Anda di halaman 1dari 82

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM

MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI – HARI DI PANTI


SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH :

ISKANDAR HARUN PRATAMA


P00320014070

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAAN KEPERAWATAN
2017
MOTTO

“hidup itu adalah perjuangan, ingatlah perjuangan kedua orang

tuamu yang membesarkanmu sampai saat ini, maka jangan

menyerah dan berjuanglah selagi masih ada waktu sampai

perjuanganmu membuahkan hasil yang dapat membanggakan

kedua orang tuamu”

“jangan pernah khawatir ketika perjuanganmu diacuhkan, tetap

berjuang menjadi layak untuk di kenal”

“sertakan doa, dzikir dan dan sabar dalam setiap usaha, karena

manusia yang sombong adalah bukan hanya mereka yang

memamerkan dunia, tapi manusia sombong adalah manusia

yang tidak pernah berdoa dan tidak ada rasa butuh”

Karya tulis ini ku persembahkan untuk :

ayahanda dan ibundaku tercinta, saudara-saudara ku, agama,

bangsa dan almamaterku


RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

1. Nama : Iskandar Harun Pratama

2. Tempat Tanggal Lahir : Sambahule, 10 Juli 1996

3. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia

4. Jenis Kelamin : Laki – Laki

5. Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri 1 Baito Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 10 Konawe Selatan Tamat Tahun 2011

3. SMA Negeri 4 Konawe Selatan Tamat Tahun 2014

4. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan Sejak Tahun 2014 –

2017.
ABSTRAK

Iskandar Harun Pratama (P00320014070) identifikasi tingkat kemandirian


lansia dalam melakukan aktivitas sehari – hari di panti social tresna werdha
minaula kendari. Di bimbing oleh Ibu Reni Devianti Usman, dan Ibu Nurfantri
(xiv + 51 halaman + 9 lampiran + 7 tabel). Kemandirian melakukan ADL lansia
adalah kemampuan seseorang lansia dalam memenuhi kebutuhan dan aktivitas
sehari – hari seperti makan, mandi, perawatan diri, berpakaian, buang air kecil,
buang air besar, penggunaan toilet, berpindah (tidur atau duduk), mobilitas, dan
naik turun tangga. Tujuan penelitian ini Untuk mengukur tingkat kemandirian
lansia dalam melakukan aktivitas sehari – hari terbagi atas beberapa tingkat yaitu
mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, dan
ketergantungan total. Jenis penelitian deskriptif yang dilakukan pada tanggal 19 –
20 juni 2017. Populasi berjumlah 75 dan sampel 75 di ambil secara total sampling.
Penelitian menggunakan instrumen lembar kuisioner yang telah dimodifikasi.
Data di olah dengan cara coding, editing, scoring, dan tabulating. Hasil penelitian
menujukan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari –hari
menunjukan mandiri sebanyak 45 responden (60,0%), ketergantungan ringan
sebanyak 23 responden (30,7%), ketergantungan sedang hanya 3 responden
(4,0%), ketergantungan berat hanya 3 responden (4,0%) dan yang mengalami
ketergantungan total yaitu 1 orang (1,3%). Saran bagi panti sosial tresna werdha
minaula kendari agar memberikan pelayanan kesehatan dan meningkatkan
pemberian alat bantu kesehatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti
kursi roda, kaca mata, tongkat dll.

Daftar Pustaka : 18 (2000-2016)


Kata Kunci : Tingkat Kemandirian, ADL, Lansia, PSTW
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada

penulis berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan lahir dan batin sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Diploma-III Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Kendari dengan judul “ Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia

Dalam Melakukan Aktivitas Sehari – Hari Di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari’’.

Selama persiapan, pelaksanaan dan penyusunan sampai penyelesaian karya

tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, arahan, serta

motivasi dari berbagai pihak, baik secara moral maupun material. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada Ibu Reni Devianti Usman., M.Kep.,Sp.KMB selaku

pembimbing I dan Ibu Nurfantri., S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam

proses penyusunan karya tulis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak baik

lembaga maupun pribadi sebagaimana penulis sebutkan dibawah ini:

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari

2. Bapak Ir. Sukanto Toding., MSP., MA, selaku Kepala Bidang Riset

Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah

memberikan izin penelitian


3. Bapak Syamsuddin., SST., MA, selaku Kepala Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari yang telah memberikan izin penelitian untuk melakukan

penelitian

4. Bapak Muslimin L, A.Kep, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

5. Ibu Asminarsih Zainal Prio. M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.KOM. selaku penguji I,

Bapak Muhaimin Saranani.,S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku penguji II, dan Bapak

Sahmad., S.Kep.,Ns., M.Kes. selaku penguji III.

6. Para dosen dan seluruh staf tata usaha di lingkungan Politeknik Kesehatan

Kendari Jurusan Keperawatan.

7. Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes

Kendari.

8. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda saya

Tinggi dan ibunda saya Inti Nely yang telah membesarkan, membimbing,

dan mendidik dengan penuh kasih sayang dan selalu memberikan motivasi

serta mendoakan penulis selama masa pendidikan.

9. Kepada rekan-rekan saya Andi akbar, Adelia Apriana, Desi Saputri, Dimas

Dwi Prasetio, Ekapri, I Nyoman Juliana, Kiky Risky, Ni Nyoman Widani,

Muh Sulfikar, Muh Azizul, Mercy Emellia, Rahmawati, Revi Kartika,

Trivita, Wawan Adi Saputra, Fingki Advis, Muhammad Yasin, Ade

Rahmasari, Selly Risky, Yuni Astarina, Hapni Oktaviani, Saipul Bahri,

yang telah memberikan banyak masukkan dan dukungan selama proses

pembuatan karya tulis ini


10. Teman-teman “Nervus Cran14l” dan mahasiswa/i angkatan 2014, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatudan semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

kekeliruan, kesalahan dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan

waktu, kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran, pendapat

dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak

demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diterima dan layak untuk dilanjukan.

Kendari, juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
MOTTO ............................................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia ................................................................................. 8
B. Tinjauan Tentang Kemandirian Dalam Melakukan ADL ............... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran .............................................................................. 33
B. Kerangka Konsep ............................................................................ 33
C. Variabel Penelitian .......................................................................... 34
D. .Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ..................................... 35
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 36
C. .Populasi dan Sampel........................................................................ 36
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................................. 37
E...Instrumen Penelitian ........................................................................ 37
F. Pengolahan Data dan Analisa Data ................................................. 38
G. Penyajian Data ................................................................................. 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN .......................................... 40
B. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 42
C. PEMBAHASAN.............................................................................. 44
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 50
B. SARAN............................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR TABEL

Hlm

Tabel 2.1 Instrumen Pengkajian Barthel Indekz ...................................... 27

Tabel 2.2 Penilaian Katz Menurut Maryam. R. Siti, Dkk 2011............... 29

Tabel 2.3 Modifikasi Indekz Katz Menurut Maryam ............................. 31

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari .................................. 41

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari .................... 42

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ruangan

Atau Wisma Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari.................................................................................... 43

Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan

Aktivitas Sehari-Hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari..................................................................................... 44
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohanan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuisioner Penelitian

Lampiran 4 Tabulasi Data

Lampiran 5 Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari Politeknik Kesehatan Kendari

Lampiran 7 Surat Izin Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari

Lampiran 9 Dokumentasi Keperawatan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh semua

orang yang dikarunia usia panjang, dan tidak bisa dihindari oleh siapapun,

namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Menua

(menjadi tua: aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Ranah, 2008).

