Oleh :
EKO FEBRIANTO
NIM. P00320015014
i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P00320015014
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
EKO FEBRIANTO
iii
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Bajo/Indonesia
Kab. Morowali
iv
MOTTO
v
ABSTRAK
Kata Kunci : Diabetes Melitus, ROM, Asuhan Keperawatan, RSUD Kota Kendari
Pustaka : 15 (2008-2017)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan Kasus Diabetes Melitus
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
terhormat :
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
4. Bapak Sahmad, S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Nurfantri, S.Kep, Ns, MSc, selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi
5. Bapak Abdul Syukur, S.Kep, Ns, M.M, Ibu Fitri Wijayati, S.Kep, Ns, M.Kep,
dan Ibu Dian Yuniar SR, SKM, M.Kep, selaku dosen penguji I, penguji II, dan penguji III
yang telah membimbing saya dan memberikan masukan-masukan sehingga Karya Tulis
vii
6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
7. Kepada Kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin
8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberikan izin
10. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan bimbingan
Kendari dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik
yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis
Penulis.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................ii
KEASLIAN PENELITIAN...................................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP...................................................................................................................iv
MOTTO.........................................................................................................................................v
ABSTRAK....................................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................vii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Tujuan Studi Kasus...................................................................................6
D. Manfaat Studi Kasus................................................................................7
ix
G. Analisa Data dan Penyajian Data 42
H. Etika Penelitian 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 72
B. Saran 73
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau
bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Hormon yang mengatur gula darah adalah insulin. Efek umum diabetes yang
pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah merupakan
diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu menyerap
ataupun tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Hal ini berdampak
pada gula darah menjadi menumpuk di dalam darah pasien. Pada kondisi
seperti ini tekanan gula darah penderita akan tinggi. (Setiati S, dkk, 2015)
1
Diabetes melitus sangat rentan terhadap gangguan fungsi yang bisa
menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan sekresi insulin
sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan
maupun setelah terjadi luka. Diabetisi dianjurkan untuk tidak berjalan tanpa
alas kaki, memakai kaus kaki atau sepatu yang sempit, menghindari bahan
kimia dan benda tajam guna menipiskan penebalan yang terjadi pada telapak
kaki, menggunakan cincin pada jari kaki, memakai sepatu bertumit itnggi dan
sepatu yang ujungnya runcing ke depan, serta jangan merokok. (Husaini, 2007
2
Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah
melakukan latihan jasmani yang dilakukan sehari-hari secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu dari 4 pilar
dicegah dengan aktivitas fisik atau latihan jasmani. Beberapa manfaat latihan
merupakan kegiatan jasmani menurut cara dan aturan tertentu yang bertujuan
Salah satu bentuk latihan jasmani yang dapat dilakukan oleh pasien DM
adalah latihan ROM (Range Of Motion) aktif kaki. ROM (Range Of Motion)
merupakan salah satu intervensi keperawatan berupa latihan fisik yang dapat
Sedangkan menurut Alimul, H.A. Aziz (2009), Latihan ROM aktif maupun
3
pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi
berupa ROM ekstremitas bawah dapat meningkatkan otot dan reflek tendon,
memperbaiki sensasi dan nilai ABI (Ankle Brachial Index), serta mengurangi
latihan ROM aktif kaki. ROM aktif pada ekstremitas bawah dilakukan sebanyak 2
kali sehari selama 24 hari dalam sebulan. (Widyawati, 2010 dalam Lukita Y.I,
2016)
diabetes telah meningkat dari 108 juta di tahun 1980 menjadi 422 juta pada
tahun telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun
berpenghasilan menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta
kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya
disebabkan oleh glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah dari
semua kematian akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.
4
WHO memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh di
prevalensi DM di Indonesia dari 5,7 % pada tahun 2007 menjadi 6,9 % atau
dengan jumlah kasus 2.768 pada tahun 2014, menjadi urutan ke-5 dengan
jumlah kasus 3.206 pada tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 menjadi
urutan ke-3 dengan jumlah kasus 2.983. (Profil Dinkes Prov. Sultra, 2016)
melitus tercatat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 131 penderita, pada tahun
2016 sebanyak 136 penderita, dan pada tahun 2017 sebanyak 209 penderita.
belakang diatas maka peneliti tertarik membuat laporan Karya Tulis Ilmiah
5
B. Rumusan Masalah
dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
D. Manfaat Studi Kasus
aktivitas.
aktivitas.
3. Bagi Peneliti
melitus.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (Tanto. C,
dkk, 2014)
2. Etiologi
a. DM tipe 1
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1.
8
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
absolute.
1) Autoimun
2) Idiopatik
b. DM tipe II
menjadi 3 yaitu:
insulin.
c. DM tipe lain
9
4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma
3. Patofisiologi
terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada beta, karena itu
disebut pulau pulau langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan
darah.
dalam darah tidak akan masuk kedalam sel dengan akibat kadar glukosa
dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes melitus
tipe.
Pada keadaan diabetes melitus tipe II, jumlah insulin bisa normal,
10
kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan DM tipe II, jumlah lubang
masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa)
dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal.
