku kepala Balitbang Kota Kendari

4. Bapak La Sitari BSW Selaku kepala Subseksi Pelayanan Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari

5. Seluruh Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

atas ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti

pendidikan dan seluruh staf Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan

Keperawatan atas pelayanan sehingga KTI ini terselesaikan.

6. Saudara-saudaraku : Hasnita Husen SKM, Hardiansyah Husen S.Pi, Hasni

Dewi Husen S.Pd yang terus menemani dan memberikan dukungan yang

sangat berarti selama ini.

7. Sahabat seperjuanganku yang paling baik Herdianti Hamzah, Desy Novitasari,

Wardha Yani, Andi irna, Elis Hasanah, dan Irayaniyang terus menemani dan

memberikan dukungan yang sangat berarti selama ini.


8. Untuk keluarga besar atas nama Akil Fiad S.Pi,Vicky Safriani, Fakita Masya

Juani, Fausyah Ulyani, Muh.Rizky Khalil dan Anshar Achosaya ucapkan

terima kasih telah memberikan saya banyak bantuan yang tidak bisa saya

sebutkan dan memberikan saya semangat.

9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Keperawatan Angkatan 2013, teman-teman

jurusan keperawatan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih atas kebersamaan, kerjasama dan kekompakannya selama menempuh

pendidikan bersama.

Penulis menyadari bahwa KTI ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, dengan rendah hari penulis mengharapkan bantuan, kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan KTI ini.

Kendari, Juni 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
ABSTRAK..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia 10


B. Tinjauan Tentang Perubahan Psikososial 20
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran 33
B. Bagan Kerangka Pikir 34
C. Variabel Penelitian 35
D. Definisi Opersional Dan Kriteria Obyektif 35
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 38
B. Waktu dan Tempat penelitian 38
C. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan sampel 38
D. Instrumen Penelitian 39
E. Jenis Dan Cara Pengambilan Data 40
F. Pengolahan Data 40
G. Analisa Data 41
H. Penyajian Data 41
I. Etika Penelitian 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Peneliitian .................................................................... 43


B. Pembahasan................................................... ........................ 50
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 58
B. Saran ..................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Lansia Menurut Jenis Kelamin di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016...................................................... 45

Tabel 5.2 Distribusi Responden Lansia Menurut Kelompok Umur di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016……………………….................. 45

Tabel 5.3 Distribusi Responden Lansia Menurut Tempat wisma di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016……………………….. 46

Tabel 5.4 .......Distribusi Responden Berdasarkan Aktualisasi Diri Pada Lansia di


Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016………….................. 47

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menyendiri Pada Lansia di


Panti sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016………… .................. 48

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Peran dan Aktivitas Pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016………… . 48

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Hidup Pada Lansia di


Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016………… . 49

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Psikososial Pada Lansia


di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016……… . 49
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan


Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Persetujuan Responden

Lampiran 4 Kuisioner

Lampiran 5 Surat Izin Telah Melaksanakan Penelitian Dari Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari
Lampiran 6 Tabulasi Data

Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Kartu Bebas Pustaka

Lampiran 9 Hasil Dokumentasi Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) dan Undang-Undang Nomor 13

Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 Ayat 2

menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho W,

2008). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan

waktu, sudah mulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Penuaan adalah

normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang

terjadi pada semua orang pada saat mereka sampai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu (Stanley M, 2007). Proses menua (aging) adalah proses alami

yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang

saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi

menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara

khusus pada lansia (Kartinah, Sudaryanto A, 2008).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Dengan

demikian maka penuaan adalah apabila seseorang manusia yang telah memasuki

umur 60 tahun keatas dan sudah tidak produktif lagi dan system tubuhnya sudah
mengalami penurunan fungsi serta mengalami perubahan aktivitas dan proses

setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya.

Di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142

juta jiwa.Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari

tahun 2013. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total

populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total

populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000

(11,34%) dari total populasi.

Menurut hasil Susenas tahun 2010 jumlah lansia sudah 18,1 juta jiwa atau

9,6% jumlah penduduk, Menurut BPS RI-Susenas 2011, sebaran penduduk lansia

menurut provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10% ada di provinsi D.I.

Yogyakarta 2 (14,02%), Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,92%) dan Bali

(10,79%) (Komnas Lansia, 2010). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah lansia

sudah mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk. Hal ini

menunjukkan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat

sehingga diperkitakan pada tahun 2025 akan menjadi 28,8 juta jiwa.

Pada daerah Sulawesi Tenggara terdapat jumlah lansia pada tahun 2013

yaitu 63.559 jiwa lansia laki-laki, dan pada lansia perempuan 73.568 jiwa lansia.

Dan pada tahun 2014 jumlah lansia bertambah 150.768 jiwa lansia.Diantaranya

yaitu lansia laki-laki mengalami kenaikan dengan jumlah 71.145 jiwa lansia, dan

jumlah lansia perempuan meningkat drastis yaitu dengan total lansia 79.623 lansia

(BPS SULTRA, 2015).


Bertambahnya populasi lansia, ironisnya di ikuti oleh peningkatan jumlah

lansia yang terlantar di indonesia. Data tahun 2012 di indonesia menunjukkan

jumlah lansia terlantar dan beresiko tinggi adalah 3.274.100 dan 5.102.800 orang.

Lanjut usia yang menjadi gelandangan dan pengemis adalah 9.259 orang dan yang

mengalami tindak kekerasan 10.511 orang (Suara Merdeka, 2012). Saat ini sudah

banyak berdiri panti sosial tresna werdha yang bertujuan untuk menampung lansia

yang terlantar.Lansia yang tinggal dipanti diberikan kebutuhan sandang, pangan,

dan papan.Namun, kehidupan dipanti berbeda dengan kehidupan ditengah

keluarga.Kehilangan dukungan sosial dan emosional akibat dilembagakan (tinggal

di panti) cenderung menimbulkan depresi pada lansia (Karthryn, 2009).

Salah satu perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah perubahan

psikososial. Perubahan psikososial merupakan tekanan mental (stresor

psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan

dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya (Fatimah,

2010). Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan

keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif, Seiring dengan proses

penuaan, ada beberapa permasalahan baik fisik maupunmental yang dialami

seseorang, gangguan mental yang biasa terjadi pada orang lanjut usia, yaitu

gangguan tidur, cemas, tekanan jiwa (depresi) dan pikun (demensia) . Kepribadian

individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik

konsep diri dari seorang lansia.Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang

lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang

status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi


kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka

sulit untuk dipahami dan berinteraksi (R. Siti Maryam, 2008).

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses

transisi kehidupan dan kehilangan, semakin panjang usia seseorang, maka akan

semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang haru dihadapi. Transisi hidup,

yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan

perubahan keadaan financial, perubahan peran dan hubungan, perubahan

kesehatan dan kemampuan fungsional, perubahan jaringan sosial, dan relokasi.

Kehilangan yang umum bagi lansia biasanya berkisar pada kehilangan suatu

hubungan akibat proses kematian (Potter Perry, 2009).

Pada usia lanjut perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial)

berjalan begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi,

industrialisasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh

terhadap pola hidup, moral, dan etika (Sunaryo,2004). Lansia yang sehat secara

psikososial dapat dilihat dari kemampuannya beradaptasi terhadap kehilangan

fisik, sosial dan emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan

hidup. Ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan

gambaran yang negatif tentang proses menua.

Menurut Nugroho,W tahun 2008 tentang perubahan psikososial pada

lanjut usia, mengemukakan bahwa nilai seseorang sering diukur melalui

produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila

mengalami pensiun (purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan, antara

lain: kehilangan finansial (pendapatan berkurang), kehilangan status (dulu


mempunyai jabatan atau posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan semua

fasilitas), kehilangan teman, kenalan atau relasi, kehilangan pekerjaan atau

kegiatan dan merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup

(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit), kemampuan ekonomi akibat

pemberhentian dari jabatan, biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit,

biaya pengobatan bertambah, adanya penyakit kronis dan ketidak mampuan,

timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, adanya gangguan saraf

panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian, gangguan gizi akibat kehilangan

jabatan, rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan konsep diri.

Masalah psikososial yang tidak diatasi dengan baik maka dapat

menimbulkan gangguankeseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia

ke arah kerusakan atau kemerosotan(deteriorisasi) yang progresif, misalnya

bingung,panik, depresif, apatis (Kuntjoro,2002).Perubahan dalam peran sosial di

masyarakat akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak

fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan

pada lansia.