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah peningkatan

usia harapan hidup penduduk. Dengan peningkatan usia harapan hidup

penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari

tahun ke tahun. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah

penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia

penduduk lansia tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding

kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi

ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa

persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total

penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS, 2015)


Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang

berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari

populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total

populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat

seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada

tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun

2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun.

(WHO,2015)

Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya.

Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total

populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan

proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015).

Berdasarkan sensus penduduk 2015, secara umum jumlah lansia di

Provinsi Sulawesi tenggara sebanyak 152.848 orang atau 5,85 % dari

keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk lansia perempuan (69.929 orang)

lebih banyak dari jumlah penduduk lansia laki-laki (60.289 orang). Sementara

sebarannya jauh lebih banyak di daerah pedesaan daripada daerah perkotaan

(103.525 orang berbanding 26.695). Jika dilihat dari kelompok umur, jumlah

penduduk lansia terbagi menjadi lansia muda(60-69 tahun) sebanyak 110.791

orang, lansia menengah (70-79 tahun) sebanyak 60.969 orang, dan lansia

tua(80 tahun ke atas) sebanyak 20.039 orang. Sementara itu, penduduk pra
lansia yaitu kelompok umur 45-54 tahun dan 56-59 tahun masing – masing

sebanyak 268.022 orang dan 98.179 orang. (BPS,2015)

Pada sensus penduduk pada tahun 2015, secara umum jumlah lansia di

kota kendari sebanyak 10.623 orang lansia. Jumlah penduduk lansia laki-laki

5.016 orang lebih sedikit dari peduduk lansia perempuan yang berjumlah

5.607 orang. (BPS,2015)

Pengaruh peningkatan populasi usia lanjut ini akan sangat tampak

pada hal ekonomi dan sosial, dimana seperti kita ketahui saat ini angka

kejadian penyakit kronis, degeneratif, maupun berbagai macam kanker

semakin meningkat, juga angka kematian akibat penyakit-penyakit

tersebut yang meningkat. Kecacatan akibat penyakit degeneratif pun

tidak akan terhindarkan, sehingga menurunkan produktifitas para usia lanjut.

Penurunan produktifitas dari kelompok usia lanjut ini terjadi karena

terjadi penurunan fungsi, sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut

mengalami penurunan dalam melaksanakan kegiatan harian seperti makan,

ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya dalam Activities Daily Living(ADL).

Dalam berbagai masalah fisik yang di alami oleh lansia membuat mereka

memiliki ketergantungan pemenuhan kebutuhan dasarnya, hal inilah yang

menyebabkan pada akhirnya lansia di tempatkan ke panti werdha

(David,2013)

Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa

lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
perubahan: Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit.

Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, perubahan panca indra

seperti penurunan fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan

perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar

keterampilan baru. Perubahan- perubahan tersebut pada umumnya mengarah

pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh

juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan

berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Secara biologi, lanjut usia

mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan

menurunnya daya fisik terhadap penyakit (Hardiwinoto, 2005).

Penurunan fisik ini dapat dilihat dari kemampuan fungsional dari

lansia terutama kemampuan lanjut usia untuk melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari seperti berpakaian, buang air besar atau kecil, makan, minum,

berjalan, tidur, dan mandi. Dari kemampuan melakukan aktivitas tersebut

dapat dinilai apakah lanjut usia mandiri atau tergantung pada orang

lain. Mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari adalah

kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada pihak lain dalam merawat

diri maupun dalam beraktivitas sehari-hari. Semakin mandiri status fungsional

lansia maka kemampuan untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan

semakin baik. Sebaliknya lansia yang menunjukkan ketergantungan akan

rentan terhadap serangan penyakit. Penurunan fungsi organ tubuh akan

berdampak kemampuan fisik lansia yang selanjutnya akan mempengaruhi

kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-harinya.


Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari adalah salah satu panti

sosial yang berada di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan yang

menampung sebanyak 75 lansia yang terbagi beberapa wisma dan setiap

wisma menampung sekitar 8 lansia.

Berdasarkan hasil survei awal pada saat pengambilan data yang di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada tanggal 15 Maret 2017

menunjukan ada salah satu wisma yang di tempati lansia memiliki

ketergantungan total seperti makan, mandi, perawatan diri, berpakaian, buang

air kecil, buang air besar, penggunaan toilet, berpindah, mobilitas. Tetapi, ada

juga wisma lain yang lansianya menggunakan kursi roda dan tongkat dll.

Sehingga dengan ketergantungan tersebut lansia tidak dapat melakukan

aktivitas sehari – hari atau membutuhkan bantuan.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang “Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam

Melakukan Aktivitas Sehari- Hari di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan

penelitian dirumuskan adalah “ Bagaimana Kemandirian Lansia Dalam

Melakukan Aktivitas Sehari-Hari di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia

dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas sehari – hari dengan mandiri.

b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas sehari – hari dengan ketergantungan ringan

c. Untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas sehari – hari dengan ketergantungan sedang

d. Untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas sehari – hari dengan ketergantungan berat

e. Untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas sehari – hari dengan ketergantungan total

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan lansia dapat meningkatkan kemandirian dalam

melakukan Activity Daily Living.


b. Manfaat Praktis

1) Bagi Panti Sosial Tresna Werdha

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi Panti

Sosial Tresna Werdha dalam memberikan pelayanan kesehatan yang

ditujukan kemandirian Activity Daily Living Lansia.

2) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi penulis dalam hal Tingkat Kemandirian Lansia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari

3) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitan ini diharapkan sebagai sumber bacaan dan bahan

pustaka bagi institusi pendidikan.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dan

dapat digunakan serta salah satu bahan bacaan dan referensi bagi

peneliti selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia (Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat

(2), (3), (4) UU no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa

usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun

Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh

semua orang yang dikarunia usia panjang, dan tidak bisa dihindari oleh

siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat

kejadiannya. Menua (menjadi tua: aging) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki

diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Ranah, 2008).

2. Batasan – Batasan Lanjut Usia

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), Ada empat kategori

lansia:

1. Usia Pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (ederly)usia 60-74 tahun

3. Lansia usia tua (old) usia 75-90 tahun


4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

b. Menurut Hurlock(1979) perbedaan lanjut usia ada dua tahap

1. Carly old age (usia 60-74 tahun)

2. Advance old age (usia >70 tahun)

c. Menurut burnsie (1979, ada empat tahap lanjut usia yaitu:

1. Young old (usia 60-69 tahun)

2. Middle age old (usia 70-79 tahun)

3. Old-old (usia 80-89 tahun)

4. Very old-old (usia >90)

3. Teori – Teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori penuaan yang berkaitan dengan proses penuaanb,

yaitu teori biologi, teori psikologis, teori social, dan teori spiritual

a. Teori Biologis

Teori biologis mencakup teori genetic dan mutasi, immunology slow

theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

a) Teori genetic dan mutasi

Menurut teori genetic dan mutasi, menua terprogram secara genetic

untuk spesies-spesies tertentu. Menua menjedi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogramoleh molekul-molekul DNA

dalam setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi sebagai

contoh yang khas adalah mutasi dari sel –sel kelamin (terjadi

penurunan kemampuan fungsi sel


b) Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, system imun menjadi efektif

dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh

yang dapat menyebabkan kerusakann organ tubuh.

c) Teori stres

Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel

yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,

dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

d) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-

bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat dilakukan regenerasi.

e) Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel

yang tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

b. Teori psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamia seiringdengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat


dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional

yang efektif.

