Anda di halaman 1dari 64

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT

ANTARA METODE MANUAL IMPROVED NEUBAUER DENGAN


METODE AUTOMATIC HEMATOLOGY ANALYZER
PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan

Oleh:
DEVI EKAFITRIA ASRAT
P00320013106

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D-III ANALIS KESEHATAN
2016
ii
iii
iv
Riwayat Hidup

A. Identitas Diri
Nama : Devi Ekafitria Asrat
Nim : P00320013106
Tempat, dan Tgl, Lahir : Bau-bau, 07 Januari 1996
Suku/Bangsa : Buton / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri Tumpas Unaaha, tamat tahun 2006
2. SMP Negeri 2 Unaaha, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Unaaha, tamat tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

v
MOTTO

Hidup adalah sebuah tantangan, begitu pula dengan kesuksesan.

Kunci keberhasilan tidaklah lain melainkan ketekunan dan keyakinan terhadaf

diri sendiri

Bersifat kreatif dan inovatif Menjadi titik terang lahirnya ide-ide luar biasa
yang

Mencerminkan semangat, Dan merupakan kunci keberhasilan

Kupersembahkan untuk almamaterku

ayah dan ibu tercinta

keluarga tersayang

Doa dan nasehat Untuk menunjang Keberhasilanku

vi
ABSTRAK

Devi Ekafitria Asrat (P00320013106) Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung


Jumlah Leukosit Antara Metode Manual Improved Neubauer Dengan
Metode Automatic Hematology Analyzer Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD
Kota Kendari. Dibimbing oleh Fonnie E. Hasan dan Satya Darmayani.
Leukosit adalah sel berinti dalam darah yang dapat dibedakan ke dalam 5
jenis.Tiap sel dapat dihitung presentasenya dalam darah dengan melakukan hitung
jenis dan dapat dibedakan berdasarkan ukuran bentuk inti, warna sitoplasma dan
granula di dalamnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbedaan perhitungan
pemeriksaan hitung jumlah leukosit antara metode manual (Improved Neubauer)
dengan metode automatic hematology Analyzer pada pasien rawat jalan di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23-30
juni 2016 dengan sampel penelitian ini berjumlah 30 orang yang diambil secara
Accidental Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil uji paried sampel di peroleh nilai
p= 0 ,000, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
pemeriksaan hitung jumlah leukosit secara manual improved neubauer dengan
automatic hematology analyzer.

Kata Kunci : Leukosit, manual improved neubauer, automatic hematology


analyzer.
Daftar Pustaka : 20 (2000-2015)

vii
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena


atas rahmat dan hiyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung jumlah
Leukosit Antara Metode Manual Improved Nebauer Dengan Metode
Automatic Hematology Analyzer Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Kota
Kendari” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan program Diploma III ( D III ) pada Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Ucapan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya
kepada almarhum ayahanda tercinta Drs.Asran. Msi dan ibunda tercinta
Dra.Asniati atas segala perhatian, kasih sayang, doa, serta dukungan yang
senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada ibu Fonnie E. Hasan DCN, M. Kes, selaku
pembimbing I dan ibu Satya Darmayani, S.Si.,M.Eng, selaku pembimbing
II yang telah banyak membantu baik secara moral maupun bimbingan,
saran, kritik, nasehat, serta permohonan maaf atas segala kesalahan penulis
baik sengaja maupun tidak disengaja mulai awal sampai akhir
pembimbingan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga
kepada :
1. Bapak Petrus.SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan.
4. Bapak Petrus.SKM.,M.Kes, Ibu Askrening,SKM.,M.Kes, ibu Tuty
Yuniarty,S.Si.,M.Kes, selaku tim penguji yang telah memberikan

viii
koreksi dan saran kepada penulis dalam penulisan Proposal sampai
dengan Karya Tulis Ilmiah.
5. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
6. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada
saudara-saudaraku yang selama ini telah banyak berkorban baik materi
maupun non materi demi kesuksesan penulis.
7. Sahabat saya dan rekan-rekan seperjuangan yang menimba ilmu di
Jurusan Analis Kesehatan Kendari angkatan 2013, terima kasih atas
kebersamaan, persaudaraan, dan persahabatan kalian selama ini.
Penulis menyadari bahwa dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kata kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan, dan
kekurangan.Karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
semua pihak demi kesempurnaa Karya Tulis Ilmiah.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi pengembagan ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya.

Kendari, Juli 2016

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum .................................................................................... 5
B. Tinjauan Umum Tentang Leukosit ....................................................... 8
C. Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)............................................. 11
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep ......................................................................... 17
B. Kerangka Konsep ................................................................................... 18
C. Variabel ................................................................................................. 18
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ........................................... 18
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................................... 20

x
B. Tempat dan Waktu penelitian ................................................................ 20
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 20
D. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 21
E. Instrumen Penelitian............................................................................... 21
F. Jenis Data .............................................................................................. 22
G. Pengolahan Data..................................................................................... 22
H. Analisa Data ........................................................................................... 22
I. Penyajian Data ....................................................................................... 23
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................................. 24
B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 25
C. Pembahasan ........................................................................................... 29
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 32
B. Saran ...................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 : Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin di Laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari ................................................. 26
Tabel 5.2 : Distribusi Sampel Berdasarkan Umur di Laboratorium Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari....................................................................... 26
Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
Meggunakan Metode Manual Improved Neubauer Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari....................................................................... 27
Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
Meggunakan Metode AutomaticHematology Analyzer Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari....................................................................... 28
Tabel 5.5 : Distribusi Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Antara
Metode Manual Improved Neubauer Dengan Metode Automatic
Hematology Analyzer di Rumah Sakit Umum ............................................ 29

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Neutrofil ................................................................................. 10
Gambar 2.2 : Eosinfil ................................................................................... 10
Gambar 2.3 : Basofil ................................................................................... 10
Gambar 2.4 : Limposit ................................................................................ 11
Gambar 2.5 : Monosit ................................................................................. 11
Gambar 2.6 : Kamar Hitung Improved Neubauer......................................... 13
Gambar 2.7 : Area Tempat Hitung Jumlah Leukosit .................................. 13
Gambar 2.8 : Drew ....................................................................................... 15

xiii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1: Perbedaan Hitung Jumlah Leukosit Antara Metode Manual dan


Automatic........................................................................................................... 30

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 5 : Master Tabel
Lampiran 6 : Master Hasil
Lampiran 7 : Uji SPSS Paried Sampel
Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 : Kategori Umur Menurut Depkes