Usia lanjut akan banyak mengalami perubahan pada fisik maupun mental

khususnya kemunduran yang pernah dimilikinya pada usia lanjut. Perubahan

penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal seperti

menurunnya ketajaman panca indra, berkurangnya daya tahan tubuh selain itu,

lansia harus berhadapan dengan perubahan peran, kedudukan sosial, serta


perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Kondisi-kondisi tersebut

menyebabkan usia lanjut (lansia) menjadi lebih rentan mengalami masalah mental

(Soejono, Setiati & Wiwie, 2000).

Perubahan psikososial terdiri dari perubahan psikologis dan perubahan

sosial yang meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku menyendiri, perubahan

peran dan aktivitas, serta kepuasan hidup pada lansia (friedman& Schustack,

2008; Wirakusuma, 2008; Stanley, 2006; Wirakusuma, 2008).

Usia lanjut akan banyak mengalami perubahan dimana kehidupan lanjut

usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

Kemudian Hurlock (2008), mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh

setiap orang terutama pada lansia akan mempengaruhi minatnya terhadap

perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya terutama interaksi

sosialnya di lingkungan masyarakat, bagaimana sikap yang ditujukan apakah

memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan

terhadap peran dan pengalaman pribadinya.

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami

proses penuaan secara terus menerus, yang di tandai dengan menurunnya daya

tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini sebabkan terjadinya perubahan dalam struktur

dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Penurunan kondisi fisik lanjut usia

tersebut berpengaruh pada kondisi psikisnya, dengan berubahnya penampilan

serta menurunya fungsi dan kemampuan panca indra maka banyak dari mereka

gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain, menyebabkan lanjut usia
merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi (Azizah,

2007).

Hasil penelitian sebelumnya tentang “Perubahan Fungsi Fisik dan

Dukungan Keluarga dengan Respon Psikososial pada Lansia di Kelurahan

Kembangarum Semarang” menurut Adi Nugroho,H (2007) bahwa respon

psikososial yang terjadi dalam penelitian menunjukkan bahwa 55,7% responden

menunjukkan respon yang adaptif, sedangkan 44,3% menunjukkan respon yang

tidak efektif. Teriadinya respon adaptif atau tidak efektif ini tidak dapat berdiri

sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dijelaskan oleh

Kuntjoro (2002), bahwa lansia secara psikososial dikatakan krisis bila ia

mengalami ketergantungan dengan orang lain dan mengisolasi diri dari kegiatan

sosial masyarakat, Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan pada

lansia tidak sama. Akibat dari perubahan tersebut lansia mengalami respon

kehilangan.Penelitian tentang perubahan psikososial sudah pernah dilakukan di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari dengan jumlah petugas sebanyak 19 orang diantaranya,

jumlah penghuni 3 tahun terakhir diantaranya adalah tahun 2014 sebanyak 100

orang, 2015 sebanyak 95 orang dan 2016 sebanyak 95 orang. Dengan angka

kematian pada tahun 2016 sebanyak 1 orang ( 1,11%) sehingga total lansia tahun

2016 sebanyak 94 orang dan survey awal yang dilakukan di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari yang dilakukan melalui wawancara sebanyak 10 lansia

yang dilakukan secara acak pada masing-masing wisma, didapatkan 5 mengatakan


merasakan kesepian dan kesedihan berada dipanti, 3 mengatakan tidak ada

perbedaan tinggal dirumah dan dipanti dan 2 diantaranya mengatakan lebih

senang tinggal dirumah di bandingkan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari. Hasil dari wawancara ini menandakan bahwa terdapat masalah

psikososial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengangkat judul “ Identifikasi Perubahan Psikososial pada

Lansia di Panti Sosial Thresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimanakah

Perubahan Psikososial pada Lansia di Panti Sosial Thresna Werdha

Minaula Kendari ? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perubahan psikososial pada lansia di Panti

Sosial Thresna Werdha Minaula Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kebutuhan aktualisasi diri pada lansia di Panti Sosial

Thresna Werdha Minaula Kendari

b. Mengidentifikasi perilaku menyendiri pada lansia di Panti Sosial

Thresna Werdha Minaula Kendari

c. Mengidentifikasi perubahan peran dan aktivitas pada lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari


d. Mengidentifikasi kepuasan hidup pada lansia di Panti Sosial Thresna

Werdha Minaula Kendari

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan informasi tentang perubahan psikososial pada lansia bagi Pengelola

Sosial Thresna Werdha Minaula Kendari

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi

petugas pelayanan di Panti Sosial Thresna Werdha Minaula Kendari

2. Manfaat praktis

a. Memberikan informasi bagi Instansi Dinas Sosial khususnya di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten

konawe Selatan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan

dengan perubahan psikososial pada lansia.

b. Bagi Panti Sosial Thresna Werdha Minaula Kendari memberikan

gambaran dan masukan tentang adanya perubahan psikososial pada

lansia

c. Bagi peneliti sebagai masukan dalam menambah pengalaman dan ilmu

bagi peneliti mengenai perubahan psikososial pada lansia

d. Bagi institusi sebagai bahan masukan bagi Institusi Poltekkes Kendari

mengenai perubahan psikososial pada lansia

e. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan masukan peneliti lain guna

mengembangkan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan

memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termaksuk

kesehatannya.

World Health Organization (WHO) dan Undag-Undang Nomor 13 Tahun

1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2

menyebutkan bahwa umur 60 Tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho,W

2008). Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam

kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka

perencanaan Hari Lanjut Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh prsiden RI, batas

usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih. (Fatimah, 2010).

Lanjut usia merupakan proses akhir kehidupan dan ditandai dengan

adanya gangguan adaptasi terhadap tekanan lingkungan sekitarnya dan bukan

suatu penyakit. Proses menua dimulai dari sejak lahir dan terjadi terus

menerus secara alamiah dan dialami oleh semua makhluk hidup (Wahyudi,

2000).

2. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada lansia

Berbagai masalah fisik atau biologis dan sosial akan muncul pada lanjut

usia sebagai proses menua atau penyakit degenertif yang muncul seiring
menuanya seseorang. Menua merupakan proses yang alamiah yang akan

dialami oleh setiap individu. Hal ini ditandai dengan penuruna kemampuan

tubuh dalam penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan terkait usia

melalui fisik, perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual (Nugroho,

2000).

Menurut Wahjudi Nugroho, perubahan-perubahan yang terjadi pada

lansia antara lain :

a. Perubahan-perubahan fisik

1. Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya

b) Lebih besar ukurannya

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intra

seluler

d) Menurun proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.

e) Jumlah sel otak menurun

f) Tergantungnnya mekanisme perbaikan sel

g) Otak menjadi atrofis beratnya 5-10%

2. System persyarafan

a) Berat otak menurun 10-20%

b) Cepatnya menurun hubugan persyarafan

c) Lambat dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres

d) Mengecilnya syaraf panca indra

e) Kurang sensitive terhadap sentuhan


3. System pendengaran

a) Prebiakusis

b) Membran timpani menjadi atrofi yang mnyebabkan otosklerosis

c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena

peningkatan keratin

d) Pendengaran bertambah menurun

4. System penglihatan

a) System pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

c) Lensa lebih suram, menjadi katarak yang menyebabkan gangguan

penglihatan

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat

e) Hilangnya daya akomodasi

f) Menurunnya lapang pandang

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala

5. System kardiovaskuler

a) Elastisitas, dinding aorta menurun

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

c) Kemampuan jantung memompa daran menurun

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

e) Tekanan darah tinggi


6. System pengaturan temperature tubuh

a) Temperature tubuh menurun (hipotermia)

b) Keterbatasan reflex mengigil dan tidak memproduksi panas yang

banyak sehingga rendahnya aktivitas otot.