Kepribadian individu yang terjadi atas motivasi dan

inteligasi dapat menjadi karateristik dapat menjadikan seorang lansia

mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada

ditunjang dengan status sosialnya.

Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi

persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut

menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

Persepsi merupakan kemampuan interprestasi pada

lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi system sensorik, maka

akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses,

dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi

yang berbeda dari stimulus yang ada.

c. Teori Sosial

a) Teori social

Teori ini memncoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada

suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal –hal yang dihargai

masyarakat Mauss (1961), dan blau (1964) mengemukakan bahwa

interaksi social terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang

dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons (1945), mengatakan

bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi social


merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas

dasar kemampuannya untuk melakukan tukar- menukar.

Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan

keleompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-

besarnya dan menekan kerugian hingga sesedikit mungkin.

Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok

mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi

atau kelompok lainnya

b) Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling awal

dan pertama kali diperkenakan oleh Gumming dan Henry (1961).

Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan

mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri

dari pergaulan sekitarnya.

c) Teori aktivitas

Teori ini dikembangkan oleh palmore (1965) dan Lemon et al.

(1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung

dari bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan dalam

melakukan aktivitas serta mempertahankan aktifitas tersebut lebih

penting dibandingkan kualitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari

satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi hal lain sisi

dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek


atau nenek, ketua RT, seseorang duda atau janda, serta karena

ditinggal pasangan hidupnya.

d) Teori kesinambungan

Teori ini dianut oleh banyak pakar social. Teori ini mengemukakan

adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman

hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak

pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya

hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah

meskipun ia telah menjadi lansia.

e) Teori perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah

dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan

demikian perlu dipahami teori Freud, Jung, dan Erickson. Sidmund

Freud meneliti tentang psikoanalisis serta perubahan psikososial

anak dan balita. Erickson (1930).

f) Teori stratifikasi usia

Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia

kronologisyang menggambarkan serta membentuk adanya

perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka

berdasarkan usia.
d. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang

arti kehidupan

James Flowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan

kepercayaan (Wong, et al, 1999). Fowler juga meyakini bahwa

kepercayaan/demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang member

arti bagi kehidupan seseorang.

4. Kondisi fisik lansia

Jatuh pada usia lanjut merupakan masalah yang sering terjadi.

Penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan didalamnya, baik faktor

intrinsic maupun dari dalam diri usia lanjut. Misalnya, gangguan gaya

berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope

atau pusing. Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai yang licin dan tidak

rata, tersandung benda, penglihatan yang kurang karena cahaya yang

kurang terang, dan sebagainya. Memang tidak dapat dibantah, bila

seseorang bertambah tua, kemampuan fisik atau mentalnya pun perlahan,

tetapi pasti menurun. Akibatnya, aktifitas hidupnya akan terpengaruh, yang

pada akhirnya akan dapat mengurangi ketegapan dan kesiagapan

seseorang.

Gangguan-gangguan lain yang dapat mengancam lansia terutama

mereka yang berusia jompo (75 tahun ke atas) adalah yang terkenal dengan

sebutan 5 I (lima i), yaitu : ganngguan intelektual (intellectual


impairment), imobilitas, instabilitas, inkontenensia, dan reaksi akibat

penyalahgunaan obat (iatrogenic drug reaction )

a. Gangguan intelektual

Gangguan intelektual uang berlangsung progresif disebut demensia,

muncul secara perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan

hingga tahunan). Demensia merupakan kelainan yang paling ditakuti

dikalangan lansia, meskipun kelainan ini tidak tampak keberadaannya.

Usia jompo sendiri bukanlah penyebab langsung demensia (kepikunan),

tetapi demensia merupakan gangguan penyerta akibat perubahan –

perubahan yang berlangsung pada system saraf pusat.

b. Imobilisasi

Imobilisasi pada lansia diakibatkan oleh adanya gangguan nyeri,

kekakuan, ketidakseimbangan, serta kelainan psikologis.

Penyebab imobilitas yang utama adalah takut jatuh. Tindakan yang

penting pada keadaan ini adalah pencegahan. Perlu juga ditekankan

pemberian nutrisi secara adekuat juga exercise sekupnya. Selain itu,

sediakan juga alat bantu bila diperlukan

c. Instabilitas

Instabilitas serta akibat-akibat yang ditimbulkan seperti peristiwa jatuh

merupakan masalah yang juga penting pada lansia, terutama bagi lansia

wanita. Sekitar 30% diantara para lansia mengalami jatuh.


d. Inkontinensia urine

Sering dikaitkan dengan lansia yang tinggal di institusi. Adapun kondisi

inkontinensia urine ini akan berdampak pada masalah social, antara lain

isolasi social. Bila ditemukan penyebab medis harus dikoreksi, misalnya

dengan cara pembedahan. Juga dapat diusahakan dengan cara melatih

otot dasar panggul. Kini banyak diatasi dengan mengenakan pampers,

baik bagi wanita maupun pria

e. Reaksi obat-obatan

Rekasi tubuh terhadap obat-obatan yang digunakan sembarangan seiring

pula ditemukan dengan alasan beragam, anatara lain menurunnya

absorpsi obat, menurunnya aliran darah pada ginjal dan hati, serta

respons lansia terhadap obat obatan yang berbeda.

Menurut Setiawan (2009), secara umum terdapat beberapa perubahan

kondisi fisik pada lansia yang dapat dilihat dari:

a. Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit.

b. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut :

limpa, hati.

c. Perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasa.

d. Perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan

dan belajar keterampilan baru.


Perubahan/kemunduran kondisi fisiologis tersebut berupa

penurunan fungsi organ pada lansia yang seharusnya mendapat

perhatian dari seluruh kalangan baik keluarga, masyarakat, maupun

tenaga kesehatan terutama untuk meningkatkan kualitas hidupnya,

karena lansia adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

masyarakat (Potter dan Perry, 2006). Kemunduran psikologis pada

lansia juga terjadi karena ketidakmampuan untuk mengadakan

penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain

sindroma lepas jabatan dan sedih yang berkepanjangan (Departemen

Kesehatan RI, 2000).

Selain aspek fisik dan psikologis, kemunduran juga terjadi

pada aspek sosial. Kemunduran sosiologi pada lansia sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman lansia itu atas

dirinya sendiri. Status sosial seseorang sangat penting bagi

kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status sosial lansia akan

membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan

persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut. Aspek

sosial ini sebaiknya diketahui oleh lansia sedini mungkin sehingga

dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin (Departemen Kesehatan RI,

2000).

