OLEH :
Wa Ode Asriyani
P00320013137
A. Identitas Diri
Nama : Wa Ode Asriyani
NIM : P00320013137
Tempat, Tanggal Lahir : Marobea, 27 Agustus 1995
Suku / Bangsa : Muna/ Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 08 Kendari, tamat tahun 2007
2. MTs Negeri 2 Kendari, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 3 Kendari, tamat tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
v
MOTTO
“The best feeling in the world is to know that your parents are
smiling because of you”
Keluargaku tersayang
vi
ABSTRAK
Kata Kunci : Sedimen urine, ISK, kurang dari satu jam dan lebih dari
satu jam
Daftar Pustaka : 21 buah (2000 – 2015)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Perbedaan Hasil Pemeriksaan Sedimen Urine yang Diperiksa Kurang Dari
Satu Jam dan Lebih Dari Satu Jam Pada Pasien Suspek Infeksi Saluran Kemih
(ISK) di RSUD Kota Kendari”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III)
pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Proses penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang, dan
penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghanturkan rasa terimakasih
kepada ibu Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Satya
Darmayani,S.Si.,M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran
selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan
kepada:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Dr.Hj.Asridah
Mukaddimah, M.Kes dan Kepala Laboratorium Tuty Dwiyana Amd.Anakes,
SKM atas kesediaan tempat penelitian.
4. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.
5. Kepada bapak dan Ibu Dewan Penguji, Bapak Petrus, SKM., M.Kes, ibu
Askrening, SKM.,M.Kes dan ibu Reni Yunus, S.Si.,M.Si yang telah
memberikan arahan perbaikan demi kesempurnaan karyatulis ilmiah ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
viii
7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga,
kepada ibunda Wa Ode Anaridi dan ayahanda Kasim, S.Pd yang selama ini
telah banyak berkorban baik materi maupun non materi demi kesuksesan
penulis, terima kasih buat saudaraku Wa Ode Listiani, S.Pd.,M.Pd dan Ansar
Lubis yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Terima kasih penulis ucapkan kepada kakak Julianti Isma Sari Usman, S.ST
dan Rolly Iswanto,S.ST yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
9. Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuanganku jurusan analis kesehatan
yang dari awal kita bersama hingga saat ini, Terimakasih atas motivasi dan
semangat kalian.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi yang telah
penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis. Aamiin.
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ......................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
MOTTO ....................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .................................................................. …1
B. RumusanMasalah ............................................................. …4
C. TujuanPenelitian .................................................................. 4
D. ManfaatPenelitian ................................................................ 5
x
E. InstrumenPenelitian............................................................ 32
F. ProsedurKerja ..................................................................... 33
G. Kerangka Konsep .............................................................. 35
H. Jenis Data ........................................................................... 36
I. Pengolahan Data................................................................. 36
J. Analisis Data ...................................................................... 37
K. Penyajian Data ................................................................... 37
L. EtikaPenelitian ................................................................... 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 53
B. Saran ................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Distribusi Responden Pasien Berdasarkan Jenis
Kelamin di Laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari............................................................. 42
Tabel 2 Distribusi Responden Pasien Berdasarkan Umur
di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari ......................................................................... 43
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Sedimen
Urine Kurang Dari Satu Jam Pada Pasien Suspek
ISK ........................................................................................ 43
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Sedimen
Urine Lebih Dari Satu Jam Pada Pasien Suspek
ISK ........................................................................................ 44
Tabel 5 Hasil Uji Alternatif Uji T Berpasangan (Uji
Wilcoxon) Pada Perbedaan Hasil Pemeriksaan
Sedimen Urine Yang Diperiksa Kurang Dari
Satu Jam Dan Lebih Dari Satu Jam Pada Pasien
Suspek ISK ............................................................................ 48
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Diagram Pemeriksaan Leukosit Kurang Dari
Satu Jam (segera) dan Lebih Dari Satu Jam (120
menit) .................................................................................... 45
Gambar 2 Diagram Pemeriksaan Eritrosit Kurang Dari
Satu Jam (segera) dan Lebih Dari Satu Jam (120
menit) .................................................................................... 46
Gambar 3 Diagram Pemeriksaan Sel Epitel Kurang Dari
Satu Jam (segera) dan Lebih Dari Satu Jam (120
menit) .................................................................................... 47
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.Prevalensi
ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada
usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2%, sedangkan pada usia
sama atau di atas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar
20%. Infeksi saluran kemih dapat terindikasi baik pada laki-laki maupun
wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering terinfeksi
dari pada pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15% (Agus
Tessy, 2008).
Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya invasi mikroorganisme
pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan
bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur dengan jumlah signifikan.
Tingkat signifikan jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin.
Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia Coli, Proteus Sp,
Klebsiella Sp, Serratia, Pseudomonas Sp (Coyle & Prince, 2008).
Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi
yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasandan
sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Menurut perkiraan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kasus penderita ISK di Indonesia
adalah 90 – 100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar
180.000 kasus baru pertahun. Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari jumlah pasien yang melakukan
pemeriksaan urinalisis (sedimen urine) dari bulan Januari sampai dengan
Maret tahun 2016 sebanyak 233 orang dan jumlah pasien ISK pada tahun
2015 sebanyak 16 orang.
1
2
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
Untuk memberikan sumbangsih ilmiah untuk almamater
berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan hasil pemeriksaan
sedimen urine yang diperiksa kurang dari satu jam dan lebih dari satu
jam pada pasien suspek ISK di RSUD Kota Kendari.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan informasi kepada tenaga kesehatan khususnya di
laboratorium klinik mengenai adanya perbedaan hasil pemeriksaan
sedimen urine yang diperiksa kurang dari satu jam dan lebih dari satu
jam pada pasien suspek ISK
3. Bagi peneliti
menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Infeksi Saluran Kemih
1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih
a. Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. ISK merupakan salah satu penyakit infeksi
yang sering di temukan di praktik umum. ISK dapat terjadi pada pria
dan maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita infeksi saluran kemih dari
pada pria (Sukandar,2007).
b. ISK adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih,
yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan
istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih
yang tidak hanya mengenai kandung kemih (prostatitis, uretritis)
(Arief Mansjoer, 2008).
c. Infeksi saluran kemih adalah berkembangbiaknya mikroorganisme
didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain (Suharyanto
Toto, 2009).
d. Infeksi saluran kemih di diagnosis dengan membiak organisme
spesifik. Bakteri penyebab paling umum adalah Escheria Coli,
organisme aerobik yang banyak terdapat di daerah usus bagian
bawah (Tambayong, 2008).
Dari berbagai pengertian disimpulkan bahwa ISK atau Urinarius
Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroorganisme pada saluran kemih.
6
7
a. Urinalisis
1) Carik celup
a) Leukosit esterase positif
Merupakan enzim yang terdapat di dalam neutrofil,
menggambarkan banyaknya leukosit dalam urine.
b) Nitrit positif
Tidak termasuk dalam komposisi urine normal, tetapi dapat
ditemukan bila nitrat menjadi nitrit oleh bakteri.
c) Darah positif
Hematuria terkadang bisa menyertai ISK tetapi tidak dipakai
sebagai indikator diagnostik.
d) Protein
Proteinuria dapat menyertai ISK tetapi tidak digunakan
sebagai indikator diagnostik.
2) Mikroskopis
Urinalisis dengan cara pengambilan sampel urine yang bersih
biasanya akan memperlihatkan piuria (sel-sel leukosite PMN
dalam urine), bakteriuria, leukosite esterase dan senyawa nitrit
(Tao dan Kendall, 2014).
a) Leukosituria
Dinyatakan positif apabila secara mikroskopis didapatkan
>10 leukosit per mm3 atau >5 per lapangan pandang bbesar
(LPB).
b) Hematuria
Dapat disebabkan oleh kerusakan glomerulus ataupun
urolithiasis, tumor ginjal, dan sebagainya. Oleh beberapa
penelitian digunakan sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila
dijumpai 5 – 10 eritrosit/lapangan pandang besar.
b. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan biakan urine untuk
menentukan keberadaan bakteri, jenis bakteri, sekaligus antibiotik
9
c) urine postprandial
Sampel urine ini berguna untuk pemeriksaan terhadap
glukosuria. Ia merupakan urine yang pertama kali dilepaskan 1 1/2 – 3
jam sehabis makan. Urine pagi tidak baik untuk penyaringan
terhadap adanya glukosuria.
d) urine 24 jam
Apabila diperlukan penetapan kuantitatif suatu zat dalam
urine, urine sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan
proses-proses metabolik dalam badan. Hanya jika urine itu
dikumpulkan selama waktu yang diketahui, dapat diberikan suatu
kesimpulan. Agar angka analisa dapat diandali, biasanya dipakai
urine 24 jam.
Untuk mengumpulkan urine 24 jam diperlukan botol besar,
bervolume 11/2 liter atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Botol
itu harus bersih dan biasanya memerlukan suatu zat pengawet
(Gandosoebrata, 2007).