Pada DM tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitas nya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk
b. Polidipsia
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensor
11
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu
minum (polidipsia).
c. Poliphagia
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot
5. Penatalaksanaan
Tujuannya :
12
Penatalaksanaan DM :
a. Diet
1) Karbohidrat 60 – 70%
2) Protein 12–20%
3) Lemak 20–30%
b. Latihan
bawah, dan hindari latihan dalam udara yang sangat panas / dingin,
serta pada saat pengendalian metabolik buruk. Gunakan alas kaki yang
c. Pemantauan
e. Pendidikan
13
6. Pemeriksaan penunjang
sewaktu
puasa
pemeriksaan :
14
c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
d. Tes saring
1) GDP, GDS
e. Tes diagnostik
1) Mikroalbuminuria : urin
15
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)
7. Discharge planning
a. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan berat badan yang ideal
c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal
mengandung kolestrol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega,
8. Komplikasi
16
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah
buruk.
17
Saraf Kerusakan saraf karena 1. Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir yg terjadi secara tiba-
secara normal dan karena tiba atau secara
aliran darah berkurang perlahan.
2. Berkurangnya rasa,
kesemutan dan nyeri
di tangan dan kaki.
3. Kerusakan saraf
menahun.
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg 1. Tekanan darah yg
otonom mengendalikan tekanan naik-turun
darah dan saluran 2. Kesulitan menelan
pencernaan dan perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah 1. Luka, infeksi dalam
ke kulit dan hilangnya rasa (ulkus diabetikum)
yg menyebabkan cedera 2. Penyembuhan luka
berulang yg jelek
18
9. Pathway Diabetes Melitus
menurun
Anoreksia
glukosa menumpuk
protein protein
Ulkus
Peningkatan asam amino
Kelemahan
Kemampuan fisk
terbatas
Intoleransi aktivitas
Sumber : http://www.asuhanperawat.com/2013/02/asuhan-keperawatan-
klien dengan.html
19
B. Konsep Kebutuhan Aktivitas
1. Pengertian
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon, ligamen,
a. Tulang
dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi
pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung
20
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu
c. Ligamen
ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis)
dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
21
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain
2009)
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
22
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf
yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera
tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
4. Jenis latihan
sendi.
pendek.
badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur
23
penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe
2 dan obesitas.
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan aktivitas
gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan
24
1) Posisi fowler
2) Posisi sim
3) Posisi trendelenburg
5) Posisi lithotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-
lain.
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan
fungsi kardiovaskular.
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang
denyut nadi.
25
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
6) Rotasi bahu
dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu
26
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan
postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi
dada.
lain-lain.
Derajat
Gerak Sendi Rentang
Normal
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi sampiong ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang paling
jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
27
tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90
jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi
28
C. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas
1. Pengkajian
29
c. Kemampuan fungsi motorik
baik kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,
d. Kemampuan mobilitas
posisi.
h. Perubahan fisiologis
30
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-
lain.
i. Pola Kesehatan
1) Aktivitas / Istirahat
terkena.
2) Sirkulasi
3) Neurosensori
(parestesis).
trauma lain).
31
5) Keamanan
2. Diagnosa Keperawatan
32
2. Keterbatasan keseimbangan.
kemampuan melakukan keterampilan Kemampuan 4. Ubah posisi 4. Mencegah
motorik kasar klien klien dekubitus
3. Keterbatasan menggerakan setidaknya
kemampuan melakukan ketererampilan otot. setiap 2 jam
motorik halus Kemampuan 5. Observasi 5. Mendeteksi
4. Tidak ada koordinasi klien kondisi kulit ada tanda-
gerak atau gerakan tak ritmis menggerakan tanda infeksi
5. Keterbatasan ROM sendi. 6. Bantu 6. Membantu
6. Sulit berbalik Kemampuan pemenuhan klien dalam
7. Perubahan gaya klien ADL beraktivitas
berjalan (missal menjadi pelan, sulit berpindah.
memulai langkah, kaki diseret, goyah pada Label NIC :
posisi lateral) Exercise Therapy
8. Penurunan waktu : Joint Mobility
reaksi 7. Lakukan 7. Mengetahui
9. Gerakan menjadi pengkajian keterbatasan
napas pendek mengenai sendi klien
10. Usaha yang kuat untuk keterbatasan
perubahan gerak (peningkatan perhatatian pergerakan
dalam aktivitas lain, mengontrol perilaku, sendi dan
focus dalam tidak mampu beraktivitas) fungsi sendi
11. Gerak lambat klien.
12. Gerakan 8. Anjurkan klien 8. Membantu
untukpemulihan
melakukan sendi klien
latihan Range
of Motion
(ROM) secara
aktif maupun
pasif sesuai
indikasi secara
reguler.
9. Lindungi klien 9. Mencegah
dari traumaterjadinya
33
menyebabkan tremor
Faktor – Faktor yang
selama komplikasi
Berhubungan
melakukan lebih lanjut latihan.
1. Pengobatan
2. Terapi pembatasan gerak
3. Kurang pengetahuan
10. Kembangkan/ 10. Dapat
mengenai manfaat
berikanmemeberikan
pergerakan fisik
4. IMT diatas 75 % sesuai dengan usia reinforcement motivasi
34
kontraktur
18. Keterbatasan daya
tahan kardiovaskuler
19. Berhubungan dengan metabolisme seluler
20. Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
21. Kepercayaaan
terhadap budaya
berhubungan dengan
aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan
umur
4. Evaluasi
35
BAB III
Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang studi keadaan secara
Kota Kendari.
