Anda di halaman 1dari 88

GAMBARAN PERAWATAN LUKA OLEH PERAWAT

SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH :

I NYOMAN JULIANA
NIM : P00320014067

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
ii
iii
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama : I Nyoman Juliana

2. Tempat/tanggal Lahir : Puuwehuko, 09 Juli 1995

3. Jenis Kelamin : Laki – laki

4. Agama : Hindu

5. Suku/Bangsa : Bali/Indonesia

6. Alamat : Btn. Azatata Citra Blok S.no 3

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri Mulyasari, Tamat tahun 2007

2. SMP Negeri 2 Landono, Tamat tahun 2010

3. SMA Negeri 2 Kendari, Tamat tahun 2013

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan DIII Keperawatan Tahun

2014 hingga saat ini.

iv
Motto

“Dalam menemui pintu kesuksesan, butuh proses, bukan kesempurnaan

yang menjadi tujuanmu, karena orang cerdas tidak menunggu sesuatu

sempurna terlebih dahulu, karena ia tahu sempurna hanya milik-Nya”

“Kesempatan tidak menunggu orang yang siap namun kesempatan

berpeluang bagi orang yang sigap”

“You can get what do you want if you think you can do it !”
(Anda dapat meraih apa yang anda inginkan jika anda berfikir bahwa

anda dapat melakukannya)

“Life is a choice” ( hidup adalah sebuah pilihan), jadi jangan menyesali


kehidupan yang anda jalani saat ini, karena itu semua adalah apa yang

menjadi pilihan anda

Succes tidak ditentukan dari seberapa banyak hasil yang diperoleh

namun succes ditentukan seberapa besar pengalaman yang didapatkan”

Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan

Untuk kedua orang tuaku, agama,

Bangsa dan Negaraku tercinta

Indonesia

v
ABSTRAK

I Nyoman Juliana (P.003.2001.4067). Gambaran Perawatan Luka Oleh Perawat Sesuai


Standar Operasional Prosedur Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Sulawesi Tenggara
Tahun 2017. Yang dibimbing oleh Ruth Mongan dan Anita Rosanty (xii, 6 BAB + 63
Halaman + 11 tabel + 9 lampiran ). Berdasarkan observasi awal Di RSU Bahteramas
sebagian besar perawat belum patuh dalam menerapkan cuci tangan serta
menggunakan satu set medikasi untuk satu pasien, sehingga data awal
menyebutkan dari 223 orang (2,23%) klien, sebanyak 18 orang (3,1%) mengalami
penyembuhan luka diatas 7 hari serta 5 orang (2,3%) terdapat tanda-tanda infeksi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Perawatan Luka Oleh
Perawat Sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang ada Di Rumah Sakit
Umum Bahteramas Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran Perawatan Luka oleh perawat Sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP), tahap persiapan alat dan pelaksanaan perawatan luka. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan pendekatan observasional,
yang dilakukan pada tanggal 14 juni-07 juli 2017, populasi penelitian ini adalah
89 orang, dan sampel penelitian berjumlah 30 responden yang diambil secara
Accidental sampling. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian berupa
lembar observasi. Hasil penelitian ini pada tahap persiapan alat sesuai SOP 2
responden (6,67%) dan tidak sesuai SOP 28 responden (93,33%), pada tahap
pelaksanaan perawatan luka sesuai SOP 17 responden (56,67%) dan yang tidak
sesuai SOP 13 responden (43,33%). Dapat disimpulkan perawatan luka di RSU
Bahteramas belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), utamanya
dalam persiapan alat. Sebaiknya Rumah sakit memperhatikan penyediaan sarana
kesehatan utamanya untuk perawatan luka agar sesuai dengan SOP yang
ditetapkan.

Kata Kunci : Perawatan Luka, Perawat, SOP, RSU Bahteramas


Daftar Pustaka : 20 literatur (2001-2017)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Gambaran

Perawatan Luka Oleh Perawat Sesuai Standar Operasional Prosedur Di RSU

Bateramas Sulawesi Tenggara”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III ( DIII )

pada Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan.

Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

Ayahanda tercinta I Ketut Suartana dan Ibunda tercinta Ni Wayan Suarni, terima

kasih kepada bapak dr. Putu Sudayasa M.Kes dan dr. Putu Agustin Kusumawati

atas semua dukungan moril maupun material, motivasi, dukungan dan cinta kasih

yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama

menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini.

Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,

dan penulis banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih

kepada Ibu Ruth Mongan, BSc.,SPd.,MP.d selaku pembimbing I dan Ibu Anita

Rosanty, SST.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran

selama menyusun karya tulis ini.

Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada:

1. Bapak Petrus,SKM.M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

vii
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

4. Ibu Lena Atoy,SST,MPH selaku penguji I, bapak Akhmad,SST.,M.Kes selaku

penguji II, serta bapak Indriono Hadi.S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji III.

5. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan serta

seluruh staf dan karyawan atas segala pasilitas dan pelayanan akademik yang

diberikan selama penulis menuntut ilmu.

6. Kakak I Gede Suastika dan Ni Made Suastini, adik- adik Abiradama Sudayasa

dan Ayikacantya Sudayasa.

7. Yang spesial untuk Luh Ayu Ratnawati, serta semua teman-teman satu

perjuangan angkatan Tahun 2014, yang tak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan

keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah

ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan, dan kekurangan.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

karya tulis ini.

Akhir kata, semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Kendari, Juni 2017

Peneliti ,

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Luka ................................................. 8
B. Tinjauan Umum Tentang Perawatan Luka .............................. 16
C. Tinjauan Tentang Perawat......................................................... 21
D. Tinjauan Standar Operasional Prosedur (SOP)......................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Pemikiran Variabel ................................................... 34
B. Kerangka Pikir Penelitian ......................................................... 35
C. Variabel Penelitian .................................................................... 36
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Hasil ................................... 36

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.......................................................................... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 39
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................ 41
E. Instrumen Penelitian.................................................................. 42
F. Pengelolahan Data..................................................................... 42
G. Analisa Data .............................................................................. 42
H. Penyajian Data .......................................................................... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian........................................................................... 44
B. Pembahasan ............................................................................... 56

ix
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................. 62
B. Saran .......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

No Halaman

Tabel 5.1 : Jumlah Tempat Tidur RSU Bahteramas Tahun 2011 s/d
2015..............................................................................................48

Tabel 5.2 : Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas Tahun 2011
Sampai Dengan Tahun 2015 ..................................................... 49

Tabel 5.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Ruangan di Ruang Rawat


Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka) RSU Bahteramas
Tahun 2017 .................................................................................50

Tabel 5.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang


Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017......................................................51

Tabel 5.5 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Rawat Bedah


(Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017......................................................52

Tabel 5.6 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Rawat


Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017......................................................52

Tabel 5.7 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Rawat


Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017......................................................53

Tabel 5.8 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis luka rawat di Ruang


Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017......................................................54

Tabel 5.9 : Distribusi Responden Berdasarkan Lama Perawatan di Ruang


Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017......................................................54

Tabel 5.10 : Distribusi Frekuensi Persiapan Alat Perawatan Luka


Sesuai Standar Operasional Prosedur
di RSU Bahteramas Tahun 2017..................................................55

Tabel 5.11 : Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perawatan Luka


Sesuai Standar Operasional Prosedur
di RSU Bahteramas Tahun 2017..................................................55

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Surat pernyataan persetujuan responden

Lampiran 3 : Lembar Kuisioner

Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 : Surat izin Penelitian dari Badan Riset

Lampiran 6 : Tabulasi hasil penelitian

Lampiran 7 : Master tabel penelitian

Lampiran 8 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampran 9 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka merupakan terganggunya integritas normal dari kulit dan

jaringan di bawahnya. Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,

luka dapat terbuka atau tertutup, bersih atau terkontaminasi, superficial atau

dalam.( Kozier,1992 dalam Murwani, 2008:82)

Menurut Kozier tahun 1992, kejadian luka beragam dan dapat

diklasifikasikan menjadi luka bersih atau luka operasi yang tidak ditemukan

adanya infeksi, luka terkontaminasi atau luka yang ditemukan adanya

peradangan serta luka kotor atau terkontaminasi merupakan luka yang terdapat

pus atau nanah. Ia juga menyebutkan bahwa mekanisme terjadinya luka

beragam, yakni luka insisi (incised wounds), luka memar (contusion wound),

luka lecet (abraded wound), luka tusuk (punctured wound), luka gores

(lacerated wound), dan luka tembus (penetrating wound).

Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi cedara atau luka secara

Nasional adalah 8,2% dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi

Selatan 12,8% dan terendah di Jambi 4,5% perbandingan Riskesdas 2007

dengan Riskesdas 2013 menunjukkan kecendrungan peningkatan prevalensi

cedera dari 7,5% menjadi 8,25. Penyebab luka terbanyak yaitu akibat jatuh

40,9% dan kecelakaan motor 40,6% proporsi tertinggi di NTT 55,5% dan

terendah di Bengkulu 26,6% dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007,

Riskesdas 2013 menunjukkan penurunan proporsi luka akibat jatuh dari 58%

menjadi 40,9%.
Berdasarkan karakteristik proporsi luka akibat jatuh terbanyak pada

penduduk umur <1 tahun, perempuan, tidak sekolah, tidak bekerja, serta di

Pedesaan. Tiga urutan terbanyak jenis luka akibat cidera yang diialami

penduduk adalah luka lecet atau memar 70,9% terkilir 27,5% dan luka robek

23,26%., adapun proporsi tempat terjadinya luka terbanyak adalah di jalan

raya 42,8%, rumah 36,54% dan area pertanian 6,93%. Di tahun 2013

Provinsi Sulawesi Tenggara klien dengan luka lecet/memar sebanyak 69,2%

dan 13,9% luka robek.