Prosedur pengumpulan urine 24 jam adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan klien untuk buang air kecil atau mengosongkan
kandung kemih (seperti pukul 08.00 pagi), kemudian urine
dibuang.
b. Semua urine 24 jam berikutnya dikumpulkan dan disimpan
dalam wadah yang bersih.
c. Setelah pengumpulan kemudian disimpan selama 24 jam
(Suharyanto dan Madjid, 2013).
e) Urine 3 gelas dan urine 2 gelas pada orang laki-laki
Penampungan dengan cara ini dipakai pada pemeriksaan
urologik dan dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang
letaknya radang atau lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah
atau darah dalam urine seorang laki-laki.
Cara menjalankan penampungan tiga gelas dimulai dengan
instruksi kepada penderita bahwa ia beberapa jam sebelum
15
satu wadah ke wadah yang lain, kocoklah terlebih dahulu agar semua
endapan ikut serta pindah tempat. Jagalah jangan ada yang terbuang.
Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengambilan sampel
urine adalah identitas penderita yaitu nama, nomor rekam medis, tanggal
dan jam pengambilan bahan. Identitas ini ditulis diwadah urine dan harus
sesuai dengan nomor permintaan. Pada formulir permintaan dicantumkan
nama, nomor rekam medis, dan tanggal. Sebelum mengerjakan tes,
diteliti kembalu jenis tes yang diminta untuk diperiksa. Hal ini akan
mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.
Bahan tes yang terbaik adalah urine segar kurang dari 1 jam
setelah dikeluarkan. Urine yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu
kamar akan menyebabkan perubahan pada urine. Apabila terpaksa
menunda pemeriksaan, urine harus disimpan dalam lemari es pada suhu 2
– 8oC dan penundaan tidak lebih dari 8 jam. Pada keadaan tertentu
sehingga urine harus dikirim pada tempat yang jauh dan atau tidak ada
lemari es, bisa menggunakan pengawet (Gandosoebrata, 2007).
4. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik meliputi :
1) Kejernihan dan warna
Secara normal urine berwarna kuning muda dan kejernihan jernih
atau sedikit keruh.
2) Derajat keasaman (pH)
Penetapan pH urine dilakukan dengan memakai indikator strip
3) Bau
Bau urine secara normal yang karakteristik disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap
4) Volume urin
Pada orang dewasa normal produksi urine ± 1500 ml / 24 jam,
berguna untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal serta
kelainan keseimbangan cairan tubuh.
17
5) Berat jenis
Berat jenis memberikan kesan tentang kepekatan urine. Urine pekat
dengan berat jenis > 1,030 mengindikasikan kemungkinan adanya
glukosuria. Batas normal berat jenis urine berkisar antara 1,003 –
1,030 (Hardjoeno dan Fitriani, 2007).
5. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia urine cukup banyak diminta oleh para klinisi.
Pemeriksaan kimia urine yang dilakukan di rumah sakit dengan
menggunakan carik celup. Tes carik celup menggunakan reagen strip
dimana reagen telah tersedia dalam bentuk kering siap pakai, reagen
relatif stabil, murah, volume urine yang dibutuhkan sedikit, bersifat siap
pakai serta tidak memerlukan persiapan reagen. Prosedurnya sederhana
dan mudah. Penilaian secara semikuantitatif dilakukan dengan melihat
skala warna pada area tes yang kemudian dibaca dengan alat
semiotomatik atau urine analyzer seperti uriscan untuk penilaian secara
kuantitatif.
Parameter dapat diketahui dengan memakai reagen strip, salah satu
contoh reagen strip yang digunakan di rumah sakit adalah uriscan 11 strip
yang dapat menentukan 11 parameter tes urine yaitu:
1) Glukosa
Pemeriksaan glukosa dalam urine berdasarkan pada glukosa
oksidase yang akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat
dan hidrogen peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini dengan
adanya peroksida akan mengkatalisis reaksi antara potassium iodida
dengan hidrogen menghasilkan H2O dan O n. O nascens akan
mengoksidasi zat warna potassium iodide dalam waktu 60 detik
membentuk warna biru muda, hijau sampai coklat. Sensitivitas
pemeriksaan ini adalah 50 mg/dl. Dan pemeriksaan ini spesifik untuk
glukosa. Hasil negatif palsu pada pemeriksaan glukosa dapat
disebabkan oleh bahan reduktor seperti vitamin C, keton, asam
18
kuning kehijau – hijauan hingga hijau kebiru –biruan dan biru tua.
Protein kadar tinggi dan vitamin C dapat menghasilkan negatif paslu.
Positif palsu kadang dijumpai apabila urine terdapat bakteri.