Studi kasus ini mengambil subyek satu partisipan yaitu partisipan yang
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015). Kriteria Inklusi :
yang berada di Ruang Melati RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
36
2. Kriteria ekslusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2015). Kriteria ekslusi : Pasien
yang mengalami cacat fisik yang dapat mengganggu proses studi kasus.
C. Fokus Studi
mobilitas fisik.
1. Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula
3. Data pengkajian yang didapatkan dari RSUD Kota Kendari di Ruang Melati
Kamar C.4 pada klien Tn. L dengan hasil, Data Subjektif : Klien mengatakan sakit pada kaki
kirinya dan susah untuk beraktivitas sehari-hari serta pergerakan klien terbatas. Data Objektif
: klien susah beraktivitas karena sakit pada kaki kiri akibat diabetes melitus dengan luka
ganggren, keadaan umum lemah, klien nampak letih setelah beraktivitas, klien nampak tidak
nyaman setelah beraktivitas, aktivitas klien nampak dibantu oleh keluarga, pergerakan klien
terbatas, pergerakan sendi kurang Kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu menahan
tahanan penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3 (mampu tahanan penuh) dan
37
tahanan, namun kurang dari normal), klien nampak terbaring di tempat
tidur, nampak ada luka gangren diabetik pada kaki sebelah kiri,
karakteristik luka : luka tampak merah muda pada bagian tengah, area
sekitar luka nampak pucat, pus (+) sekitar luka, panjang luka ± 15 cm,
lebar luka ± 10 cm, kedalaman ± 1 cm, luka berbau amis. Glukosa darah
O
36 C, N : 82 x/menit, P : 22 x/menit.
4. Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian
tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas. Suatu kondisi dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan bergeraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.
5. Terapi latihan mobilitas sendi yaitu penggunaan gerakan tubuh baik aktif
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Pada penelitian ini,
latihan ROM dilakukan 2 kali dalam sehari dan waktu 7-10 menit setiap latihan. Saat
melakukan gerakan ROM kita tidak boleh memaksa jika pada persendian yang tidak bisa di
gerakkan, jadi gerakan yang diberikan harus sesuai dengan kondisi pasien. Dengan kriteria
38
Tabel 3.1
SKALA TARGET OUTCOME (PERGERAKAN SENDI)
Umum Daerah Kota Kendari pada hari Jum’at, tanggal 6 Juli 2018.
Sumber data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer
dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian
39
penelitian ini diperoleh dari status pasien dan rekam medik di RSUD Kota
Kendari.
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek
a. Wawancara
b. Observasi
1) Pemeriksaan fisik
40
b) Palpasi
dan konsistensi.
c) Perkusi
d) Auskultasi
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya. Penelitian memanfaatkan teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil penelitian
41
G. Analisis Data dan Penyajian Data
hasil awal dan akhir dengan teori dan penelitian terdahulu. (Nursalam, 2015)
H. Etika Penelitian
izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Kota Kendari.
responden.
42
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
4. Beneficience
ketidaknyamanan fisik .
5. Full disclosure
keputusan secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan
selengkap-lengkapnya.
43
BAB IV
dilakukan pada tanggal 6 Juli 2018 pukul 13:20 WITA dengan No. Rekam
Medis 16-36-23, klien masuk RSUD Kota Kendari tanggal 4 Juli 2018, dari
pendidikan terakhir klien SMP. Klien bertempat tinggal di Jl. KH. Agus
Klien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pada tanggal
04 Juli 2018 dirawat di ruang Melati kamar C.4. Keluhan utama yaitu klien
mengatakan nyeri pada area luka diabetik kaki sebelah kiri, yang dialami sejak
2 minggu yang lalu, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk, gambaran skala nyeri
5 (sedang), waktu terjadinya nyeri tidak menentu, faktor pencetus nyeri akibat
kadar gula klien yang tinggi. Keluhan lain yaitu klien mengatakan merasa
terbatas akibat nyeri dan klien mengatakan kram pada pergelangan kaki, serta
44
Upaya yang telah dilakukan keluarga sebelum dirawat di rumah
sakit yaitu mengompres dengan air hangat pada luka klien, dan
bahwa dirinya pernah dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit yang sama
Genogram :
77
Keterangan :
= Laki - Laki
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Garis Perkawian
= Garis Keturunan
= Tinggal Serumah
= Klien
45
Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa tidak ada
oleh klien.
: 140/80 mmHg, Nadi (N) : 82 x/menit, Suhu (S) : 36°C, Pernafasan (P): 22
x/menit, Berat Badan (BB) saat ini 57 kg dan Tinggi Badan (TB) 163 cm.
bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada deviasi septum hidung, hasil
auskultasi suara nafas bronkil dan tidak ditemukan suara nafas tambahan.