7. System respirasi

a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

b) Menurunnya aktivitas dari silia

c) Paru-paru kehilangan elastisitas

d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

f) CO2 pada arteri tidak berganti

g) Kemampuan untuk batuk berkurang

h) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernafasan

menurun

8. System gastrointestinal

a) Kehilangan gigi

b) Indera pengecap menurun

c) Esophagus melebar

d) Sensitifitas lapar menurun

e) Peristaltic lemah dan biasanya konstipasi

f) Fungsi absorpsi melemah

g) Liver (hati) makin mengecil

h) Menciutnya ovary dan uterus


i) Atrofi payudara

j) Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus,

sekresi menjadi berkurang

9. System genitourinaria

a) Ginjal, kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis

urin menurun proteinuria (biasanya +1); BUN (Blood Urea

Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%; nilai sambung ginjal

terhadap glukosa meningkat

b) Vesika urinaria sulit dikosongkan pada pria usia lanjut sehingga

mengakibatkan retensi urin

c) Pembesaran prostat

d) Atrofi vulva

10. System endokrin

a) Produksi dari hamper semua hormone menurun

b) Fungsi paratiroid dan sekresinya berubah

c) Perkembangan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya di

dalam pembuluh darah

d) Menurunnya aktivitas tiroid

e) Menurunnya produksi aldosteron

f) Menurunnya sekresi hormone kelamin

11. System intergumen

a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak

b) Permukaan kulit kasar dan bersisik


c) Menurunnya respon terhadap trauma

d) Mekanisme proteksi kulit menurun

e) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu

f) Rambut dalam hidung dan telinga menebal

g) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vasikularisasi

h) Pertumbuhan kuku lebih lambat

i) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk

j) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya

k) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya

12. System musculoskeletal

a) Tulang kehilangan cairan dan menjadi rapuh

b) Kifosis

c) Pinggang, lutut, jari-jari, pergelangan terbatas

d) Diskus intervertebrali menipis dan menjadi pendek

e) Persendian membesar dan menjadi kaku

f) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis

g) Artrofi serabut otot

b. Perubahan-perubahan mental

Seiring dengan proses penuaan, ada beberapa permasalahan baik fisik

maupun mental yang dialami seseorang, gangguan mental yang biasa

terjadi pada orang lanjut usia, yaitu :


a. Gangguan tidur. Gangguan tidur adalah suatu keadaan yang sulit

untuk tidur, tidur gelisah (tidur tidak menyegarkan), sering bangun

mendadak pada waktu tidur, bangun sebelum waktunya.

b. Cemas. Secara fisik usia lanjut merasakan gejala ketegangan

seperti jantung berdebar, sulit tidur, selanjutnya timbul gejala yang

lebih jelas dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan.

c. Tekanan jiwa (depresi). Usia lanjut sering mengeluh lelah, nyeri,

pegal dan merasakan kehilangan minat akan hal yang menjadi

kebiasaannya, cepat marah, cepat tersinggung. Selain gejala

tersebut sering timbul gejala lain seperti perasaan rendah diri,

sedih, kehilangan kesenangan, gangguan tidur, rasa bersalah,

kehilangan kepercayaan diri, penurunan gairah seksual,

perlambatan gerak dan bicara, gangguan nafsu makan, perasaan

ingin mati/bunuh diri, konsentrasi buruk.

d. Pikun (demensia). Usia lanjut sering lupa tapi tidak menyadari

tentang kehilangan kemampuan daya ingatnya. Perubahan

kepribadian atau perilaku yang pada tahap lebih lanjut, usia lanjut

dapat mengalami kebingungan, keluyuran (pergi tanpa tujuan),

sering ngompol.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain:

a) Perubahan fisik khususnya organ perasa

b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan

e) Lingkungan

Kenangan (Memory)

1. Kenangan jangka panjang

Berjam-berjam sampai berhari-hari yang mencakup beberapa

perubahan

2. Kenangan jangka pendek atau seketika

0-10 menit, kenangan buruk

IQ (intellegentia quantion)

1. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

verbal

2. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan

psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena

tekanan-tekanan dari faktor waktu.

c. Perkembangan Spiritual

1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

2. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat

dalam berfkir dan bertindak dalam sehari-hari.

3. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun, universalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan

bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan

keadilan
3. Interaksi dengan Lingkungan

a. Teori interaksi sosial

Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok teori interaksi social antara

lain :

1) Masyarakat terdiri atas actor social yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing

2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi social yang memerlukan

bahaya dan waktu

3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor

mengeluarkan biaya.

b. Teori aktivitas atau kegiatan

1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara

langsung.

2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan

aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama

mungkin.

3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup

lanjut usia

4) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu

agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia


c. Teori kepribadian berlanjut

Bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat

dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Dengan demikian,

pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya

kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya

hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun

ia telah lanjut usia.

d. Teori pembebasan atau penarikan diri

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu dengan inidividu lainnya.

e. Teori perkembangan

Bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan

bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang

dapat bernilai positif ataupun negative, pokok-pokok dalam teori

perkembangan antara lain:

1) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa

kehidupannya

2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan

sosial yang baru, yaitu pensiun dan menduda atau menjanda

3) Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang

berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan

sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan

hidup dan teman-temannya.


4. Tinjauan Tentang Perubahan Psikososial Pada Lansia

a) Definisi perubahan psikososial pada lansia

Perubahan psikososial merupakan tekanan mental (stresor

psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan

perubahan dalam kehidupan dan berusaha peradaptasi untuk

menanggulanginya (Fatimah, 2010).Perubahan psikososial pada lansia

dimana nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan

identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami

pensiun (purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan (Nugroho

W,2008) antara lain:

1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan semua fasilitas)

3) Kehilangan teman, kenalan atau relasi

4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan dan

a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup

(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)

b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya

hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan

bertambah.

c) Adanya penyakit kronis dan ketidak mampuan

d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.


e) Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan

ketulian.

f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan keluarga

h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan tehadap

gambaran diri, perubahan konsep diri)

b) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan

keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.Kepribadian

individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi

karakteristik konsep diri dari seorang lansia.Konsep diri yang positif dapat

menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap

nilai-nilai yang ada ditunjang status sosialnya. Adanya penurunan dari

intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan kognitif, memori, dan

belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan

berinteraksi. (R. Siti Maryam, 2008).

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,

frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,

perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam S, 2008).

Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahn yang

dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut:


1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada

orang lain

2) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk

melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya

3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status

ekonomi dan kondisi fisik

4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah

meninggal atau pergi jauh dan ataupun cacat

c) Perubahan Sosial

Teori aktivitas sosial tentang penuaan di perkirakan dapat

memberikan kontribusi paling besar terhadap masa tua yang sukses.Teori

mengemukakan bahwa “lansia yang mengalami penuaan yang optimal

akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sosial

mereka.Mereka mempertahankan aktivitas pada usia dewasa pertengahan

selama mungkin dan kemudian menemukan pengganti aktivitas yang

sudah tidak dapat dilakukan lagi” (Stanley M, 2007).

Beberapa perubahan sosial pada lansia meliputi :

1) Kehilangan dukungan sosial, ketika individu dewasa mencapai

usia lanjut, jaringan pendukung sosial mereka mulai terpecah

ketika teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan

kenyamanan yang diberikan oleh teman-temannya, yang

membantu individu menahan atau mengatasi kehilangan, tidak


ada lagi. Kehilangan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya

penyakit fisik dan mental pada usia tua.

2) Pensiun, Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan

mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain: kehilangan

finansial, kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi

yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya),

kehilangan teman atau kenalan ataupun relasi, kehilangan

pekerjaan atau kegiatan.

3) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya

biaya hidup pada penghasilan yang sulit, serta bertambahnya

biaya pengobatan

4) Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan

akan meninggal

d) Perubahan Psikososial Pada Lansia

Perubahan psikososial terdiri dari perubahan psikologis dan

perubahan sosial meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku menyendiri,

perubahan peran dan aktivitas, serta kepuasan hidup pada lansia

(friedman& Schustack, 2008; Wirakusuma, 2008; Stanley, 2006;

Wirakusuma, 2008)

1) Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah

kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun


daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat

untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

Lansia mempunyai kebutuhan dasar seperti kebutuhan rasa aman,

rasa cinta memiliki dan dimiliki, kebutuhan aktualisasi diri dan

perlindungan.Sebagai lansia mereka mengharapkan di saat-saat

menjelang akhir hayat, menginginkan hidup bahagia. Meraih

kebahagiaan merupakan tujuan hidup semua orang, segala apa yang

dilakukan manusia pada akhirnya hanyalah untuk membuat hidup

bahagia di masa tuanya. (Bastaman HD, 1996),

Teori Maslow, dengan hierarki kebutuhannya (hierarchy of needs).

Maslow menjelaskan bahwa hierarki kebutuhan dengan mewajibkan

kepuasan bagi kebutuhan level terendah sebelum mencapai kebutuhan

selanjutnya yang lebih tinggi. Berdasarkan teori tersebut, seseorang

akan menjadi semakin bijak apabila menjadi lebih beraktualisasi diri

dan transenden.

Aktualisasi diri merupakan findingself-fulfillment and realizing

one’s potential atau menemukan pemenuhan diri dan memahami

potensi seseorang. Sedangkan transenden merupakan helping others

find self-fulfillment and realizetheir potential membantu orang lain

menemukan pemenuhan dirinya dan memahami potensi yang mereka

miliki. Seseorang tidak akan dapat mencapai level tertinggi atau

“being” ketika sibuk untuk memenuhi kebutuhan dasar. Hal itu

dikarenakan individu masih sibuk dengan makanan, keamanan dan


cinta, sehingga susah untuk pencarian kebenaran serta keindahan

(Friedman & Schustack, 2008).