Dengan kejadian luka yang beragam, begitu pula mekanisme

terjadinya luka yang berbeda-beda, luka harus cepat ditangani dengan

perawatan luka yang steril dan sesuai (SOP) Standar Operasional Prosedur

Perawatan Luka. Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang

sering dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi

klinis karena perawatan luka cukup tinggi dan ini akan menambah tingginya

biaya perawatan dan angka kesakitan pasien hal itu terjadi jika tidak sesuai

dengan standar operasional prosedur (SOP). (Anonim, 2005)

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk

melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah

yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal

seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara

normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu

untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area

yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk

meningkatkan penyembuhan jaringan. (Taylor, 1997)


Proses penyembuhan luka dapat berlangsung cepat atau lambat dan ini

tergantung banyak factor salah satunya adalah kepatuhan perawat dalam

menerapkan standar operasional prosedur (SOP) perawatan luka.

(Kazier, 2005 dalam Yarton, 2014).

Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui

pendidikan keperawatan.

Kepatuhan perawat merupakan prilaku perawat disiplin dalam

melaksanakan tindakan sesuai kesepakatan atau sesuai dengan standar

prosedur operasional yang ditetapkan. (Niven, 2002)

Standar operasional prosedur (SOP) merupakan dokumen tertulis yang

memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. Standar

operasional prosedur (SOP) memuat serangkaian intruksi secara tertulis

tentang kegiatan rutin atau berulang-ulang yang dilakukan oleh perawat.

(Aries,2007 dalam Yarton,2014)

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung saat praktik klinik di

Rumah sakit umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, penatalaksanaan

perawatan luka pada saat ini masih belum optimal, hal ini ditunjukan dengan

belum patuhnya sebagian perawat dalam melakukan prosedur perawatan luka

dengan benar seperti melakukan perawatan luka dengan 1 set medikasi yang

digunakan secara bersama-sama (banyak pasien), perawat tidak mencuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medikasi, perawat tidak

memperhatikan teknik steril seperti tidak memakai sarung tangan steril saat
medikasi. Selain hal tersebut masih ditemukan kejadian klien dengan lama

hari perawatan luka lebih dari 4-7 hari, misalnya pada tahun 2016 jumlah

klien post operasi yang dilakukan perawatan luka sebanyak 223 orang (2,23%)

dimana ditemukan 18 orang mengalami penyembuhan luka diatas 7 hari atau

sebanyak (3,1%), dan ditemukan 5 orang atau (2,3%) klien terdapat tanda-

tanda infeksi.

Berdasarkan pengambilan data awal di RSU. Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara, diperoleh data jumlah klien yang dilakukan pembedahan

dan perawatan luka pada tahun 2016 secara keseluruhan berjumlah 3.841

orang. Berdasarkan spesialisasi, untuk spesialis Bedah sebanyak 805 orang,

Obstetrik dan Ginekologi sebanyak 549 orang klien, THT 58 orang klien,

Mata sebanyak 712 orang klien, Kulit dan Kelamin 6 orang klien, Gigi dan

Mulut berjumlah 478 orang klien, Bedah Ortopedi sebanyak 595 orang klien,

Urologi sebanyak 18 orang klien, dan Bedah Onkologi sebanyak 620 orang

klien, dengan jenis pembedahan khusus, besar, sedang dan kecil. Data pada

tahun 2017 menyebutkan bahwa pada bulan januari jumlah klien yang

dilakukan pembedahan dan dilakukan perawatan berjumlah 240 orang, dengan

spesialisasi yang berbeda, diantaranya: spesialisasi Bedah sebanyak 68 orang,

Ortopedi berjumlah 34 orang, Urologi 3 orang, THT berjumlah 5 orang, Mata

berjumlah 64 orang klien, Onkologi berjumlah 54 orang dan Obstetrik

berjumlah 12 orang klien.

Perawatan luka di Rumah sakit umum Bahteramas didominasi oleh

perawat, perawat dalam setiap ruang memiliki tim yang melaksanakan tugas

dan fungsi dalam perawatan luka, berdasarkan pengambilan data awal jumlah
perawat baik PNS maupun Kontrak secara keseluruhan berjumlah 374 orang

dengan jumlah perawat laki-laki 47 orang dan perawat perempuan berjumlah

327 orang. Di ruang Asoka jumlah perawat sebanyak 34 orang, perawat

perempuan berjumlah 28 orang dan laki-laki berjumlah 6 orang, Ruang

Mawar Kelas II memiliki jumlah perawat sebanyak 34 orang dimana

perempuan berjumlah 32 orang dan laki-laki 2 orang, selanjutnya di Ruang

Laika Waraka berjumlah 21 orang perawat.

Berdasarkan dari data diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul

penelitian tentang “Gambaran Perawatan Luka Oleh Perawat Sesuai Standar

Operasional Prosedur Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Sulawesi

Tenggara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah Perawatan Luka Oleh Perawat Sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur yang ada Di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Sulawesi Tenggara “.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perawatan Luka oleh perawat

Sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Di Rumah Sakit

Umum Bahteramas Sulawesi Tenggara.


2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perawatan luka sesuai dengan standar Operasional

prosedur (SOP) pada tahap persiapan alat di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Sulawesi Tenggara.

b. Mengetahui gambaran perawatan luka sesuai standar Operasional

prosedur (SOP) pada tahap pelaksanaan di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan

masukan :

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukkan bagi pihak RSU.

Bahteramas untuk senantiasa meningkatkan pelayanan khususnya bagi

perawat dalam menangani luka atau perawatan luka di RSU. Bahteramas

Sulawesi Tenggara.

2. Bagi Pendidikan

Sebagai sumbangan ilmiah dan masukkan untuk sumbangan ilmu

pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan

pembanding untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pengalaman yang berharga bagi

peneliti khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang

penelitian.
4. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan masyarakat, khususnya dalam hal

perawatan luka sesuai standar operasional prosedur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Luka

1. Definisi Luka

Luka adalah terganggunya intergitas normal dari kulit dan jaringan

di bawahnya. Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, luka

dapat terbuka atau tertutup, bersih atau terkontaminasi, superficial atau

dalam. ( Kozier, 1992 dalam Murwani, 2008:82)

Luka dapat digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-

sel, kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan

pemulihan kontinuitas tersebut (Brunner & Suddart, 2004). Ketika terjadi

luka, beragam efek yang dapat terjadi:

a. Kehilangan segera semua atau sebagian fungsi organ

b. Respon stress simpatis

c. Hemoragi dan pembekuan darah

d. Kontaminasi bakteri

e. Kematian sel

2. Klasifikasi Luka

a. Luka bersih

Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya

inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan

urogenital. Kondisi luka tertutup dan tidak ada drainase.

b. Luka terkontaminasi

Dalam luka pembedahan ditemukan peradangan non purulen


c. Luka kotor/terinfeksi.

Luka yang terdapat pus, pervorasi visera, luka yang mengalami

traumatic dan sudah lama atau terinfeksi dari sumber lain.

3. Mekanisme terjadinya luka :

a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen

yang tajam. Misalnya yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih

(aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah

yang luka diikat (Ligasi)

b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh

suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,

perdarahan dan bengkak.

c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan

dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda,

seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter

yang kecil.

e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam

seperti oleh kaca atau oleh kawat.

f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus

organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil

tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

4. Penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan

melibatkan banyak sel. (Suriadi, 2001:7)


Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk

melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah

yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal

seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi

secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat

membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh,

melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga

kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan

(Taylor, 1997)

a. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor

(1997) yaitu:

1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi

oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang,

2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap

dijaga,

3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,

4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,

5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis

pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme,

6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda

asing tubuh termasuk bakteri.


b. Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan

hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase

penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka

pembedahan (Kozier, 1995). Penyembuhan merupakan suatu sifat dari

jaringan-jaringan yang hidup. Hal ini juga diartikan sebagai

pembentukan kembali atau pembaharuan dari jaringan-jaringan

tersebut. Dalam Potter dan Perry (2006) disebutkan bahwa

penyembuhan dapat dibagi dalam tiga fase:

1) Fase Peradangan (Inflamasi)

Fase peradangan atau inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap

luka yang dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung selama

sekitar tiga hari setelah cedera. Ada dua proses utama yang terjadi

selama fase peradangan ini, yaitu hemostatis (mengontrol perdarahan)

dan epitelialisasi (membentuk sel- sel epitel pada tempat cedera).

Respon terhadap peradangan ini sangat penting terhadap proses

penyembuhan. Terlalu sedikit inflamasi yang terjadi akan

menyebabkan fase inflamasi berlangsung lama dan proses

perbaikan menjadi lama. Terlalu banyak inflamasi juga dapat

memperpanjang masa penyembuhan karena sel yang tiba pada luka

akan bersaing untuk mendapatkan nutrisi yang memadai.

2) Fase Regenerasi (Proliferasi)

Fase proliferatif (tahapan pertumbuhan sel), fase kedua dalam

proses penyembuhan, memerlukan waktu tiga sampai 24 hari.


Fase regenerasi merupakan fase pengisian luka dengan jaringan

granulasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi.

3) Fase Remodeling (Maturasi)

Maturasi merupakan tahap terakhir proses penyembuhan luka,

dapat memerlukan waktu lebih dari satu tahun, bergantung pada

kedalaman dan luas luka. Jaringan parut kolagen terus melakukan

reorganisasi dan akan menguat setelah beberapa bulan. Namun, luka

yang telah sembuh biasanya tidak memiliki daya elastisitas yang sama

dengan jaringan yang digantikannya.

c. Komponen Penyembuhan Luka

Komponen penyembuhan luka menurut Black. JM & Jacob’s,.EM

(2007) :

1) Kolagen, secara normal ditemukan menghubungkan jaringan,

melintasi luka dengan sel mediator. Kolagen adalah sel yang

penting pada fase penyembuhan luka karena sintesisnya, kolagen

sisa, elastin, dan proteoglikan. Substansi ini membangun kembali

jaringan. Beberapa substansi yang diperlukan untuk membentuk

kolagen termasuk vitamin C, Zinc, Oksigen dan Besi.

2) Angiogenesis, perkembangan pembuluh darah baru pada luka kotor

dapat didefikasi selama pengkajian klinik. Awalnya tepi luka

berwarna merah terang dan mudah berdarah. Selanjutnya beberapa

hari berubah dari merah terang menjadi merah gelap.

3) Granulasi jaringan, granulasi jaringan diisi dengan kapilarisasi baru

yang memberi warna merah, tidak rata atau granulasi jaringan.