palpasi tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, peneliti melakukan auskultasi
lemah, sclera ikterus, pupil isokor kanan kiri, konjungtiva anemis, kelopak
mata membuka dan menutup, keadaan telinga simetris, leher dan bahu:
normal, rasa pahit normal. Penglihatan kanan dan kiri agak rabun, perabaan
46
Pengkajian sistem pencernaan B5 (bowel) hasil inspeksi pada mulut
tidak ditemukan adanya tanda-tanda radang, tidak ada halositosis, tidak ada
stomatitis, dan tidak terdapat nyeri tekan pada tenggorokan, rektum normal,
klien tampak terbatas, skala kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu
bagian atas tidak ada masalah, sedangkan pada ekstermitas bawah terdapat
nyeri otot, adanya udema pada daerah betis kaki, akral teraba dingin, turgor
kulit baik, kulit dan badan klien tampak bersih, kepala dan rambut juga
tampak bersih, dan tampak luka gangren pada daerah kaki sebelah kiri
dengan karakteristik luka tampak merah muda pada bagian tengah, sekitar
luka nampak pucat, pus (+), panjang luka ± 15 cm, lebar luka ± 10 cm
sebelum sakit dengan porsi makan 2-3 x/hari dengan porsi dihabiskan, jenis
pantangan makanan yang tinggi serat atau yang manis-manis, klien tidak
porsi makan klien 1-2 kali/hari, dengan porsi makan tidak di habiskan, jenis
menu makan bubur, dan sayur, klien tidak diperbolehkan makan makanan
47
Untuk pola minum klien sebelum sakit frekuensi klien minum 6-8
gelas/hari dihabiskan, jenis minuman klien air putih dan teh, minuman yang
disukai air putih, minuman yang tidak disukai yaitu minuman beralkohol.
Sedangkan pola minum saat sakit frekuensi minum klien 3-5 gelas/hari
berwarna kekuningan dengan bau amoniak, dan tidak ada kesulitan dalam
berkemih.
dalam BAB.
Pola istirahat dan aktivitas klien sebelum sakit untuk tidur siang dan
tidur malam baik, sedangkan saat sakit, tidur siang dan tidur malam
Tabel 4.1
Pola Aktivitas dan Latihan
SMRS MRS
AKTIVITAS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian / berdandan
48
Eliminasi / toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Keterangan :
Skor 0 = Mandiri
1 = Alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung / tidak mampu
Pada interaksi sosial, klien sering dijaga oleh anaknya, selama sakit
klien juga sering dibesuk oleh kerabat dan tetangga. Beberapa kali klien
berharap agar cepat sembuh dari penyakitnya, dan selama dirawat kegiatan
gr/IV/8 jam.
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Kimia Darah
Hasil
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Glukosa Sewaktu 313 < 200 mg/dl
49
2. Diagnosa Keperawatan
a. Klasifikasi Data
No Data Masalah
1. DS:
- Klien mengatakan sering
mengeluh sakit pada kaki
kirinya.
- Klien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-
hari.
- Klien mengatakan merasa
lemah dan letih setelah
beraktivitas.
- Klien mengatakan kram pada
Hambatan Mobilitas
pergelangan kaki.
Fisik
DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih setelah beraktivitas
- Klien nampak tidak nyaman setelah beraktivitas
- Aktivitas klien nampak dibantu oleh keluarga
- Pergerakan klien terbatas
- Pergerakan sendi kurang
50
- Kekuatan otot : 5 5
3 2
- Klien nampak terbaring di tempat tidur
- Tampak ada luka gangren diabetik pada kaki sebelah kiri
- Karakteristik luka :
Luka tampak merah muda
pucat
Panjang luka ± 15 cm
Lebar luka ± 10 cm
Kedalaman ± 1 cm
51
b. Analisa Data
DS :
- Klien mengatakan Reseptor insulin Hambatan
sering mengeluh sakit dalam sel berkurang Mobilitas
pada kaki kirinya. Fisik
Peningkatan glukosa
- Klien mengatakan
darah
tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-hari.
Sirkulasi darah ke sel
- Klien mengatakan lambat dalam tubuh di
merasa lemah dan letih jaringan perifer
setelah beraktivitas.
Gangren diabetik
- Klien mengatakan
kram pada pergelangan
Hambatan mobilitas
kaki. fisik
DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih setelah beraktivitas
- Klien nampak tidak nyaman setelah beraktivitas
- Aktivitas klien nampak dibantu oleh keluarga
- Pergerakan klien terbatas
52
- Pergerakan sendi kurang
- Kekuatan otot : 5 5
3 2
- Klien nampak terbaring di tempat tidur
- Tampak ada luka gangren diabetik pada kaki sebelah kiri
- Karakteristik luka :
Luka tampak
bagian tengah
nampak pucat
Panjang luka ± 15 cm
Lebar luka ± 10 cm
Kedalaman ± 1 cm
53
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
Diagnosa
No Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
Hari/Tanggal
No Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
55
S : 36,5OC N : 94 x/menit
3. Melakukan ROM pasif
P : 20 x/menit
atau ROM dengan bantuan,
sesuai indikasi A : Masalah belum
Hasil :
teratasi.
- Leher (4 = deviasi
09:30 ringan dari kisaran
normal).
- Jari kanan dan kiri (5
= tidak ada deviasi dari
kisaran normal).
- Pergelangan tangan
58
dan kiri (5 = tidak P : Intervens
ada deviasi dari dilanjutka
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal).
- Bahu (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal).
- Pergelangan kaki kanan (3 = deviasi sedang dari
kisaran normal).
- Pergelangan kaki kiri (2 = deviasi yang cukup besar
dari kisaran normal).
- Lutut kanan (3 = deviasi sedang dari kisaran
normal).
- Lutut kiri (2 = deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal).
- Panggul kanan dan kiri (4 = deviasi ringan dari
kisaran normal).