Penurunan kondisi fisik dan mental tersebut menyebabkan

menurunnya derajat kesehatan lansia sehingga tingkat

ketergantungan pada lansia akan semakin meningkat dan selanjutnya


akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup lansia

dikatakan baik jika kesehatan fisik, psikologis, dan sosialnya baik.

Kesehatan fisik tersebut berhubungan dengan activity of daily living

dasar yang dilakukan oleh lansia dalam kehidupan sehari–hari, seperti

makan, minum, berjalan, mandi, dan buang air besar (Pujiono, 2009).

Kesehatan psikologis lansia dikatakan baik, bila lansia memiliki sifat

positif seperti motivasi hidup, mampu menghadapi serta

menyelesaikan permasalahan pada dirinya, serta tercapainy tujuan

dan memaknai hidup dengan lebih baik di usia senjanya dengan

perasaan optimis. Sedangkan aspek sosial lansia dikatakan baik, bila ia

cukup mendapatkan dukungan dari keluarga maupun lingkungan sosial

sekitarnya (Budiarti, 2010)

B. Tinjauan Tentang Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari – Hari (Activity

Of Daily Living)

1. Definisi Kemandirian pada lansia

Dari pendapat para ahli Ruhidawati (2005) mengartikan

kemandirian merupakan suatu keadaan diamana seorang individu

memiliki kemauan dan kemampuan berupaya untuk memenuhi

tuntunan kebutuhan hidupnya secara sah, wajar dan bertanggung jawab

terhadap segala hal yang dilakukannya, namun demikian tidak berarti

berarti bahwa orang yang mandiri bebas lepas tidak memiliki kaitan

dengan orang lain. Mutadin (2002) juga mengatakan bahwa untuk

dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan


dorongan dari keluarga serta lingkungan disekitarnya, agardapat

mencapai otonomi atas diri sendiri. Selain itu kemandirian bagi orang

lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup orang lanjut

usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas sehari – hari.

Menurut mu’tadin (2002) kemandirian mengandung pengertian

yaitu suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing

untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan

inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan

diri dalam mengerjakan tugas – tugasnya, bertanggung jawab terhadap

apa yang dilakukan.

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau

bantuan pribadi yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk

melakukan fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun

dianggap mampu (Maryam. R.Siti, 2008).

2. Konsep ADL (Activity Of Daily Living)

Suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk

melakukan activity of daily living secara mandiri. Penentuan

kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan

keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang

tepat (Maryam, 2008). Kemandirian berarti tanpa pengawasan,

pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif. Seseorang lansia

yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap sebagai tidak

melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu. Kemandirian adalah


kemampuan atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau

mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain

(Maryam, 2008).

Adapun kemandirian disini dihubungkan dengan kemampuan

klien dalam melakukan fungsi tanpa memerlukan supervisi, petunjuk,

maupun bantuan aktif dengan pengecualian. Misalnya bagi lansia yang

menolak untuk melakukan sendiri suatu fungsi tertentu (padahal

mungkin ia masih mampu) dianggap tidak bisa melakukannya.

Menurut (Noorkasiani S.Tamher. 2008) untuk menetapkan

apakah salah satu fungsi tersebut mandiri atau dependen (yaitu

memperlihatkan tingkat ketergantungan ) diterapkan standar sebagai

berikut.

1) Mandi. Dinilai kemampuan klien untuk menggosok atau

membersihkan sendiri seluruh bagian badanya, atau dalam hal

mandi dengan cara pancuran (shower) atau dengan cara masuk dan

keluar sendiri dari bath tub. Dikatakan independen (mandiri), bila

dalam melakukan aktivitas ini, lansia hanya memerlukan bantuan

untuk misalnya menggosok/membersihkan sebagian tertentu dari

anggota badannya. Lansia mampu mandiri sendiri tapi tak lengkap

seluruhnya. Dikatakan dependen bila klien memerlukan bantuan

untuk lebih dari satu bagian badannya. Juga bila klien tak mampu

masuk keluar bath tub sendiri.


2) Berpakaian. Dikatakan independen bila tak mampu mengambil

sendiri pakaian dalam lemari atau laci misalnya, mengenakan

sendiri bajunya, memasang kancing atau resleting (mengikat tali

sepatu, dikecualikan).

3) Toileting. Dikatakan independen bila lansia tak mampu ke toilet

sendiri, berajak dari kloset, merapikan pakaian sendiri organ eskresi,

bila harus menggunakan bed pan atau pispot. Untuk keluar masuk

toilet menggunakannya serta merapikan pakaiannya selalu

memerlukan bantuan.

4) Transferring. Dikatakan independen bila mampu naik turun sendiri

dari tempat tidur atau kursi/kursi roda. Bila hanya memerlukan

sedikit bantuan atau bantuan yang bersifat mekanis, tidak termasuk.

Sebaliknya, dependen bila selalu memerlukan bantuan untuk

kegiatan tersebut diatas. Atau tidak mampu melakukan satu atau

lebih aktifitas transferring.

5) Kontinensia atau eliminasi. Dikatakan indenpenden bila mampu

buang hajat sendiri (urinasi dan defekasi). Sebaliknya, termaksud

dependen bila pada salah satu atau keduanya (miksi atau defekasi)

memerlukan enema dan kateter. Juga bila lansia menggunakan bed

pan secara regular.

6) Makan. Dikatakan independen, bila mampu menyuap makanan

sendiri, mengambil dari piring. Dalam penilaian tidak termaksud


mengiris poto gan daging. Misalnya, juga menyiapkan hidangan.

Keadan sebaliknya tergolong dependen.

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia Dalam

ADL.

Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk

melakukan activity of daily living tergantung pada beberapa faktor,

yaitu:

a. Umur dan status perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan

tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi

terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living.

Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara

perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam

melakukan activity of daily living.

b. Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous

mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan

sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk

dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya

karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan

activity of daily living (Hardywinoto, 2007).


c. Fungsi Kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan

proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan

sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses

mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat

mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian

dalam melaksanakan activity of daily living (Hardywinoto, 2007)

d. Fungsi Psikososial

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi

pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang

kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan

pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau

ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab

keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah

komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam

penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan

activity of daily living (Hardywinoto, 2007).


e. Tingkat stress

Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai

macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor),

dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu

keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti

injuri atau psikologi seperti kehilangan.

f. Ritme biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur

lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal

(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama

biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam.

Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi

tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut

berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan

seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi

activity of daily living.

g. Status mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang.

Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan

kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang

dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi

ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah


keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya

mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami

apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan

kebutuhan – kebutuhan dasarnya (Hardywinoto,2007).

h. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan

kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu

lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya

adalah pemeliharan Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif

melakukan kunjungan ke posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik

dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu (Pujiono, 2009).

4. Cara Pengukuran Kemampuan Melakukan ADL

Kemandirian bagi lansia juga dapat dilihat dari kualitas

hidup. Kualitas hidup lansia dapat dinilai dari kemampuan melakukan

activity of daily living. Menurut Setiati (2000), Activity of Daily

Living (ADL) ada 2 yaitu, ADL standar dan ADL instrumental.