Sebuah granulasi jaringan mulai dibentuk dan proses epitelisasi

dimulai.

4) Kontraksi luka, merupakan mekanisme dimana tepi luka menyatu

sebagai akibat kekuatan dalam luka. Kontraksi adalah kerja dari

miofibroblast. Jika luka dari luka akut tidak kontraksi, infeksi

menjadi komplikasi pada semua jenis luka akut.

5) Epitelisasi, adalah migrasi dari epitelisasi sel dari sekeliling kulit.

Epitelisasi jug melintasi fosikel rambut didermis dari luka yang

sembuh dengan secondary intention. Biasanya luka atau kedalaman

luka memerlukan skin graft, karena epidermal migrasi secara

normal dibatasi kira-kira 3 cm.

d. Bentuk – bentuk Penyembuhan Luka

Penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, digambarkan sebagai

penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga.

Penyembuhan melalui intensi pertama (penyatuan primer), luka

dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan

penutupan dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dan sedikit

reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh, jaringan

granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.

Penyembuhan melalui intensi kedua (Granulasi). Pada luka dimana

terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling

merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan

waktu lama.
Penyembuhan melalui intensi ketiga (suture sekunder) jika luka

dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture

kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan.

(Brunner&Suddarth, 2002)

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

1. Faktor sistemik

a) Faktor usia, pada usia lanjut proses penyembuhan luka lebih

lama diabanding dengan usia muda. Faktor ini karena

kemungkinan adanya proses degenerasi, tidak adekuatnya

pemasukan makanan, menurunnya kekebalan tubuh, dan

menurunnya sirkulasi.

b) Faktor nutrisi, nutrisi sangat penting dalam penyembuhan luka.

Pada klien yang kekurangan vitamin A menyebabkan

berkurangnya produksi macropage yang konsekuensinya

rentan terhadap infeksi, retardasi epitelisasi, dan sistem

kolagen. Defisiensi vitamin E mempengaruhi pada produksi

kolagen. Sedangkan defisiensi vitamin C menyebabkan

kegagalan fibrolast untuk memproduksi kolagen, mudahnya

terjadi rupture pada kapiler dan rentan terjadi infeksi. Nutrisi

sangat berperan dalam proses penyembuhan luka.

c) Insufisiensi vascular, merupakan faktor penghambat

penyembuhan luka akibat penurunan atau ganguan sirkulasi

darah.
d) Obat-obatan, terutama pada klien yang menggunakan terapi

steroid kemoterapi dan imunosupresi.

2. Faktor lokal

a) Suplai darah, untuk memulai proses penyembuhan luka

diperluka aliran darah yang adekuat untuk menjamin

tersedianya suplai oksigen dan nutrsi yang dibutuhkan untuk

proses penyembuhan. Selain itu aliran darah adekuat juga

berfungsi untuk membuang zat sisa, toksin, bakteri dan debris-

depris yang terbentuk.

b) Infeksi sistemik atau lokal, adanya infeksi pada luka setelah

pembedahan adalah masalah yang serius bagi pasien. Masalah

serius ini terutama adanya komplikasi pada luka tersebut, baik

komplikasi lokal maupun sitemik. Komplikasi lokal meliputi

kerusakan jaringan, septic troboplebitis, nyeri yang tidak

sembuh-sembuh. Komplikasi sistemik meliputi bakterimia,

infeksi metastatic, shok dan bahkan kematian. Beberapa tanda

infeksi yaitu Color (panas), Dolor (rasa sakit), Rubor

(kemerahan), Tumor (pembengkakan), dan Fungsi laesa.

c) Nekrosisi, kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh disebut

somatik tetapi dapat pula setempat, dalam jaringan bahkan sel-

sel tertentu saja. Bila kematian sel/ jaringan terjadi pada tubuh

hidup disebut nekrosis, dan dikenal nampak perubahan-

perubahan tertentu antara lain nampak segar tapi keruh,

keabuabuan (makroskopis). (Ilmu Patologi: 29)


d) Adanya benda asing pada luka, keberadaan foreign body

menyebabkan stimulasi kontaminasi oleh bakteri dan dapat

memperlambat proses penyembuhan luka. Contoh dari foreign

body yaitu potongan baja, potongan kayu, kaca, besi dan bahan

lainnya yang dapat masuk ke luka sehingga mempersulit

penyembuhan luka. Jahitan luka walaupun dibutuhkan untuk

menutup luka bekas operasi tetapi masuk kedalamnya yang

dapat memperlambat penyembuhan luka. Oleh sebab itu

perawatan luka dan pengangkatan jahitan harus dilakukan

sesuai standar operasional prosedur (SOP). (Suriadi, 2004)

B. Tinjauan Umum Tentang Perawatan Luka

1. Defenisi luka post operasi

Luka post operasi merupakan luka yang sengaja dibuat oleh ahli

bedah, oleh karena itu dibutuhkan penanganan secara khusus karena saat

ini banyak luka post operasi yang terkena infeksi. (Brunner & Suddarth,

2002)

2. Penatalaksanaan Perawatan Luka

Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering

dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi

klinis karena perawatan luka cukup tinggi dan ini akan menambah

tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien.

Perawatan luka adalah suatu metode yang efektif dan efisien yang

digunakan untuk merawat luka agar sembuh sesuai dengan waktunya,

meminimalkan terjadinya resiko infeksi dan mencegah terjadinya


komplikasi. (Brunner & Sudarth, 2002)

Tindakan perawatan luka akan berkualitas apabila dalam

pelaksanaannya selalu mengacu pada protap yang telah ditetapkan seperti

mencuci tangan dahulu, begitu pula dengan alat-alat yang akan digunakan

harus disterilkan dulu sebelum digunakan pada klien. Perawatan luka yang

baik akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan serta kepuasan

bagi penerima pelayanan keperawatan dan dapat berpengaruh timbulnya

timbulnya infeksi paska bedah terutama bila perawatan luka post operasi

tidak dilakukan sesuai prosedur. Diharapkan dengan penerapan perawatan

luka secara teoritis dapat mempercepat proses penyembuhan dan

mencegah infeksi luka.

Dalam proses penyembuhan luka pasien tidak terlepas dari peran

perawat sebagai tenaga kesehatan, khusunya yang bertugas dirumah sakit.

Sebagai salah satu sarana kesehatan dalam memberikan perawatan baik

dalam bentuk fisik maupun psikologis, perawatan yang khusus serta

persiapan alat yang baik dan didukung dengan kinerja yang baik sangat

penting dalam proses penyembuhan luka pasien salah satunya perawatan

luka.

Untuk mempercepat penyembuhan luka harus dilakukan perawatan

luka yang baik yaitu dengan persiapan alat-alat steril dan ganti balutan.

Dimana tujuan perawatan luka adalah untuk membersihkan atau

menghindari luka dari kotoran, membantu mempercepat timbulnya sel-

sel epitel, mencegah atau mengurangi kemungkinan cacat atau jaringan

parut.
Dalam perawatan luka balutan pertama diganti ahli bedah

setelah 2 hari dilakukannya pembedahan baru perawat ruangan yang

menggantikan balutan atau melakukan perawatan luka dalam 2 kali sehari

pada waktu pagi dan sore. (Brunner & Suddarth, 2002).

3. Balutan Luka

Dalam Brunner & Suddarth tujuan dari balutan yang efektif adalah :

a. Untuk memberikan lingkungan yang sesuai untuk penyembuhan luka

b. Untuk menyerap drainase

c. Untuk membebat dan mengibolisasi luka

d. Untuk melindungi luka dan jaringan epitel baru dari cidera mekanik

e. Untuk melindungi luka dari kontaminasi bakteri dan pengotoran oleh

fases, muntahan, dan urin

f. Untuk meningkatkan hemostasis, seperti pada balutan tekan

g. Memberikan kenyamanan mental dan fisik bagi klien.

Pada beberapa kasus balutan dieliminasi selama periode segera.

Contohnya keadaan dimana balutan tidak diperlukan adalah laserasi wajah,

flaps pedikel, atau tandur kulit pada permukaan yang rata. Ketika balutan

pertama pada insisi luka yang bersih, kering diangkat, seringkali tidak

diganti. Umumnya, balutan pertama pada insisi bersih dan kering

dibiarkan ditempatnya sampai tepi luka merapat dan luka menyembuh

(biasanya 24 jam). (Brunner & Suddarth, 2001)

Menurut Brunner&Suddarth, keuntungan tidak menggunakan balutan

apapun yaitu:

1) Kondisi yang meningkatkan pertumbuhan organisme (kehangatan,


lembab dan gelap)

2) Luka dapat diamati setiap saat

3) Pencucian lebih mudah

4) Reaksi terhadap plaster dapat dihindari

5) Biaya untuk balutan dikurangi

6) Kenyamanan dan aktivitas pasien ditingkatkan

7) Dampak psikologi dari balutan insisi bedah dikurangi.

4. Balutan Luka Bedah

Menurut Brunner & Suddarth, meskipun semua balutan pertama pasca

operasi diganti oleh ahli bedah, balutan berikutnya dalam periode pasca

operasi segera biasanya diganti oleh perawat.

a. Macam – macam Balutan

1) Balutan adhesif, menggunakan sarung tangan sekali pakai,

balutan adhesif dilepaskan dengan menariknya sejajar dengan

permukaan kulit dan searah dengan pertumbuhan rambut, balutan

lama dilepas dan dibuang di kantung plastik.

2) Balutan sederhana, baki untuk penggantian balutan rutin berisi

sarung tanagan, bola kapas, kemasan larutan antiseptik, balutan

dan forsep. Bersihkan luka dengan forsep yang dibasahi dengan

antiseptik.