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan darah rutin lengkap merupakan pemeriksaan yang sering
diminta oleh klinisi karena dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap
rutin dapat terdiagnosis beberapa penyakit kelainan darah dan dapat
ditentukan arah pemeriksaan lebih lanjut dari penderita tersebut. Pemeriksaan
darah rutin antara lain adalah uji kadar hemoglobin disingkat Hb; jumlah
eritrosit, leukosit, trombosit; nilai hematokrit, laju endap darah disingkat LED
dan menentukan indeks eritrosit (Aprianti, 2006).
Menghitung sel-sel darah dari ketiga jenis sel darah leukosit, eritrosit,
dan trombosit dihitung jumlahnya persatuan volume darah.Upaya itu
biasanya dilakukan dengan menggunakan alat hitung elektronik.Pada
dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat pengencer
otomatik memberi hasil yang sangat teliti dan tepat.Harga alat penghitung
elektronik mahal dan mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang
sangat cermat.Selain itu perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu
bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Cara-cara
menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan kamar hitung
tetap menjadi upaya dalam laboratorium (Gandasoebrata,R. 2007).
Pada hitung jumlah leukosit cara automatik sampel yang digunakan
sangat sedikit dan ada kemungkinan kesalahan dalam pengenceran dan
sampling. Karena darah mengandung lebih sedikit leukosit dibanding
eritrosit, pengencerannya lebih kecil dan volume sampel yang digunakan
lebih besar. Hampir semua laboratorium besar menggunakan cara automatik
untuk menghitung leukosit, baik dengan cara menghitung partikel secara
elektronik maupun dengan prinsip pembauran cahaya, yang disebut dengan
prinsip impedensi elektrik yaitu metode impedansi untuk penentuan
WBC(White Blood Cell) (Mindray. 2006).

1
2

Pada penyakit-penyakit tertentu, terjadi perubahan jumlah leukosit


dalam darah.Sebagai contoh, pada mononucleosis infeksiosa dan infeksi
bakterial, jumlah leukosit meningkat secara bermakna; sebaliknya, pada
demam tifoid, jumlahnya menurun secara bermakna.Maka dari itu
pemeriksaan hitung jumlah leukosit dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya infeksi atau inflamasi pada pasien (Indriani Rachma, 2013).
Pemeriksaan hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan darah
rutin yang dilakukan di laboratorium klinik. Karena seringnya permintaan
pemeriksaan hitung jumlah leukosit, untuk menghitung leukosit secara
manual akan memakan waktu yang cukup lama dan kurang cepat, maka
dilakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit secara automatik yang mana
alat ini menggunakan aliran listrik dengan prinsip impedansi. Walaupun
harga mesin automatik cukup mahal, namun alat ini mampu memeriksa
dengan cepat, tepat dan mudah (Hidayah 2011)
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Hidayah (2011) tentang perbedaan hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit
secara manual dan automatik menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil
pemeriksaan hitung jumlah leukosit secara manual dan automatic. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Suhartiningsih (2010) menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan antara hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit secara manual
dan automatic.
Pada umumnya dihitung dari jumlah sel darah banyaknya jumlah
leukosit dengan menggunakan alat yang disebut hemositometer (Kamar
hitung Improved Neubauer) dan cara Automatik. Jumlah leukosit secara
manual dihitung dengan cara darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan
suatu larutan pengencer yaitu larutan Turk, kemudiaan dimasukkan kedalam
kamar hitung dan jumlah leukosit di hitung dalam volume tertentu. Namun
pada umumnya untuk menghitung jumlah leukosit dapat menggunakan
tabung dan metode automatik yaitu menggunakan alat hematologi Analyzer,
setelah melakukan kedua metode ini, ternyata masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan (Wirawan, 2000 ).
3

Pemeriksaan hitung jumlah leukosit dapat dilakukan dengan


menggunakan alat Automatik dan kamar hitung Improved Neubauer. Hasil
pemerikasaan leukosit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya
jumlah darah yang dipipet tidak tepat, kesalahan dalam proses pengenceran,
tidak terhomogenkan/tercampur dengan baik setelah mengambil larutan Turk,
tidak tercampur larutan reagen yang berada dalam tabung, sebelum mengisi
kamar hitung tidak membuang beberapa tetes isi pipet (Gandasoebrata.R,
2007).
Terutama pada Rumah sakit Umum Daerah Kota Kendari tiap bulan
mengalami peningkatan pemeriksaan hitung jumlah leukosit pada awal tahun
2016 bulan januari jumlah pemeriksaan 200, bulan februari 1175, sedangkan
pada bulan maret 1521 karena itu saya memilih Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari untuk melakukan penelitian perbedaan hitung jumlah leukosit
antara metode manual dan automatic.
Dengan metode perhitungan yang berbeda (cara manual dan cara
automatik) tentunya akan menimbulkan variasi hasil perhitungan sel
leukosit. Sebagai contoh Hidayah (2011) mengemukakan bahwa dengan
metode manual dan automatik diketahui kekurangan dan kelebihan dari
kedua metode tersebut. Yang tentunya masing-masing metode memiliki
keterbatasan.
Dari uraian permasalahan tersebut maka saya perlu melakukan
penelitian terhadap perbedaan hasil perhitungan pemeriksaan hitung jumlah
leukosit cara manual metode kamar hitung (Improved neubauer) dengan
menggunakan alat automatik hematologi analyzer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dalam penelitian ini
dirumuska masalah sebagai berikut :
Apakah terdapat perbedaan perhitungan pemeriksaan hitung jumlah
lekosit antara metode manual improved neubauer dengan metode automatic
hematology analyzer.
4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil perbedaan perhitungan pemeriksaan hitung
jumlah leukosit antara metode manual (Improved Neubauer) dengan
metode automatic hematology Analyzer pada pasien rawat jalan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hasil hitung jumlah leukosit menggunakan kamar hitung
(Improved Neubauer).
b. Diketahuinya hasil hitung jumlah leukosit menggunakan alat automatic
hematology analyzer.
c. Diketahuinya perbedaan hitung jumlah leukosit menggunakan kamar
hitung (Improved Neubauer) dan menggunakan alat automatic
hematology analyzer.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi ilmiah dan sebagai bahan masukan bagi
masyarakat dan instansi terkait mengenai perbandingan hasil
pemeriksaan hitung jumlah leukosit menggunakan kamar hitung
(Improved neubauer) dan alat hematology analyzer.
2. Sebagai bahan pembanding antara peneliti selanjutnya yang ada
relevansinya dengan penelitian ini.
3. Pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan, khususnya
hematologi dan metologi penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Darah
1. Pengertian Darah
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam
cairan yang disebut plasma.Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai
jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-
unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma.Secara
fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan
seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga seluruh bagian tubuh merupakan
satu integritas (Subowo, 2009).
Darah bertugas memenuhi kebutuhan hidup, seperti membawa oxygen,
air dan zat-zat makanan ke seluruh sel tubuh. Dan sebaliknya mengumpulkan
ampas-ampas tubuh dari seluruh sel badan dan membawanya ke alat-alat
pembuangan, seperti, paru-paru, kulit, ginjal, usus besar, dan lain-lain Darah
juga bekerja sebagai pengatur suhu (temperature regulator) tubuh, sehingga
suhu badan dapat dipertahankan.Darah juga sebagai benteng pertahanan tubuh
terhadap kuman-kuman penyakit dan membawa hormon, vitamin, enzim dan
mineral ke seluruh bagian sel tubuh yang memerlukannya.Lebih kurang
sebanyak 8% dari berat badan seseorang, maka sebanyak itulah jumlah
darahnya.(Ratna Suminar Sri 2009).
Adapun volume darah pada orang dewasa sehat ditentukan oleh jenis
kelamin. Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5 liter, sedangkan pada
perempuan dewasa agak lebih rendah 4,5 liter. Nilai ini tidak mutlak karena
ditentukan oleh dua hal yaitu:
a. Ada keseimbangan antara ruang intra pembuluh darah (ruang
intravaskuler) dengan ruang antar sel. Meskipun secara anatomi