ADL standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan,

berpakaian, buang air besar/kecil, dan mandi. Sedangkan ADL

instrumental meliputi aktivitas yang kompleks seperti

memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.


Menurut Agung (2006), Activity of Daily Living adalah

pengukuran terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia

setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain: memasak, berbelanja,

merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur keuangan, minum obat

dan memanfaatkan sarana transportasi. Skala ADL terdiri atas skala

ADL dasar atau Basic Activity of Daily Living (BADLs) Instrumental

or Intermediate Activity of Daily Living (IADLs), dan Advanced

Activity of Daily Living (AADLs). Skala ADL dasar mengkaji

kemampuan dasar seseorang untuk merawat dirinya sendiri (self care),

dan hanya mewakili rentang (range) yang sempit dari kinerja

(performance).

Skala ADL dasar ini sangat bermanfaat dalam

menggambarkan status fungsional dasar dan menentukan target yang

ingin dicapai untuk pasien–pasien dengan derajat gangguan fungsional

yang tinggi, terutama pada pusat–pusat rehabilitasi. Terdapat sejumlah

alat atau instrument ukur yang telah teruji validitasnya untuk mengukur

ADL dasar salah satunya adalah indeks ADL Katz. Tujuannya adalah

untuk mengidentifikasi defisit status fungsional dasar dan mencoba

memperoleh cara mengatasi dan memperbaiki status fungsional dasar

tersebut. Skor ADL dasar dari setiap pasien lansia harus diikuti dan

dipantau secara berkala/periodik untuk melihat apakah terjadi

perburukan atau perbaikan.


Pengukuran Activity daily living pada lansia dapat diukur

dengan menggunakan instrument sebagai berikut :

1) Barthel Indeks

Barthel Indeks merupakan suatu instrument pengkajian yang

berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan

diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam

menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami

gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator, yaitu :

Tabel 2. 1 Instrumen pengkajian dengan Barthel Indeks

No. Jenis ADL Kategori Skor


Makan 0 = Tidak dapat
(Feeding) 1 = Perlu bantuan untuk
1. memotong dll
2 = Mandiri
Mandi
0 = Tergantung orang lain
2. (Bathing)
1 = Mandiri
Perawatan
0 = Perlu bantuan
diri
1 = Mandiri
3. (Grooming)

Berpakaian 0 = Tergantung
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu /perlu
4. bantuan
2 = Mandiri
Buang air 0 = Tidak bisa mengontrol (perlu
kecil (Bowel) di kateter dan tidak dapat
mengatur
1 = BAK kadang-kadang (sekali
5. /24 jam)
2 = Terkontrol penuh (lebih dari 7
hari)
Buang air 0 = Inkontinensia (perlu enema)
besar 1 = Kadang Inkontensia (sekali
6. (Bladder) seminggu)
2 = Terkontrol penuh
Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang
toilet lain orang lain
1 = Perlu bantuan tetapi dapat
7. melakukan sesuatu sendiri
2 = Mandiri

Berpindah 0 = Tidak dapat


(tidur atau 1 = Butuh bantuan u (2 orang)
8. duduk) 2 = Dapat duduk dengan sedikit
3 = Mandiri

Mobilitas 0 = Tidak bergerak/tidak mampu


1 = mandiri dengan kursi roda
9. 2 = Berjalan dengan bantuan
3 = Mandiri
Naik turun 0 = Tidak mampu
10. tangga 1 = Perlu bantuan
2 = Mandiri

Interpretasi hasil :

20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan

9-11 : Ketergantungan Sedang

5-8 : Ketergantungan Berat

0-4 : Ketergantungan

2) Kats Indeks

Katz indeks adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem

penilaian yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian

fungsional dapat mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan

klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam,

R. Siti, dkk, 2011).


Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk

aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi

mandiri atau bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen

(BAB atau BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan

berpakaian (Maryam, R. Siti, dkk, 2011).

Tabel 2.2. Penilaian Indeks Katz menurut Maryam, R. Siti, dkk,

2011.

Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau
A
BAK), berpindah, ke kamar kecil mandi dan berpakaian.
Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
B
tersebut.
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
C
fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
E
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
F berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
Lain –Lain
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Keterangan:

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif


dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi

dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.

1. Mandi

Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung

atau ekstermitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.

Bergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan

masuk dan keluar dari bak mandsi, serta tidak mandi sendiri.

2. Berpakaian

Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,

melepaskan pakaian, mengancingi atau mengikat pakaian.

Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya

sebagian.

3. Ke Kamar Kecil

Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian

membersihkan genitalia sendiri.

Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan

menggunakan pispot.

4. Berpindah

Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit

dari kursi sendiri.

Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau

kursi, tidak melakukan satu, atau lebih berpindah.


5. Kontinen

Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri.

Tergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan kateter,

pispot, enema, dan pembalut (pampres).

6. Makan

Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.

Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan

menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral

(NGT).

Tabel 2.3. Modifikasi Indeks Kemandirian Katz menurut (

Maryam, R. Siti, dkk, 2011.)

Mandiri Tergantung
No Aktivitas
Nilai (1) (Nilai 0)
Mandi di kamar mandi
1 (menggosok, membersihkan, dan
mengeringkan badan).
Menyiapkan pakaian, membuka,
2 dan menggunakannya.
Memakan makanan yang telah
3 disiapkan.
Memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut,
4 mencuci rambut, mengosok gigi,
mencukur kumis).
Buang air besar di WC
5 (membersihkan dan mengeringkn
daerah bokong).
Dapat mengontrol pengeluaran
6 feses (tinja).
Buang air kecil di kamar mandi
7 (membersihkan dan mengeringkan
daerah kemaluan).
Dapat mengontrol pengeluaran air
8 kemih.
Berjalan di lingkungan tempat
9 tinggal atau ke luar ruangan tanpa
alat bantu, seperti tongkat.
Menjalankan agama sesuai agama
10 dan kepercayaan yang dianut.
Melakukan pekerjaan rumah,
seperti: merapikan tempat tidur,
11 mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri
12 atau kebutuhan keluarga.
Mengelola keuangan (menyimpan
13 dan menggunakan uang sendiri).
Mengguanakan sarana transfortasi
14 umum untuk berpergian.
Menyiapkan obat dan minum obat
15 sesuai dengan aturan (takaran obat
dan waktu minum obat tepat).
Merencanakan dan mengambil
keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hal penggunakan
16 uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
Melakukan aktivitas di waktu luang
(kegiatan keagamaan, sosial,
17 rekreasi, olah raga dan
menyalurkan hobi.
Jumlah Poin Mandiri

Analisi Hasil :

Point : 13 – 17 : Mandiri

Point : 0 – 12 : Ketergantungan
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Bertambahnya usia menjadikan mental dan fisik seseorang berkurang,

aktivitas kehidupan berkurang yang akan mengakibatkan makin

bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal, yang disertai

ancaman berbagai jenis penyakit menahun yang bisa terjadi pada lansia.

Secara khusus orang lanjut usia yang tidak dapat mandiri lagi perlu bantuan

orang lain untuk merawatnya, agar kondisi kesehatan lansia tidak cepat

mengalami penurunan. Lansia perlu mendapat perhatian dengan

mengupayakan agar mereka (lansia) tidak terlalu bergantung pada orang lain

dan mampu mengurus diri sendiri dalam melakukan aktivitas sehari – hari.