Sensitivitasnya adalah 5 RBC/ µl atau 3 – 5 RBC/LPB. Nilai rujukan
adalah negatif.
10) Berat jenis
Pemeriksaan berat jenis dalam urine berdasarkan pada
perubahan pKa dari polielektrolit. Polielektrolit yang terdapat pada
carik celup akan mengalami ionisasi menghasilkan ion hidrogen. Ion
hidrogen yang dihasilkan tergantung jumlah ion yang terdapat dalam
urine. Perubahan pH yang terdeteksi oleh indikator bromthymol
blue. Bromthymol blue akan berwarna biru tua hingga hijau pada
urine dengan berat jenis rendah dan berwarna hijau kekuning –
kuningan jika berat jenis urine tinggi. Nilai rujukan asalah 1,003 –
1,029, anak dengan intake cairan yang normal Bj 1,016 – 1,022.
11) Asorbacid acid
Jika kadar asorbacid acid lebih dari 25 mg/dl akan menunjukan
warna ungu. Glukosa, nitrat, darah samar akan mempengaruhi hasil.
Snsitivitasnya adalah 10 mg/dl (Hardjoeno dan Fitriani, 2007).
6. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik ialah pemeriksaan sedimen urine yang
termasuk pemeriksaan rutin, urine yang dipakai adalah urine sewaktu.
Untuk mendapatkan sedimen yang baik diperlukan urine pekat yaitu
urine yang diperoleh pada pagi hari dengan berat jenis e”1,023 atau
osmolalitas >300 mosm/kg dengan pH yang asam (Hardjoeno dan
Fitriani, 2007).
Gandosoebrata (2007) menyatakan bahwa Pemeriksaan sedimen
urine ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan
saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urine yang dipakai ialah
urine sewaktu yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet
formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa
21
8. Prinsip Pemeriksaan
Urine mengandung elemen-elemen sisa hasil metabolisme
didalam tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan
bersama urine tetapi ada pula yang dikeluarkan pada keadaan tertentu.
Elemen-elemen dapat dipisahkan dari urine dengan sentrifugasi, elemen
akan mengendap, dan endapan tersebut dilihat dengan mikroskop.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Infeksi organ urogenitalia atau infeksi saluran kemih merupakan
penyakit yang sering dijumpai pada praktik dokter sehari-hari mulai dari
infeksi ringan yang hanya terdeteksi lewat pemeriksaan urin, hingga infeksi
berat yang dapat mengancam jiwa. Infeksi yang terjadi pada saluran kemih
merupakan infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam
saluran kemih, sehingga menimbulkan reaksi inflamasi urotelium yang
melapisi saluran kemih.
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui
ginjal. Pemeriksaan mikroskopik urine yaitu pemeriksaan sedimen urine yang
meliputi pemeriksaan leukosit, eritrosit dan sel epitel yang didapatkan setelah
urine disentrifugasi. Pada pemeriksaan ini urine yang dipakai adalah urin
sewaktu. Pemeriksaan ini penting untuk megetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil
(10 X) yang dinamakan lapangan pandang kecil atau LPK , selain itu dipakai
lensa objektif besar (40 X) yang dinamakan lapangan pandang besar atau
LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif,
yaitu jumlah rata – rata per LPK untuk silinder dan LPB untuk eritrosit dan
leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal
cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak), +++ (banyak sekali).
27
28
B. Kerangka pikir
Perbedaan hasil
pemeriksaan
29
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variabel): waktu yaitu kurang dari satu jam
dan lebih dari satu jam.
2. Variabel terikat (dependent variabel): Sedimen urine.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Waktu adalah rangkaian proses kegiatan yang diperlukan untuk
pemeriksaan sedimen urine terdiri dari 0 menit (segera) dan 120 menit.
Kriteria objektif:
a. Kurang dari satu jam merupakan waktu pada saat diterimanya sampel
urine oleh Ruanga Penerimaan Urine Laboratorium RSUD Kota
Kendari. Waktu pemeriksaan yang ditentukan oleh peneliti antara 0 –
59 menit.
b. Lebih dari satu jam merupakanpenundaan waktu yang ditentukan
oleh peneliti untuk melihat perbedaan hasil pemeriksaan sedimen
urine. Waktu pemeriksaan yang ditentukan peneliti adalah 120 menit.
2. Urine adalah hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.
3. Sedimen urine adalah pemeriksaan mikroskopik urine yang meliputi
leukosit, eritrosit dan sel epitel yang didapatkan melalui proses
sentrifugasi kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
Kriteria objektif :
Elemen-elemen yang mengendap setelah disentrifus selama 5 menit pada
2000 rpm yaitu leukosit, eritrosit, dan epitel.