4. Menginstruksikan pasien/keluarga cara melakukan
latihan ROM pasif, ROM dengan bantuan atau ROM aktif
59
10:00 Hasil :
Keluarga / anak klien
mampu mengerti
cara melakukan
ROM pasif dan aktif,
seperti leher, jari
tangan, pergelangan
tangan, siku,
pergelangan kaki,
dan lutut.
60
62
kaki, dan lutut.
2. Mendukung latihan
O:
ROM aktif, sesuai
- KU. Baik
jadwal yang teratur
- Klien nampak
dan terencana
rileks
08:15 Hasil :
- Nampak
- Rahang (5)
aktivitas klien
- Leher (5)
meningkat
- Punggung (5)
- Pergerakan sendi
- Jari kanan dan kiri
nampak
(5)
- Jempol kanan dan meningkat
kiri (5) - Tampak ada luka
- Pergelangan tangan gangren pada
kanan dan kiri (5) kaki kiri klien
- Siku kanan dan kiri - TTV :
(5)
TD : 160/90 mmHg
- Bahu kanan dan S : 36,2OC
kiri (5)
N : 88 x/menit
- Pergelangan kaki P : 20 x/menit
kanan (4)
- Lutut kanan (4) A : Masalah teratasi.
- Panggul kanan dan
63
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi
kasus yang penulis lakukan dari tanggal 6-9 Juli 2018, maka pada bagian ini
penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau
Tn. L, berumur 77 tahun dengan diabetes melitus dengan luka gangren dalam
65
pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang melati kamar C.4 Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses
klien baik data subjektif maupun objektif. Tekhnik pengumpulan data yang
mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien cukup kooperatif dan
teori pada tahap pengkajian pasien diabetes mellitus pada luka gangren,
keluhan utama ialah adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka. lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh, turgor kulit menurun, adanya luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus
dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih, Penyebaran lemak,
66
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
yang ada pada teori tetapi tidak ada pada studi kasus, begitupun pada data
yang ada pada studi kasus tetapi tidak ada dalam teori adalah adanya rasa
kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun, obesitas, refleks
lambat, kacau, diaforesis, gelisah. Sedangkan, semua data yang ada pada kasus
terdapat pada teori. Adanya kesenjangan ini disebabkan karena setiap manusia
dalam memberikan respon baik bio, psiko, social dan spiritual terhadap
berbeda pula serta kemungkinan data-data yang ada dalam kasus masih
merupakan gejala awal dari penyakit sehingga data-data yang ada pada teori
tanggung gugat perawat. Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus
yang dilakukan pada Tn. L diagnosa yang diangkat penulis yaitu hambatan
mobilitas fisik.
pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas. Suatu kondisi
67
oleh penulis karena pada saat pengkajian ditemukan data klien mengatakan
sakit pada kaki kirinya dan susah untuk beraktivitas sehari-hari serta
hasil : klien susah beraktivitas karena sakit pada kaki kiri akibat diabetes
melitus dengan luka ganggren, keadaan umum lemah, klien nampak letih
sendi kurang Kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu menahan tahanan
penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3 (mampu tahanan penuh)
kurang dari normal), klien nampak terbaring di tempat tidur, nampak ada luka
gangren diabetik pada kaki sebelah kiri, karakteristik luka : luka tampak merah
muda pada bagian tengah, area sekitar luka nampak pucat, pus (+) sekitar luka,
panjang luka ± 15 cm, lebar luka ± 10 cm, kedalaman ± 1 cm, luka berbau
amis. Glukosa darah sewaktu adalah 313 mg/dl, Tanda – Tanda Vital : TD :
O
140/80 mmHg, S : 36 C, N : 82 x/menit, P : 22 x/menit.
saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil analisa data serta tidak adanya
makhluk unik, dalam hal ini respon individu terhadap stress atau penyakit
dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari
intervensi keperawatan yaang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &
68
Perry, 2005). Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana
tindakan yang tepat. Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah
didapatkan untuk diterapkan secara aktual pada pasien Tn. L dengan Diabetes
fungsi sendi, dukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan
terencana, lakukan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai indikasi, dan
teori (NIC) yaitu : menentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap
fungsi sendi [Hasil : Klien mampu melakuakan pergerakkan sendi dengan mandiri],
mendukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan terencana
[Hasil : Rahang (5), Leher (5), Punggung (5), Jari kanan dan kiri (5), Jempol kanan
dan kiri (5), Pergelangan tangan kanan dan kiri (5), Siku kanan dan kiri (5), Bahu
69
kanan dan kiri (5), Pergelangan kaki kanan (4), Lutut kanan (4), dan Panggul kanan
dan kiri (4)], melakukan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai indikasi
[Hasil : Leher (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal), Jari kanan dan kiri (5 =
tidak ada deviasi dari kisaran normal), Pergelangan tangan dan kiri (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran normal), Siku (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal), Bahu (5
= tidak ada deviasi dari kisaran normal), Pergelangan kaki kanan (5 = tidak ada deviasi
dari kisaran normal), Pergelangan kaki kiri (3 = deviasi sedang dari kisaran normal), Lutut kanan (4 =
deviasi ringan dari kisaran normal), Lutut kiri (3 = deviasi sedang dari kisaran normal), dan Panggul
kanan dan kiri (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal)], m enginstruksikan pasien/keluarga cara
melakukan latihan ROM pasif, ROM dengan bantuan atau ROM aktif [Hasil : Keluarga / anak
klien mampu mengerti cara melakukan ROM pasif dan aktif, seperti rahang, leher, jari tangan, jempol,
gula darah dalam tubuh dan meningkatkan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
hambatan mobilitas fisik dan dievaluasi pada hari senin tanggal 9 Juli 2018
dengan hasil masalah hambatan mobilitas fisik teratasi dimana pada data
70
subyektif pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya berkurang serta aktivitas
mampu dilakukan dengan sendiri dan data obyektif keadaan umum pasien
baik, ekspresi wajah pasien nampak rileks, nampak aktivitas klien meningkat,
O
kali/menit, Pernafasan: 20 kali/menit, Suhu: 36,2 C.