3) Balutan luka berdrain, resiko infeksi dapat dikurangi jika terdapat

drainase yang adekuat. Luka harus didrain dengan bebas untuk

membuang darah (bekuan), cairan tubuh, pus dan cairan nekrotik

yang berkumpul menjadi media yang baik untuk pertumbuhan


mikroorganisme.

b. Macam – macam alat balutan

1) Pembalut Alginat

2) Pembalut Busa

3) Lembaran Hidrokoloid

4) Pembalut Hidrogel

5) Pembalut kasa yang dibasahi dengan larutan saline

6) Pembalut Transparan (Saputra, Lyndon, 2014)

5. Komplikasi Luka

a. Hematoma (hemoragi), balutan diinspeksi terhadap hemoragi pada

interval yang sering selama 24 jam setelah pembedahan.

b. Selulitis, adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang

jaringan. Semua manifestasi inflamasi tampak dalam hal ini,

streptococus sering menjadi organisme penyebab.

c. Abses, adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan

pengumpulan pus (bakteri, jaringan nekrotik, dan SDP)

d. Limfangitis, adalah penyebaran infeksi dari selulitis atau abses

kesistem limfatik.

Dehisens dan Eviserasi, merupakan gangguan insisi atau luka

bedah dan evirasi merupakan penonjolan isi luka terutama serius bila

melibatkan insisi atau luka abdomen. (Brunner & Suddarth, 2002)


C. Tinjauan Tentang Perawat

1. Pengertian perawat

Beberapa ahli mempunyai pendapat yang berbeda tentang

pengertian perawat, tetapi pada prinsipnya mempunyai persamaan, berikut

beberapa pengertian menurut ahli :

a. Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki

diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

b. Taylor C., Lillis C., Le Mone, mendefinisikan perawat adalah

seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu

dengan melindungi seseorang karena sakit, luka, dan proses penuaan.

c. ICN (International Council of Nurshing, 1965), perawat adalah

sesorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang

memenuhi syarat, serta berwenang di negeri bersangkutan untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk

meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pelayanan

penderita sakit.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001

tentang Registrasi dan Praktik Perawat, pada pasal 1 ayat (1) yang

berbunyi :

“perawat adalah sesorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”. (Budiono dan Pertami, 2015:62)


2. Peran Perawat

Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap sesorang sesuai dengan kedudukan

dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi keadaan sosial baik dari profesi

perawat maupun diluar profesi keperawatan yang bersifat konstan.

a. Peran Perawat Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989

1) Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian

pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan,

dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2) Advokasi pasien/klien, dengan menginterpretasikan berbagai

informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya

dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien, mempertahankan dan melindungi hak-hak

klien.

3) Pendidik/educator, dengan cara membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4) Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan, serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah, serta sesuai dengan

kebutuhan klien.
5) Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui

tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan

lain-lain, yang berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan

yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan berikutnya.

6) Konsultan, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

7) Peneliti, perawat mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan

yang sistematis dan terarah sesuai dengan sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan.

b. Peran Perawat Menurut Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan

Tahun 1983

1) Pelaksanaan pelayanan keperawatan, perawat memberikan

asuhan keperawatan langsung maupun tidak langsung dengan

metode proses keperawatan.

2) Pendidik dalam keperawatan, perawat mendidik individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga kesehatan yang

berada dibawah tanggung jawabnya.

3) Pengelola pelayanan keperawatan, perawat mengelola pelayanan

maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen

keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan.

4) Peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan, perawat

melakukan identifikasi masalah penelitian.


3. Fungsi Perawat

Perawat dalam menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. Fungsi Independen, dalam fungsi ini tindakan perawat tidak

melakukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri dan

perawat bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan

terhadap klien.

b. Fungsi Dependen, perawat membantu dokter memberikan pelayanan

pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan

seharusnya dilakukan dokter.

c. Fungsi Interdependen, tindakan yang didasari dengan kerja tim

perawatan atau tim kesehatan.

4. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat

Tugas perawat disepakati dalam Lokakarya tahun 1983, yang

berdasarkan tugas dan tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan sebagai berikut :

a. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere

intereset)

b. Jika perawat menunda tindakan, maka perawat harus menjelaskan

dengan sopan (explanation of the delay)

c. Menunjukan kepada klien sikap menghargai yang ditunjukan dengan

prilaku perawat.

d. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien.

e. Tidak mendiskusikan klien lain didepan pasien dengan maksud

menghina. (Budiono & Pertami, 2015:66)


D. Tinjauan Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP)

1. Definisi Standar Operasional Prosedur

Standar operasional prosedur (SOP) merupakan suatu standar

tertulis yang digunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu

kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

Standar operasional prosedur (SOP) merupakan cara atau tahapan

yang dilakukan dan harus dilewati untuk menyelesaikan proses kerja

tertentu, salah satunya prosedur perawatan luka, Dari awal pelaksanaan

sampai evaluasi yaitu : Imformed consent, persiapan alat, persiapan

lingkungan, persipan pasien, persiapan penolong, pelaksanaan

tindakan, evaluasi. Prosedur perawatan luka ini harus dilaksanakan oleh

seluruh perawat di rumah sakit khususnya untuk mencegah dan

menghindari terjadinya infeksi.

Tujuan Standar operasional prosedur adalah untuk menghindari

kegagalan, kesalahan dan keraguan, memperjelas alur tugas, wewenang

dan tanggung jawab dari petugas atau pegawai terkait, serta melindungi

organisasi/unit kerja dan petugas pegawai dari malpraktek atau

kesalahan lainnya.

2. Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka Umum

a. Definisi

Membersihkan luka atau insisi dan memasang penutup pelindung

steril dengan menggunakan teknik aseptik.

b. Tujuan

1) Melindungi luka dari kontaminasi mikro-organisme


2) Merangsang granulasi dan penyembuhan luka

3) Menopang atau membidai lokalisasi luka.

4) Merangsang insulasi termal pada permukaan luka

5) Menjaga kelembaban tinggi antara luka dan perban

6) Memberikan kenyamanan fisik, psikis, dan aestetik.

c. Perangkat alat

Nampan perban steril yang berisi :

1) Forseps arteri-1 ( 2 untuk luka lebar atau infeksi )

2) Pinset-1

3) Kapas usap

4) Potongan kasa

5) Pot kecil untuk larutan pembersih

6) Perban bantalan

7) Nampan ginjal

8) Gunting steril

Sebuah nampan bersih berisi :

1) Sarung tangan bersih

2) Sarung tangan steril

3) Larutan pembersih (NaCl 0,9%)

4) Obat-obatan yang diinstruksikan

5) Plester

6) Gunting perban

7) Kantung plastik

8) Alas tahan air atau perlak


9) Tabung kultur (opsional)

d. Prosedur

1) Identifikasi pasien

2) Beritahu klien bahwa perban akan diganti, jelaskan prosedurnya

dan posisikan klien sesuai indikasi diatas ranjang

3) Kumpulkan peralatan dan letakkan disamping klien

4) Cuci tangan

5) Priksa intruksi dokter terkait penggantian perban dan instruksi

khusus lainnya

6) Tutup pintu atau tirai dan letakkan alas tahan air di bawah area

yang akan diganti perbannya

7) Bantu klien berada pada posisi yang nyaman yang memudahkan

akses ke area luka

8) Letakkan kantung plastik di dekat area kerja

9) Longgarkan plester pada perban (jika plester kotor, pakai sarung

tangan bersih sebelum melonggarkan plaster)

10) Pakai sarung tangan steril sekali pakai dan lepas perban kotor

pelan-pelan mulai dari area yang lebih bersih ke area yang kurang

bersih. (jika perban menempel pada kulit, basahi dengan

menuangkan sedikit Nacl 0,9%)

11) Nilai jumlah, warna dan bau sekret.

12) Buang perban pada kantung pembuangan. Tarik sarung tangan

dengan bagian dalam berada diluar dan buang pada tempat

seharusnya.
13) Dengan tehnik steril, buka nampan perban steril dan atur

perlengkapan pada area kerja.

14) Buka larutan pembersih dan tuang kedalam pot steril diatas bola-

bola kapas

15) Pakai sarung tangan steril

16) Ambil kapas yang direndam menggunakan porseps arteri

17) Cara perawatan luka post operasi :

a) Untuk luka operasi, bersihkan dari bagian atas kebawah atau

dari bagian tengah keluar. Pada luka yang terkontaminasi,

bersihkan mulai dari daerah perifer ke tengah (gerakan

memutar untuk membersihkan luka melingkar)

b) Gunakan satu kapas usap/kasa untuk satu kali usapan, buang

setiap kapas/kasa ke dalam kantung plastik setelah mengusap.

Jangan menyentuh kantung plastik dengan forsep.

c) Bila ada sekret, bersihkan sekitarnya, mulai dari bagian

tengah mengarah keluar dengan gerakan melingkar.

d) Keringkan luka menggunakan kasa dengan gerakan yang

sama.

18) Oleskan obat yang diinstruksikan (salep) pada luka dengan

menggunakan kasa steril kering. Pasang selapis perban steril pada

area luka.

19) Pasang kasa steril yang sudah dibelah bersebelahan di bawah dan

disekitar drain (gunakan kasa yang sudah dipotong atau potong

dengan gunting steril)


20) Pasang lapisan kasa kedua pada area luka dan perban bantalan

sebagai lapisan yang paling luar.

21) Lepas sarung tangan dengan bagian dalam berada diluar dan

buang kedalam kantung plastik. Pasang plaster untung

mengencangkan perban.

22) Cuci alat yang masih dapat digunakan dan sterilkan

23) Cuci tangan, singkirkan semua peralatan dan buat klien merasa

nyaman.