Cara pelaporan unsur sedimen menurut JCCLS :
Sel darah dan epitel dilaporkan:
- : 0 – 2 sel/Lapangan pandang besar (LPB)
1+ : <4 sel/Lapangan pandang besar (LPB)
2+: 5 – 9 sel/Lapangan pandang besar (LPB)
3+: 10 – 29 sel/Lapangan pandang besar (LPB)
4+ : > 30 sel – ½ Lapangan pandang besar (LPB)
5+ : > ½ Lapangan pandang besar (LPB)
30
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasi analitik untuk
melihat perbedaan hasil pemeriksaan sedimen urine yang diperiksa kurang
dari satu jam dan lebih dari satu jam pada pasien suspek ISK.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2016 di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Saryono.2013: 169). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien suspek infeksi saluran kemih yang melakukan pemeriksaan
urine di RSUD Kota Kendari mulai Januari sampai Maret sebanyak 233
populasi.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah dengan menggunakan
teknik Sampling Purposive dimana penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (sugiyono, 2011:84).
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi:
a. Spesimen urine dengan suspek ISK yang masuk ke
Laboratorium RSUD Kota Kendari.
2) Kriteria ekslusi :
a. pasien yang memiliki penyakit yang dapat mengganggu
pengukuran maupun interpretasi hasil.
b. Pasien yang menolak pemeriksaan.
31
32
b. Besar Sampel
Jika populasi > 100 maka diambil sampel 15 – 30 % dan jika
populasi < 100 maka diambil sampel 25 – 50 % (Notoatmodjo.
2005).
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 35 sampel ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
F. Prosedur kerja
1. Pra Analitik
a. Prinsip pemeriksaan: Urine mengandung elemen-elemen sisa hasil
metabolisme didalam tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal
dikeluarkan bersama urine tetapi ada pula yang dikeluarkan pada
keadaan tertentu. Elemen-elemen dapat dipisahkan dari urine dengan
sentrifugasi, elemen akan mengendap, dan endapan tersebut dilihat
dengan mikroskop
b. Persiapan pasien
Pasien diberi wadah penampung urine. Penampung urine terdiri dari
berbagai macam tipe dan bahan, saat ini yang lazim digunakan adalah
wadah yang terbuat dari plastik. Wadah harus bermulut lebar, bersih,
kering dan bertutup (Hardjoeno dan Fitriani, 2007).
c. Persiapan sampel
Hal pertama yang harus diperhatikan pada pengambilan sampel urine
adalah identitas penderita yaitu nama, nomor rekam medis, tanggal dan
jam pengambilan bahan. Identitas ini ditulis diwadah urine dan harus
sesuai dengan nomor permintaan. Pada formulir permintaan
dicantumkan nama, nomor rekam medis, dan tanggal (Hardjoeno dan
Fitriani, 2007).
d. Jenis sampel
Sampel urine yang dipakai dalam pemeriksaan urinalisis adalah urine
sewaktu.
2. Analitik
a) Homogenkan terlebih dahulu sampel urine.
b) Masukkan 10 mL urine kedalam tabung sentrifus lalu urine tersebut
disentrifuge selama 5 menit pada 1500 – 2000 rpm
c) Buanglah supernatan (cairan bagian atas) dengan cepat, lalu tabung
ditegakkan kembali sehingga didapatkan sedimen urine.
d) Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen.
34
G. Kerangka Konsep
pasien
urinalisis
sedimen
Leukosit
Eritrosite
Sel epitel
Bakteri
kristal
protozoa
ragi
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
H. Jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung pada saat
penelitian, meliputi hasil pemeriksaan sedimen urine yang diperiksa
kurang dari satu jam dan lebih dari satu jam di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur yang mendukung
dalam penelitian yang meliputi jurnal dan penelitian terdahulu.
I. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah menggunakan program
SPSS for windows versi 20.
1. Memeriksa Data (Editing)
Editing adalah langkah atau kegiatan yang dilakukan dengan maksud
memeriksa data, menghindari kesalahan yang salah dari data yang telah
dikumpulkan, serta memperjelas data yang diperoleh.
2. Memberi Kode (koding)
Koding adalah kegiatan mengklasifikasikan data menurut kategori
dan jenisnya masing-masing untuk memudahkan dalam pengolahan data
maka setiap kategori diberi kode.
3. Memasukan Data (Entry Data)
Entry Data adalah kegiatan memasukan data sesuai dengan
variable-variabel yang telah ada.
4. Menyusun Data (Tabulating)
Tabulating adalah kegiatan untuk meringkas data yang diperoleh
kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan. Data yang diperoleh
kemudian dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel
tertentu menurut sifat dan kategorinya.