71
BAB V
A. Kesimpulan
keperawatan di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari dari
tanggal 6 – 9 Juli 2018 dengan mengacu pada tujuan yang dicapai, maka
spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga untuk mendapatkan
data yang lengkap dan akurat karena setiap individu memberikan respon yang berbeda-beda
terhadap stimulus baik internal maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam
menilai setiap respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan kepekaan
dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan dan menganalisa data pada klien dengan
berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai dengan kondisi dan keadaan klien
pada saat itu serta berdasarkan teori yang ada, kemudian diperioritaskan berdasarkan
kebutuhan dasar manusia menurut maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam
kesehatan klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu hambatan
mobilitas fisik.
72
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan
yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori NANDA NIC-NOC, dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah pada pasien diabetes melitus dengan
dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat berdasarkan aplikasi teori NANDA
hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 09 Juli 2018 dengan hasil hambatan
B. Saran
73
klien dengan kasus diabetes melitus, dan mengkonsumsi obat secara teratur
kultural kepada klien. Petugas kesehatan baik itu perawat agar selalu
status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya kerja sama yang baik
klien.
3. Bagi Peneliti
melitus.
74
DAFTAR PUSTAKA
Husaini & Fajriah. N.N., dkk. (2013). Kejadian Ulkus Diabetik Pada
Pasien Diabetes Melitus Yang Merokok. Jurnal Ilmiah Kesehatan 5
(2). Diperoleh tanggal 4 April 2018,
https://media.neliti.com/media/publications/96546-ID-kejadian-
ulkus-diabetik-pada-pasien-diab.pdf
Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Jakarta : Kemenkes RI
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda s
%202013.pdf
RSUD Kota Kendari. (2018). Profil RSUD Kota Kendari. Kendari : Staf
Rekam Medik RSUD Kota Kendari
Setiati, S. dkk. (2015). Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. Jakarta : EGC
75
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Di akses tanggal 26 Maret
2018,
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-tomydadiya-
234-1-tomydad-0.pdf
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2017/en/
Widyawati & Lukita, Y.I. (2016). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Aktif Kaki
Terhadap Risiko Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. Jamber : Universitas Jamber. Di akses tanggal 26 Maret
2018,
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/76381/Yulfa%20
Intan%20Lukita%20-%20122310101034%20-1.pdf?sequence=1
76
Lampiran 1.
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Diagnosa Media :
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur / Tanggal Lahir :
4. Status Perkawinan :
5. Agama :
6. Suku Bangsa :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. Pendapatan :
10. Alamat :
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Hubungan dengan klien :
5. Alamat :
77
3. Lokasi dan penyebarannya
4. Skala keluhan
5. Mulai dan lamanya keluhan
1. Tekanan darah :
2. Pernafasan :
3. Nadi :
4. Suhu badan :
B. Kepala
1. Bentuk kepala :
2. Keadaan rambut :
3. Keadaan kulit kepala :
4. Nyeri kepala / pusing :
5. Komentar :
78
C. Penglihatan / Mata
1. Ketajaman penglihatan / visus :
2. Peradangan :
3. Sclera :
4. Pupil :
5. Gerak bola mata :
6. Kongjungtiva :
7. Lapang pandang :
8. Refleks kornea :
9. Rasa nyeri :
10. Pemakaian alat bantu :
11. Komentar :
D. Pendengaran / Telinga
1. Struktur :
2. Nyeri :
3. Cairan :
4. Tanda peradangan :
5. Fungsi pendengaran :
E. Hidung / Penciuman
1. Struktur :
2. Polip :
3. Sinus :
4. Perdarahan :
5. Peradangan :
6. Fungsi penciuman :
7. Komentar :
F. Mulut
1. Keadaan gigi :
2. Problem menelan :
3. Bicara :
4. Rongga mulut :
5. Fungsi mengunyah :
79
6. Fugsi pengecap :
7. Komentar :
G. Leher
1. Vena jugularis :
2. Arteri karotis :
3. Pembesaran tyroid :
4. Pembesaran limfe :
5. Komentar :
H. Pernafasan
1. Bentuk dada :
2. Pergerakan / pengembangan thoraks :
3. Batuk :
4. Sputum :
5. Vocal fremitus :
6. Resonansi :
7. Bunyi nafas :
8. Bunyi nafas tambahan :
9. Komentar :
I. Jantung
1. Ukuran jantung :
2. Denyut jantung :
3. Nyeri dada :
4. Palpitasi :
5. Bunyi jantung :
6. Komentar :
J. Abdomen
1. Warna kulit :
2. Bayangan peristaltik :
3. Keadaan permukaan abdomen :
4. Gerak abdomen :
5. Pembesaran abdomen :
6. Keadaan perkusi abdomen :
80
7. Nyeri tekan :
8. Peristaltik :
9. Komentar :
K. Perkemihan
1. Edema kelopak mata :
2. Nyeri pinggang / punggung :
3. Keadaan kandung kemih :
4. Bau mulut amoniak :
5. Komentar :
L. Reproduksi
1. Siklus menstruasi :
2. Keadaan organ kelamin luar :
3. Pembesaran prostat :