Lansia juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar

kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Menurut pendapat Maslow

dalam teori Hierarki Kebutuhan, kebutuhan manusia meliputi :

1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik

atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan

sebagainya.

2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan

rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah

seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan

kemandirian dan sebagainya

3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk

bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain

melalui paguyuban,organisasi profesi, kesenian, olah raga,

kesamaan hobi dan sebagainya.

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan

harga diri untuk diakui akan keberadaannya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah

kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani

maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing,

bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.


2) Perilaku Menyendiri

Menurut Sears, etal.(2006:212) bahwa kesepian menunjuk pada

kegelisahan subjektif yang kita kehidupan seseorang diwarnai dengan

dengan transisi sosial yang mengganggu hubungan pribadi dan

menyebabkan timbulnya kesepian.Kesepian dapat terjadi pada siapa

pun baik remaja maupun orang dewasa.

Kesepian adalah masalah meresap di kalangan orang tua dengan

kuat pada hubungan yang ada pada dukungan sosial, baik secara

mental dan kesehatan fisik disertai dengan kognisi.

Kehidupan seseorang diwarnai dengan dengan transisi sosial yang

mengganggu hubungan pribadi dan menyebabkan timbulnya

kesepian.Kesepian dapat terjadi pada siapa pun baik remaja maupun

orang dewasa.

Teori ini menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari

peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses ini dapat

diprediksi, sistematis dan tidak dapat dihindari serta penting untuk

fungsi yang tepat untuk masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia

dikatakan bahagia, apabila kontak sosial berkurang dan tanggung

jawab telah diambil oleh generasi muda.Manfaat pengurangan kontak

sosial adalah agar lansia dapat menyediakan waktu untuk

merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapai harapan

yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah


dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi

muda.(Wirakusuma, 2008).

Menurut Sears et al. (2009: 216) orang yang kesepian cenderung

lebih tertutup dan pemalu, lebih sadar diri dan kurang asertif.Orang

yang kesepian sering memiliki keterampilan sosial yang

buruk.Kesepian juga berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ada

dua faktor yang mendorong kesepian (Cheryl & Parello 2008: 67)

yaitu:

1. Faktor situasional

Faktor ini mengenai situasi kehidupan yang dialami ketika

perasaan seseorang akan menjadi kesepian. Situasi kehidupan,

seperti perceraian, perpisahan, sosial situasi individu dirawat di

rumah sakit atau sakit kronis anak-anak atau anggota keluarga,

dan mereka yang baru saja pindah ke lingkungan baru atau

sistem sekolah.

2. Faktor characterological

Characterological faktor yang mendorong kesepian adalah

ciri-ciri kepribadian seperti introversi, rasa malu, dan rendah

diri.Individu dengan ciri-ciri kepribadian dapat dilihat di

lingkungannya.
3) Peran dan Aktivitas Pada lansia

Menurut Wirakusuma (2008), aktivitas adalah jalan menuju

penuaan yang sukses dengan cara tetap aktif. Teori ini menyebutkan

bahwa pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian

diri yang sehat dan untuk memvalidasi hubungan positif antara interaksi,

kesejahteraan fisik dan kesehatan mental.

Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting dalam

kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan

mempengaruhi hubungan sosial, baik sesama lansia maupun dengan

pengasuh. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lansia senantiasa

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, saling beradaptasi, saling

mempelajari, menilai dan saling melengkapi (Santrock,2007).

Kehidupan lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan

interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial berpengaruh terhadap

kehidupan kejiwaan lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan

dengan sesama tercipta dan berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang

sehat dapat terpenuhi melalui hubungan yang memuaskan dengan sesama

(Sarwono,2002). Namun pada kenyataan ada lanjut usia yang kurang

dapat menikmati atau kurang puas dengan hubungan sosial dengan orang

lain. Hubungan sosial yang tidak memuaskan dapat menimbulkan

kesenjangan antara yang diinginkan dengan yang dicapai oleh lanjut usia.

Dengan demikian lanjut usia akan mengalami perasaan yang kurang


menyenangkan, kurang puas dengan hubungan interpersonal yang

dilakukan bahkan dapat menimbulkan depresi pada lansia. Terkait dengan

perubahan pada lansia, kemudian Hurlock (2008), mengatakan bahwa

perubahan yang dialami oleh setiap orang terutama lansia akan

mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya

mempengaruhi pola hidupnya terutama interaksi sosialnya di lingkungan

masyarakatnya. bagaimana sikap yang di tunjukan apakah memuaskan

atau tidak memuaskan, hal ini tegantung dari pengaruh perubahan

terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati

oleh para lansia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah

perubahan peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan peran

sosialnya di lingkungan masyarakat.

Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting dalam

kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan

mempengaruhi hubungan sosial, baik sesama lansia maupun dengan

pengasuh. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lansia senantiasa

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, saling beradaptasi, saling

mempelajari, menilai dan saling melengkapi (Santrock,2007).

4) Kepuasan Hidup Pada Lansia

Kepuasan hidup adalah salah satu aspek penting dalam

perkembangan masa hidup manusia terutama jika individu tersebut

masuk dalam masa lansia, karena pada masa lansia adalah masa dimana
seorang manusia lebih banyak diam dan tidak dapat berbuat apa-apa

seperti masa hidup sebelum-sebelumnya.

Mencapai kepuasan hidup merupakan harapan dari setiap

manusia.Kepuasan hidup erat kaitannya dengan kebahagiaan atau

kepuasan merupakan salah satu dari dimensi dari subjectivewell-

being.Kepuasan hidup digambarkan sebagai bentuk penilaian individu

secara menyeluruh dalam menilai puas atau tidaknya kehidupan yang

dialaminya (dalam Hurlock, 2009).

Teori menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya

dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seorang

akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.

Menurut Stanley (2006), ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak

akan berubah walaupun usianya telah lanjut. Seseorang yang menikmati

bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif

akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut,

sedangkan seseorang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah

aktivitas yang terbatas, mungkin akan menemukan kepuasan dalam

melanjutkan gaya hidupnya, selain itu, individu yang telah melakukan

manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama

masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan

yang berbeda didalam masa akhir kehidupannya.

Menurut Darmawan (2003) kepuasan hidup pada lansia adalah

suatu kondisi yang mencakup beberapa aspek yaitu:


a. Penerimaan diri

Yaitu sikap yang positif terhadap diri, mengakui dan menerima

semua aspek dari dirinya termasuk sifat baik maupun yang buruk

danmemiliki pandangan yang positif terhadap masa lalunya,

mempunyai kemauan untuk selalu berkembang, terbuka terhadap

pengalaman baru, memilki dorongan untuk merealisasikan

potensinya dansenantiasa melihat perubahan dalam diri dan

tingkah lakunya.

b. Hubungan positif dengan orang lain

Yaitu memiliki kehangatan, kesenangan, kepercayaan pada

orang lain, memperhatikan kesejahteraan oang lain, mampu

melakukan empati dan memahami bagaimana cara berhubungan

dengan orang lain.

c. Tujuan Hidup

Yaitu memiliki tujuan dalam hidup dan semangat untuk

mencapainya, perasaan bahwa masa sekarang dan masa lalu

memiliki arti, memiliki keyakinan yang memberi tujuan hidup

serta sasaran untuk hidup.

d. Penguasaan Lingkungan

Yaitu memiliki penguasaan dan mampu mengatur lingkungan,

mengontrol dan menyusun kegiatan eksternal, membuat efektif tiap


kesempatan yang ada, mampu memilih dan mengubah kondisi agar

sesuai dengan kebutuhan.

e. Perkembangan pribadi

Yaitu memiliki semangat, terbuka dan pengalaman baru,

memiliki keinginan merealisasikan potensi, senantiasa melihat

perubahan dalam diri dan tingkah laku.

f. Kemandirian

Yaitu kemampuan membuat keputusan sendiri dan mandiri,

mampu untuk bertahan terhadap tekanan sosial dengan berfikir dan

bertindak melalui cara tertentu, serta mampu untuk mengatur

tingkah laku dan mengevaluasi diri dengan standar pribadi.

Memiliki penguasaan dan kemampuan mengatur lingkungan,

mengontrol dan menyusun sejumlah aktifitas eksternal, mampu

untuk membuat efektif setiap kesempatan.

g. Peran dalam Masyarakat

Yaitu adanya pengakuan dari masyarakat terhadap orang lanjut

usia dalam aktifitas dan kehidupan sehari – hari.


BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pemikiran Penilitian

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses

penuaan secara terus menerus, yang di tandai dengan menurunnya daya tahan fisik

yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian. Hal ini sebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,

jaringan, serta sistem organ. Penurunan kondisi fisik lanjut usia tersebut

berpengaruh pada kondisi psikisnya, dengan berubahnya penampilan serta

menurunya fungsi dan kemampuan panca indra maka banyak dari mereka gagal

dalam menangkap isi pembicaraan orang lain, menyebabkan lanjut usia merasa

rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi (Azizah, 2007).

Salah satu perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah perubahan

psikososial. Perubahan psikososial terdiri dari perubahan psikologis dan

perubahan sosial meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku menyendiri,

perubahan peran dan aktivitas, serta kepuasan hidup pada lansia (friedman&

Schustack, 2008; Wirakusuma, 2008; Stanley, 2006; Wirakusuma, 2008).


B. Kerangka Konsep Penelitian

Perubahan psikososial

Kebutuhan
Aktualisasi diri

Perilaku menyendiri

Lansia
Perubahan peran dan
aktivitas

Kepuasan hidup

Keterangan :

: Variabel yang diteliti


C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat dan

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2005:70).Dalam penelitian ini variabel

yang diteliti adalah perubahan psikososial dan lansia.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Perubahan psikososial yaitu perbedaan respon lansia terhadap kehidupan

adaptasi psikologis dan sosial di kehidupannya yang terdiri dari perubahan

psikologis dan perubahan sosial yang meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku

menyendiri, peran dan aktivitas serta kepuasan hidup pada lansia sebagai berikut :

Criteria objektif umum :

Ya = jika skor yang diperoleh <50%

Tidak = jika skor yang diperoleh ≥50%

1) Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik,

rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing,

bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan untuk membutuhkan

pengakuan dari orang terdekat maupun orang lain.

Pada penelitian ini peneliti berfokus pada penilaian lansia terhadap

aktualisasi diri dari kondisi yang dialaminya saat ini yang dirancang dalam 10

pertanyaan dengan criteria pengukuran skala Gutman dengan skor jika


menjawab ya di beri nilai satu dan jika menjawab tidak diberi nilai nol, yang

diukur dengan menggunakan lembar kusioner dengan criteria objektif :

Baik = jika jumlah skor yang diperoleh≥50%

Kurang = jika jumlah skor yang diperoleh<50%

2) Perilaku menyendiri

Perilaku menyendiri yaitu seseorang yang menarik diri dari masyarakat

dan keluarga sehingga peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya sehingga

dukungan sosial, baik secara mental dan kesehatan fisik disertai dengan

kognisi dapat menganggu psikososial lansia.

Pada penelitian ini peneliti berfokus pada perilaku lansia yang perilakunya

cenderung tertutup, pemalu, lebih sadar diri, kurang asertif, keterampilan

sosial yang buruk, dan kesepian yang dirancang dalam 5 pertanyaan dengan

kriteria pengukuran skala Gutman dengan skor jika menjawab ya di beri nilai

satu dan jika menjawab tidak diberi nilai nol, yang diukur dengan

menggunakan lembar kusioner dengan criteria objektif :

Baik = jika jumlah skor yang diperoleh<50%

Kurang = jika jumlah skor yang diperoleh ≥50%

3) Peran dan aktivitas

Peran dan aktivitas yaitu proses interaksi dengan lingkungan sekitarnya,

saling beradaptasi, saling mempelajari, menilai dan saling melengkapi dengan

lingkungan disekitarnya

Pada penelitian ini peneliti berfokus pada penilaian lansia terhadap

penilaian terhadap peran dan aktivitas lansia yang dirancang dalam 10


pertanyaan dengan criteria pengukuran skala Gutman dengan skor jika

menjawab ya di beri nilai satu dan jika menjawab tidak diberi nilai nol, yang

diukur dengan menggunakan lembar kusioner dengan criteria objektif :

Baik = jika jumlah skor yang diperoleh≥50%

kurang = jika jumlah skor yang diperoleh <50%

4) Kepuasan hidup

Kepuasan hidup yaitu kepuasan akan kehidupan yang dijalaninya, merasa

puas akan perubahan yang dialaminya.

Pada penelitian ini peneliti berfokus pada penilaian lansia terhadap

kepuasan hidup lansia yang dirancang dalam 10 pertanyaan dengan criteria

pengukuran skala Gutman dengan skor jika menjawab ya di beri nilai satu dan

jika menjawab tidak diberi nilai nol, yang diukur dengan menggunakan

lembar kusioner dengan criteria objektif :

Puas = jika jumlah skor yang diperoleh≥50%

Tidak Puas = jika jumlah skor yang diperoleh <50%


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui perubahan psikososial yang terdiri dari kebutuhan aktualisasi

diri, perilaku menyendiri, perubahan peran dan aktivitas dan kepuasan hidup pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016.Menurut

Notoamodjo (2005) metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu

keadaan secara objektif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari Tahun 2016.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 Maret sampai 5

Juni 2016.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti atau objek yang diteliti (Arikunto, 2006).Adapun yang dijadikan


populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari Tahun 2016 yang berjumlah 94 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari yang tersebar di 12 wisma.Besar sampel

dalam penelitian ini adalah 50% dari total populasi, yaitu 47 Sampel.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, yaitu jumlah

populasi = 47 sampel. Adapun kriteria inklusi dalam memilih sampel pada

penelitian ini adalah :

1. Lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari yang berumur 60 tahun keatas

2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

3. Tidak mengalami penurunan kesadaran

4. Tidak mengalami masalah verbal

5. Gangguan kognitif seperti demensia

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data, dan alat ukur

tersebut perlu dilihat dan diteliti agar memperkuat hasil penelitian (Notoatmodjo,

2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner

atau angket yang digunakan untuk mengetahui perubahan psikosoial pada lansia.
E. Jenis dan Cara Pengambilan Data

1. Data Primer adalah data yang lansung diambil pada responden. Data yang

diambil melalui wawancara langsung dengan responden mengenai

perubahan psikososial yang terjadi pada lansia

2. Data Sekunder adalah data yang sudah ada dan diambil dari instansi terkait

yaitu data tentang jumlah lansia yang menghuni Panti Tresna Werdha

Minaula Kendari dan lain-lain

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan komputerisasi.

Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing (pengeditan) yaitu dilakukan untuk mengisi setiap daftar

pertanyaan yang sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian,

kesalahan pengisisan, dan konsistensi pada setiap jawaban.

2. Codding (pengkodean) yaitu memberikan kode pada setiap jawaban yang

ada dengan maksud untuk memudahkan analisa

3. Scoring (pemberian skor) yaitu perhitungan secara manual dengan

menggunakan computer untuk mengetahui presentase setiap variabel yang

diteliti.

4. Tabulating (tabulasi) yaitu kelanjutan dari proses pengolahan dalam hal ini

data tersebut di codding dan kemudian ditabulasi agar dapat mempermudah

penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.


G. Analisa Data

Data yang diperoleh melalui hasil pengolahan data, selanjutnya dianalisi.

Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan mempresentasekan

hasil observasi dari setiap variable penelitian dengan rumus :

X=

Keterangan :

f = variable yang diteliti atau frekuensi skor jawaban benar

n = jumlah sampel penelitian

K = konstanta (100%)

x = presentase hasil yang dicapai (Arikunto S, 2006:34)

H. Penyajian Data

Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi disertai dengan penjelasan secara deskriptif.


I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari

politeknik kesehatan kemenkes kendari jurusan keperawatan, dan persetujuan

judul penelitian dari pembimbing 1 dan 2 untuk melakukan pengambilan data

awal penelitian dimana untuk mencapai hal tersebut, peneliti mengajukan surat

permohonan untuk menjadi responden dan untuk memperoleh data awal

penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menekankan masalah etika yang

meliputi (Nursalam, 2011) :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek sebelum riset dilakukan.Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan riset. Bila subjek bersedia diteliti maka

lembar persetujuan ditanda tangani dan bila menolak peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti tidak akan mencantumkan nama

subjek pada lembar kusioner atau lembar observasi yang diisi oleh subjek

tetapi hanya member kode.

3. Kerahasiaan (Condfidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Panti Tresna Werdha Minaula Kendari didirikan pada tahun 1979/1980,

yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan sosial di Sulawesi Tenggara

khususnya permasalahan lanjut usia terlantar dengan sistim pembinaan

dalam panti, yang kemudian di resmikan oleh Mentri Sosial Republik

Indonesia bapak Soepardjo pada tanggal 7 Desember 1981 dengan jumlah

lanjut usia yang di santuni sebanyak 20 orang.