5
6

b. sistem pembuluh darah adalah ruang tertutup tetapi secara mikroskopik


terdapat cela di antara sel yang dilalui cairan.
c. Nilai tersebut tergantung pada cara pengukuran volume darah umumnya
didasarkan atas cara pengenceran. (Sadikin. HM, 2001).
2. Proses pembentukan sel darah
Pembentukan sel darah (hematopoesis) terjadi pada awal masa
embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa. Dari
kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung
dalam dua tahap yaitu :
a. Pembentukan di hati, kelenjar limfe dan limpa
b. Pembentukan di sumsum tulang
Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah
minggu ke-20 masa embrionik. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel
darah semakin banyak terjadi, sumsum dan peranan hati dan limpa semakin
berkurang. Sesudah lahir, semua sel-sel darah di buat pada tulang, kecuali
limfosit yang juga dibentuk dari kelenjar limfe, timus dan lien.Pada orang
dewasa, pembentukan sel darah di luar sumsum tulang masih dapat terjadi bila
sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis. Pada usia 5
tahun, tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum
tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak
lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun. Setelah 20 tahun,
sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, Stenum, tulang iga dan
ileum sekitar 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih
(leukosit) dan hanya 25% sel darah merah (eritrosit). Jumlah eritrosit dalam
sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini disebabkan karena usia
leukosit dalam sirkulasi pendek (hanya beberapa hari) sedangkan eritrosit (120
hari). (Aryanti, 2006).
3. Fungsi Darah
Fungsi utama darah adalah untuk transportasi, sel darah merah tetap
berada dalam sirkulasi dan mengandung pigmen pengangkut oksigen
hemoglobin.Sel darah putih bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan
7

diangkut ke berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut melakukan fungsi


fisiologisnya.Trombosit berperan mencegah tubuh kehilangan darah akibat
pendarahan dan melakukan fungsi utamanya di dinding pembuluh darah.
Protein plasma merupakan pengangkut utama zat gizi produk sampingan
metabolik sebagai proses ekskresi (Sacher.RA, 2004).
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut :
a. Alat transport makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan
ke seluruh tubuh.
b. Alat transport O2 yang diambil dari paru-paru atau insang untuk
dibawa ke seluruh tubuh.
c. Alat transport bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti
paru-paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati
untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk
bahan yang sukar larut dalam air).
d. Alat transport antar jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh
suatu jaringan dibuat oleh jaringan lain.
e. Mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostatis) dalam tubuh,
termasuk di dalamnya ialah mempertahankan suhu tubuh, mengatur
keseimbangan distribusi air dan mempertahankan asam basa sehingga
pH darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan yang seharusnya.
f. Mempertahankan tubuh dari agresi benda atau senyawa asing yang
umumnya selalu dianggap punya potensi menimbulkan ancaman.
Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi darah
ialah sebagai sarana transport, homeostatis dan alat pertahanan
tubuh.(Sadikin.HM, 2001).
4. Komposisi Darah
Darah terdiri dari sekitar 45% komponen sel dan 55% plasma.Komponen
sel tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit). Sel darah merah berjumlah 99% dari total komponen
sel, sisanya 1% sel darah putih dan platelet. Plasma terdiri dari air 90% dan
10% sisanya dari protein plasma, elektrolit, gas terlarut, berbagai produk
8

sampah metabolisme, nutrien, vitamin, dan kolesterol. Albumin merupakan


protein plasma yang paling banyak dan membantu mempertahankan tekanan
osmotik plasma dan volume darah.Globulin mengikat hormon yang yang tidak
larut dan sisa plasma lainnya agar dapat larut. Proses ini memungkinkan zat-zat
penting terangkut di dalam darah dari tempat asalnya dibuat ke tempat zat-zat
tersebut bekerja. Sebagai contoh, zat-zat yang dibawa berikatan dengan protein
plasma termasuk hormone, tiroid, besi, fosfolipid, bilirubin, hormon steroid,
dan kolesterol.Protein globulin lainnya, imunoglobulin, adalah antibodi yang
ada di dalam darah untuk melawan infeksi. Fibrinogen merupakan komponen
penting dalam proses pembekuan darah (Elizabeth J.Corwin 2009).
B. Tinjauan Umum Tentang Leukosit
Leukosit adalah sel berinti dalam darah yang dapat dibedakan ke dalam 5
jenis.Tiap sel dapat dihitung presentasenya dalam darah dengan melakukan
hitung jenis dan dapat dibedakan berdasarkan ukuran bentuk inti, warna
sitoplasma dan granula di dalamnya.Leukosit berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap benda-benda asing, mikroorganisme dan jaringan asing.Hitung
jenis dilakukan untuk mengetahui jenis leukosit pada keadaan radang/inflamasi
(Hardjoeno.H, 2003).
Nilai Normal Leukosit :
a. Dewasa : 4000-10.000/ mm³
b. Bayi/ anak : 9000-12.000/ mm³
c. Bayi Baru Lahir : 9000 -30.000 / mm³
1. Karakteristik Leukosit
Leukosit merupakan sistem pertahanan tubuh, muncul dalam beberapa
bentuk dan ukuran dan memiliki fungsi yang berbeda. Adapun karakteristik
leukosit yaitu:
a. Masing-masing mempunyai nucleus, yaitu bagian dalam sebuah sel
yang mengandung bahan-bahan untuk pertumbuhan, gizi dan
reproduksi.
b. Masing-masing melayani satu fungsi kekebalan tertentu.
9