B. Kerangka Konsep

Kemandirian Lansia melakukan


ADL ( Activity Daily Living)

Mandiri Total

Ketergantungan Ringan

Ketergantungan Sedang

Ketergantungan berat

Ketergantungan Total
Keterangan :

: Variabel Yang Diteliti

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kemandirian lansia dalam

melakukan aktivitas sehari – hari di tinjau dari mandiri, ketergantungan

ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, dan ketergantungan

total di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Lansia adalah suatu tahap akhir dari perkembangan pada daur kehidupan

manusia dan ditandai oleh menurunya seseorang untuk mempertahankan

kesetimbangan kesehatan dan kondisi stress fisiologinya. Dikatakan bahwa

usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

2. Kemandirian melakukan ADL lansia adalah kemampuan seseorang lansia

dalam memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari – hari seperti makan,

mandi, perawatan diri, berpakaian, buang air kecil, buang air besar,

penggunaan toilet, berpindah (tidur atau duduk), mobilitas, dan naik turun

tangga.

Kriteria objektif :

a. Mandiri jika nilai skor : 20 yaitu dengan menggunakan Barthel Indeks

b. Ketergantungan ringan jika nilai skor : 12 - 19 yaitu dengan

menggunakan Barthel Indeks


c. Ketergantungan sedang jika nilai skor : 9 - 11 yaitu dengan

menggunkan Barthel Indeks

d. Ketergantungan berat jika nilai skor : 5 - 8 yaitu dengan menggunakan

Barthel Indeks

e. Ketergantungan total jika nilai skor : 0 - 4 yaitu dengan menggunakan

Barthel Indeks
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Bertujuan

untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas

sehari - hari di Panti Sosial Trena Werdha Minaula Kendari

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 19 Juni sampai 20 Juni 2017

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula kendari

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek objek penelitian (Arikunto,2006).

Dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari pada bulan maret lansia berjumlah 75

orang

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun tehnik

pengambilan sampel dilakukan menggunakan tehnik total sampling atau

keseluruhan dari populasi yaitu berjumlah 75 lansia.


3. Kriteria sampel

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :

a) Kriteria inklusif

1) Lansia yang berada di panti pada pengambilan data

2) Bersedia menjadi responden

b) Kriteria ekslusif

1) Lansia yang tidak berada di panti pada pengambilan data

2) Tidak bersedia menjadi responden

D. Jenis dan cara pengumpulan data

1. Jenis data

a) Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan

observasi lansung dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan

pada seluruh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

a) Data sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari yang terkait dengan gambaran umum, lokasi

penelitian dan jumlah lansia.

2. Cara pengumpulan data

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan lembar kuesioner pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari


E. Instrument penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar

kuesioner yang telah dimodifikasi bartel dengan katz, berisi tentang

pernyataan sesuai dengan variabel penelitian.

F. Pengolahan data dan analisa data

1. Pengolahan data

a) Editing

Editing adalah kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner.

b) Coding

Coding merupakan membuat data atau kode pada tiap-tiap data yang

termaksud kategori yang sama (Notoatmodjo, 2010)

c) Scoring

Scoring adalah memberi skor pada data ysng telsh dikumpulkan

d) Tabulating

Tabulating adalah membuat table yang berisikan data yang telah

dikode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Analisa data

Untuk mendapatkan presentase hasil dari observasi yang telah diteliti

maka akan dianalisa dengan menggunakan rumus :

= xK

Keterangan :

X : jumlah presentase variabel yang diteliti


f : frekuensi kategori yang di amati

n : jumlah sampel yan g diteliti

K : konstanta (100%) (Arikunto, 2006 dalam Pingki, 2012:14)

G. Penyajian data

Pada penelitian ini yaitu dalam bentuk table yang kemudian dinarasikan secara

deskriftif (memaparkan) variabel yang telah diteliti.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian


1. Keadaan Geografi

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari berlokasi di Desa

Ranooha Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Provinsi

Sulawesi Tenggara, dengan luas tanah ± 3 Ha dengan batas-batas sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara : Jalan poros Bandara Halueleo

b. Sebelah Selatan : Lahan perkebunan masyarakat

c. Sebelah Barat Dan Timur : Rumah Masyarakat.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Mewujudkan panti sosial tresna werdha minaula kendari sebagai

lembaga penyelenggaraan pelayanan bagi usia lanjut

b. Misi

1) Melaksanakan pelayanan lanjut usia sesuai dengan norma, prosedur

standar pelayanan.

2) Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan dalam

meningkatkan pelayanan sosial lanjut usia yang efisien dan efektif.

3) Meningkatkan dukungan manajemen pelayanan social dalam panti

yang akuntabel transparan dan efisien.


3. Tahapan pelayanan

a. Tahapan pendekatan

1) Orientasi dan konsultasi

2) Identifikasi

3) Motivasi

4) Seleksi

b. Tahap penerimaan

1) Registrasi

2) Pemecahan dan pengungkapan masaalah

3) Penempatan pada program pelayanan

4) Perlengkapan administrasi

5) Surat keterangan atau surat pengantar dari kepala desa/lurah

setempat

6) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter puskesmas setempat

7) Surat pernyataan yang bersangkutan bahwa ia sanggup tinggal dan

dibina dalam panti

8) Surat keterangan tidak keberatan dari pihak keluarga terdekat

4. Fasilitas Umum

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari memiliki beberapa

fasilitas umum yaitu jalan umum, pagar besi atau beton, sumur bor, listrik,

serta 2 unit bis, 3 unit mobil oprasional, 1 unit mobil ambulance, 5 unit

motor oprasional. Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari memiliki

fasilitas utama yaitu wisma penerima sebanyak 12 unit, Ruang serba guna
1 unit, Ruang perawatan khusus 1 unit, Ruang keterampilan 1 unit, Ruang

poliklinik 1 unit, Ruang dapur 1 unit, Ruang pemulasaran jenazah 1 unit,

Kantor 1 unit, Rumah Dinas 6 unit, Rumah jabatan 1 unit, Aula 1 unit,

Masjid 1 unit, Gudang 1 unit, Kolam ikan 1 unit.

5. Jumlah dan Latar Belakang Pendidikan Petugas

Petugas di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari berjumlah 55

orang terdiri atas 19 orang Pegawai Negara Sipil ( PNS ) dan 36 orang

Pegawai Honorer.

B. Hasil Penelitian

1. Kelompok Umur

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel.5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
No Kelompok Umur Frekuensi Persen
1 60-74 Tahun 36 48,0%
2 75 – 90 Tahun 37 49,3%
3 >90 Tahun 2 2,7%
Jumlah 75 100%
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.1, dari 75 orang responden sebagian besar

berada pada kelompok umur 60-74 tahun dengan jumlah 36 orang

(48,0%), umur 75 – 90 tahun dengan jumlah 37 orang (49,3%), dan hanya

2 orang (2,7%) yang berumur lebih dari 90 tahun.