37
J. Analisi Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan secara deskritif dari masing-masing
variabel dengan tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.
2. Analisis bivariat
Analisi bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis yaitu ada
perbedaan hasil pemeriksaan sedimen urine yang diperiksa kurang dari
satu jam dan lebih dari satu jam pada pasien infeksi saluran kencing di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Untuk menguji hipotesis
tersebut dilakukan uji-t dengan rumus:
Dengan:
t : Nilai t hitung
D = X1 – X2
Sd : Standar Deviasi dari D
Karena perhitungan uji ini dibantu dengan program SPSS, maka
pengambiulan keputusan adalah dengan melihat nilai t atau probabilitas
(sig.) untuk equal variance assumed maupun equal variance not
assumed, yaitu:
Jika thitung ttabel atau probabilitas (sign.) 0,05, maka hipotesis di tolak
Jika thitung ttabel atau probabilitas (sign.) 0,05, maka hipotesis diterima
dengan nilai ttabel = t(α,n1+n2-2)
K. Penyajian Data
Data yang telah diolah disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi
dan tabel.
38
L. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek. Adapun
etika penelitian yaitu :
1. Informedconsent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yaitu pasien
ataupun keluarga dari pasien yang ditemui peneliti saat pengambilan data
pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Bila subyek menolak, maka
peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-hak pasien
maupun responden.
2. Anomity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden tetapi lembaran tersebut diberikan inisial atau kode.
3. Confidentially
Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data
yang telah dikumpulkan dalam disk dan hanya bisa diakses oleh peneliti
dan pembimbing.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSUD kota kendari awalnya terletak di Kota Kendari, tepatnya di
Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan
luas bangunan 1.800 M2. Pada tahun 2008 pemerintahan Kota Kendari
telah memperluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit yang dibangun
secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP, DAK dan
DPPIPD.
2. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung tinggalan
pemerintah Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan yaitu: dibangun oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1927, dilakukan rehabilitas oleh pemerintah Jepang pada tahun 1942
– 1945, Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 – 1960, menjadi
Rumah Sakit Umum Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989, menjadi
Rumah Sakit Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001, menjadi Rumah Sakit
Umum Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota Kendari
No.17 Tahun 2001.
Diresmikan penggunaannya sebagai Rumah Sakit Umum Daerah
Abunawas Kota Kendari oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23
Januari 2003. Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah
Abunawas Kota Kendari resmi menempati gedung baru yang terletak di Jl.
Brigjen Z.A Sugiono No: 39 kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota
Kendari. Pada tanggal 12 – 14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil terakreditasi penuh
sebanyak 5 pelayanan (Administrasi & Manajemen, Rekam Medik,
Pelaanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD). Berdasarkan SK
Walikota Kendari No.16 Tahun 2015 tanggal 13 mei 2015 dikembalikan
39
40
namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari sesuai perda
Kota Kendari No.17 tahun 2001.
3. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD Kota Kendari pada tahun
2015 sebanyak 451 (207 PNS dan 244 Non PNS) yang terdiri dari:
a. Tenaga medis
b. Tenaga paramedis perawatan
c. Tenaga paramedis non perawatan
d. Tenaga administrasi
4. Sarana Gedung
Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung
sebagai berikut:
a. Gedung Anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenville (Poliklinik)
c. Gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD)
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Crysant (Ruang O.K)
f. Gedung Asoka (ICU)
g. Gedung Teratai (Ponek)
h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)
i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)
j. Gedung Melati (Rawat inap bedah)
k. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP, kelas 1 dan kelas 2)
l. Gedung Instalasi Gizi
m. Gedung Loundry
n. Gedung Laboratorium
o. Gedung Kamar Jenazah
p. Gedung VIP
q. Gedung PMCC
41
No Jenis Kelamin N %
1 Laki-laki 16 45,71
2 Perempuan 19 54,29
Total 35 100
periksa lebih dari satu jam (120 menit) didapatkan hasil leukosit yang
negatif sebanyak 3 sampel (8,57%) dan positif sebanyak 32 (91,43%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1:
Pemeriksaan Leukosit
35
30
91,43% 91,43%
25
20
15
10
5 8,57% 8,57%
0
0 menit 120 menit
Negatif positif
Pemeriksaan Eritrosit
30
25
71,43%
20 62,86%
15
10
37,14%
5 28,57%
0
0 menit 120 menit
Negatif positif
Pemeriksaan sel epitel pada sedimen urine yang diperiksa kurang dari
satu jam (segera) mendapatkan hasil yang negatif 11 sampel (31,43%) dan
positif 24 sampel (68,57%) sedangkan yang diperiksa lebih dari satu jam (120
menit) yang negatif sebanyak 9 sampel (25,71%) dan positif sebanyak 26
sampel (74,29%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3:
47
25
74,29%
20 68,57%
15
10
31,43%
5 25,71%
0
0 menit 120 menit
Negatif positif
(2011) yang menyatakan bahwa insiden ISK lebih tinggi pada wanita karena
uretra wanita yang lebih pendek dari pada uretra pria, sehingga memudahkan
masuknya bakteri dari anus dan daerah sekitar genitalia kedalam saluran
kemih.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jumlah responden
terbanyak berumur 17-25 tahun yaitu sebanyak 16 orang (45,71%) dan
jumlah responden terendah berumur 56-65 tahun yaitu sebanyak 1 0rang
(2,85%). Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin rendah
tingkat umur seseorang maka semakin rendah tingkat pengetahuan terhadap
hygiene organ reproduksi begitupun sebaliknya semakin tinggi tingkatan
umur seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang
dimilikinya mengenai hygiene organ reproduksinya.