c. Semua leukosit berasal dari induk yang sama, yang disebut stem cell,
yang ada dalam sumsum tulang. Stem cell melahirkan kira-kira lima sel
darah yang belum matang, yang kemudian berkembang hingga
mencapai “kedewasaan”. Fase perkembangan ini terjadi di berbagai
bagian tubuh, tergantung pada tipe sel darah.
2. Peningkatan Dan Penurunan Jumlah Leukosit
Peningkatan jumlah leukosit (lekositosis) menunjukkan adanya proses
infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendiksitas,
tuberculosis, tonsillitis, dan lain-lain. Dapat juga terjadi pada miokard infar,
sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit parasit, dan stress karena
pembedahan maupun gangguan emosi.
Penurunan jumlah leukosit (lekopenia) dapat terjadi pada penderita
infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumatoid artritis, dan
penyakit hemopoetik (anemia aplastik, anemia pernisiosa) (AY.Sutedjo 2008).
3. Jenis penyakit yang perlu pemeriksaan leukosit
Hitung jenis leukosit adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan
proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang
dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.Salah
satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (sel darah
merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun diluar
pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka
dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahan selama fase infeksi akut.
4. Fungsi Leukosit
Leukosit terdiri dari beberapa seri, dan masing-masing seri mempunyai
fungsi yang berbeda, yaitu:
10

a. Neutrofil

Gambar 2.1 Neutrofil.(Jane Bain Barbara. 2014)


Leukosit bergranula yang intinya mempunyai banyak lobus sehingga
disebut polimorfonuklear.Merupakan 60-70% dari jumlah seluruh leukosit.
Leukosit ini cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit, dan mampu
bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah.
Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan perlukaan disbanding
leukosit lain dan merupakan garis depan pertahan selama fase infeksi akut.
Segmen adalah neutrofil tak matang yang memperbanyak diri dengan cepat
selama infeksi akut.
b. Eosinofil

Gambar 2.2 Eosinofil.(Jane Bain Barbara. 2014)


Leukosit bergranula, mempunyai 2 lobus dalam intinya, merupakan 1-
2% dari seluruh jumlah leukosit. Leukosit ini akan meningkat jumlahnya
dalam darah pada peristiwa alergi dan infeksi (terutama cacing) dalam
tubuh. Dengan pemberian steroid jumlah eosinophil akan menurun.
c. Basofil

Gambar 2.3 Basofil.(Jane Bain Barbara. 2014)


11

Leukosit yang intinya terdapat granula yang besar mempunyai huruf S,


merupakan 0,5-1% dari jumlah seluruh leukosit. Basofil terdapat pada
proses inflamasi, leukemia, dan fase penyembuhan infeksi.
d. Limposit

Gambar 2.4 Limposit.(Jane Bain Barbara. 2014)


Leukosit yang tak bergranula dengan inti besar, ukurannya lebih besar
sedikit dari eritrosit, dihasilkan oleh jaringan limpatik,berperan penting
dalam proses kekebalan dan pembentukan antibody.
e. Monosit

Gambar 2.5 Monosit.(Jane Bain Barbara. 2014)


Leukosit dengan sitoplasma tak bergranula, berinti besar dengan
ukuran dua kali lebih besar dari eritrosit, terbesar dalam sirkulasi darah,
dan dbuat pada jaringan limpatik.
C. Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)
Adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan
proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Hasil pemeriksaan
ini dapat menggambarkan kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama
penyakit infeksi. Lima sel darah putih yang dihitung adalah neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit, dan limfosit merupakan 80-90% dari total leukosit. Hasil
pemeriksaan hitung jenis leukosit memberi informasi spesifik berhubungan
dengan infeksi dan proses penyakit (AY.Sutedjo 2008).
1. Kesalahan-Kesalahan Pada Tindakan Menghitung Leukosit
a. Jumlah darah / larutan Turk yang dihisap ke dalam pipet tidak tepat.
12

b. Tidak menghomogenkan tabung sebelum mengisi kamar hitung.


c. Kamar hitung atau kaca penutup dalam keadaan kotor dan berminyak.
d. Ada gelembung udara masuk bersama dengan cairan.
e. Letaknya kaca penutup salah.
f. Memakai pipet / Tip basah.
g. Terjadi gelembung udara.
h. Pencampuran darah tidak sempurna.
i. Terjadi bekuan darah.
j. Meja mikroskop tidak rata.
2. Hemositometer
Hemositometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel
darah dan yang terdiri dari kamar hitung, kaca penutup dan dua macam
pipet,dan. Mutu kamar hitung serta micro pipet harus memenuhi syarat-syarat
ketelitian tertentu.Pada laboratorium besar yang beban kerjanya besar pula,
upaya itu biasanya dilakukan dengan menggunaka alat penghitung
elektronik.Pada dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat
pengencer automatik member hasil yang sangat teliti dan tepat.Sering kali alat
penghitung elektronik di kaitkan dengan komputer kecil yang dapat memberi
data mengenai volume leukosit rata-rata.
Harga alat penghitung automatic rata-ratanya mahal dan mengharuskan
pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat.Selain itu perlu ada upaya
untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu
(quality kontrol).Cara–cara menghitung sel darah secara manual dengan
memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting didalam suatu
laboratorium klinik. Disamping itu cara tabung sering juga dipergunakan yaitu
darah diencerkan dalam pipet atau tabung leukosit, kemidian dimasukan
kedalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume tertentu,
dengan mengenakan faktor konfersi jumlah leukosit per ul darah dapat
diperhitungkan. Larutan pengencer adalah larutan turk yang mempunyai
susunan sebagai berikut, larutan gentian violet 1 % dalam air 1 ml aquadest,
asam asetat glacial 1 ml; aquadest 100ml. (Gandasoebrata, R, 2007).
13

a. Kamar Hitung
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah yang memakai garis
bagi “improved neubauer”.Luas: seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2
dan bidang itu dibagi lagi menjadi 9 “bidang besar” sehingga memliki luas
masing-masing 1 mm2.Dan bidang besar dibagi lagi menjadi 16”bidang sedang
yang luas adalah masing-masing ¼ x ¼ mm². Bidang besar yang letaknya di
tengah-tengah berlainan pembagianya : ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap
bidang itu dibagi menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang
kecil itu seluruhnya 400 buah, masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm². Tinggi
kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca
penutup yang terpasang adalah 1/10 mm. Maka volume diatas tiap-tiap bidang
menjadi sebagai berikut :
1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm²
1 bidang sedang = ¼ x ¼ x 1/10 = 1/160 mm³
1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 9/10 mm³
Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm³

Gambar 2.6 Kamar Hitung Improved Neubauer.


(Gandasoebrata.R , 2007).