2. Jenis kelamin

Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
No Jenis Kelamin Frekuensi Persen
1 Laki – Laki 38 50,7%
2 Perempuan 37 49,3 %
Jumlah 75 100%
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, ditinjau dari jenis kelamin responden,

dari 75 orang responden diperoleh hasil sebagian besar responden berjenis

kelamin Laki-Laki dengan jumlah 38 orang (50,7%) dan responden yang

berjenis kelamin perempuan berjumlah 37 orang (47,3%)

3. Ruangan atau Wisma

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ruangan Atau Wisma Di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Dapat Dilihat Pada Tabel 5.3

dibawah ini.
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan Ruangan Atau Wisma Di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
No Ruangan/wisma Frekuensi Persen
1 Abadi 6 8,0%
2 Adil 7 9,3%
3 Aman 6 8,0%
4 Bahagia 5 6,7%
5 Bougenvil 6 8,0%
6 Damai 6 8,0%
7 Flamboyan 5 6,7%
8 Khusus 10 13,3%
9 Makmur 5 6,7%
10 Ramai 5 6,7%
11 Segar 5 6,7%
12 Sentosa 4 5,3%
13 Sejaterah 5 6,7%
Total 75 100%
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.3 dari 75 responden ditinjau bedasrakan

ruangan atau wisma diperoleh yaitu abadi berjumlah 6 orang (8,0%), adil

berjumlah 7 orang (9,3%), aman berjumlah 6 orang (8,0%), bahagia

berjumlah 5 orang (6,8%), bougenvil 6 orang (8,0), damai berjumlah 6

orang (8,0%), flamboyant berjumlah 5 orang (6,7%), khusus berjumlah 10

orang (13,3%), makmur berjumlah 5 orang (6,7%), ramai berjumlah 5

orang (6,7%), segar berjumlah 5 orang (6,7%), sentosa berjumlah 4 orang

(5,3%), sejaterah berjumlah 5 orang (6,7%)

4. Variabel Penelitian

Distribusi frekuensi frekuensi tingkat kemandirian lansia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari di panti sosial tresna werdha minaula

kendari dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.


Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan
Aktivitas Sehari – Hari di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari
S
No Tingkat Kemandirian Frekuensi Persen
s 1 Mandiri 45 60,0%
2 Ketergantungan Ringan 23 30,7%
u 3 Ketergantungan Sedang 3 4,0%
4 Ketergantungan Berat 3 4,0%
5 Ketergantungan Total 1 1,3%
Jumlah 75 100%
Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, ditinjau dari tingkat kemandirian

lansia dalam melakukan aktivitas sehari – hari, dari 75 orang responden

diperoleh hasil terbanyak responden berada pada kategori mandiri yaitu

sebanyak 45 orang (60,0%), ketergantungan ringan 23 orang (30,7%),

ketergantungan sedang 3 orang (4,0%), ketergantungan berat 3 orang

(4,0%), dan ketergantungan total 1 orang (1,3%)

C. Pembahasan

1. Kemandirian Lansia Dalam Melakukan ADL

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar

lansia memiliki tingkat kemandirian pada kategori mandiri yaitu sebesar

45 orang (60,0%), kategori kemandirian lansia yang tertinggi kedua adalah

kategori ketergantungan ringan yaitu sebesar 23 orang (30,7%) dan yang

paling rendah adalah lansia dengan tingkat kemandirian ketergantungan

sedang yaitu sebesar 3 orang (4,0%) sedangkan tingkat kemandirian

ketergantungan berat yaitu sebesar 3 orang (4,0%) dan tingkat

ketergantungan total yaitu 1 orang (1,3%)


Hasil penelitian diatas sebagian besar lansia mandiri dalam

melakukan ADL (Activity Daily Living) dalam kemandirian diatas

disebabkan faktor usia karena dalam penelitian ini lansia yang dalam

kategori mandiri berada pada pada umur lansia ederly yaitu pada umur 60-

74 tahun, pada umur tersebut lansia masih bisa melakukan aktivitas sehari-

hari. Kemudian dalam penelitian ini sebagian besar tingkat kemandirian

lansia dengan kategori ketergantungan ringan yang disebabkan oleh faktor

penuaan dimana dicirikan seiring bertambahnya usia akan mengalami

penurunan fungsi penglihatan, pendengaran dan otot saraf. Hal ini dapat

sangat menghambat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-

hari seperti makan, mandi, toileting, buang air kecil dan besar, berjalan,

naik turun tangga dan bahkan bangkit dari duduk. Dengan semakin

menurunya kemampuan maximal jasmani atau kebugaran jasmani disertai

semakin menurunya kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-

hari, serta semakin menurunya fisiologis lebih lanjut dapat berakibat

menurunya atau bahkan hilanganya kemandirian seorang lansia . Selain

itu penurunan fungsi kognitif, dimana dalam melakukan aktivitas sehari-

hari membutuhkan bagaimana cara mengorganisasikan dan

menginterprestasikan sensor stimulus untuk berfikir dalam menyelesaikan

sebuah masalah, dengan penurunan mental memberikan kontribusi pada

fungsi kognitif dapat dalam menganggu dalam berfikir logis dan dapat

menghambat kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari. Sehingga


dengan ketergantungan tersebut maka seorang membutuhkan dukungan

keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori, bahwa penurunan

fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan perubahan

motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar

keterampilan baru. Perubahan- perubahan tersebut pada umumnya

mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya

akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.

Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-

hari. Secara biologi, lanjut usia mengalami proses penuaan secara terus

menerus yang ditandai dengan menurunnya daya fisik terhadap penyakit

(Hardiwinoto, 2005)

Penurunan fisik ini dapat dilihat dari kemampuan fungsional dari

lansia terutama kemampuan lanjut usia untuk melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, buang air besar atau kecil,

makan, minum, berjalan, tidur, dan mandi. Dari kemampuan

melakukan aktivitas tersebut dapat dinilai apakah lanjut usia

mandiri atau tergantung pada orang lain. Mandiri dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari adalah kebebasan untuk bertindak, tidak

tergantung pada pihak lain dalam merawat diri maupun dalam beraktivitas

sehari-hari. Semakin mandiri status fungsional lansia maka kemampuan

untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan semakin baik. Sebaliknya

lansia yang menunjukkan ketergantungan akan rentan terhadap serangan


penyakit. Penurunan fungsi organ tubuh akan berdampak kemampuan fisik

lansia yang selanjutnya akan mempengaruhi kemandirian lansia dalam

melakukan aktivitas sehari-harinya.

Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk

melakukan activity of daily living tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

Umur Dan Status Perkembangan, Kesehatan Fisiologi, Fungsi Kognitif,

Fungsi Psikososial, Tingkat Stress, Ritme Biologi, Status Mental, Dan

Pelayanan Kesehatan

Pada faktor Umur dan status perkembangan seorang klien

menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien

bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living.

Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara

perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam

melakukan activity of daily living.

Faktor Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi

kemampuan partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem

nervous mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem

nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara

melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit,

atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living.

Pada Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan


proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor

stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental

memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam

berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity

of daily living.

Pada Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang

untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi

pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang

kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada

intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan

emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan.

Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan

interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat

mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living.

Pada tingkat stress. Stres merupakan respon fisik nonspesifik

terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan

stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat

mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa

fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.