24) Catat penggantian perban, penampakan luka dan deskripsikan

sekret dokumentasikan dengan akurat. (Jacob & dkk, 2014:12)

3. Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka pasca Operasi

Menurut Hidayat tahun 2008, tindakan yang dilakukan dalam

merawat luka dan pembalutan, bertujuan untuk mencegah infeksi hal-hal

yang dilakukan yaitu :

Persiapan alat dan bahan :

a. Pinset anatomi

b. Pinset cirurghi

c. Gunting steril

d. Kapas sublimat/saplon dalam tempatnya

e. Larutan H2O2

f. Larutan Boorwater

g. NaCl 0,9%

h. Gunting perban

i. Plester/pembalut
j. Bengkok

k. Kasa steril

l. Mangkok kecil

m. Handscoon steril

Cara pelaksanaan

a. Cuci tangan

b. Jelaskan mengenai prosedur yang akan dilaksanakan pada pasien

c. Gunakan sarung tangan steril

d. Buka plaster dan balutan dengan menggunakan pinset

e. Bersihkan luka dengan menggunakan sublimat/savlon, H2O2, NaCl

0,9% penggunaan dilakukan sesuai dengan keadaan luka.

f. Berikan obat luka

g. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril

h. Balut luka

i. Catat perubahan keadaan luka

j. Cuci tangan

Mengangkat dan Mengambil Jahitan Luka

Mengangkat atau mengambil jahitan pada luka bedah dilakukan

dengan memotong simpul jahitan. Tujuannya adalah untuk mencegah

infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan, hal yang

dipersiapkan yaitu :

Persiapan alat :

a. Pinset anatomi

b. Pinset cirurghi
c. Arteri klem

d. Gunting angkat jahitan steril

e. Lidi kapas

f. Kasa steril

g. Mangkok steril

h. Gunting pembalut

i. Plaster

j. Alkohol 70%

k. Larutan H2O2

l. Obat luka

m. Gunting perban

n. Bengkok

o. Handscoon steril

Cara pelaksanaan :

a. Cuci tangan

b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan

c. Gunakan sarung tangan steril

d. Buka plaster dan balutan dengan menggunakan pinset

e. Bersihkan luka dengan savlon/sublimat

f. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit keatas,

kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati. Lalu buang

g. Tekan daerah sekitar luka agar pus/nanah tidak ada

h. Berikan obat luka

i. Tutup luka dengan kasa steril


j. Lakukan pembalutan

k. Catat perubahan keadaan luka

l. Cuci tangan

4. Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka RSU. Bahteramas

a. Pengertian

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas/perawat untuk

memberikan perawatan mengganti balutan luka.

b. Tujuan

1) Untuk memberikan perawatan pada luka

2) Untuk membantu proses penyembuhan pada luka

3) Untuk memberikan kenyamanan pada klien

c. Prosedur

1) Kriteria persiapan

a) Peralatan steril

(1) Pinset anatomi

(2) Pinset chirurgic

(3) Gunting lurus

(4) Kapas lidi

(5) Mangkok kecil

b) Peralatan tidak steril

(1) Gunting balutan

(2) Plaster

(3) Obat desinfektan dalam tempatnya (misalnya betadine,

alcohol 70%, mercurocrom,dll)


(4) Bengkok

(5) Verban secukupnya

(6) Obat luka sesuai kebutuhan

2) Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

3) Kriteria pelaksanaan

a) Cuci tangan

b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan

c) Luka dibersihkan memakai kapas desinfektan dari arah

dalam keluar

d) Kapas dibuang pada tempatnya

e) Pinset yang sudah tidak steril diletakkan dalam bengkok

f) Observasi keadaan luka

g) Luka diberi obat, selanjutnya ditutup dengan kasa steril

dengan menggunakan pinset steril dan jaga serat kasa tidak

melekat pada luka

h) Setelah luka diobati ditutup dengan kassa steril dan

diplester atau dibalut

i) Catat hasil observasi dan respon klien

j) Rapikan pasien dan alat

k) Perawat mencuci tangan. (SOP 1/267/14/RSUD/I/2016)


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pemikiran

Perawat adalah tenaga medis yang selama 24 jam bersama dengan

pasien yang dirawat di rumah sakit. Peran perawat sangat besar dalam proses

penyembuhan pasien. Perawat dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan

dan sikap yang baik selama merawat pasien. Kepatuhan perawat dalam

melaksanakan tindakan keperawatan, termasuk didalamnya prosedur

perawatan luka sesuai dengan standar operasional prosedur, menjadi salah satu

penentu keberhasilan kesembuhan luka klien termasuk juga pencegahan

infeksi luka.

Standar operasional prosedur (SOP) merupakan cara atau tahapan

yang dilakukan dan harus dilewati untuk menyelesaikan proses kerja

tertentu, salah satunya prosedur perawatan luka, pada persiapan alat dan

pelaksanaan tindakan. Prosedur perawatan luka ini harus dilaksanakan oleh

seluruh perawat di rumah sakit khususnya untuk mencegah dan menghindari

terjadinya infeksi.

Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering

dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi klinis

karena perawatan luka cukup tinggi dan ini akan menambah tingginya biaya

perawatan dan angka kesakitan pasien. Perawatan luka adalah suatu metode

yang efektif dan efisien yang digunakan untuk merawat luka agar sembuh

sesuai dengan waktunya, meminimalkan terjadinya resiko infeksi dan

mencegah terjadinya komplikasi. (Brunner & Sudarth, 2002)


Pada luka dapat diketahui adanya sintesis kolagen dengan melihat

adanya penyembuhan dibawah jahitan yang mulai menyatu. Jembatan

penyembuhan ini muncul pada hari ke 5 sampai hari ke 7. Bila lebih dari 5

sampai 7 hari berarti terjadi perlambatan sintesis kolagen yang berarti

penyembuhan luka lambat, untuk itu maka diperlukan kesesuaian antara

tindakan perawatan luka dengan benar, sesuai dengan standar operasional

prosedur yang telah ditetapkan, agar luka operasi cepat sembuh dan tidak

mengalami infeksi.

Secara teori penyembuhan luka itu dipengaruhi oleh banyak faktor,

salah satunya adalah perawatan luka sesuai dengan standar operasional

prosedur (SOP).

B. Kerangka Pikir Penelitian

(SOP) Perawatan Luka


Perawatan
Luka Oleh
Perawat
Persiapan Alat

Pelaksanaan

Keterangan

: variabel yang diteliti

: Kaitan Variabel yang diteliti


C. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Standar Operasional

Prosedur (SOP) perawatan luka, meliputi: persiapan alat dan pelaksanaan

tindakan perawatan luka.

2. Variabel terikat ( Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perawatan luka Oleh

Perawat.

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Perawat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perawat yang

melakukan tindakan keperawatan (perawatan luka sesuai SOP) di Ruang

Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka) Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Perawatan luka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat, sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP).

3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Perawatan Luka dalam penelitian ini

adalah seluruh item atau prosedur perawatan luka yang ditetapkan di RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, terdiri dari : persiapan alat dan

pelaksanaan tindakan perawatan luka. Pengukuran variabel ini

menggunakan lembar observasi masing-masing variabel terdiri dari 11

item diberi Nilai “1” jika Ya (√) dan Nilai ” 0” jika Tidak (√).

4) Tahap Persiapan Alat terdiri atas 11 item, yaitu:

c) Peralatan steril
- Pinset anatomi

- Pinset chirurgic

- Gunting lurus

- Kapas lidi

- Mangkok kecil

d) Peralatan tidak steril

(7) Gunting balutan

(8) Plaster

(9) Obat desinfektan dalam tempatnya (misalnya betadine, alcohol

70%, mercurocrom,dll)

(10) Bengkok

(11) Verban secukupnya

(12) Obat luka sesuai kebutuhan

Kriteria Objektif :

Sesuai (S) : jika perawat melakukan seluruh item prosedur

perawatan luka pada tahap persiapan alat,

sesuai (SOP) Standar Operasional Prosedur.

Dengan skor =100%.

Tidak Sesuai (TS) : jika perawat tidak melakukan salah satu item

prosedur perawatan luka pada tahap

persiapan alat sesuai (SOP) Standar

Operasional Prosedur. Dengan skor <100%.


5) Tahap pelaksanaan perawatan luka yang terdiri atas 11 item, yaitu :

1) Cuci tangan

2) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan

3) Luka dibersihkan memakai kapas desinfektan dari arah dalam

keluar

4) Kapas dibuang pada tempatnya

5) Pinset yang sudah tidak steril diletakkan dalam bengkok

6) Observasi keadaan luka

7) Luka diberi obat, selanjutnya ditutup dengan kasa steril dengan

menggunakan pinset steril dan jaga serat kasa tidak melekat pada

luka

8) Setelah luka diobati ditutup dengan kassa steril dan diplester atau

dibalut

9) Catat hasil observasi dan respon klien

10) Rapikan pasien dan alat

11) Perawat mencuci tangan. (SOP 1/267/14/RSUD/I/2016)

Kriteria Objektif :

Sesuai (S) : jika perawat melaksanakan seluruh item prosedur

perawatan luka pada tahap pelaksanaan tindakan.

Dengan skor =100%.

Tidak Sesuai (TS) : jika perawat tidak melaksanakan salah satu item

prosedur perawatan luka pada tahap pelaksanaan

tindakan. Dengan skor <100%.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriftif dengan pendekatan

observasional, yaitu jenis penelitian untuk mengetahui gambaran perawatan

luka oleh perawat berdasarkan standar operasional prosedur di RSU

Bahteramas Sulawesi Tenggara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat penelitian adalah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum

Bahteramas yaitu Ruang Asoka, Mawar dan Laika Waraka dengan

pertimbangan rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pusat dan

sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan 14 Juni-07 Juli 2017.

C. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah himpunan semua objek atau individu yang akan di

pelajari atau kelompok yang menjadi asal dari mana sampel dipilih

(Tiro,2011). Menurut Sugiono tahun 2007 bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimplannya. (Hasmi, 2014:153).


Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang berada di Ruang

rawat Bedah yaitu ruang Asoka sebanyak 34 orang perawat, Mawar

sebanyak 34 orang perawat dan Ruang Laika Waraka berjumlah 21 orang

perawat. Jadi total populasi dalam penelitian ini sebesar 89 orang.

2) Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005), sampel adalah sebagian yang diambil

dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili. Dalam

mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik

tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya.

a. Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini digunakan

teori yang dikemukakan oleh Notoatmojo (2005), dinyatakan bahwa

berapa angka perkiraan yang masuk akal dari proporsi-proporsi yang

akan diukur dalam penelitian itu. Kita harus memperkirakan berapa

angka prevalensi yang diperoleh didalam populasi. Untuk

memudahkan maka dapat digunkan rumus 50% dari populasi, maka

dalam penelitian ini sampel pada masing-masing ruangan, sehingga

Ruang Asoka diperoleh 17 orang, Mawar diperoleh 17 orang, dan

Ruang Laika Waraka diperoleh 11 orang, dengan total sampel adalah

30 orang.

b. tehnik penarikan sampel Accidental sampling. Accidental sampling

yaitu mengambil sampel atau responden yang kebetulan ada atau

tersedia sesuai dengan waktu dan kebutuhan penelitian.