Gambar 2.7 Area Tempat Hitung Jumlah Leukosit


(Gandasoebrata.R , 2007)
14

b. Kaca Penutup
Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukan bagi
kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat
dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh
dipakai.
c. Pipet
Pipet Thoma untuk pengenceran leukosit (pipet leukosit) terdiri dari
sebuah pipa kapiler yang bergaris – bagi dan membesar pada salah satu ujung
menjadi bola.Dalam bola itu terdapat sebutir kaca putih. Pada pertengahan pipa
kapiler itu ada garis bertanda angka ”0,5” dan ada bagian atasnya, yaitu dekat
bola, terdapat garis bertanda “1,0”. Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada
garis tanda “11”.
Perhatikan bahwa angka – angka itu bukanlah menandakan satu volume
yang mutlak melainkan perbandingan volume.Yang penting dan menentukan
ialah pengenceran darah yang terjadi dalam pipet itu. Seandainya lebih dulu
diisap darah sampai garistanda “0,5” kemudian cairan pengencer sampai garis-
tanda “11”, maka darah dalam bola pipet itu diencerkan 20 kali.
Cara Kerja
1 Dihisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2 Diapus kelebihan darah diujung pipet
3 Dimasukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45º, tahan
agar tetap ditanda 0,5. Diisap larutan Turk hingga mencapai tanda 11.
Jangan sampai ada gelembung udara.
4 Ditutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
5 Dikocok selama 15 – 30 detik
6 Diletakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horizontal
diatas meja
7 dikocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet.
8 Dibuang semua cairan di batang kapiler ( 3 – 4 tetes) dan cepat sentuhkan
ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup
15

dengan sudut 30º. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya
kapilaritas.
9 Dibiarkan 2-3 menit supaya leukosit mengendap dan sel-sel selain
leukosit dilisiskan.
10 Digunakan lensa obyektif mikroskop dengan perbesaran 10 kali, focus
diarahkan ke garis-garis bagi.
11 Dihitunglah leukosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke
bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kanan dan seterusnya. Untuk sel-sel
pada garis yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas (metose L atas)
atau garis kiri dan bawah (metode L bawah) dipilih salah satu saja.
12 Jumlah leukosit per µl darah adalah : jumlah sel x 50
3. Hematology Analyzer
a. Drew 3

Gambar 2.8 Drew


b. Prinsip kerja
Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai
panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat
ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer . Flow cytometri adalah metode
pengukuran (=metri) jumlah dan sifat-sifat sel (=cyto) yang dibungkus oleh
aliran cairan (=flow) melalui celah sempit Ribuan sel dialirkan melalui celah
tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian
dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya. Alat ini juga dapat
memberikan informasi intraseluler, termasuk inti sel.
16

Prinsip impedansi listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang


dihasilkan oleh sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah chamber mikro )
yang mana sampel darah yang diencerkan dengan elktrolit diluents / sys DII
akan melalui mikroaperture yang dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi
sekum dan konstan) yang pada masing masing arus listrik berjalan secara
continue maka akan terjadi peningkatan resistensi listrik (impedansi) pada
kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuran sel) yang melewati impulst /
voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan dianalisa oleh
elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan Red Blood Cels
(REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin cyanmethemoglobin dan
diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm pada chamber.
Has yang didapat diprintout pada printer berupa nilai lain grafik sel.
Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran
melewati celah dimanaberkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila
cahaya tersebut mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan
manangkap berkas-berkas sinar sesudah melewati sel itu. Alat yang memakai
prinsip ini lazim disebut flow cytometri.
c.Reagens dan Gold Standart Quality Control.
1. Reagen yang digunakan : dileunt CELLPAK
2. WBC/HGB reagens : STROMATOLYSER – WH
3. Deterjen (Pembersih) : CELLCLEAN

Cara Kerja
1. Sampel darah harus dipastikan sudah homogen dengan antikoogulan
2. Tekan tombol Whole Blood “WB” pada layar
3. Tekan tombol ID dan masukkan no sampel, tekan enter
4. Tekan bagian atas dari tempat sampel yang berwarna ungu untuk
membuka dan letakkan sampel dalam adaptor
5. Tutup tempat sampel dan tekan “RUN”
6. Hasil akan muncul pada layar secara otomatis.
7. Mencatat hasil pemeriksaan
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep
Perhitungan jumlah leukosit merupakan pemeriksaan yang dibutuhkan
untuk membuat diagnosa penyakit, yang disebabkan terjadinya perubahan
jumlah leukosit dalam darah.Sebagai contoh, pada mononucleosis infeksiosa
dan infeksi bacterial, jumlah leukosit meningkat secara signifikan sebaliknya
pada demam tifoid, jumlah leukosit menurun secara signifikan.Maka dari itu
pemeriksaan hitung jumlah leukosit dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
infeksi atau inflamasi pada pasien.
Pemeriksaan hitung jumlah leukosit menggunakan dua cara yaitu dengan
cara manual dan automatik cara manual yaitu dengan melakukan pengenceran
sampel terlebih dahulu dengan suatu larutan tertentu (larutan Turk) kemudian
dihitung dengan menggunakan kamar hitung (improved neubauer), yang
hasilnya dinyatakan dalam /mm3.
Sedangkan cara automatik yaitu darah yang menggunakan anti
koagulan EDTA melalui probe (pipa) yang di hisap dan bereaksi dengan
Dileunt Celpack dan Stromatoliser-wh dan mendeteksi secara otomatis
Kemudian mengeluarkan hasil pemeriksaan secara otomatis pula.
Dalam darah oxalate yang tidak segerah dipakai ada kemungkinan
leukosit-leukosit akan menggumpal, peristiwa itu sangat mengurangi ketelitian
kerja. Begitupun pada saat menggunakan alat Automatik.

17
18

B. Kerangka Konsep
Pra Analitik Analitik Pasca Analitik

Pemeriksaan
improved
neubauer Hasil
Darah Vena Leukosit
3cc
Simpulan
Automatic
hematology
analyzer Hasil