4. Kehamilan :
5. Perdarahan :
6. Komentar :
M. Status neurologis
1. Tingkat keasadaran :
2. Koordinasi :
3. Memori :
4. Orientasi :
5. Kelumpuhan :
6. Gangguan sensasi :
7. Kejang-kejang :
N. Muskeloskeletal
1. Kekuatan otot :
2. Tonus otot :
3. Kekakuan sendi :
4. Trauma :
5. Nyeri :
6. Pola aktivitas :
7. Komentar :
81
O. Kulit
1. Tekstur / integritas :
2. Turgor :
3. Warna :
4. Kelembapan :
5. Lesi :
6. Komentar :
P. Kelamin
1. Penonjolan :
2. Pembesaran kelenjar tyroid :
3. Aktivitas :
4. Perubahan suara :
5. Tremor :
6. Pigmentasi kulit :
7. Komentar :
82
C. Eliminasi BAK dan BAB
1. Buang Air Kecil (BAK)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi berkemih sehari :
c. Warna :
d. Kesulitan berkemih :
e. Perubahan setelah sakit :
2. Buang Air Besar (BAB)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi BAB setiap hari :
c. Warna :
d. Perubahan selama sakit :
D. Istirahat dan Tidur
1. Tidur malam jam :
2. Tidur siang jam :
3. Apakah mudah terbangun :
4. Apa yang menolong untuk tidur nyenyak :
5. Perubahan selama sakit :
83
VIII. KEADAAN SPIRITUAL
A. Keadaan mejalankan ibadah :
B. Status rumah :
C. Kebersihan rumah :
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium :
B. Studi diagnostic :
Kendari, ......................................
84
ANALISA DATA
2.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan
Diagnosa Intervensi
Rasional
No Kriteria Hasil
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1.
2.
Hari/Tanggal
No Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
1.
2.
85
Lampiran 2.
1. Pengertian :
Range of Motion (ROM) adalah segenap gerakan yang dalam keadaan
normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan
2. Tujuan :
1. Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi.
3. Untuk merangsang sirkulasi darah.
4. Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas).
5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
3. Persiapan Pasien :
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan mengidentifikasi pasien
dengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan menjawab seluruh pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, memberi privasi
pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman.
4. Persiapan Alat :
1. Handuk kecil
2. Lotion/ baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu (misal: minyak telon)
5. Cara Bekerja :
1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Periksa alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
5. Posisikan pasien senyaman mungkin
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
A. Fleksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, kemudian tangan
kanan memegang tangan pasien.
2. Angkat tangan ke atas dari sisi tubuh.
3. Gerakan tangan perlahan-lahan, lemah lembut ke arah kepala sejauh
mungkin.
4. Letakkan tangan di bawah kepala dan tahan untuk mencegah
86
dorongan fleksi, tekuk tangan dan siku.
5. Angkat kembali lengan ke atas kembali ke posisi semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
B. Abduksi dan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, tangan kanan
memegang tangan pasien.
2. Pertahankan posisi tersebut, kemudian gerakkan lengan sejauh mungkin
dari tubuh dalam keadaan lurus.
3. Tekuk dan gerakkan lengan segera perlahan ke atas kepala sejauh
mungkin.
4. Kembalikan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
C. Rotasi Interna dan Eksterna Bahu
1. Tempatkan lengan pasien pada titik jauh dari tubuh, bengkokkan siku.
Pegang lengan atas, tempatkan pada bantal.
2. Angkat lengan dan tangan.
3. Gerakkan lengan ke bawah dan tangan secara perlahanl-lahan ke
belakang sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
D. Penyilangan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di bawah siku dan tangan lain
memegang tangan pasien.
2. Angkat lengan pasien.
3. Posisi lengan setinggi bahu, gerakkan tangan menyilang kepala sejauh
mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
E. Supinasi dan Pronasi Lengan
1. Permulaan posisi: pegang tangan pasien dengan kedua tangan, posisi
telunjuk pada telapak tangan, kedua ibu jari di punggung tangan.
2. Tekuk telapak tangan pasien menghadap wajah pasien.
3. Kemudian tekukkan telapak tangan bagian punggung ke muka pasien.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
F. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari
1. Pegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan pasien dan
tangan pasien bergengaman dengan tangan perawat.
2. Tekuk punggung tangan ke belakang sambil mempertahankan posisi
jari lurus.
3. Luruskan tangan.
87
4. Tekuk tangan ke depan sambil jari-jari menutup membuat genggaman,
kemudian buka tangan.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
G. Fleksi dan Ekstensi Ibu Jari
1. Pegang tangan pasien, tekuk ibu jari ke dalam telapak tangan pasien.
2. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan
pasien. Ulangi lebih kurang 3 kali.