(Notoatmodjo, (2005).
c. Kriteria Sampel

1) Kriteria inklusi :

a) Perawat yang ada di Ruang Rawat bedah

b) Perawat yang melakukan perawatan luka

c) Bersedia menjadi responden

2) Kritereria eksklusi

a) Tidak bersedia menjadi responden penelitian

b) Perawat yang tidak dapat melaksanakan tugasnya secara

optimal karena alasan tertentu ( sakit, cuti dan lain-lain ).

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini tentang tahap persiapan alat dan

pelaksanaan perawatan luka yang diperoleh dengan observasi langsung

menggunakan metode check list kepada responden dengan daftar prosedur

yang ada di RSU Bahteramas dalam bentuk lembar observasi.

(Riyanto, 2011)

b. Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari instansi atau medical

record yang berhubungan dengan kebutuhan data penelitian.

2. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

observasi langsung dengan metode check list kepada responden dengan

menggunakan daftar standar operasional prosedur perawatan luka


di RSU Bahteramas dalam bentuk lembar observasi dan memberikan

lembar persetujuan menjadi responden.

E. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi yang berisi

tentang standar operasional prosedur perawatan luka di RSU Bahteramas

sesuai dengan kebutuhan data .

F. Pengelolahan Data

1. Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi,

editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan

konsistensi dari suatu jawaban.

2. Setelah data diedit langkah selanjutnya adalah memberi kode pada

jawaban di tepi kanan lembar observasi. Pengisian berdasarkan hasil

observasi terhadap responden.

3. Skoring adalah memberi skor data yang telah dikumpul.

4. Tabulating data merupakan kelanjutan dari pengkodean dalam hal ini

setelah data tersebut di koding kemudian di tabulasi agar lebih

mempermudah penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.

(Hasan, 2002 dalam Yarton, 2014:44)

G. Analisa Data

Untuk mengetahui gambaran perawatan luka pasca appendiktomi oleh

perawat sesuai standar prosedur di RSU.Bahteramas dengan menggunakan

jenis analisa data Univariate (analisis deskriptif). Dengan menggunakan

rumus sebagi berikut :


Fr = =
Keterangan :

Fr : presentase hasil yang dicapai

f : frekuensi kategori variabel yang diamati

n : jumlah sampel penelitian

k : konstanta. (Nursalam, 2003)

H. Penyajian data
Hasil penelitian yang diperoleh di sajikan dalam bentuk tabel frekuensi

kemudian dinarasikan dengan deskriptif selanjutnya didapatkan kesimpulan

penelitian.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tanggal 21

November 2012 pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 151

kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga ke jalan Kapt. Pierre

Tendean No. 40 Baruga, dan bernama Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Bahteramas Prov.Sultra. Di lokasi yang baru ini mudah

dijangkau dengan kendaraan umum, dengan batas wilayah sebagai

berikut:

1) Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama

2) Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga

3) Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk

4) Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Luas Lahan dan Bangunan

RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 69,000 m2. Luas

seluruh bangunan adalah 22.577,38 m2. Halaman parkir seluas kurang

lebih 1.500 m2. Semua bangunan mempunyai tingkat aktivitas yang

sangat tinggi. Disamping itu kegiatan pelayanan kesehatan kepada

pasien, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan

administrasi, pengelolaan makanan, pemeliharaan atau perbaikan

instalasi listrik dan air, kebersihan dan lain-lain.


c. Lingkungan Fisik

RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 17,5 Ha. Luas

seluruh bangunan adalah 53.269 m2, Luas bangunan yang terealisasi

sampai dengan akhir tahun 2015 adalah 35.410 m2. Bangunan yang ada

mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Pengelompokan

ruangan berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok,

yaitu kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan

penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non medis, dan

kelompok kegiatan administrasi.

d. Status Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara yang dibangun

secara bertahap pada tahun anggaran 1969/1970 dengan sebutan

“Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes

No. 51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Februari 1979. Susunan Struktur

Organisasi adalah berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi

Tenggara No. 77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.

Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi

Tenggara meningkat menjadi type B (Pendidikan) sesuai dengan SK

Menkes No. 1482/Menkes/SK/XII/1998, dan ditetapkan dengan Perda

No.3 Tahun1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara

teknis berada dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,

dan secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Gubernur.
Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen,

Pelayanan Medik, Pelayan Gawat Darurat, Pelayan Keperawatan dan

Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139.

Akreditasi 12 Pelayanan, yaitu Administrasi dan Manajemen,

Pelayanan Medik, Pelayanan Gawa Darurat, Pelayanan Keperawatan,

Pelayanan Rekam Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi,

Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi,

Pelayanan Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139. tanggal

31 Desember 2010.

Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009

dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah

menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat

Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010

tanggal 15 Oktober 2010.

Diakhir tahun 2012, tepatnya tanggal 21 November 2012 RSU

Prov Sultra pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit

Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (RSU Bahteramas

Prov. Sultra), yang diresmikan penggunaannya oleh Menteri

Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan

Gubernur Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE.


e. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Bahteramas

RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat mengacu pada Visi dan Misi Pemerintah daerah dan

Visi pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Visi RSUD

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah “Rumah Sakit Unggulan Dalam

Pelayanan Kesehatan Rujukan, Pendidikan Dan Penelitian Di

Sulawesi Tenggara Tahun 2018” .

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut Rumah Sakit

Umum Bahteramas mempunyai Misi sebagai berikut :

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika

profesi.

2) Menyelenggarakan pendidikan profesi Dokter, pendidikan

kesehatan lainnya serta pelatihan dan penelitian.

3) Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah sakit

pendidikan.

4) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan

kesejahteraan karyawan.

f. Sarana dan Prasarana

1) Ruang Asoka memiliki sarana dan prasarana yang terdiri dari

bangunan fisik

2) Listrik

3) Air

4) Sarana komunikasi berupa jaringan PABX dan jaringan internet.

5) Sentral instalasi Oksigen Cair untuk ruangan yang membutuhkan


6) Sistem Alarm kebakaran, Hidrant, dan Tabung Pemadam

Kebakaran di semua gedung.

7) Pembuangan limbah.

g. Fasilitas Tempat Tidur

Jumlah tempat tidur mengalami perubahan seiring dengan

berubahnya luas bangunan, dan masih ada beberapa perbaikan sesuai

dengan standar dan kebutuhan pelayanan. Sebagian besar tempat tidur

tersedia diruang perawatan kelas 3, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 5.1
Jumlah Tempat Tidur RSU Bahteramas Tahun 2011 s/d 2015

Ruang 2011 2012 2013 2014 2015


VVIP - - - - 4
VIP 17 25 25 19 22
KELAS I 43 54 61 55 54
KELAS II 48 80 69 59 63
KELAS III 116 103 90 92 103
NON KELAS
43 72 76 69 67
(ICU/ICCU/PICU/NICU/Is
JUMLAH 260 267 334 321 313

Sumber : profil Rumah Sakit Umum Bahteramas 2015


h. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) di RSU Provinsi Sultra hingga 31

Desember 2015 berjumlah 789 orang yang merupakan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dan Pegawai Kontrak, terdiri atas tenaga medis, para medis

dan non medis.

Jumlah keseluruhan tenaga masih belum memenuhi standar

jumlah tenaga untuk tipe Rumah Sakit Umum Pendidikan Kelas B.


Beberapa tenaga dengan keterampilan tertentu masih sangat

diperlukan pada saat ini, sehingga disamping permintaan tambahan

tenaga, perlu juga pelatihan dan pendidikan formal lanjutan untuk staf

RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Tabel 5.2
Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas
Tahun 2011-Tahun 2015
Tahun
No Jenis Tenaga
2011 2012 2013 2014 2015

1 Tenaga Medis 62 50 71 70 68

Dokter Spesialis (S-2) 28 26 32 30 28

Dokter Umum (S-1) 30 20 35 37 37

Dokter Gigi (S-1) 4 4 4 3 3

286 315 378 330


2 ParaMedis Perawatan 261

Sarjana (S-1 dan D-IV) 10 13 17 27 26

Akademi (D-III) 153 180 212 276 278

Diploma I (D-I) 18 16 16 3 3

SLTA 80 77 81 72 71

Para Medis Non 158 183 207 207


3 128
Perawatan

Pasca Sarjana (S-II) 15 16 18 20 22

Sarjana (S-1 dan D-IV) 54 62 72 83 78

Akademi (D-III) 32 43 61 76 81
Diploma (D-I) 13 17 11 11 10
SLTA 21 19 21 17 16
4 Non Medis 100 111 111 116 98
Sarjana (S-I) 17 21 22 27 27
Akademi (D-III) 2 3 15 6 4
SLTA 70 76 76 83 67
SLTP 6 7 7 0 1

SD 5 4 3 0 0
TOTAL 549 617 700 771 703
Sumber : profil Rumah Sakit Umum Bahteramas Tahun 2015

2. Karakteristik Umum Responden

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka

akan disajikan karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari

distribusi Ruangan, jenis kelamin, umur, pendidikan, dan distribusi

berdasarkan pekerjaan.

a. Ruangan Penelitian

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Ruangan
di Ruang Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017
No Ruang Frekuensi (f) Presentase (%)
1 Laika Waraka L.1 11 36,67
2 Asoka 9 30,00
3 Mawar L.1 10 33,33
Total (n) 30 100
Sumber : Data Primer Tahun 2017

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi responden berdasarkan

ruangan dimana, jumlah responden terbanyak di Ruang Laika Waraka

lantai 1 dengan jumlah 11 responden (36,67%), di Ruang Mawar

Lantai 1 berjumlah 10 responden (33,33%) sedangkan responden

terkecil di Ruang Asoka dengan jumlah 9 responden (30,00%).


b. Jenis Kelamin

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Ruang Rawat Bedah (Asoka, Mawar dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Laki-laki 7 23,33

2 Perempuan 23 76,67
Total (n) 30 100
Sumber : Data Primer Tahun 2017

Tabel 5.4 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin dimana perempuan terbanyak yaitu 23 responden (76,67%)

sedangkan jenis kelamin laki-laki yaitu 7 responden (23,33%).