Untuk dapat mendeteksi penyakit ISK maka perlu dilakukan
pemeriksaan sedimen urine. Tes sedimen urine digunakan untuk
mengidentifikasi jenis atau unsur sedimen urine yaitu leukosit, eritrosit dan
sel epitel. Selain itu Tes ini juga digunakan untuk memantau perjalanan
penyakit pada kelainan ginjal dan saluran kemih.
Secara teori dalam pemeriksaan sedimen urine dibutuhkan urine
sewaktu yang masih segar dalam penampungan yang tertutup rapat dan tidak
terkontaminasi. Pemeriksaan harus dilakukan secepat mungkin paling lambat
1 jam setelah urine ditampung. Melakukan penundaan pemeriksaan dapat
menjadi sumber kesalahan, sehingga hasil yang diharapkan tidak sesuai
dengan kondisi klinis pasien. Unsur-unsur berbentuk (sedimen) dalam urine
mulai rusak dalam waktu 2 jam dan bila dibiarkan lama dalam suhu kamar
akan terjadi lisis sel serta torak dan urine akan berubah menjadi alkalis
(Hardjoeno dan Fitriani, 2007).
Dari hasil penelitian pembacaan leukosit pada sedimen urine pasien
yang diperiksa kurang dari satu jam (segera) terhadap 35 sampel urine
didapatkan 3 sampel negatif (8,57%) dan positif sebanyak 32 (91,43%)
sedangkan pada urine dengan sampel yang sama yakni sampel yang di periksa
50
lebih dari satu jam (120 menit) didapatkan hasil leukosit yang negatif
sebanyak 3 sampel (8,57%) dan positif sebanyak 32 (91,43%).
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan tidak ada perbedaan pada
hasil pemeriksaan leukosit baik kurang dari satu jam (segera) maupun yang
lebih dari satu jam (120 menit). Hasil yang diperoleh tidak sejalan dengan
teori yang menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan leukosit mulai diragukan
apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam setelah urine dikemihkan
(Delanghe dan Speeckaert, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vejkovic et al (2012) yang melaporkan bahwa
urine dapat disimpan disuhu ruang sampai 4 jam tanpa penambahan bahan
pengawet dan tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap hasil
pemeriksaan urine mikroskopis. Leukosit atau sel darah putih mempunyai
batas normal jika ditemukan dalam urine berkisar 0-5/lapangan pandang
kecil. Adanya leukosit dalam urine sering ditemukan pada kasus infeksi
saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita flour
albus.
Dari hasil Pemeriksaan eritrosit didapatkan bahwa dari 35 sampel
urine yang diperiksa kurang dari satu jam (segera) diperoleh hasil yang
negatif sebanyak 13 sampel (37,14%) dan positif sebanyak 22 (62,86%)
sedangkan pada urine yang diperiksa lebih dari satu jam (120 menit)
diperoleh hasil negatif sebanyak 10 sampel (28,57%) dan 25 sampel positif
(71,43%).
Berdasarkan hasil pemeriksaan eritrosit, menunjukkan perbedaan
dalam hasil pemeriksaan eritrosit yang diperiksa kurang dari satu jam (segera)
dan lebih dari satu jam (120 menit) dimana kepekatan dari urin yang
diperiksa kurang dari satu jam (segera) memberikan hasil yang akurat
sehingga dalam penegakan diagnosa dari hasil pemeriksaan lebih terarah
dalam memberikan pengobatan pada pasien. Dalam keadaan normal tidak
dijumpai eritrosit dalam sedimen urine, adanya eritrosit dalam urine disebut
hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh pendarahan dalam saluran
51
kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada
penyakit dengan diatesa hemoragik.