3. Gerakan ibu jari pasien memutar/sirkulasi pada satu lingkaran.
H. Fleksi dan Ekstensi Panggul dan Lutut
1. Tempatkan salah satu tangan perawat dibawah lutut pasien, tangan lain
di atas tumit dan menahan kaki pasien.
2. Angkat tungkai kaki dan tekukan pada lutut, gerakan tungkai
kebelakang sejauh mungkin.
3. Luruskan lutut di atas permukaan kaki, kembalikan pada posisi semula.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
I. Rotasi Interna dan Eksterna Panggul
1. Tempat satu tangan perawat di bawah lutut pasien, tangan lain di atas
tumit kaki pasien.
2. Angkat tungkai dan tekuk membuat sudut yang besar di atas lutut.
3. Pegang lutut dan kaki pasien mendorong ke hadapan perawat.
4. Gerakkan kaki ke posisi semula.
5. Dorong kaki sejauh mungkin dari perawat, gerakkan ke posisi semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
J. Abduksi dan Adduksi Panggul
1. Tempatkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien, letakkan tangan
lain di bawah tumit.
2. Pegang tungkai dalam keadaan lurus, kemudian angkat ke atas setinggi
5 cm dari kasur.
3. Tarik kaki kearah luar, ke hadapan perawat.
4. Dorong tungkai ke belakang dan kembalikan ke posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
K. Dorso dan Plantar Fleksi Pergelangan Kaki
1. Pegang tumit pasien dengan tangan perawat, biarkan istirahat pada
tangan perawat.
2. Tekan lengan perawat pada telapak kaki, gerakkan menghadap tungkai.
3. Pindahkan tangan perawat pada posisi semula.
4. Pindahkan tangan ke ujung kaki dan bagian bawah kaki, dorong kaki ke
bawah pada titik maksimal secara bersamaan, kemudian
88
dorong kembali ke atas pada tumit.
5. Ulangi latihan berikut lebih kurang 3 kali.
L. Eversi dan Inversi Kaki
1. Putar kaki satu persatu ke arah luar.
2. Kemudian kembali ke arah dalam.
3. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
M. Ekstensi dan Fleksi Jari-jari Kaki
1. Mulai dengan menarik ujung jari kaki ke atas.
2. Ujung-ujung jari kaki di dorong ke bawah.
3. Ulang latihan lebih kurang 3 kali.
7. Rapihkan pasien ke posisi semula
8. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
9. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan sarung tangan
10. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela
11. Kaji respon pasien (subyektif dan obyektif)
12. Beri reinforcement positif kepada pasien
13. Buat kontak pertemuan selanjutnya
14. Akhiri kegiatan dengan baik
15. Cuci tangan
6. Hasil :
Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,
respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pegang ekstermitas pada sendi-sendi seperti: elbow, wrist, knee. Gerakkan
sendi secara perlahan-lahan, selanjutnya teruskan. Jika tidak nyaman/agak nyeri pada sendi,
misalnya : adanya arthritis (dukung ekstermitas pada daerah tersebut).
2. Gerakan setiap sendi melalui ROM lebih kurang 3 kali terus menerus
secara teratur dan perlahan-lahan. Hindarkan pergerakan yang berlebihan dari persendian
pada saat latihan ROM. Hindarkan pada tekanan yang kuat pada saat pergerakan yang kuat.
3. Hentikan pergerakan bila ada nyeri.
4. Catat adanya ketidak nyamanan (nyeri, kelelahan), kontraktur/kekakuan
sendi, kekuatan otot dan adanya atrofi otot.
5. Apabila ada perasaan nyeri akibat kekejangan/spasme otot, gerakkan sendi
secara perlahan-lahan, jangan berlebihan. Gerakkan dengan lemah lembut secara bertahap
sampai terjadi relaksasi.
6. Aktifitas fungsional untuk menguji lengkap gerak sendi dapat dilakukan
pada pasien yang sudah dapat melakukan pergerakan sendiri tanpa bantuan.
7. Pergerakkan diuji/diperiksa oleh terapis untuk menentukan adanya
pergerakan daerah sendi. Pergerakan sendi pasien sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik,
faktor penyakit dan faktor genetik. Latihan disesuaikan dengan keadaan klinis pasien.
8. Setiap sendi tubuh mempunyai suatu lingkup pergerakan yang normal.
89
9. Sendi-sendi akan kehilangan lingkup pergerakan sendi ynag normal.
Kekuan akan mengakibatkan suatu keadaan ketidakmampuan yang menetap. Hal ini sering
pada kondisi Neuromuskuler (Hemiplegia).
10. Latihan ROM direncanakan dengan individu, lingkup pergerakan
bervariasi sesuai dengan perbedaan tubuh dan kemampuan serta golongan umur.
11. Latihan ROM dapat dilakukan kapan saja, dimana keadaan fisik tidak
aktif.
90
Lampiran 3.
Kepada :
Yth. Saudara Responden
di-
Tempat
NIM : P00320015014
EKO FEBRIANTO
91
Lampiran 4.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, tidak keberatan untuk menjadi
Tahun 2018”, dan saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak
Responden
92
Lampiran 5.
93
Lampiran 6.
94
Lampiran 7.
95
Lampiran 8.
96
Lampiran 9.
97
Lampiran 10.
98
Lampiran 11.
Gambar 1.1
Melakukan Intervensi ROM Pasif pada Tn. L
Gambar 1.2
Melakukan Pemeriksaan GDS pada Tn. L
99