Panti Tresna Werdha Minaula Kendari berlokasi ± 24 Km dari kota

Kendari, tepatnya di Desa Rahaona Kecamatan Ranomeeto Kabupaten

Konawe Selatan memiliki lahan seluas 28.000 m ². Adapun batas wilayah

Panti Tresna Werdha Minaula Kendari adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Poros Bandara

2) Sebelah Timur berbatasan dengan pemukiman penduduk

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk

4) Sebelah Barat berbatasan dengan sebidang tanah kosong

b. Sarana dan Prasarana

Panti Tresna Werdha Minaula Kendari di bangun di atas sebidang tanah

seluas ± 3 Ha, area tersebut di gunakan untuk sarana bangunan, sarana


jalan dan kompleks, taman, dan selebihnya di manfaatkan untuk pertanian,

empang ikan tawar, dan sebagainya.

Adapun sarana bangunan fisik yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari adalah sebanyak 25 unit yang terdiri dari :

1) Wisma tempat tinggal klien : 12 unit

2) Ruangan perawatan khusus : 1 unit

3) Ruangan keterampilan : 1 unit

4) Ruangan kantor : 1 unit

5) Aula : 1 unit

6) Poliklinik : 1 unit

7) Mushola : 1 unit

8) Rumah jabatan pimpinan : 1 unit

9) Rumah petugas : 5 unit

10) Dapur umum/gudang : 1 unit

Selain sarana bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari juga

di lengkapi dengan sarana transportasi antara lain :

1) Kendaraan roda empat : 3 unit ( kendaraan Dinas Kepala panti, Bus,

dan Ambulance)

2) Kendaraan roda 2 : 3 unit

c. Jenis Kegiatan Lansia

Jenis kegiatan yang di lakukan oleh lansia selama berada di panti antara

lain : kegiatan membimbing kerohanian pada hari Senin, bimbingan

keterampilan (menganyam tikar, membuat tudung/topi, membuat atap),


pelayanan kesehatan setiap hari Rabu, dan kegiatan senam lansia yang di

laksanakan pada hari Jum’at.

d. Karakteristik Responden

1) Menurut Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Lansia Menurut Jenis


Kelamin Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari Tahun 2016
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki-laki 25 53,20
2 Perempuan 22 46,8
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 5.1 distribusi responden lansia menurut jenis

kelamin di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukkan

bahwa dari 47 responden, laki-laki sebanyak 25 responden (53,19%)

dan perempuan sebanyak 22 responden (46,8%).

2) Kelompok Umur

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Lansia Menurut


Kelompok Umur di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari Tahun 2016
No Kelompok Umur Frekuensi Presentase (%)
(WHO)
1 60-74 30 63,83
2 75-90 16 34.04
3 >90 1 2,13
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 5.2 distribusi responden lansia menurut kelompok

umur di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukkan

bahwa dari 47 responden, yang berumur 60-74 tahun sebanyak 30


responden (63,83%), yang berumur 75-90 tahun 16 responden

(34,04%), dan yang berumur >90 tahun 1 responden (2,13%).

3) Tempat Wisma

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Lansia Menurut Tempat


Wisma diPanti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
Tahun 2016
No Nama Wisma Jumlah Sampel
1 Wisma Sentausa 7 4
2 Wisma Aman 6 4
3 Wisma Abadi 7 4
4 Wisma Makmur 10 5
5 Wisma Flamboyan 6 3
6 Wisma Ramai 10 5
7 Wisma Sejahtera 5 3
8 Wisma Segar 8 4
9 Wisma Adil 8 5
10 Wisma Bahagia 9 5
11 Wisma Damai 5 3
12 Bougenvile 3 2
13 Perawatan Khusus 10 0
Jumlah 94 47
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 5.3 distribusi responden lansia menurut tempat

wisma di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari bahwa respoden

dari 47 responden yang tinggal di wisma sentausa berjumlah 7 orang

diambil sebanyak 4 sampel, di wisma aman berjumlah 6 orang diambil

sebanyak 4 sampel, di wisma abadi berjumlah 7 orang diambil

sebanyak 4 sampel, di wisma makmur berjumlah 10 orang diambil

sebanyak 5 sampel. Di wisma flamboyan berjumlah 6 orang diambil

sebanyak 3 sampel, di wisma ramai berjumlah 10 orang diambil

sebanyak 5 sampel, di wisma sejahtera berjumlah 5 orang diambil

sebanyak 3 sampel, di wisma segar berjumlah 8 orang diambil sebanyak


4 sampel, di wisma adil berjumlah 8 orang diambil sebanyak 5 sampel,

di wisma bahagia berjumlah 9 orang diambil sebanyak 5 sampel, di

wisma damai berjumlah 5 orang diambil sebanyak 3 sampel, di wisma

bougenvile berjumlah 3 orang diambil sebanyak 2 sampel, dan di

perawatan khusus berjumlah 9 orang tidak ada sampel yang diambil.

e. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu perubahan

psikososial pada lansia yang meliputiaktualisasi diri, perilaku menyendiri,

peran dan aktivitas, dan kepuasan hidup.

Untuk selengkapnya dapat di lihat pada paparan hasil berikut ini :

a) Aktualisasi Diri Pada Lansia

Table 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Aktualisasi Diri Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari Tahun 2016
No Aktualisasi Diri Frekuensi Presentase (%)
1 Baik 44 93,62
2 Kurang 3 6,38
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan

aktualisasi diri pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari menunjukan bahwa dari 47 responden, sebanyak 44

responden (93,62%) aktualisasi dirinya baik, dan 3 responden

(6,38%) aktualisasi dirinya kurang.


b) Perilaku Menyendiri Pada Lansia

Table 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku


Menyendiri Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari Tahun 2016
No Perilaku Menyendiri Frekuensi Presentase (%)
1 Baik 33 70,21
2 Kurang 14 29,79
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan table 5.5 Distribusi responden berdasarkan

perilaku menyendiri pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak

33 responden (70,21%) tidak berperilaku menyendiri dan 14

responden (29,79%) berperilaku menyendiri.

c) Peran dan Aktivitas Pada Lansia

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Peran dan


AktivitasPada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari Tahun 2016
No Peran dan Aktivitas Frekuensi Presentase (%)
1 Ya 39 83
2 Tidak 8 17
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 5.6 distribusi responden berdasarkan peran dan

aktivitas pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 39 responden

(83%) berperan dan beraktivitas, dan 8 responden (17%) tidak

berperan dan beraktivitas.


d) Kepuasan Hidup

Table 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Hidup


pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari Tahun 2016
No Kepuasan Hidup Frekuensi Presentase (%)
1 Puas 47 100
2 Tidak Puas 0 0
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan kepuasan

hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 47 responden

(100%) puas akan kehidupannya.

e) Perubahan Psikososial Pada Lansia

Table 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan


Psikososial pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari Tahun 2016
No Perubahan Psikososial Frekuensi Presentase (%)
1 Ya 2 4
2 Tidak 45 96
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 5.8 distribusi responden berdasarkan perubahan

psikososial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 45

responden (96%) tidak mengalami perubahan psikososial dan 2

responden (4%) mengalami perubahan Psikososial.


B. Pembahasan

1. Aktualisasi Diri

Berdasarkan hasil penelitian yang dlakukan pada tanggal 4 sampai 5

juni, Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan aktualisasi diri pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa

dari 47 responden, sebanyak 44 responden (93,62%) baik dalam

aktualisasi dirinya. Hal ini aktualisasi diri pada lansia ditunjukkan dengan

kemampuan untuk melakukan ADL, tidak ketergantungan pada orang lain,

semangat dalam menjalan kegiatan sehari-hari, merasa tentram dan

mampu berkomunikasi dengan perawat ataupun sesama penghuni wisma

di panti.

Dengan demikian maka aktualisasi yang baik dipengaruhi oleh

kemandirian, tidak memiliki ketergantungan pada orang lain, hal ini sesuai

dengan teori Kuntjoro (2002), bahwa lansia secara psikososial dikatakan

krisis bila ia mengalami ketergantungan dengan orang lain dan

mengisolasi diri dari kegiatan sosial masyarakat.

Kemampuan Beradaptasi terhadap perubahan-perubahan pada lansia

tidak sama. Akibat dari perubahan tersebut lansia mengalami respon

kehilangan.Kehilangan merupakan suatu keadaan dimana individu

berpisah dengan sesuatu yang pernah menjadi bagian dari dirinya,

misalnya pekerjaan yang pernah ia tekuni kini sudah pensiun, teman hidup

sudah meninggal, kekuatan fisik sudah berkurang, kecantikan mulai

memudar dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan penelitian (Heryanto Adi
Nugroho, 2007) yang mengatakan bahwa lansia yang aktualisasi dirinya

baik menunjukkan respon psikososial adaptif (55,7%).