Pemeriksaan sel epitel pada sedimen urine yang diperiksa kurang dari
satu jam (segera) mendapatkan hasil yang negatif 11 sampel (31,43%) dan
positif 24 sampel (68,57%) sedangkan yang diperiksa lebih dari satu jam (120
menit) yang negatif sebanyak 9 sampel (25,71%) dan positif sebanyak 26
sampel (74,29%).
Berdasarkan hasil pemeriksaan sel epitel, sedimen yang diperiksa
kurang dari satu jam (segera) lebih jelas bentuk, ukuran dan jumlahnya
dibandingkan dengan sedimen urine yang diperiksa lebih dari satu jam (120
menit) dan dalam keadaan patologik jumlah sel epitel dapat meningkat,
seperti pada infeksi saluran kemih.
Data yang diperoleh dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
dan dianalisis dengan program SPSS for windows versi 20. Analisis data
dengan program SPSS terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui apakah distribusi data yang diperoleh normal atau tidak. Setelah
dilakukakn uji normalitas terhadap sampel berpasangan didapatkan data tidak
terdistribusi normal disebabkan karena data tidak bervariasi artinya hanya
beberapa parameter pemeriksaan yang berbeda maka digunakan uji alternatif t
berpasangan yakni uji wilcoxon terhadap variasi waktu pemeriksaan urine
pada suspek ISK.
Perlakuan pemeriksaan terhadap urine yang diperiksa kurang dari satu
jam (segera) dan lebih dari satu jam (120 menit) menunjukkan hasil
pemeriksaan sedimen urine leukosit dengan nilaisignifikan (P) 0,157 > 0.05,
maka hipotesis ditolak. Sedangkan pada pemeriksaan eritrosit didapatkan
nilai signifikan (P) 0,011 > 0,05 maka hipotesis ditolak. Begitu pula pada
pemeriksaan sel epitel, didapatkan nilai signifikan (P) 0,783 > 0,05 maka
hipotesis di tolak yakni tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
hasil pemeriksaan sedimen urine yang diperiksa kurang dari satu jam dan
lebih dari satu jam pada suspek ISK. Hasil penelitian ini berbeda dengan
referensi dari Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) (2009)
52
53
54
B. Saran
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan atau
tambahan kepustakaan bagi pembaca.
2. Apabila ingin melakukan penundaan pemeriksaan sedimen urine lebih
dari 2 jam dapat dilakukan dengan syarat urine disentrifus terlebih dahulu
sebelum dilakukan penundaan tes
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti elemen-elemen yang
lain terhadap sedimen urine.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjoeno, H., & Fitriani. 2007. Substansi dan Cairan Tubuh. Makassar:
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin (LEPHAS).
Naid., T. Mangerangi. F dan Almahdaly. H. 2014. Pengaruh Penundaan Waktu
Terhadap Hasil Urinalisis Sedimen Urin. As-Syifaa. 06.(02):212-219.
Notoadmojo,S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Capita.
Tao,L & Kendall,K. 2014. Sinopsis Organ System Ginjal Pendekatan dengan
Sistem Terpadu dan disertai Kumpulan Kasus Klinik. Tanggerang
Selatan: Karisma Publishing Group.
Uliyah, Musrifatul., & Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar
Praktik Klinik untuk Kebidanan. Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika.
Wirawan R,dkk. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urine(Cermin Dunia Kedokteran)
No.30. Jakarta. 2011.
Zahrin, I., Wande. N dan Purwaningsih. V. N. 2015. Pengaruh Penundaan
Pemeriksaan Serta Suhu Penyimpanan Terhadap pH dan Eritrosit
Urin. Klinika Laboratory. 2.(01):32-36.
LAMPIRAN
Lampiran 1
NIM : P00320013137
Peneliti
Lampiran 3 : Hasil Uji Alternatif Uji T berpasangan (Uji Wilcoxon) Pada
Perbedaan Hasil Pemerikisaan Sedimen Urine Yang Diperiksa
Kurang Dari Satu Jam Dan Lebih Dari Satu Jam
1. Pemeriksaan Leukost
Test Statisticsa
Hasilhasilleu2 - Hasilleu1
Z -1,414b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,157
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
2. Pemeriksaan Eritrosit
Test Statisticsa
Hasilerit2 -
Hasilerit1
Z -2,530b
Z -,276b
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasilleu1 ,314 35 ,000 ,835 35 ,000
2. Pemeriksaan Eritrosit
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.