Leukosit
Eritrosit
LED
Hb
Hematokrit
Trombosit

Ket :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan hitung jumlah
leukosit menggunakan Kamar hitung (Improved Neubauer) dengan alat
hematologi analyzer.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektit
1. Definisi Operasional
a. Leukosit adalah sel darah putih, berinti dan berada dalam sirkulasi darah
perifer.
19

b. Hitung Leukosit adalah jumlah sel darah putih/mm3 darah yang dihitung
dengan pembesaran lensa objektif 10x dalam keempat bidang (Improved
Nebauer).
c. Kamar Hitung (Improved Neubauer) adalah suatu alat yang digunakan
untuk menghitung jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit di bawah
mikroskop.
d. Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan alat automatik hematologi
analyzer yaitu darah yang menggunakan EDTA masuk melalui probe
(pipa) yang dihisap dan bereaksi dengan diluent Cellpack dan
Stromatoliser-wh dan mendeteksi secara otomatis kemudian
mengeluarkan hasil pemeriksaan secara otomatis pula.
2. Kriteria Objektif
a. Jenis-jenis leukosit adalah Neutrofil, eosinofil, basofil, limposit,
monosit.
b. Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan suatu larutan pengenceran
yaitu larutan turk, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung dan
jumlah leukosit dihitung dalam jumlah tertentu.
c. Perhitungan jumlah leukosit yaitu total leukosit = leukosit yang
ditemukan × faktor pengenceran × faktor koreksi volume .
d. Nilai normal : 4.000 – 10.000 / µL
Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis nol (Ho) :
Tidak ada perbedaan hasil hitung jumlah leukosit menggunakan Kamar
hitung (Improved Neubauer) cara tabung dengan alat automatik
hematologi Analyzer.
2. Hipotesis alternatif (Ha) :
Ada perbedaan hasil hitung jumlah leukosit menggunakan kamar hitung
(Improved Neubauer) cara tabung dengan alat automatik Hematologi
Analyzer.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik yaitu melakukan pemeriksaan hitung
jumlah leukosit menggunakan kamar hitung (Improved Neubauer) dengan
alat Automatik Hematologi Analyzer.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 23 – 30 Juni tahun 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang datang
melakukan pemeriksaan darah Rutin di Laboratorium RSUD Kota
Kendari.
2. Sampel
Pasien rawat jalan yang melakukan pemeriksaan leukosit di
Laboratorium RSUD Kota Kendari, yang diambil darahnya sebanyak 30
sampel secara Accidental Sampling.
Jika populasi > 100 maka diambil sampel 15-30%, dan jika
besarnya populasi < 100 maka diambil sampel 25-50%.Maka populasi
tahun 2016 bulan januari sebanyak 200.
Sampel :
200 = 30

a) Kriteria sampel
Pasien yang melakukan pemeriksaan darah rutin di RSUD
kota kendari.

20
21

b) Besaran sampel
Besaran sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30
pasien.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat hasil pemeriksaan
hitung jumlah leukosit metode manual improved neubauer dengan metode
automatic hematology analyzer di RSUD kota kendari.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari alat dan bahan yang digunakan
sebagai berikut :
1. Menggunakan kamar hitung (Improved Nebauer)
a) Alat yang digunakan :
a. Hemositometer
b. Kamar hitung
c. Mikro pipet
d. Deck glass
e. Tabung EDTA
f. Tourniquet
g. Mikroskop
h. Jas laboratorium
b) Bahan yang digunakan :
a. Larutan Turk
b. Darah
c. Spoit 3 cc
d. Handscoon
e. Masker
f. Kapas alcohol 70%
2. Menggunakan alat automatic Hematology analyzer
a) Alat yang digunakan :
a. Hematology analyzer
b. Tabung EDTA
22

c. Tourniquet
d. Jas laboratorium
b) Bahan yang digunakan :
a. Darah
b. Spoit 3 cc
c. Handscoon
d. Masker
e. Kapas alcohol 70%
F. Jenis Data
1. Data primer adalah data identitas sampel dan data hasil pemeriksaan jumlah
leukosit.
2. Data sekunder adalah data yang berasal dari buku tentang gambaran umum
lokasi penelitian.
G. Pengelolahan Data
1. Pemeriksaan data (Editing)
Edting dilakukan untuk mengkaji dan meneliti data yang telah diperoleh.
2. Pemberian kode (Conding)
Conding dilakukan untuk memberikan kode pada data untuk memudahkan
dalam memasukkan ke program komputer.
3. Perhitungan (scoring)
Scoring dilakukan untuk pemberian skor pada lembar observasi dalam
bentuk angka-angka.
4. Pengelompokkan data (tabulating)
Tabulating menyusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi setelah
dilakukan perhitungan data secara manual.
H. Analisa data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Untuk melihat ada tidaknya
perbedaan maka dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan program
SPSS (Paired Sample Correlation) pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05 )
dengan kriteria penerimaan dan penolakan sebagai berikut :
1. Jika Ho diterima dan Ha ditolak, maka tidak ada perbedaan.
23

2. Jika Ho ditolak dan Ha diterima, maka ada perbedaan.


I. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini diolah dan di sajikan dalam bentuk tabel dan
diuraikan dalam bentuk narasi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota kendarai merupakan banguna atau gedung tinggalan
pemerintah belanda yang di dirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan yaitu : Dibangun oleh pemerintah belanda pada
tahun 1927, dilakukan rehabilitasi oleh pemerintah jepan pada tahun 1942 –
1945, menjadi rumah sakit tentara pada tahun 1945 – 1960, menjadi RSU.
Kabupaten kendari pada tahun 1960 – 1989, menjadi puskesmas gunung
jati pada tahun 1989 – 2001, menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001
berdasarkan perda Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
Pelayanan Medik dan IGD ). Berdasarkan SK Walikota Kendari No.
16 Tahun 2015 tanggal 13 mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD
Kota Kendari sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
2. Sarana Gedung
Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung
sebagai berikut:
a. Gedung Anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenville (Poliklinik)
c. Gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD)
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Crysant (Ruang O.K)
f. Gedung Asoka (ICU)
g. Gedung Teratai (Ponek)
h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)
i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)
j. Gedung Melati ( Rawat inap bedah)
k. Gedung Anggrek (Rawat Inap VIP, Kls I dan kls II)
l. Gedung Instalasi gizi
m. Gedung Laundry

24
25

n. Gedung Laboratorium
o. Gedung Kamar Jenazah
p. Gedung VIP
q. Gedung PMCC
Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD Kota Kendari
dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 10 buah
mobil operasional dokter dan 10 buah sepeda motor.
3. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD Kota Kendari pada tahun 2015
sebanyak 451 ( 207 PNS dan 244 Non PNS ) yang terdiri dari :
a. Tenaga Medis
b. Tenaga Paramedis perawatan
c. Tenaga Paramedis Non Perawatan
d. Tenaga Administrasi
4. Fasilitas Laboratorium
a. Ruangan Hematology
b. Ruangan Kimia Klinik
c. Ruangan Sampling
d. Ruangan Bakteriology
e. Ruangan Urinalisa
B. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian terhadap 30 sampel darah, pada perbedaan
hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit antara metode manual improved
neubauer dengan metode automatic hematology analyzer pada pasien rawat
jalan yang telah dilakukan pada tanggal 23-30 Juni 2016 dilaboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah kota kendari, diperoleh hasil sebagai berikut :
26

1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Pada saat penelitian berlangsung diperoleh karakteristik responden
berdasarkan umur banyak yang berjenis kelamin perempuan untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin di


Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.
Jenis Kelamin n Presentase ( % )
Laki-laki 12 40
Perempuan 18 60
Total 30 100
(Sumber : Data Primer 2016)
Dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa distribusi
pasien berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (40%)
dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (60%). Jadi
total frekuensi berdasarkan jenis kelamin pasien terdapat 30 pasien
dengan persentase 100%.
b. Umur
Tabel 2.Distribusi Sampel Berdasarkan Umur di Laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
No Umur n Presentase (%)
1 5-11 4 13,33
2 17-25 10 33,33
3 26-35 6 20
4 36-45 5 16,67
5 46-55 5 16,67
Total 30 100
(Sumber : Data Primer 2016 )
27

Pada saat penelitian berlangsung diperoleh karakteristik


responden berdasarkan umur banyak yang berumur 17-23 tahun
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 pada halaman 28:
Dari tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari total
frekuensi 30 responden selama penelitian, jumlah responden
terbanyak yaitu berumur 17-25 tahun berjumlah 10 orang (33,33 %)
dan jumlah responden terendah yaitu di range5-11tahun sebanyak 4
orang (13,33 %).
c. Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Meggunakan Metode
Manual Improved Neubauer Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah


Leukosit Meggunakan Metode Manual Improved
Neubauer Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
No Hasil Leukosit n %
1 Normal 25 83,4
2 Tidak Normal 5 16,6
Total 30 100
(Sumber : Data Primer 2016 )
Berdasarkan tabel 3, Distribusi menunjukan bahwa hasil
pemeriksaan hitung jumlah leukosit meggunakan metode manual
improved neubauerdi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
sebanyak 25 orang (83,4 %) pasien memiliki hitung jumlah leukosit
normal dan sebanyak 5 orang (16,6 %) pasien memiliki hitung
jumlah leukosit tidak normal. Jadi total frekuensi berdasarkan hasil
pemeriksaan hitung jumlah leukosit menggunakan metode manual
Improved Neubauer yaitu 30 pasien dengan persentase 100 %.
28

d. Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Meggunakan Metode


AutomaticHematology Analyzer Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.

Tabel 4.Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah


Leukosit Meggunakan Metode AutomaticHematology
Analyzer Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
No Hasil Leukosit n %
1 Normal 22 73,4
2 Tidak Normal 8 26,6
Total 30 100
(Sumber : Data Primer 2016 )
Berdasarkan tabel 4, Distribusi menunjukan bahwa hasil
pemeriksaan hitung jumlah leukosit meggunakan
metodeautomatichematology analyzerdi Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari sebanyak 22 orang (73,4 %) pasien memiliki
hitung jumlah leukosit normal dan sebanyak 8 orang (26,6 %)
pasien memiliki hitung jumlah leukosit tidak normal. Jadi total
frekuensi berdasarkan hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit
menggunakan metode manual Improved Neubauer yaitu 30 pasien
dengan persentase 100 %.
29

e. Perbedaan Hasil Hitung Jumlah Leukosit Antara Metode Manual


Improved Neubauer Dengan Metode Automatic Hematology
Analyzer Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari.

Tabel 5. Distribusi Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit


Antara Metode Manual Improved Neubauer Dengan
Metode Automatic Hematology Analyzer di Rumah Sakit
Umum
No Hasil penelitian Manual Automatic Jumlah
n % n % N %
1 Normal 25 83,4 22 73,4 47 78,4
2 Tidak normal 5 16,6 8 26,6 13 21,6
Total 30 100 % 30 100 % 60 100 %
(Sumber: Data Primer 2016)
Berdasarkan tabel 5, distribusi menujukkan bahwa hasil hitung
jumlah leukosit yang normal sebanyak 47 (78,4 %) dan yang tidak
normal sebanyak 13 (21,6 %)
C. Pembahasan
Pada penelitian perbedaan hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit
antara metode manual improved neubauer dengan metode automatic
hematology analyzer pada pasien rawat jalan telah dilakukan terhadap 30
responden di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pada tanggal 23-30
juni 2016Penelitian ini dilakukan secara observasi laboratorik, yang dimana
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan
hitung jumlah leukosit antara metode manual improved neubauer dengan
metode automatic hematology analyzer.
Hasil penelitian secara manual dengan 30 sampel yang memiliki hitung
jumlah leukosit normal sebanyak 25 pasien (83,4%) sedangkan yang tidak
normal sebanyak 5 pasien (16,6%), dan penelitian secara automatic
30

hematology analyzer yang memiliki hitung jumlah leukosit normal sebanyak


22 pasien (73,4%) sedangkan yang tidak normal sebanyak 8 pasien (26,6%).
Untuk lebih jelasnya perbedaan hitung jumlah leukosit antara metode
manual improved neubauer dengan automatic hematology analyzer dapat
dilihata pada grafik dibawah .
30
25
25 22
20

15

10 8
5
5

0
manual automatic normal tidak normal

Grafik 1. Perbedaan Hitung Jumlah Leukosit Antara Metode Manual


dan Automatic
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa dari kedua metode
tersebut, metode automatic hematology analyzer mampu menghitung jumlah
leukosit lebih presisi dan akurat dimana dengan menggunakan metode
atutomatic hematology analyzer tidak terjadi kesalahan sehingga pasien tidak
dirugikan dengan kesalahan interprestasi hasil seperti positif palsu atau
negative palsu.
Dari pengujian data menggunakan uji paried sampel didapatkan hasil,
nilai p=0,000, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
jadi ada perbedaan hasil hitung jumlah leukosit secaramanual improved
neubauer dengan automatic hematology analyzer.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hidayah (2011) yang menyatakan bahwa rata-rata hasil pemeriksaan hitung
jumlah leukosit secara manual dengan menggunakan Haemositometer adalah
8604/mm³ ,hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit cara automatik
menggunakan alat BC-2600 Auto Hematology Analyzer adalah
31

7720/mm³yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara hasil pemeriksaan


hitung jumlah leukosit secara manual dan automatik.
Dari hasil penelitian ini dengan menggunakan uji paried sampel yang
menujjukan hasil nilai rata-rata pada alat automatic hematology analyzer
sebesar 8070/mm³ sedangkan pada alat manual improved neubauer sebesar
7575/mm³.
Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhartiningsih
(2010) bertentangan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit secara manual
dan automatic.Perbedaan hasil penelitian ini dengan Suhartiningsih (2010),
kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan alat lab yang digunakan
kemungkinan pada saat itu tidak terlalu bersih dan lengkap, serta
keterampilan saat mengerjakan pemeriksaan hitung jumlah leukosit bisa saja
ada kesalahan dalam perhitungan jumlah leukosit.
Dalam perhitungan sel leukosit pada alat manual improved neubauer
sangat sulit untuk mengontrol atau mendapat akurasi dan presisinya,
disebabkan sel leukosit bercampur dengan kotoran pada objek gelas maka
pada waktu pembacaan hitung jumlah leukosit memerlukan waktu yang
cukup lama agar diperoleh hasil yang maksimal.
Automatic hematology analyzer sebagai salah satu jalan yang bisa
ditempuh untuk memaksimalkan pemeriksaan tanpa tergantung pada tenaga
ahli diciptakan suata alat yang bisa dioprasikan secara sederhana dengan kata
lain automatic hematology analyzer dirancang untuk tenaga ahli yang tanpa
membutuhkan keterampilan khusus. Alat automatic hematology analyzer ini
dirancang sebagai alat yang memiliki akurasi hasil yang mudah dievaluasi
karena akurasi dan presisinya bisa dikontrol, jumlah sel yang ditung lebih
banyak dan pembacaan sampel pemeriksaan hanya memerlukan waktu yang
singkat sampai pada hasil yang diinginkan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 23-30 juni
2016yang berjudul perbedaa hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit
menggunakan kamar hitung (Improved Neubauer) dengan alat automatik
automatic hematology analyzer pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari, maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Hasil hitung jumlah leukosit menggunakan metode manual improved
neubauersebanyak 25 orang (83,4 %) pasien memiliki hitung jumlah
leukosit normal dan sebanyak 5 orang (16,6 %) pasien memiliki hitung
jumlah leukosit tidak normal.
2. Hasil hitung jumlah leukosit menggunakan metode automatic
hematology analyzersebanyak 22 orang (73,4 %) pasien memiliki
hitung jumlah leukosit normal dan sebanyak 8 orang (26,6 %) pasien
memiliki hitung jumlah leukosit tidak normal.
3. Dari dua metode perbedaan pemeriksaan hitung jumlah leukosit
dengan metode manual improved neubauer dan metode
automatichematology analyzer menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara kedua metode.
B. Saran
1 Agar pemantapan mutu hasil pemeriksaan laboratorium senantiasa
dilakukan.
2 Agar dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai perbandingan
alat manual dan alat automatik pada pemeriksaan eritrosit.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti. 2006. Anatomi Fungsional, Diktat D-III Analis Kesehatan Universitas


Indonesia Timur Makassar. Makassar.

Ayisetia, Budi. 2009. Komposisi Darah. Bandung.

Adibah. 2009. Fungsi Sel Darah Putih. Jakarta.

Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. EGC. Jakarta.

Corwin, E, J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Davey, P. 2003. At a Glance MEDICINE.Erlangga. Jakarta.

Frances K.Widman. 2000. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan


Laboratorium.EGC. Jakarta.

Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.

Hidayah.2002. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Secara


Manual Dan Automatic.

Indriani, R .Krihariyani, D and Pestariati. 2013. Precision and Accuration Of


Leukosyte Number Count of Tube Method and Thoma Method Result
Towards Sysmex Device.

Jane, B, B. 2014. Hematology Kurikulum Inti. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ratna, S, S. 2009. Analisis Hukum Terhadap Pemberian Transfusi Darah Di


Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.

Rukman, K, dr. 2014. Hematologi & Transfusi.Erlangga. Jakarta.

Sadikin, H, M. 2001.Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta.

Sacher, R, A. 2004.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta.

Septini, Dwi. 2015. Pedoman Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit. Jakarta

Suhartiningsih.2010. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Jumlah Leukosit Secara


Manual Dan Secara Otomatis Di Instansi Laboratorium RSUD Banyumas.

Subowo. 2009. Histologi Umum. CV Sagung Seto. Bandung.

33
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.Alfabeta. Bandung.

Wirawan. 2000. Hematologi Sederhana.Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.
LAMPIRAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
LABORATORIUM
Jl.Z.A. Sugianto No.39 Kota Kendari Tlp.(0401) 33359171

LEMBAR HASIL PENELITIAN

Judul Penelitian : Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit


Antara Metode Manual Improved NeubauerDengan Metode
Automatic Hematology AnalyzerPada Pasien Rawat Jalan Di
RSUD Kota Kendari

Nama Peneliti : Devi Ekafitria Asrat


NIM : P00320013106
No Kode Sampel Jenis Kelamin Umur Hitung Jumlah Leukosit
Automatic Manual
1 L1 L 22 3100 3000
2 L2 P 10 3900 3250
3 L3 P 8 10200 10000
4 L4 L 20 6800 7000
5 L5 P 32 9300 9000
6 L6 P 11 5900 6000
7 L7 P 18 10000 9500
8 L8 L 38 7100 7000
9 L9 L 30 7600 7500
10 L10 L 35 5900 5250
11 L11 P 40 8000 7250
12 L12 P 6 3500 3600
13 L13 L 43 9900 8500
14 L14 P 46 8900 8300
15 L15 P 38 8100 8000
16 L16 P 48 7500 7250
17 L17 L 50 7200 7000
18 L18 L 21 11300 8750
19 L19 P 24 13200 13000
20 L20 P 28 9500 9000
21 L21 P 46 12800 12500
22 L22 L 50 1500 1250
23 L23 P 40 6100 6000
24 L24 P 20 14000 13500
25 L25 L 21 7700 8000
26 L26 L 32 10000 9500
27 L27 P 18 6200 5700
28 L28 L 30 10800 9100
29 L29 P 38 9600 8400
30 L30 P 18 6500 5150

Kendari, juli 2016


Mengetahui,
Instruktur Penelitian Peneliti

Tuty Dwiyana Amd.Anakes, SKM Devi Ekafitria Asrat


NIP.198112262000122003 NIM. P00320013106
Lampiran 7

Uji SPSS Paried Sampel


T-TEST PAIRS=Manual WITH automatic (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
[DataSet0]

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


manual 7575,00 30 2808,170 512,699
Pair 1
automatic 8070,00 30 2954,033 539,330

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 manual & automatic 30 ,979 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)

Deviation Mean Interval of the


Difference

Lower Upper
manual -
Pair 1 -495,000 613,266 111,966 -723,997 -266,003 -4,421 29 ,000
automatic
Lampiran 8

Dokumentasi Penelitian

Mikroskop Automatic Hematology Analyzer


(Drew 3)

Sampel Darah dan Larutan Turk


Objek Gelas

Kamar Hitung dan Pipet Ukur


Pemipetan Darah

Pemipetan Larutan Turk


Perhitungan Jumlah Leukosit Pada Mikroskop
Lampiran 9

Kategori Umur Menurut Depkes

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009)


1. Masa balita : 0- 5 tahun
2. Masa kanak-kanak : 5- 11 tahun
3. Masa remaja awal : 12- 16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17- 25 tahun
5. Masa dewasa awal : 26- 35 tahun
6. Masa dewasa akhir : 36- 45 tahun
7. Masa lansia awal : 46- 55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56- 65 tahun
9. Masa manula : 65- sampai atas

Anda mungkin juga menyukai