c. Umur

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
di Ruang Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017
No Kelompok Umur Frekuensi (f) Presentase (%)
1 22 – 25 Tahun 7 23,33
2 26 – 29 Tahun 2 6,67
3 30 – 33 Tahun 9 30,00
4 34 – 37 Tahun 6 20,00
5 38 – 41 Tahun 4 13,33
6 42 – 45 Tahun 2 6,67
Total (n) 30 100
Sumber : Data Primer Tahun 2017
Tabel 5.5 menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur

dimana, golongan umur 30-33 Tahun merupakan jumlah tertinggi

yaitu 9 responden (30,00%), selanjutnya kelompok umur 22-25 Tahun

berjumlah 7 responden (23,33%), kelompok umur 34-37 Tahun

berjumlah 6 responden (20,00%), setelah itu kelompok umur 38-41

berjumlah 4 responden (13,33) sedangkan jumlah golongan umur 26-

29 Tahun dan 42-45 Tahun merupakan jumlah yang terendah yaitu

masing- masing 2 responden (6,67%).

d. Pendidikan

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
di Ruang Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017
No Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%)
1 SPK 2 6,67
2 DIII 9 30,00
3 S1/Ners 18 60,00
4 S2 1 3,33
Total (n) 30 100
Sumber : Data Primer Tahun 2017

Tabel 5.6 Menunjukkan distribusi responden berdasarkan

pendidikan terakhir dimana jumlah responden terbanyak memiliki

latar belakang pendidikan S1/Ners yaitu 18 responden (60,00%), DIII

Keperawatan berjumlah 9 responden (30,00%), SPK berjumlah 2 dan

6,67% sedangkan jumlah responden terkecil memiliki pendidikan S2

yaitu 1 responden (3,33%).


e. Pekerjaan

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
di Ruang Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017
No Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%)
1 PNS 20 66,67
2 Non-PNS 10 33,33
Total (n) 30 100
Sumber : Data Primer Tahun 2017

Tabel 5.7 Menunjukkan distribusi responden berdasarkan

status pekerjaan dimana, responden terbanyak berstatus PNS (Pegawai

Negeri Sipil) yaitu berjumlah 20 responden (66,67%), sedangkan

responden dengan status pekerjaan Non-PNS berjumlah 10 responden

(33,33%).

3. Karakteristik Perawatan Luka

a. Jenis Luka

Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis luka rawat
di Ruang Rawat Bedah (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017
No Jenis Luka Frekuensi (f) Presentase (%)
1 Ulkus diabetik 15 50,00
2 Ca.Mamae 5 16,66
3 Fraktur 2 6,67
4 Appendiktomi 2 6,67
5 Laparotomi 6 20,00
Total (n) 30 100
Sumber : Data Primer diolah juli 2017
Tabel 5.8 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis

luka yang dilakukan perawatan dimana, jumlah responden terbanyak

dengan perawatan luka Ulkus diabetik 15 responden (50,00%),

Laparotomi berjumlah 6 responden (20,00%), Ca. Mamae berjumlah 5

responden (16,66%) sedangkan responden terkecil dengan perawatan

jenis luka fraktur dan Appendiktomi masing-masing 2 responden

(6,67%).

b. Lama Perawatan

Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Perawatan
di Ruang Rawat (Asoka, Mawar, dan Laika Waraka)
RSU Bahteramas Tahun 2017
No Lama Rawat Frekuensi (f) Presentase (%)
1 < 7 hari 19 63,33
2 ≥ 7 hari 11 36,67
Total (n) 30 100
Sumber : data primer diolah juli 2017

Tabel 5.9 menunjukkan distribusi responden berdasarkan lama

perawatan dimana, jumlah responden terbanyak dengan lama

perawatan < 7 hari 19 responden (63,33%), sedangkan lama

perawatan ≥ 7 hari dengan jumlah 11 responden (36,67%).

4. Variabel Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Perawatan Bedah

(Asoka, Mawar lantai 1 dan Laika Waraka lantai 1) RSU Bahteramas pada

tanggal 15 - 29 juni 2017, dengan jumlah 30 responden dengan penjabaran

sebagai berikut :
a. Persiapan Alat

Tabel 5.10
Distribusi Persiapan Alat Perawatan Luka Sesuai
Standar Operasional Prosedur di RSU Bahteramas
Tahun 2017
No Kriteria Frekuensi (n) Presentase (%)
1 Sesuai SOP 2 6,67
2 Tidak Sesuai SOP 28 93,33
Total (n) 30 100
Sumber data primer diolah juli 2017

Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa jumlah

responden terbesar yaitu melaksanakan perawatan luka tidak sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan di RSU

Bahteramas dengan jumlah 28 responden (93,33%), sedangkan

responden yang melaksanakan perawatan luka sesuai Standar

Operasional Prosedur (SOP) berjumlah 2 responden (6,67%).

b. Pelaksanaan Perawatan Luka

Tabel 5.11
Distribusi Pelaksanaan Perawatan Luka
Sesuai Standar Operasional Prosedur di RSU Bahteramas
Tahun 2017
No Kriteria Frekuensi (f) Presentase(%)
1 Sesuai SOP 17 56,67
2 Tidak sesuai SOP 13 43,33
Total (n) 30 100
Sumber data primer diolah juli 2017

Tabel 5.11 diatas menunjukkan bahwa dilihat dari pelaksanaan

perawatan luka yang dilakukan oleh perawat, terdiri dari 17 responden

(56,67%) sesuai dengan standar opreasional prosedur (SOP).


sedangkan sebanyak 13 responden (43,33%) melakukan

tindakan perawatan luka tidak sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP).

B. PEMBAHASAN

1. Gambaran perawatan Luka Oleh Perawat Sesuai Standar


Operasional Prosedur di RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara Tahun
2017 Pada Tahap Persiapan Alat
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering

dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi

klinis karena perawatan luka cukup tinggi dan ini akan menambah

tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien. Perawatan luka

adalah suatu metode yang efektif dan efisien yang digunakan untuk

merawat luka agar sembuh sesuai dengan waktunya, meminimalkan

terjadinya resiko infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi. (Brunner

& Sudarth, 2002).

Dalam perawatan luka membutuhkan perawatan yang khusus.

Apabila perawatan luka tidak dilakukan maka akan menimbulkan infeksi

pada luka, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya

kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27% (Potter and Perry,

2005).

Tindakan perawatan luka akan berkualitas apabila dalam

pelaksanaannya selalu mengacu pada protap yang telah ditetapkan seperti

mencuci tangan dahulu, begitu pula dengan alat-alat yang akan digunakan

harus disterilkan dulu sebelum digunakan pada klien. Perawatan luka

yang baik akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan serta


kepuasan bagi penerima pelayanan keperawatan dan dapat berpengaruh

timbulnya infeksi paska bedah terutama bila perawatan luka post

operasi tidak dilakukan sesuai prosedur. Diharapkan dengan penerapan

perawatan luka secara teoritis dapat mempercepat proses penyembuhan

dan mencegah infeksi luka.

Berdasarkan hasil penelitian perawatan luka oleh perawat sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP) di RSU Bahteramas, dari 30

responden, lebih banyak responden tidak sesuai dalam menerapkan

standar operasional prosedur (SOP) perawatan luka pada tahap persiapan

alat, baik peralatan steril maupun tidak steril dengan jumlah 28 responden

(93,33%).

Dilihat dari jenis kelamin laki-laki 6 responden (20,00%) dan

perempuan 22 (73,33%), umur yaitu 30-33 tahun dengan jumlah 8

responden (26,67%) dan terendah umur 26-29 tahun, 38-41 tahun, dan

42-45 tahun masing-masing 2 responden (6,67%), pendidikan S1/Ners 16

responden (53,33%), DIII 9 responden (30,00%), SPK 2 responden

(6,67%) dan S2 1 responden (3,33%), jenis pekerjaan PNS sebanyak 19

responden (63,33%) dan non PNS 9 responden (30,00%), Ruangan rawat

sebanyak 10 responden (33,33%) di Laika Waraka,

dan masing-masing 9 responden (30,00%) di Asoka dan Mawar, jenis

luka yang terbanyak dilakukan perawatan yaitu ulkus diabetik 13

responden (43,33%) dengan lama perawatan < 7 hari 18 responden

(60,00%) dan ≥ 7 hari 10 responden (33,33%).


Dimana jenis peralatan steril yang tidak disiapkan berupa kapas

lidi dengan persentase 28 responden (93,33%) selain itu mangkok kecil

dengan jumlah 10 responden (33,33%), sedangkan jenis peralatan tidak

steril yang sering kali tidak dipersiapkan berupa bengkok dengan jumlah

13 responden (43,33%).

Berdasarkan pengakuan seluruh responden, peralatan yang

disediakan oleh Rumah sakit tidak sesuai dengan apa yang ada dalam

Standar Operasional Prosedur (SOP), seringkali responden harus

mempunyai ide kreatif untuk mengatasi hal tersebut dimana responden

mengganti kapas lidi menggunakan kasa steril, mangkok kecil diganti

dengan menggunakan kotak instrumen dan jenis peralatan bengkok yang

sering digunakan untuk meletakkan peralatan sisa pakai, diganti dengan

menggunakan kantong plastik atau kresek. Hal ini wajar saja namun

tidak sejalan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang

perawatan luka yang telah ditetapkan di RSU Bahteramas pada tahun

2017 sebagai mana Standar operasional prosedur (SOP) merupakan cara

atau tahapan yang dilakukan dan harus dilewati untuk menyelesaikan

proses kerja tertentu, salah satunya prosedur perawatan luka, dari

awal pelaksanaan sampai evaluasi yaitu : Imformed consent, persiapan

alat, persiapan lingkungan, persipan pasien, persiapan penolong,

pelaksanaan tindakan, evaluasi. Prosedur perawatan luka ini harus

dilaksanakan oleh seluruh perawat di rumah sakit khususnya untuk

mencegah dan menghindari terjadinya infeksi.


Dengan mengikuti prosedur yang ditetapkan maka tujuan Standar

operasional prosedur berupa menghindari kegagalan, kesalahan dan

keraguan, memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas atau pegawai terkait, serta melindungi organisasi/unit kerja dan

petugas pegawai dari malpraktek atau kesalahan lainnya serta

mengurangi kejadian infeksi akibat perawatan luka dapat tercapai.