Hasil penelitian menunjukkan 3 responden (6,38%) memiliki

aktualisasi diri yang kurang, hal ini di sebabkan lansia yang tidak memiliki

keterampilan, tidak semangat menjalani kegiatan sehari-hari, tidak

mengikuti kegiatan agama, tidak memiliki komunikasi yang baik, dan

merasa tidak tentram dengan demikian aktualisasi diri yang kurang dapat

dipengaruhi oleh kurang keterampilan dan kurangnya komunikasi antar

sesama dan kurangnya keaktivan kegiatan keagamaan.

Hal ini sesuai dengan teori Kuntjoro (2002), setelah seseorang

memasuki masa lansia, maka dukungan sosial dari orang lain menjadi

sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya, namun

demikian dengan adanya dukungan sosial tersebut tidak berarti setelah

memasuki masa tua, seorang lansia hanya tinggal duduk, diam, tenang,

berdiam diri saja.

Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya justru tetap

harus melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi

kehidupannya.Dukungan keluarga dapat meminimalkan kondisi perubahan

fisik lansia dan dapat membantu respon lansia ke arah yang lebih adaptif.

Hal ini sesuai dengan penelitian dikemukan oleh Vereena Menec

(2003) yang menjelaskan bahwa keberhasilan usia lanjut dapat dilihat

melalui aktivitas kesehariannya dan akan terus menunjukkan peningkatan


apabila lansia melakukan peningkatan mutu dalam aktivitas keseharian

yang dilakukan oleh para lansia.

2. Perilaku Menyendiri

Berdasarkan table 5.5 Distribusi responden berdasarkan perilaku

menyendiri pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 33 responden (70,21%)

tidak berperilaku menyendiri. Bahwa hal ini disebabkan karena sebagian

besar perilaku respondentidak berperilaku menyendiri ditunjukkan dengan

bahwa lansia tidak merasa malu, lansia yang merasa tidak tertutup,dan

tidak merasa kesepian berada dipanti. Dengan demikian maka lansia yang

tidak berperilaku menyendiri di pengaruhi oleh merasa tidak malu, lansia

yang merasa tidak tertutup dan tidak merasa kesepian berada dipanti.

Hal ini sesuai dengan teori Tasmara (2006), konsep diri yang

merupakan gambaran tentang diri kita, tentang apa yang kita pikirkan dan

kita rasakan dan merupakan kumpulan dari berbagai pengalaman dan

utamanya dalam hubungan dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan

penelitian dipanti tresna werdha gorontalo tahun 2013 menunjukkan

bahwa kemampuan Lansia dalam memenuhi kebutuhan hubungan sosial

cukup.Hal ini disebabkan karena lansia kadang bersosialisasi dengan

teman sesama wisma.Sehingga tidak jarang para lansia tidak akur antara

sesama wisma.Hasil penelitian menunjukkan 14 responden (29,79%)

perilakunya menyendiri hal ini disebabkan lansia merasa malu, lansia yang

pribadinya tertutup dan merasa kesepian berada dipanti. Menurut Sears,


etal.(2006:212) bahwa kesepian menunjuk pada kegelisahan subjektif yang

kita kehidupan seseorang diwarnai dengan dengan transisi sosial yang

mengganggu hubungan pribadi dan menyebabkan timbulnya kesepian.

Hal ini sesuai dengan penelitian terhadap Lansia yang berada di

Panti Tresna Werdha Provinsi Gorontalo para Lansia mengatakan bahwa

mereka kadang berinteraksi dengan sesama mereka disebabkan karena

mereka sering tersinggung akibatnya banyak dari mereka lebih baik

menyendiri.

3. Peran dan Aktivitas

Berdasarkan Tabel 5.6 distribusi responden berdasarkan peran dan

aktivitas pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 41 responden (83%)

berperan dan beraktivitas bahwa hal ini disebabkan sebagian besar

responden dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa membutuhkan

bantuan orang lain, selain itu lansia juga berperan aktiv dalam kegiatan

dimana pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari ini, hidup bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya ataupun

mengikuti kegiatan-kegiatan yang di adakan. Untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, lansia senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya,

saling beradaptasi, saling mempelajari, menilai dan saling melengkapi

(Santrock,2007).

Hal ini sesuai dengan penelitian Indriani dan Indrawati (2002)

hampir seluruh lansia mempunyai hubungan interaksi sosial dengan


keluarga dan tetangganya dengan baik, hanya 2,6% yang mengaku

hubungan dengan keluarga tidak baik. Hal ini sesuai dengan keadaan

lansia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

bersama teman-teman sesama lansia dipanti yang tetap melakukan

kegiatan sosialisasi/interaksi satu sama lain.

Sementara itu responden (17%) tidak berperan dan beraktivitas

peneliti berpendapat bahwa dikarenakan lansia akan mengalami perubahan

fisik sehingga menghambat kemampuan lansia dan pada kenyataan ada

lanjut usia yang kurang dapat menikmati atau kurang puas dengan

hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan sosial yang tidak

memuaskan dapat menimbulkan kesenjangan antara yang diinginkan

dengan yang dicapai oleh lanjut usia.

Hurlock (2008), mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh

setiap orang terutama lansia akan mempengaruhi minatnya terhadap

perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya terutama

interaksi sosialnya di lingkungan masyarakatnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida pada tahun 2012 di

Panti Sosial Tresna Wedha Budi Luhur Yogyakarta menunjukkan bahwa

dukungan sosial yang dirasakan lansia sebagian besar kurang (43,8%)

sedangkan tingkat kecemasan lansia di PSTW Budhi Luhur adalah sedang

(65,8%). Ini menunjukkan masih kuragnya dukungan sosial yang di

dapatkan para Lansia.Berdasarkan hasil penelitian yang berdasarkan hasil

wawancara terhadap Lansia yang berada di Panti Tresna Werdha Provinsi


Gorontalo para Lansia mengatakan bahwa mereka kadang berinteraksi

dengan sesama mereka disebabkan karena mereka sering tersinggung

akibatnya banyak dari mereka lebih baik menyendiri

4. Kepuasan Hidup

Berdasarkan Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan kepuasan

hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 47 responden (100%)

puas akan kehidupannya. Hal ini di sebabkan karena responden merasa

puas akan kehidupan yang di alaminya. Di mana pada lansia yang tinggal

di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari mendapat motivasi serta

penghargaan berupa feedback positif kepada lansia yang merasa puas akan

kehidupan yang dialaminya.

Menurut Darmawan (2003) kepuasan hidup pada lansia adalah

penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup,

penguasan lingkungan, perkembangan diri, kemandirian dan peran dalam

masyarakat. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Urbayatun

(2006) mengenai hubungan antara pemenuhan kebutuhan dengan afek

positif dan afek negatif pada lansia diperoleh hasil ketika kebutuhan-

kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka akan menimbulkan kepuasan

hidup dan afek positif.

5. Perubahan Psikososial Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari Tahun 2016


Berdasarkan Tabel 5.8 distribusi responden berdasarkan perubahan

psikososial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 45 responden (96%)

tidak mengalami perubahan psikososial hal ini di sebabkan sebagian lansia

yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari baik dari

aktualisasi diri, perilaku menyendiri, peran dan aktivitas dan kepuasan

hidup pada lansia baik dikarenakan lansia yang tinggal dipanti dapat

beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial dan emosional serta mencapai

kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup. Sehingga konsep diri yang

positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan

mudah terhadap nilai-nilai yang ada dan ditunjang status sosialnya. Hal ini

sesuai dengan teori Fatimah,2010 perubahan psikososial merupakan

tekanan mental (stressor psikososial) sehingga bagi sebagian individu

dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi

untuk menanggulanginya.

Sementara itu 2 responden (4%) mengalami gangguan psikososial

di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari hal ini di sebabkan lansia

banyak mengalami perubahan fisik maupun mental khususnya

kemunduran yang pernah dimilikinya hal ini disebabkan kurangnya peran

dan beraktivitas serta tidak mampu mengungkapkan kemampuan yang di

milikinya. Hal ini sesui dengan teori Hurlock,2008 mengatakan bahwa

perubahan yang dialami oleh setiap orang terutama pada lansia akan

mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya


mempengaruhi pola hidupnya terutama interaksi sosialnya dilingkungan

masyarakat.

\
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan pada tanggal 4 sampai 5 Juni

2016 pada 47 responden di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

terhadap perubahan psikososial pada lansia, maka dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar lansia di Panti sosial Tresna Werdha Minaula Kendari tidak

mengalami perubahan psikososial yaitu 45 responden (96%), dan yang

mengalami perubahan psikososial 2 responden (4%) sehingga perubahan

psikososial yang terjadi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari :

1. Perubahan psikososial aktualisasi diri pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari menunjukkan bahwa dari 47 responden,

sebanyak 44 responden (93,62%) baik dalam mengungkapkan kemampuan

yang dimilikinya, dan 3 responden (6,38%) kurang dalam mengungkapkan

kemampuannya

2. Perubahan psikososial perilaku menyendiri pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukkan bahwa dari 47 responden,

sebanyak 33 responden (70,21%) tidak berperilaku menyendiri dan 14

responden (29,79%) berperilaku menyendiri.

3. Perubahan psikososial peran dan aktivitas pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari bahwa dari 47 responden, sebanyak 39


responden (83%) berperan dan beraktivitas dan 8 responden (17%) tidak

berperan dan tidak beraktivitas.

4. Perubahan psikososial kepuasan hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari bahwa dari 47 responden, sebanyak 47

responden (100%) puas akan kehidupannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang di peroleh, maka :

1. Diharapkan bagi lansia dapat memahami perubahan psikososial yang

dialaminya seperti aktualisasi diri, perilaku menyendiri, peran dan

aktivitas dan kepuasan hidup

2. Diharapkan bagi pihak Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

untuk memberikan perhatian pada aspek psikososial lansia, baik pada

lansia yang psiksosial yang baik ataupun yang kurang, megaktifkan

bimbingan keterampilan dan keaktivan keagamaan serta memotivasi lansia

yang masih mempunyai keluarga untuk mendapatkan dukungan keluarga

secara rutin.

3. Diharapkan bagi lansia mempererat komunikasi antar sesama,

menghindari konflik, aktif terlibat dalam kegiatan, mempertahankan

kemandirian supaya hidupnya lebih berarti.

4. Diharapkan bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam bidang

penelitian dan perubahan psikososial pada lansia.

5. Diharapkan bagi institusi pendidikan khususnya Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari kiranya penelitian ini dapat


dijadikan bahan masukan atau referensi tentang Perubahan Psikososial

Pada Lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. 2009. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulis Ilmiah. Jakarta :


Salemba Medika.
Arikunto, Suharsini. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
Data Panti Sosial Tresna Werdha. 2016. Data Jumlah lansia dan penyakit Lansia
PSTW Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan 2016.
Fatimah, Skp. 2010. “Merawat Manusia Lanjut Usia” Suatu Pendekatan
ProsesKeperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info Media

Heryanto Adi Nugroho, 2007. “perubahan fungsi fisik dan dukungan keluarga
dengan respon psikososial pada lansia di kelurahan kembangarum
semarang”. Semarang : FIKkes

Indriana, Yeniar. (2012). Gerontology & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartinah & Sudaryanto Agus. 2008. Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia.

Kuntjoro Z.S.(2002). Gangguan Psikologis dan Perilaku pada Demensra

http://www,epsikologi.com/usia/ 1 70602b.htm. di peroleh 20 April


2016

Notoatmodjo, S (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta :
EGC.
R. Siti Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta
Selatan : Salemba Medika

Stockslager, Jaime dan Schaeffer, Liz. 2007 : Asuhan Keperawatan Gerontik.


Jakarta : EGC
Stanley & Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Struktur Penduduk. 2009. Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2016.
http://menkokesra.com
Tahmer, S & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Lanjut Usia dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Umar, Aminah. 2004. Kepuasan Hidup Lansia Ditinjau dari Interaksi Sosial Di
Panti WerdhaPucang Gading Semarang. Skripsi. Semarang.
Fakultas Psikologi UniversitasSemarang

Urbayatun, Siti. 2006. Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek


Positif dan afekNegatif pada Lansia. Humanitas Indonesian
Psychological Journal Vol 3 No 1.
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di –
Tempat
Sehubungan dengan penyelesaian pendidikan pada jurusan Diploma III
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kendari 2016, maka dengan ini saya:

Nama : Hasjuni Husen


NPM : P00320013078
Status :Mahasiswa jurusan Diploma III Keperawatan
PoltekkesKendari
Akan melakukan penelitian dengan judul”Identifikasi Perubahan
Psikososial Pada Lansia Di Uptd Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kecamatan
Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan”. Untuk kepentingan tersebut, saya
mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian
dan bersedia untuk diobservasi. Saya berjanji untuk menjaga privasi data yang
diberikan.

Demikian lembar permohonan ini, atas partisipasi dan kerjasamanya, saya


ucapkan terima kasih.

Kendari 2016

Peneliti

HASJUNI HUSEN
P00320013078
LAMPIRAN 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN


(INFORMED CONCENT)

Dengan menandatangani lembar ini saya bersedia turut berpartisipasi

sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi yang bernama

“HASJUNI HUSEN” dengan judul penelitian “Identifikasi Perubahan

Psikososial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari”

Khususnya pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

Saya mengerti dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan merugikan

atau berakibat negativ terhadap saya. Sehingga jawaban yang saya berikan adalah

yang sebenar-benarnya.

Dengan demikian maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Kendari, 2016

Responden
LAMPIRAN 3

KUISIONER PENELITIAN

IDENTIFIKASI PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PADA LANSIA DI UPTD


PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KECAMATAN
RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN

I. Karakter Responden :
No. urut :
Hari/Tgl :
Nama (Inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Wisma :

II. Petunjuk Pengisian :


1. Nama dapat diisi dengan inisial.
2. Jawablah pertanyaan yang paling sesuai dengan kondisi anda
secara jujur dengan memberi tanda centang (√) pada pilihan yang
tersedia.

III. Variabel yang diteliti :

A. Aktualisasi diri

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda mampu ke kamar mandi secara
mandiriselama berada dipanti?
2 Apakah anda pernah memeriksakan kesehatan
secara rutin secara mandiri selama berada di
panti ?
3 Apakah anda mampu melakukan keterampilan
kesenian ?
4 Apakah anda semangat menjalani kegiatan
sehari-hari selama dipanti ?
5 Apakah hidup anda terasa berguna selama
dipanti ?
6 Apakah anda sering melakukan kegiatan
agama?
7 Apakah anda memiliki hubungan komunikasi
yang baik berada dipanti dan diluar panti ?
8 Apakah anda mampu berkomunikasi dengan
perawat yang bekerja di panti ?
9 Apakah anda sering terlibat dalam kegiatan
dipanti ?
10 Apakah anda merasa tentram berada di panti ?

B. Perilaku Menyendiri

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda merasa malu selama berada
dipanti ?
2 Apakah anda seseorang yang tertutup ?
3 Apakah anda merasa cemas berada
dilingkungan panti ?
4 Apakah anda kesepian tinggal dipanti ?
5 Apakah anda melibatkan diri setiap kegiatan di
panti?

C. Perubahan Peran Dan Aktivitas

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda aktif berolahraga ?
2 Apakah anda sering mengikuti kegiatan
keagamaan selama berada dipanti ?
3 Apakah anda mengikuti kegiatan sosial di panti
?
4 Apakah anda tidakbersemangat untuk mengikuti
kegiatan yang berada dipanti ?
5 Apakah anda sering di percayakan untuk
mengikuti kegiatan di panti?
6 Apakah anda sangat berperan saat berada di
lingkungan panti ?
7 Apakah anda mengikuti peraturan yang
diberlakukan di wisma dan di panti?
8 Apakah anda menyukai kegiatan yang di
laksanakan dipanti ?
9 Apakah anda memilih beraktivitas di wisma di
bandingkan di lingkungan sekitar panti ?
10 Apakah anda di dukung oleh keluarga saat
melakukan kegiatan di panti ?

D. Kepuasan Hidup

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda puas dengan keadaan anda yang
seperti ini?
2 Apakah anda sudah puas dengan perubahan
yang terjadi selama di panti ?
3 Apakah anda puas memiliki teman selama
berada di panti ?
4 Apakah anda puas dengan pengelolaan
lingkungan selama berada di panti ?
5 Apakah anda mampu menghargai keadaan yang
terjadi selama berada di panti?
6 Apakah anda sangat puas dengan hubungan
anda dengan perawat di panti?
7 Apakah anda puas dengan peraturan yang di
berlakukan selama berada di panti?
8 Apakah anda puas dengan semangat untuk
mengikuti kegiatan yang di laksanakan dipanti ?

9 Apakah anda puas dengan lingkungan panti ?

10 Apakah anda puas dengan kemampuan anda


untuk mengatur lingkungan di panti ?
DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Responden sedang mengisi lembar kuesioner

2. Meminta persetujuan menjadi responden


3. Responden sedang mengisi lembar kuesioner

4. Meminta persetujuan responden


5. Respoden sedang mengisi lembar kuesioner

6. Meminta persetujuan menjadi responden pada salah satu respoden

Anda mungkin juga menyukai