Pada faktor Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup

mengatur lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis

internal (keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama

biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan


irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur

tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama

sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,

seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living

Pada faktor status mental menunjukkan keadaan intelektual

seseorang. Keadaan status mental akan memberi implikasi pada

pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh

Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi

ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah

keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai

menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia

tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan –

kebutuhan dasarnya

Kemudian pada faktor pelayanan kesehatan dan sosial

kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah

satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam

posyandu salah satunya adalah pemeliharan Activity of Daily Living.

Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu, kualitas

hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas sehari –hari di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari 75 responden tingkat kemandirian lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari yang tertinggi yaitu kategori mandiri sebanyak

45 orang (60,0%), sedangkan yang terendah kategori ketergantungan total

yaitu sebanyak 1 orang (1,3%)

2. Tingkat kemandirian dengan kategori mandiri di panti sosial tresna

werdha minaula kendari yaitu sebesar 45 orang (60,0%), dan sebagian

kecil ketergantungan ringan 23 orang (30,7%), ketergantungan sedang 3

orang (4,0%), ketergantungan berat 3 orang (4,0%), dan lansia yang

ketergantungan total 1 orang (1,3%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengajukan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Kemensos Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari agar lebih meningkatkan pelayanan

kesehatan dan meningkatkan pemberian fasilitas alat bantu kesehatan


dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti kursi roda, kaca mata,

tongkat dll.

2. Bagi institusi pelayan, kepada praktisi keperawatan tentang tingkat

kemandirian lansia. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai bahan

acuan atau bahan kajian dalam merumuskan suatu masalah, yang sesuai

dengan prioritas masalah dan kebutuhan lansia dalam melakukan aktivitas

sehari – hari.

3. Bagi peneliti agar mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

duduk dibangku kuliah.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2006. Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily
Living Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia
Lanjut di RSCM. Tesis. Jakarta: Program Studi Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr.. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta:


Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistic Kota Kendari. 2015. Kota Kendari Dalam Angka. Kota
Kendari. Badan Pusat Statistic.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengara. 2015. Provinsi Sulawesi


tenggara dalam angka. Sulawesi Tenggara. Badan Pusat Statistik

Budiarti, Ritma. 2010. Faktor-faktor Succesfull Aging Lansia.


Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.

David S, Azam. 2013. Pelaksanaan Self – Care Assisstance Di Panti Wredha.


Diunduh dari :985-2079-1-SM.pdf

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut


Bagi Petugas Kesehatan.Tidak Dipublikasikan.Jakarta:Departemen
Kesehatan RI

Hardywinoto, Setiabudhi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama.

http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI

lansiamandiri-kti2013.blogspot.co.id/2013/11/v-
behaviorurldefautvmlo.html?m=1 (diakses 6 juni 2016)

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta
: Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Budiarti, Ritma. 2010. Faktor-faktor Succesfull Aging Lansia.


Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.

Pujiono. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
Tidak Dipublikasikan. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Promosi
Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Rohaedi, slamet. 2016. Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Activities Daily


Living Di Panti Tresna Werdha Senja Rawi. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia Vol 2. No. 1 Juli 2016. Universitas Pendidikan
Indonesia.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Setiati, Siti. 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan untuk Mengasuh
Orang Usia Lanjut. Jakarta: PKUI.

Setiawan, Herman Adi. 2009. Kemandirian pada Lansia. Tugas Keperawatan


Gerontik. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanj
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepadah Yth,

Bapak/Ibu Responden

di-

Tempat

Dalam rangka meningkatkan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan


aktivitas sehari – hari, maka saya :

Nama : Iskandar Harun Pratama

Nim : P00320014070

Sebagai mahasiswa politeknik kesehatan kendari jurusan keperawatan,


bermaksud akan melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Tingkat
Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari – Hari Di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari”.

Sehubungan dengan hal tersebut, mohon kesedian bapak/ibu untuk


meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini, anda berhak
untuk menyetujui dan menolak menjadi responden, apabila setuju, maka bapak/
ibu dipersilahkan untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden ini.

Atas kesediaan untuk berparsitipasi dalam penelitian ini, sebelumnya


diucapkan terima kasih.

Peneliti,

Iskandar Harun Pratama


SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Saya bertanda tangan dibawah ini tidak akan keberatan untuk menjadi responden

dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa politeknik kesehatan

kendari jurusan keperawatan An. Iskandar Harun Pratama ( P00320014070 ),

dengan judul “Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan

Aktivitas Sehari – Hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari”

dan saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak

manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kendari,……........2017

Responden,

( )
KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :

B. Instrumental Barthel Indeks


Berikan nilai (skor) pada kolom yang sudah disediakan sesuai dengan
keadaan lansia :

No. Jenis ADL Kategori Skor


1. Makan
(Feeding) 0 0 = Tidak dapat menyuap makan sendiri
1 = 1 = Perlu bantuan untuk memotong
makanan dan menyuap
2 = 2 = Mandiri

2. Mandi 0 = 0 = Tidak dapat menggosok,


(Bathing) membersihkan dan mengeringkan
badan
1 = 1 = Mandiri
3. Perawatan 0 = 0 = Tidak dapat menyisir rambut,
diri mencuci rambut, menggosok gigi, dan
(Grooming) mencukur kumis
1 = Mandiri

4. Berpakaian
(Dressing)
0 = 0 = Tidak dapat menyiapkan pakaian,
membuka, dan menggunakannya
1 = 1 = Dibantu dalam menyiapkan pakaian,
membuka, dan menggunakannya.
2 = Mandiri

5. Buang air 0 = Tidak dapat mengontrol BAK


kecil (Bowel)
1 = 1 = BAK kadang-kadang (sekali /24
jam)
2 = 2 = Dapat mengontrol BAK
6. Buang air 0 = 0 = Tidak dapat mengontrol pengeluaran
besar feses
(Bladder) 1 = 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Mandiri BAB ( membersihkan dan
mengeringkan daerah bokong)

7. Penggunaan
0 = 0 = Tidak dapat munggunakan toilet
toilet
1 = 1 = Perlu bantuan tetapi dapat melakukan
sesuatu sendiri
2 = 2 = Mandiri
8. Berpindah 0 = 0 = Tidak dapat berpindah ( dari tempat
(tidur atau tidur kekursi)
duduk) 1 = 1 = Butuh bantuan untuk berpidah ( dari
tempat tidur ke kursi)
2 = Dapat duduk dengan sedikit
3 = 3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = 0 = Tidak bergerak/tidak mampu
mobilitas
1 = 1 = mandiri dengan kursi roda
2 = 2 = Berjalan dengan bantuan orang lain
3 = 3 = Mandiri
10. Naik turun0 = 0 = Tidak dapat naik turun tangga
tangga 1 = 1 = Perlu bantuan ( naik turun tangga)
2 = 2 = Mandiri

Total

Interpretasi hasil :

20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan

9-11 : Ketergantungan Sedang

5-8 : Ketergantungan Berat

0-4 : Ketergantungan
DOKMENTASI PENELITIAN

1. Peneliti menanyakan biodata responden

2. Peneliti sedang menjelaskan isi maksud dari kuisioner


3. Peneliti sedang observasi pada responden

Anda mungkin juga menyukai