Selain itu berdasarkan pengolahan data penelitian, terdapat 2

responden (6,67%) melakukan tindakan perawatan pada persiapan alat

sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Kesesuaian ini terjadi

karena ketika responden hendak melakukan tindakan perawatan luka,

peralatan yang dibutuhkan tersedia, namun dengan jumlah yang tidak

memadai.

2. Gambaran perawatan Luka Oleh Perawat Sesuai Standar


Operasional Prosedur di RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara Tahun
2017 pada tahap Pelaksanaan.
Berdasarkan hasil penelitian perawatan luka oleh perawat sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP) di RSU Bahteramas pada tahap

pelaksanaan perawatan luka, ditemukan gambaran bahwa dari 30

responden, terdapat 13 responden (43,33%) dengan kategori tidak sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Dilihat dari jenis kelamin laki-laki 6 responden (20,00%) dan

perempuan 7 (23,33%), umur yaitu 22-25 tahun dengan jumlah 4

responden (13,33%) dan terendah 42-45 tahun 1 responden (3,33%),

pendidikan S1/Ners 8 responden (26,67%), DIII 5 responden (16,67%),

jenis pekerjaan PNS sebanyak 5 responden (16,67%) dan non PNS 7


responden (23,33%), Ruangan rawat sebanyak 6 responden (20,00%) di

Laika Waraka, 5 responden (16,67%) di Asoka dan Mawar 2 responden

(6,67%), jenis luka yang terbanyak dilakukan perawatan yaitu ulkus

diabetik 3 responden (10,00%) dengan lama perawatan < 7 hari 8

responden (26,67%) dan ≥ 7 hari 5 responden (16,67%).

Hal yang menjadi ketidaksesuaian terdapat pada pelaksanaan

pinset yang sudah tidak steril diletakkan dalam bengkok dengan jumlah

11 responden (36,67%), dan 2 responden (6,67%) tidak melaksanakan

pemberian obat pada luka, hal ini terjadi tentu karena peralatan yang

disediakan tidak sesuai, sehingga mempengaruhi tahap pelaksanaan

perawatan luka, namun selebihnya melakukan bagian ini sesuai dengan

SOP karena peralatan yang dibutuhkan sesuai SOP, kebetulan tersedia

saat melakukan tindakan.

Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan variabel pertama

dimana responden yang melakukan tindakan sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP) lebih banyak yaitu 17 responden (56,67%), hal ini

mempunyai latar belakang yang sama yaitu terletak pada tahap persiapan

alat, apabila peralatan yang disiapkan sesuai dengan standar operasional

prosedur maka tindakan atau pelaksanaan yang dilakukan responden

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah disetujui,

disepakati dan diterapkan di RSU Bahteramas provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun 2017.


Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti, responden

tidak pernah ditemukan melanggar atau tidak melaksanakan tindakan

sesuai SOP diluar dari persiapan alat atau keterkaitan dengan kemampuan

dan pemahaman responden tentang tindakan yang akan dilakukan dalam

perawatan luka, seperti dalam hal mencuci tangan responden sangat

mematuhi tindakan pertama ini, karena berdasarkan pengakuan responden

mencuci tangan sangat penting sebelum dan sesudah melakukan tindakan,

utamanya dalam perawatan luka untuk mencegah kejadian infeksi serta

lama perawatan dan biaya yang bertambah bagi klien. Namun hasil

penelitian juga menunjukkan lama perawatan luka ≥7 hari perawatan

dengan jumlah 11 klien 36,67% dari 30 klien, hal tersebut kemungkinan

ada keterkaitan dengan proses perawatan luka yang tidak sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) utamanya pada persiapan alat yang

tidak sesuai SOP yang ada.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

perawatan luka oleh perawat di Ruang rawat bedah RSU Bahteramas Sulawesi

Tenggara belum sesuai dengan standar operasional prosedur, dapat

digambarkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian perawatan luka oleh perawat sesuai Standar

Operasional Prosedur (SOP) di RSU Bahteramas, dari 30 responden,

terdapat 28 responden (93,33%) tidak sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP) pada tahap persiapan alat (peralatan steril dan tidak steril).

disisi lain terdapat 2 responden (6,67%) melakukan tindakan pada

persiapan alat sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

2. Berdasarkan hasil penelitian perawatan luka oleh perawat sesuai Standar

Operasional Prosedur (SOP) di RSU Bahteramas pada tahap pelaksanaan

perawatan luka, ditemukan gambaran bahwa dari 30 responden, terdapat

13 responden (43,33%) dengan kategori tidak sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP). Sedangkan responden yang melakukan

tindakan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) lebih banyak yaitu 17

responden (56,67%).
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengajukan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit, penyediaan peralatan atau sarana kesehatan sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP) sangat penting disamping penyediaan

sumber daya manusia (SDM), demi menigkatkan mutu pelayanan

kesehatan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Bagi instansi Pendidikan, agar menambah literatur tentang perawatan luka

sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa tentang tindakan

keperawatan pada pasien dengan luka.

3. Bagi peneliti, agar memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan

sebaik-baiknya.

4. Bagi masyarakat, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi

dan dapat mengembangkan hasil penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Ed.8.Vol.1.:


Jakarta: EGC
Budiono & Pertami. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik:
Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Hasmi . 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jayapura : IN Media
Jintowiyono, sugeng dan Kristiyanasari,weni. 2010. Asuhan keperawatan post
operasi pendekatan nanda, Nic, Noc. Yogyakarta : Nuha medika.
Murwani , arita. 2011. Keterampilan dasar praktek klinik keperawatan.
Yogyakarta : Fitramaya
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Jogjakarta : Percetakan
Mediaction Publishing Jogjakarta
Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo. 2005. metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Asdi
Mahasatya
Notoatmodjo. 2010.metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Potter, Patricia A & Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7
Buku 1. Jakarta : Salemba Medika
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Bantul : Nuha
Medika
Sari , kumala dan Muttaqin, arif. 2009. Asuhan keperawatan perioperatif :
konsep, proses dan aplikasi. Jakarta : Salemba medika
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Saputra, Lyndon. 2014. Buku Ajar : Clinical Nursing Procedures, Jilid Dua.
Tangerang Selatan : Binarupa Aksara
Suriadi, 2004. Perawatan luka. Ed.1. Sagung Seto : Jakarta
Yarton. 2014. identifikasi faktor-faktor penyembuhan luka post operasi
appendiktomi dipoli bedah RSU Bahteramas. Kendari : KTI
..............2013.http://depkes.go.id/resources/general/Hasil%20Riskesdas/diunduh
pada tanggal 4 mei 2017
.............. SOP 1/267/14/RSUD/I/2016,Standar Operasional Prosedur Perawatan
Luka RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Lampiran 1

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth.Responden

Di-

Tempat

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :

Nama : I Nyoman Juliana

Nim : P00320014067

Sebagai Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan

Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul

“Gambaran Perawatan Luka Oleh Perawat Sesuai Standar Operasional

Prosedur Di RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara” sehubungan dengan hal

itu, saya mohon anda meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam

penelitian ini. Anda berhak untuk menyetujui atau menolak menjadi responden.

Namun, apabila anda setuju, anda dipersilahkan untuk menandatangani surat

persetujuan responden ini. Atas partisipasi dan kebijakan responden, saya

ucapakan terima kasih.

Kendari,.........Juni 2017

Hormat Saya,

I Nyoman Juliana
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN


( INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, tidak keberatan untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa politeknik kesehatan

kemenkes kendari jurusan keperawatan, dengan judul “Gambaran Perawatan

Luka Oleh Perawat Sesuai Standar Operasional Prosedur Di RSU

Bahteramas Sulawesi Tenggara”

Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini

dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Semoga dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Kendari, Juni 2017

Responden

NIP.
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN LUKA
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
TAHUN 2017

A. Identitas Responden
NO.URUT:
1. Nama Responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Lama kerja :
6. Status Pekerjaan :
7. Ruangan :
8. Hari/Tgl Observasi :
B. Identitas Klien
1. No. Rekam Medis :
2. Inisial klien :
3. Jenis kelamin :
4. Jenis luka :
5. Lama perawatan : hari
6. Alamat :
C. SOP 1/267/14/RSU P/1/2016

DILAKUKAN
No PROSEDUR
YA TIDAK
A. Tahap persiapan Alat
e) Peralatan steril
1) Pinset anatomi
2) Pinset chirurgic
3) Gunting lurus
4) Kapas lidi
5) Mangkok kecil
f) Peralatan tidak steril
6) Gunting balutan
7) Plaster
8) Obat desinfektan dalam tempatnya (misalnya
betadine, alcohol 70%, mercurocrom,dll)
9) Bengkok
10) Verban secukupnya
11) Obat luka sesuai kebutuhan

JUMLAH
DILAKUKAN
No PROSEDUR
YA TIDAK
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
3. Luka dibersihkan memakai kapas desinfektan dari
arah dalam keluar
4. Kapas dibuang pada tempatnya
5. Pinset yang sudah tidak steril diletakkan dalam
bengkok
6. Observasi keadaan luka
7. Luka diberi obat, selanjutnya ditutup dengan kasa
steril dengan menggunakan pinset steril dan jaga
serat kasa tidak melekat pada luka
8. Setelah luka diobati ditutup dengan kassa steril dan
diplester atau dibalut
9. Catat hasil observasi dan respon klien
10. Rapikan pasien dan alat
11. Perawat mencuci tangan
JUMLAH

Kendari , Juni 2017

Mengetahui :

Kepala Ruangan, Peneliti,

I Nyoman Juliana
NIP . NIM. P00320014067
Lampiran 9
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
DI RUANG RAWAT BEDAH
RSU.BAHTERAMAS
2017

a. Dokumentasi Tahap Persiapan Alat

Gambar diatas merupakan peralatan yang dipersiapkan responden


ketika akan melakukan perawatan luka, dimana peralatan masih
kurang dan tidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
b. Tahap Pelaksanaan Perawatan Luka

Gambar diatas merupakan kondisi perawatan luka yang dilakukan


oleh responden saat dilakukan observasi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai