Anda di halaman 1dari 31

NAMA : Ulin Ardani

NIM : 19062

KELAS : 1B
 Gangguan Pencernaan

1. Jelaskan Jenis-jenis Contoh Penyakit Simtomatis

1) DIARE

Diare merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang banyak dialami.

2) GASTRITIS

Gastritis merupakan penyakit atau gangguan dimana dinding lambung mengalami


peradangan. Gangguan ini disebabkan karena kadar asam klorida atau Hcl terlalu tinggi.

3) MAAG

Maag merupakan penyakit yang sudah tidak aneh lagi untuk kita semua, karena
penyakit yang satu ini biasanya dialami oleh banyak orang. Maag merupakan penyakit
atau gangguan sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya rasa perih pada dinding
lambung, selain itu maag juga disertai dengan adanya rasa mual dan perut menjadi
kembung.

4) KONSTIPASI ATAU SEMBELIT

Sembelit merupakan salah satu gangguan pada sistem pencernaan dimana si penderita
akan mengeluarkan fases yang keras.

5) APENDISITAS

Apendisitis merupakan gangguan sistem pencernaan yang mana umbai cacing atau usus
buntu mengalami peradangan.

6) TUKAK LAMBUNG

Tukak lambung merupakan keadaan dimana dinding lambung terluka.

7) SARIAWAN

Sariawan merupakan gangguan sistem pencernaan yang biasanya muncul di sekitar


mulut. Ketika kita mengalami gangguan ini maka ketika makan akan merasakan perih.
Sariawan terjadi karena panas dalam pada rongga lidah atau rongga mulut. Dimana
penyebab yang paling mendasar dari penyakit ini yaitu kurangnya vitamin C.
8) GIZI BURUK ATAU MALLNUTRISI

Gizi buruk terjadi karena pembentukan enzim mengalami gangguan. Gizi buruk ini
disebabkan karena sel-sel pankreas atropi mengalami kehilangan reticulum endoplasma
terlalu banyak.

9) KERACUNAN

Keracunan biasanya disebabkan karena salah mengkonsumsi makanan. Dimana


keracunan biasanya terjadi karena pengaruh bakteri seperti bakteri Salmonela, yang
mana akan menyebabkan penyakit tipus dan paratipus.

10) CACINGAN

Penyakit cacingan tentunya sudah tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat


Indonesia, hal ini disebabkan karena hampir 80 % orang Indonesia mengalami penyakit
yang satu ini. Cacingan merupakan penyakit yang menyerang sistem pencernaan
manusia.

2. Jelaskan Penyebab dan Gejalanya

1) DIARE

Penyebab :

 Keracunan makanan

 Infeksi bakteri, parasit, virus

 Intoleransi laktosa

 Efek samping obat

 Penyakit radang usus

 Makanan manis

Gejala :

 Feses lembek dan cair (mencret)

 Sakit perut

 Kram perut

 Mual dan muntah

 Sakit kepala
 Kehilangan nafsu makan

 Haus terus menerus

 Demam

 Dehidrasi

 Darah pada feses

 Feses yang dihasilkan banyak

 Terus menerus ke toilet

2) GASTRITIS

Penyebab : Infeksi bakteri H. pylori, Efek samping konsumsi obat antiinflamasi


nonsteroid (misalnya ibuprofen dan aspirin) secara berkala, Stres, Konsumsi minuman
beralkohol secara berlebihan, Penyalahgunaan obat-obatan, Reaksi autoimun,
Pertambahan usia, Infeksi bakteri dan virus, Penyakit Crohn, Penyakit HIV/AIDS, Refluks
empedu, Anemia pernisiosa, Muntah kronis.

Gejala : Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung, Hilang nafsu makan,
Cepat merasa kenyang saat makan, Perut kembung, Cegukan, Mual, Muntah, Sakit
perut, Gangguan saluran cerna, BAB dengan tinja berwarna hitam pekat, Muntah darah.

3) MAAG

Penyebab : Apabila terjadi gangguan, maka mukosa akan rusak dan menimbulkan rasa
sakit atau nyeri. Apabila gangguan ini terus-menerus terjadi, maka asam lambung akan
memecah mukosa dan menyebabkan iritasi dan peradangan. Kondisi inilah yang
mengkibatkan sakit maag. Rasa nyeri karena maag akut disebabkan oleh asam lambung
yang bersentuhan dengan lapisan mukosa, sehingga ujung-ujung saraf menjadi lebih
peka oleh rasa nyeri.

Gejala :

 Cepat merasa kenyang saat makan dan rasa kenyang berkepanjangan setelah
makan.

 Mual.

 Kembung pada perut bagian atas.

 Sering bersendawa.
 Nyeri pada ulut hati dan nyeri di tengah dada yang muncul ketika atau setelah
makan.

 Rasa panas pada perut bagian atas.

 Sakit maag yang sering terjadi biasanya ditandai dengan gejala rasa panas di dalam
dada akibat naiknya asam lambung ke bagian kerongkongan. Stres pun membawa
dampak menjadi lebih negatif bagi pengidap sakit maag.

4) KONSTIPASI ATAU SEMBELIT

Penyebab : Gangguan ini terjadi disebabkan karena usus besar menyerap air terlalu
banyak. Sembelit disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti
misalkan buah dan sayur atau kebiasaan buruk yang selalu menunda buang air besar.

Gejala :

 Harus mengejan saat buang air besar.

 Merasa tidak tuntas setelah buang air besar.

 Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.

 Terasa ada yang mengganjal pada rektum atau bagian paling akhir dari usus besar.

 Perut kembung.

 Sakit perut.

 Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menggunakan tangan untuk


mengeluarkan tinja dari anus.

5) APENDISITAS

Penyebab :

 Hambatan pada pintu rongga usus buntu

 Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di saluran
pencernaan atau di bagian tubuh lainnya

 Tinja atau pertumbuhan parasit yang menyumbat rongga usus buntu

 Cedera pada perut.

 Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel disease.
Gejala : Nyeri pada perut. Nyeri ini disebut kolik abdomen. Rasa nyeri tersebut dapat
berawal dari pusar, lalu bergerak ke bagian kanan bawah perut. Namun, posisi nyeri
dapat berbeda-beda, tergantung usia dan posisi dari usus buntu itu sendiri. Dalam
waktu beberapa jam, rasa nyeri dapat bertambah parah, terutama saat kita bergerak,
menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, rasa nyeri ini juga bisa muncul
secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur. Bila radang usus buntu terjadi
saat hamil, rasa nyeri bisa muncul pada perut bagian atas, karena posisi usus buntu
menjadi lebih tinggi saat hamil.

6) TUKAK LAMBUNG

Penyebab : Terkikisnya lapisan dinding lambung itu sendiri. Luka yang muncul ini juga
bisa saja muncul pada dinding duodenum atau usus kecil serta esofagus atau
kerongkongan.

Gejala : Merasa nyeri atau perih pada bagian perut. Rasa nyeri yang muncul akan
menyebar ke leher, terasa semakin perih saat perut kosong, muncul ketika malam hari,
akan hilang dan kambuh lagi pada minggu kemudian.

7) SARIAWAN

Penyebab : Adanya jamur candida albicans, yang memang berada di dalam mulut dalam
jumlah yang kecil dan pertumbuhan yang tidak terkendali. Namun, sariawan juga bisa
disebabkan oleh berbagai macam faktor lainnya, seperti cedera, infeksi, atau alergi.

Gejala :

 Sensasi terbakar pada lidah.

 Bagian dalam mulut dan tenggorokan berwarna merah.

 Rasa tak nyaman saat menelan.

 Muncul warna kemerahan dan rasa nyeri pada bagian mulut yang terdapat gigi
palsu.

 Rasa tidak nyaman dalam mulut.

 Luka berwarna putih yang muncul di lidah.

 Pendarahan ringan yang terjadi saat tergores.

8) GIZI BURUK ATAU MALLNUTRISI

Penyebab : Secara garis besar, malnutrisi pada anak disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara asupan dengan kebutuhan zat gizi harian anak. Namun bukan hanya itu, kondisi
ini juga diakibatkan oleh beragam hal, meliputi:
 Pola makan buruk

 Masalah kesehatan mental

 Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar dari tubuh

 Masalah pada sistem pencernaan

 Alkoholisme

 Kurangnya asupan ASI ibu

Gejala :

 Penurunan berat badan drastis

 Massa otot yang menurun

 Massa jaringan yang menurun

 Kehilangan lemak (jaringan adipose)

 Perut membengkak

 Pipi dan mata cekung

 Kulit dapat menjadi lebih tipis, kering, inelastis, pucat dan dingin

 Rambut rontok

 Kelelahan parah

 Waktu pemulihan luka yang lama

 Waktu pemulihan dari infeksi lebih lama

 Waktu pemulihan dari penyakit yang lebih lama

 Mudah merasa depresi dan cemas

 Mudah marah

 Sulit berkonsentrasi

 Risiko tinggi terhadap komplikasi setelah operasi

 Risiko tinggi terhadap hipotermia – suhu tubuh yang sangat rendah


 Jumlah total dari beberapa jenis sel darah putih menurun, sistem imun melemah,
meningkatkan risiko infeksi

 Rentan terhadap rasa dingin

9) KERACUNAN

Penyebab : Keracunan makanan terjadi karena organisme kontaminan masuk ke dalam


makanan. Salmonella, Campylobacter, Listeria, Clostridium Botulinum, dan Escherichia
Coli (E.Coli) merupakan organisme yang sering menyebabkan keracunan makanan.

Gejala :

 Mual.

 Muntah.

 Diare berair atau berdarah.

 Nyeri dan kram perut.

 Demam.

10) CACINGAN

Penyebab :

 Makanan yang terkontaminasi

 Jari yang kotor

 Proses memasak yang kurang baik

 Tidak menjaga kebersihan anus

Gejala :

 Kelelahan

 Sakit perut

 Perut kembung

 Mual

 Muntah

 Diare
 Disentri

 Kehilangan napsu makan

 Penurunan berat badantanpa direncakanan atau tanpa sebab

3. Jelaskan Tata Laksana Dari Masing-masing Penyakit

1) DIARE

1. Pemberian oralit

Oralit diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dengan mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Bila tidak tersedia dapat diberikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang, dll. Walaupun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare.

Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF 2004) yang
merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan bahwa oralit
formula baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual-muntah
hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena.

Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu
gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap
kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc larutan oralit setiap kali
buang air besar.

2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

Pemberian zinc dilakukan dengan cara melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Zinc diberikan selama 10 hari
berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2 tablet (10 mg)/hari sedangkan
balita umur ≥ 6 bulan 1 tablet (20 mg)/hari

3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk
bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan lebih sering. Setelah diare berhenti,pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Berikan antibiotik secara selektif

Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena
kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali
ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin.
Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai
dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.

Obat-obatan antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,
bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat
fatal.

5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang
cara memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus membawa kembali
balita ke petugas kesehatan yaitu apabila ada demam, tinja berdarah, muntah berulang,
makan atau minum sedikit, tampak sangat haus, diare makin sering atau belum
membaik dalam 3 hari.

Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF 2004) yang
merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan bahwa oralit
formula baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual-muntah
hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena.

Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu
gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap
kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc larutan oralit setiap kali
buang air besar.

2) GASTRITIS

Untuk mengobati gastritis dan meredakan gejala-gejala yang ditimbulkan, dokter dapat
memberikan obat-obatan berupa:
1. Obat antasida. Antasida mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri)
secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung. Obat ini efektif untuk meredakan
gejala-gejala gastritis, terutama gastritis akut. Contoh obat antasida yang dapat
dikonsumsi oleh pasien adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.

2. Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan gejala gastritis
dengan cara menurunkan produksi asam di dalam lambung. Contoh obat penghambat
histamin 2 adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.

Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki tujuan yang sama seperti
penghambat histamin 2, yaitu menurunkan produksi asam lambung, namun dengan
mekanisme kerja yang berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton adalah
omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.

3. Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, yaitu Helicobacter pylori. Contoh obat antibiotik yang dapat diberikan
kepada penderita gastritis adalah amoxicillin, clarithromycin, tetracycline, dan
metronidazole.

4. Obat antidiare. Diberikan kepada penderita gastritis dengan keluhan diare. Contoh
obat antidiare yang dapat diberikan kepada penderita gastritis adalah bismut
subsalisilat.

3) MAAG

 Terapi obat. Penggunaan obat-obatan merupakan pilihan utama untuk mengatasi


kondisi sakit maag persisten. Beberapa contoh obat yang biasanya diresepkan
dokter adalah:

o Antasida. Obat ini umumnya digunakan untuk mengatasi gejala sakit maag yang
tergolong ringan atau menengah. Antasida bekerja dengan cara menetralkan
asam lambung berlebih, sehingga menurunkan risiko iritasi pada dinding saluran
pencernaan. Antasida dapat dibeli tanpa resep.

o Obat antagonis reseptor H2 (H2RA). H2RA mampu menurunkan kadar asam


lambung. Contoh obat ini adalah ranitidin.

o Obat penghambat pompa proton (PPI). Sama seperti H2RA, obat PPI bertujuan
untuk menurunkan kadar asam lambung. Contoh obat ini adalah omeprazole.

o Prokinetika. Obat golongan prokinetik mampu meredakan gejala sakit maag


dengan cara mempercepat proses pencernaan makanan. Contoh obat ini adalah
domperidone atau cisapride.
o Antibiotik. Obat ini diresepkan dokter jika sakit maag disebabkan oleh bakteri
Helicobacter pylori.

o Antidepresan. Obat ini diresepkan dokter untuk meredakan rasa nyeri saat sakit
maag.

o Psikoterapi. Dokter akan merekomendasikan psikoterapi untuk menangani rasa


cemas dan depresi yang menjadi penyebab gangguan pencernaan. Beberapa
jenis terapi psikologis yang mungkin dilakukan, yaitu meditasi, latihan relaksasi,
atau terapi bicara

4) KONSTIPASI ATAU SEMBELIT

Mengatasi sembelit utamanya dilakukan dengan mengubah gaya hidup jadi lebih sehat.
Lebih jelasnya, mari bahas satu per satu pengobatan sembelit.

1. Olahraga

Malas bergerak dan olahraga membuat gerakan usus melambat dan akhirnya
menyebabkan konstipasi. Supaya gerakan usus kembali normal dan Anda bisa buang
air besar kembali dengan lancar, cobalah untuk kembali berolahraga.Selain itu,
jangan malas untuk berjalan, misalnya memilih naik tangga agar Anda tidak seharian
duduk di kursi.

2. Minum air lebih banyak

Feses yang tersumbat atau bergerak lambat melewati usus, akan diserap cairannya.
Ini membuat feses jadi makin padat dan kering.

Agar feses tersebut bisa dikeluarkan lebih lancar, Anda perlu meningkatkan asupan
cairan. Cobalah minum air sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter per hari agar konstipasi
bisa mereda.

3. Perbanyak makan makanan berserat

Kurang makan makanan berserat bisa menyebabkan konstipasi. Guna mengatasi


sembelit ini, Anda harus meningkatkan asupan makanan berserat. Tambahkan sayur
pada menu makanan Anda, seperti kentang, wortel, bayam, kangkung, atau kol
selama sembelit. Kemudian, jadikan buah-buahan sebagai camilan di waktu
senggang, seperti buah kiwi atau jeruk. Anda bisa menikmati buah ini secara
langsung atau dibuat menjadi jus.

4. Minum obat konstipasi

Jika mengubah gaya hidup atau makanan Anda tidak berpengaruh, Anda dapat
mengkonsumsi obat laksatif (pelancar BAB) tanpa resep.
5) APENDISITAS

Terapi apendisitis yaitu dengan mengangkat usus yang buntu, dikenal dengan
apendektomi. Apendektomi yaitu pembedahan perut darurat yang paling sering
dilakukan. Ada dua jenis apendektomi:

1. Laparoskopi apendektomi: sebuah selang (scope) yang dimasukkan ke perut untuk


melihat dan mengangkat usus buntu

2. Apendektomi terbuka: sebuah operasi usus yang buntu ini akan memotong perut
kanan bawah untuk mengangkat usus yang buntu

6) TUKAK LAMBUNG

Untuk mengobati tukak lambung, dokter akan melihat dari penyebab yang
mendasarinya.

 Jika penyebab yang mendasarinya adalah karena infeksi bakteri H pylori, maka
dokter akan meresepkan kombinasi obat untuk Anda. Tujuan dari pengobatan untuk
helicobacter pylori adalah untuk membunuh bakteri tersebut, mengurangi asam
lambung dan melindungi lapisan pelindung dari lambung dan usus kecil.
Selanjutnya, anda akan meminum obat hingga dua minggu. Kombinasi dari obat-
obatan yang diresepkan oleh dokter termasuk 2 jenis antibiotik dengan 1 jenis
penekan asam lambung seperti proton pump inhibitors (PPI) atau H2 blocker.
Antibiotik digunakan untuk membantu membunuh infeksi, serta inhibitor pompa
proton (PPIs) atau H2 blocker digunakan untuk mengurangi asam lambung. Namun,
pengobatan ini memiliki efek samping yaitu diare atau sakit perut.

 Jika tukak lambung timbul karena konsumsi obat OAINS, maka segera berhentilah
mengonsumsi obat tersebut. Selain itu, dokter akan merekomendasikan obat yang
dapat mengurangi asam lambung selama proses penyembuhan seperti antasida
untuk menetralisir asam lambung, atau H2 blockers dan proton pump inhibitors
(PPI) untuk menurunkan produksi asam lambung.

 Obat-obatan untuk melindungi lapisan dari lambung dan usus kecil seperti sukralfat
dan misoprostol.

 Penanganan darurat mungkin diperlukan apabila tukak menyebabkan perdarahan


yang serius. Penanganan biasanya dilakukan melalui endoskopi. Obat–obatan
penghambat asam lambung akan diberikan secara injeksi, dan transfusi darah
mungkin diperlukan jika terdapat perdarahan berat.

 Pada kondisi yang jarang, operasi mungkin diperlukan untuk menangani perforasi
atau tukak lambung yang berdarah.
7) SARIAWAN

Sariawan umumya dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu 1–2 minggu. Meski
demikian, dapat dilakukan penanganan secara mandiri untuk mengurangi rasa sakit,
yaitu dengan:

 Menggunakan pasta gigi yang lembut dan tidak mengandung bahan-bahan yang
memicu iritasi, seperti sodium laureth sulfate

 Mengkonsumsi makanan yang lembut dan menghindari makanan yang terlalu keras,
pedas, asam, atau panas

 Menggunakan es batu untuk mengompres sariawan

 Mengonsumsi teh chamomile, akar licorice, atau echinacea

Obat-obatan

Dokter akan memberikan obat-obatan jika sariawan tidak kunjung membaik. Beberapa
jenis obat yang biasanya diberikan oleh dokter adalah:

 Obat pereda nyeri

Obat pereda nyeri sering diberikan oleh dokter untuk mengurangi rasa sakit akibat
sariawan. Obat pereda nyeri ini bisa berbentuk obat kumur, semprot, atau oles.
Contohnya adalah benzocaine dan lidocaine.

 Obat kortikosteroid

 LPada beberapa kasus, dokter mungkin akan memberikan obat oles yang
mengandung kortikosteroid untuk mengurangi peradangan pada sariawan.

 Obat antimikroba

Obat ini diberikan apabila sariawan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau
virus. Obat antimikroba bisa berupa antibiotik, antijamur, atau antivirus.

 Obat suplemen

Bila perlu, dokter mungkin akan memberikan suplemen, seperti asam folat, vitamin
B1, B2, B6, B12, zat besi, dan zinc.

8) GIZI BURUK ATAU MALLNUTRISI

Pengobatan tergantung pada kesehatan seseorang dan derajat malnutrisi. Saran diet
berupa:

 Konsumsi makanan yang kaya akan kalori dan protein


 Makan cemilan diantara waktu makan

 Minuman tinggi kalori

Jika diet yang disarankan tidak membantu, maka dokter, suster dan ahli diet akan
menyarankan untuk mengonsumsi nutrisi tambahan dalam bentuk minuman atau
suplemen. Jika seseorang memiliki kesulitan makan yang tidak dapat diatasi dengan
perubahan seperti konsumsi makanan halus atau berkuah, perawatan lain dapat
direkomendasikan seperti:

 Selang makanan

 Nutrisi yang diberikan melalui infus

9) KERACUNAN

 Rehidrasi

Rehidrasi dapat diberikan menggunakan cairan rehidrasi oral yang telah distandarisasi
oleh WHO. Larutan ini mengandung elektrolit dan karbohidrat yang seimbang. Terapi ini
terbukti dapat menangani dehidrasi pada segala kelompok usia, terutama pada anak
dengan risiko dehidrasi yang lebih tinggi.

Untuk anak, jumlah cairan yang diberikan adalah:

 Pasien tanpa dehidrasi → 5 – 10 mL/kg setiap diare cair atau muntah

 Dehidrasi ringan-sedang → 75 mL/kg dalam 3 jam dan 5 – 10 mL/kg setiap diare


cair atau muntah

 Dehidrasi berat → pasien dibawah 12 bulan: 30 mL/kg dalam 60 menit, dilanjutkan


70 mL/kg dalam 5 jam berikutnya; pasien diatas 12 bulan: 30 mL/kg dalam 30 menit,
dilanjutkan 70 mL/kg dalam 5 jam berikutnya.

Anak yang sedang diberikan ASI dapat terus melanjutkan ASI. Pemberian cairan lain
seperti jus, minuman bersoda, atau minuman elektrolit untuk olahraga sebaiknya
dihindari. Pasien dewasa dapat diberikan cairan sebanyak yang dapat diberikan (kira-
kira 3 sampai 4 liter dalam satu hari).

 Antidiare dan Antiemetik

Antidiare seperti antimotilitas, antikolinergik, maupun adsorben tidak direkomendasikan


diberikan kepada anak, terutama anak berusia di bawah 2 tahun. Akan tetapi,
pemberian loperamide dan bismuth subsalisilat dinilai efektif pada pasien dewasa
dengan diare.
Penggunaan antiemetik pada anak dapat mengurangi gejala, kebutuhan rawat inap, dan
pemberian cairan melalui intravena. Ondansentron dosis tinggal pada anak dapat
digunakan untuk mengurangi muntah.

10) CACINGAN

Penanganan penyakit kecacingan harus disertai dengan tindakan pencegahan


penyebaran infeksi terutama di lingkungan keluarga. Jika salah seorang anggota
keluarga dicurigai terinfeksi cacing, maka disarankan dilakukan terapi non obat berikut:

 Mencuci sprei, handuk, dan pakaian dalam (terpisah dari seluruh anggota keluarga)
dengan air hangat, jangan diaduk karena dapat menyebarkan telur cacing ke udara.

 Pastikan ruangan mendapat cahaya matahari yang cukup, karena telur cacing dapat
rusak oleh cahaya matahari.

 Pastikan anggota keluarga yang dicurigai terinfeksi cacing melakukan mandi pagi,
membersihkan bagian rektum pada saat mandi, dan tidak mandi dalam bath tub.

 Gunakan disinfektan pada toilet duduk selama masa pengobatan.

 Bersihkan dengan penyedot debu (vacuum cleaner) atau pel dengan air (jangan
gunakan sapu) daerah sekitar tempat tidur dan seluruh kamar tidur.

 Bersihkan kuku dengan menyikat hingga bersih dan gunting kuku secara rutin. Cuci
tangan secara berkala terutama sebelum makan dan setelah ke kamar mandi.

Pengobatan penyakit kecacingan dapat berbeda-beda tergantung jenis cacing yang


menyebabkan penyakit. Infeksi cacing pita memerlukan terapi dengan golongan obat
keras yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Berikut adalah beberapa bahan
aktif obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kecacingan. Bahan aktif ini
bisa terdapat dalam berbagai merek dagang.

 Gangguan Susunan Syaraf Pusat

1. Jelaskan Jenis-jenis Contoh Penyakit

1) AMNESIA

Merupakan gangguan pada otak yang disebabkan oleh kecelakaan atau cidera yang
menyebabkan trauma pada kepala (geger otak) sehingga penderita mengalami
kebingungan dan kehilangan ingatan. Amnesia bersifat sementara atau permanen
tergantung dari seberapa parahnya trauma yang diderita oleh otak.

2) EPILEPSI
Epilepsi disebut juga dengan penyakit ayan. Penderitanya sering mengalami kejang-
kejang yang mendadak dan berulang-ulang tanpa alasan.

3) STROKE

Merupakan penyakit yang terjadi karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
didalam otak sehingga otak menjadi rusak.

4) SAKIT KEPALA

Pada umumnya disebabkan karena melebarnya pembuluh darah pada daerah selaput
otak. Pelebaran pembuluh darah ini umumnya merupakan penyakit tersendiri tetapi
merupakan bagian dari timbulnya gejala penyakit yang lebih serius.

5) PARKINSON

Merupakan kelainan yang disebabkan karena kekurangan neurotransmiter dopamine


pada dasar ganglion.

6) POLIO

Disebabkan karena infeksi virus polio pada sumsum tulang belakang. Pada umumnya
virus ini menyerang anak-anak.

7) HIDROSEFALUS

Merupakan kelainan yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak atau
penumpukan cairan didalam otak yang menyebabkan pembengkakan didalam otak.

8) AFASIA

Merupakan kelainan pada fungsi bicara pada seseorang karena adanya kelainan otak.
Penderita ini tidak memiliki kemampuan untuk berbicara dan mengerti bahasa lisan.

9) ATAKSIA

Merupakan kelainan yang terjadi disebabkan karena sel-sel saraf didalam otak kecil
rusak atau mengalami degenerasi.

10) MENINGITIS

Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi virus atau bakteri pada
meninges (selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang).

2. Jelaskan Penyebab dan Gejalanya

1) AMNESIA
Penyebab :

 Konsumsi obat-obatan tertentu.

 Adanya eliminasi yang terjadi lebih awal dari biasanya pada sel darah merah, yang
disebabkan oleh masalah kekebalan tubuh.

 Memiliki riwayat penyakit kronis, seperti kanker, ginjal, rheumatoid arthritis, atau
ulcerative colitis.

 Mengidap beberapa bentuk anemia, seperti talasemia atau anemia sel sabit, yang
bisa diturunkan.

 Sedang hamil.

 Memiliki masalah kesehatan dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukemia,


anemia aplastik atau myelodysplasia, dan multiple myeloma.

Gejala :

 Selalu merasa mudah marah.

 Tubuh lebih sering merasa lemah atau lelah atau saat berolahraga.

 Sakit kepala.

 Mengalami masalah sulit berkonsentrasi atau berpikir.Akan muncul kondisi seperti


berikut, apabila penyakit semakin parah:

 Warna biru hingga putih pada mata.

 Kuku menjadi rapuh.

 Muncul keinginan untuk makan es batu, tanah, atau hal-hal lain yang bukan
makanan (kondisi ini disebut juga “pica”).

 Pusing ketika berdiri.

 Warna kulit pucat.

 Sesak napas.

 Lidah terasa sakit.

2) EPILEPSI
Penyebab : Kejang pada penderita epilepsi dapat dipicu karena beberapa kondisi,
contohnya stres, kelelahan, atau konsumsi obat. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi
dapat digolongkan menjadi:

 Epilepsi idiopatik, yaitu epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui.

 Epilepsi simptomatik, yaitu epilepsi yang terjadi akibat suatu penyakit yang
menyebabkan kerusakan pada otak.

Epilepsi bisa terjadi pada semua usia, baik wanita atau pria. Namun, umumnya epilepsi
bermula pada usia anak-anak, atau malah mulai pada saat usia lebih dari 60 tahun.
Epilepsi merupakan penyakit saraf yang paling banyak terjadi. Berdasarkan data WHO
tahun 2018, sekitar 50 juta penduduk di dunia mengalami gangguan ini.

Gejala : Kejang merupakan gejala utama penyakit epilepsi yang terjadi saat timbul
impuls listrik pada otak melebihi batas normal. Kondisi tersebut menyebar ke area
sekelilingnya, dan menimbulkan sinyal listrik yang tidak terkendali. Sinyal tersebut
terkirim juga pada otot, sehingga menimbulkan kedutan hingga kejang. Tingkat
keparahan kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya
berlangsung beberapa detik dan hanya seperti memandang dengan tatapan kosong,
atau terjadi gerakan lengan dan tungkai berulang kali.

3) STROKE

Penyebab : Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:

 Stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa
darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran
darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke
iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.

 Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah
dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa
kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi hipertensi
yang tidak terkendali, melemahnya dinding pembuluh darah, dan pengobatan
dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terdiri dari dua jenis, yaitu perdarahan
intraserebral dan subarachnoid.

Gejala :

Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang berbeda-beda, sehingga gejala
stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah
mengapa gejala atau tanda stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya
stroke muncul secara tiba-tiba. Ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali,
yaitu:
 Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum karena
mulut atau mata terkulai.

 Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau mati rasa.
Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami
kelemahan.

 Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali
meskipun penderita terlihat sadar.

Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:

 Mual dan muntah.

 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo).

 Penurunan kesadaran.

 Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.

 Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.

 Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.

4) SAKIT KEPALA

Penyebab : Sakit kepala terjadi akibat aktifnya saraf nyeri di kepala. Kondisi ini dapat
dipicu oleh beberapa perilaku sehari-hari, seperti kurang tidur atau telat makan. Sakit
kepala juga dapat dipicu oleh sejumlah penyakit, antara lain sakit gigi, infeksi telinga,
migrain atau migrain pada anak, hipertensi, atau tumor otak.

Gejala : Gejala sakit kepala adalah sakit atau nyeri di kepala, yang bisa menyebar ke
wajah, leher, dan bahu. Penglihatan penderita juga dapat menjadi buram, serta lebih
sensitif terhadap cahaya dan suara.

5) PARKINSON

Penyebab : Penyakit Parkinson terkait dengan kerusakan atau kematian sel saraf di
bagian otak yang disebut susbstantia nigra. Hal itu menyebabkan berkurangnya produksi
dopamin sehingga gerakan tubuhpun melambat.

Gejala : Gejala awal parkinson biasanya cenderung ringan dan tidak disadari oleh
penderita. Terdapat 3 gejala utama yang dialami penderita Penyakit Parkinson yaitu
tremor, gerak tumbuh melambat dan kaku otot.
6) POLIO

Penyebab : Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui
rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran
darah.Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja
penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika
penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang terjadi.

Gejala :

 Polio nonparalisis

Polio nonparalisis adalah jenis polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejala polio
ini muncul 6-20 hari sejak terpapar virus dan bersifat ringan. Gejala berlangsung selama
1-10 hari, dan akan menghilang dengan sendirinya. Gejala tersebut meliputi:

 Demam

 Sakit kepala

 Radang tenggorokan

 Muntah

 Otot terasa lemah

 Kaku di bagian leher dan punggung

 Nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai

 Polio paralisis

Polio paralisis adalah jenis polio yang berbahaya karena dapat menyebabkan
kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara permanen. Gejala awal polio paralisis
serupa dengan polio nonparalisis. Namun dalam waktu 1 minggu, akan muncul gejala
berupa:

 Hilangnya refleks tubuh

 Ketegangan otot yang terasa nyeri

 Tungkai atau lengan terasa lemah

7) HIDROSEFALUS
Penyebab : Penyebab hidrosefalus kongenital umumnya adalah infeksi pada masa
kehamilan, seperti cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma.
Sementara itu, pada hidrosefalus yang terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus)
umumnya disebabkan oleh penyakit di otak yang menimbulkan gangguan sirkulasi
cairan otak, seperti stroke perdarahan, tumor otak, cedera otak yang parah, radang
otak, atau radang selaput otak.

Gejala : Beberapa gejala hidrosefalus kongenital yang terjadi saat bayi baru lahir, antara
lain:

 Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap lingkungan


sekitarnya.

 Kaki dan tangan berkontraksi terus, sehingga terlihat kaku dan sulit digerakkan.

 Bayi mengalami keterlambatan perkembangan, misalnya umur 6 bulan belum bisa


tengkurap, atau umur 9 bulan belum bisa duduk.

 Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar jika dibandingkan dengan
anak seusianya.

 Kulit kepala bayi tipis dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas.

 Napas tidak teratur.

 Mengalami kejang berulang.

Beberapa gejala hidrosefalus didapat (acquired hydrocephalus), antara lain:

 Pengidap tampak lemas.

 Keluhan sakit kepala hebat.

 Muntah menyemprot.

 Terlihat mengantuk, bingung, atau mengalami disorientasi.

 Kejang berulang.

 Mengalami gangguan penglihatan, berupa penglihatan kabur atau penglihatan


ganda.

 Mengompol

8) AFASIA

Penyebab : Afasia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala yang menandai
adanya kerusakan di bagian otak yang mengatur bahasa dan komunikasi. Salah satu
penyebab kerusakan otak yang paling sering memicu afasia adalah stroke. Saat
mengalami stroke, tidak adanya aliran darah ke otak menyebabkan kematian sel otak
atau kerusakan di bagian otak yang berfungsi memproses bahasa. Sekitar 25–40%
penderita stroke akan menderita afasia.Kerusakan otak akibat cedera kepala, tumor
otak, atau ensefalitis juga dapat menyebabkan afasia. Pada kasus-kasus ini, biasanya
afasia akan disertai dengan gangguan lain, seperti gangguan daya ingat dan gangguan
kesadaran. Selain itu, afasia dapat terjadi akibat penyakit yang menyebabkan penurunan
fungsi sel-sel otak, misalnya demensia dan penyakit Parkinson. Pada kondisi ini, afasia
akan berkembang secara bertahap seiring dengan perkembangan penyakit.

Gejala :

Gejala afasia dapat berbeda-beda, tergantung pada bagian otak yang rusak, serta
tingkat kerusakan yang terjadi. Berdasarkan gejala yang muncul, afasia dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Afasia Wernicke (reseptif)

Afasia Wernicke dikenal dengan sebutan afasia reseptif atau motorik. Afasia
Wernicke biasanya disebabkan oleh kerusakan otak di bagian kiri tengah. Pada
afasia ini, penderita akan kesulitan memahami atau mengerti kata-kata yang
didengar atau dibaca. Akibatnya, penderita akan mengeluarkan kalimat atau kata-
kata yang juga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya.

 Afasia Broca (ekspresif)

Pada afasia Broca atau afasia ekspresif atau sensorik, penderita tahu apa yang ingin
disampaikan kepada lawan bicara, tetapi kesulitan dalam mengutarakannya. Afasia
Broca biasanya disebabkan oleh kerusakan otak di bagian kiri depan.

 Afasia global

Afasia global merupakan afasia paling berat dan biasanya terjadi ketika seseorang
baru saja mengalami stroke. Afasia global biasanya disebabkan oleh kerusakan yang
luas pada otak. Penderita afasia global akan kesulitan bahkan tidak mampu
membaca, menulis, serta memahami perkataan orang lain.

 Afasia progresif primer

Kondisi ini menyebabkan penurunan kemampuan membaca, menulis, berbicara,


dan memahami percakapan, yang terjadi secara perlahan. Afasia progresif primer
jarang terjadi dan sulit ditangani.

 Afasia anomik
Penderita afasia anomik atau anomia sering kali mengalami kesulitan dalam memilih
dan menemukan kata-kata yang tepat ketika menulis dan berbicara.

9) ATAKSIA

Penyebab : Ataksia Friedreich disebabkan oleh mutasi genetik yang biasa disebut X25
(juga disebut frataxin), sebuah protein yang diperlukan dalam sistem saraf, jantung, dan
pankreas. Protein akan mengalami penurunan pada orang yang menderita ataksia
Friedreich.Selain mewarisi masalah genetik atau cedera, penyebab lain dari ataksia
Friedreich, meliputi:

 Infeksi bakteri termasuk meningitis atau ensefalitis

 Infeksi virus seperti cacar atau campak yang menyebar ke otak

 Stroke, perdarahan di otak, transient ischemic attack (TIA)

 Cerebral palsy

 Multiple sclerosis (MS)

 Penyalahgunaan alkohol

 Kelenjar tiroid yang kurang aktif

 Kanker

 Paparan racun atau pestisida

 Beberapa obat, termasuk benzodiazepin untuk kecemasan atau gangguan tidur

 Kondisi autoimun, termasuk lupus

 Epilepsi

Gejala :

 Koordinasi gerak yang buruk.

 Langkah kaki yang tidak stabil atau seperti mau jatuh.

 Kesulitan mengendalikan motorik halus, seperti makan, menulis, atau


mengancingkan baju.

 Perubahan cara bicara.

 Sulit menelan.
 Nystagmus atau pergerakan bola mata yang tidak disengaja. Pergerakan mata ini
dapat terjadi pada satu atau kedua mata yang bergerak ke samping (horizontal),
atas-bawah (vertikal), atau memutar.

 Gangguan dalam berpikir atau emosi.

10) MENINGITIS

Penyebab : Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Untuk
meningitis purulenta sendiri paling sering disebabkan oleh Meningococcus,
Pneumococcus, dan Haemophilus influenzae sedangkan penyebab utama meningitis
serosa adalah Mycobacterium tuberculosis dan virus. Bakteri Pneumococcus adalah
salah satu penyebab meningitis terparah.

Gejala :

Meningitis umumnya menunjukan beragam gejala, seperti sakit kepala, kaku kuduk,
hingga demam. Sementara itu, gejala yang timbul pada bagian neurologis umumnya
menunjukan gejala kejang, gangguan sensorik, dan juga gangguan perilaku pada
pengidap. Saat mengidap meningitis, pengidap juga bisa mengalami penurunan
kesadaran sebagai salah satu gejala yang muncul. Edema otak juga bisa terjadi pada
pengidap meningitis, jika hal tersebut dibiarkan bisa menyebabkan herniasi otak.

3. Jelaskan Tata Laksana Dari Masing-masing Penyakit

1) AMNESIA

Pengobatan amnesia dilakukan denga cara sebagai berikut:

 Terapi okupasi. Terapi jenis ini mengajarkan pasien untuk mengenalkan informasi
baru dengan ingatan yang masih ada.

 Teori kognitif. Terapi ini bertujuan untuk memperkuat daya ingat pasien dengan
cara bantuan teknologi, seperti telepon, tablet, agenda elektronik, atau tablet.

 Pemberian vitamin dan suplemen untuk mencegah kerusakan otak yang lebih parah.

 Perubahan gaya hidup. Salah satunya dengan menghindari minuman beralkohol.

2) EPILEPSI

 Tata Laksana untuk Serangan Fokal

Tata laksana lini pertama untuk serangan fokal yang pertama kali didiagnosis adalah
karbamazepin dan lamotigrin. Jika tidak efektif, dapat diberikan levetiracetam,
oxkarbazepin, dan asam valproat. Levetiracetam tidak dijadikan sebagai terapi lini
pertama karena tidak efektif dari segi biaya. Bila masih tidak efektif, pertimbangkan
pemberian terapi ajuvan berupa klobazam, atau gabapentin. Bila masih tetap tidak
efektif, maka pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier untuk diberikan
eslikarbazepin, lakosamid, fenobarbital, phenytoin, pregabalin, tiagabalin,
vigabatrin, atau zonisamid. Pertimbangkan pemberian terapi ajuvan bila terapi
antiepilepsi lini kedua tidak efektif.

 Tata Laksana untuk Serangan Umum Tonik-Klonik

Pada serangan umum tonik-klonik yang pertama kali didiagnosis, obat lini pertama
yang diberikan adalah asam valproat. Bila asam valproate tidak cocok, lamotigrin
dapat diberikan namun perlu berhati-hati karena dapat mengeksaserbasi serangan
mioklonik juvenil. Karbamazepin dan oxkarbazepin dapat digunakan dengan
mempertimbangkan risiko eksaserbasi serangan mioklonik atau serangan absans.

 Tata Laksana untuk Serangan Absans

Berikan etosuksimid atau asam valproat pada pasien anak dan dewasa muda. Bila
ada risiko mengalami serangan tonik-klonik, berikan asam valproat terlebih dahulu.
Berhati-hati dengan efek teratogenik asam valproat.

3) STROKE

 Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar (Glasgow Coma Scale <8). Pastikan jalan
napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan

 Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%), berikan oksigen.
Mulai dari pemberian 2 liter per menit menggunakan nasal kanul dan tingkatkan
hingga 4 liter per menit sesuai kondisi pasien

 Elevasi kepala 30o tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi kepala mana
yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak

 Intubasi bila stupor atau koma atau terjadi gagal nafas

STROKE ISKEMIK

 Pemberian rtPA (recombinant tissue-type plasminogen activator)

 Pemberian obat aspirin(Dosis yang dapat diberikan adalah 160-325mg. Terdapat


juga studi yang menemukan pemberian antiplatelet kombinasi aspirin dan
clopidogrel hingga hari ke-21 lebih efektif)

 Terapi suportif

STROKE HEMORAGIK

 Penghentian Perdarahan
 Kontrol Tekanan Darah(Kontrol tekanan darah dengan cara menurunkan tekanan
darah 15-20% bila tekanan darah >180/>120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan
bertambahnya volume darah di intrakranial)

 Rehabilitasi

4) SAKIT KEPALA

Pemeriksaan penunjang berikut ini:

 Tes darah

Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa ada tidaknya infeksi yang bisa
menyebabkan sakit kepala.

 Pemeriksaan tekanan bola mata

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan sakit kepala disebabkan


oleh glaukoma.

 Uji pencitraan

Pemeriksaan dengan CT scan dan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa apakah
sakit kepala disebabkan oleh tumor atau kerusakan otak.

 Pungsi lumbal

Prosedur ini dilakukan untuk mengambil sampel cairan otak dan saraf tulang
belakang, untuk diperiksa dan mendeteksi adanya infeksi di otak.

 Elektroensefalogram

Dokter saraf dapat melakukan pemeriksaan gelombang listrik otak


(elektroensefalografi) jika sakit kepala disertai kejang.

Ada bermacam-macam metode pengobatan untuk menangani sakit kepala, mulai dari
konsumsi obat-obatan hingga operasi. Obat yang umum diberikan oleh dokter untuk
meredakan sakit kepala adalah:

 Ibuprofen

 Paracetamol

 Sumatriptan

 Ergotamine

5) PARKINSON
Metode pengobatan yang dapat dilakukan berupa:

 Terapi suportif, seperti fisioterapi.

 Penggunaan obat-obatan, seperti antikolinergik dan levodopa.

 Prosedur bedah.

Walau tidak dapat diobati, Penyakit Parkinson dapat dicegah. Berolahraga dan rutin
mengonsumsi makanan kaya antioksidan dipercaya dapat mengurangi risiko sesorang
terkena Penyakit Parkinson.

6) POLIO

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap sampel


dahak, tinja, atau cairan otak untuk mendeteksi keberadaan virus polio.

Obat-obatan yang umumnya digunakan adalah:

 Obat pereda nyeri

Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh obat
ini adalah ibuprofen.

 Obat antibiotik

Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai polio,
misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan adalah
ceftriaxone.

 Obat pelemas otot (antispasmodik)

Obat ini digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh obat ini adalah
tolterodine dan scopolamine. Selain pemberian obat, kompres hangat juga dapat
digunakan untuk meredakan ketegangan otot.

7) HIDROSEFALUS

Pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang lain, seperti:

 Pemindaian otak dengan CT scan, yang dilakukan sebagai pemeriksaan darurat


terhadap penyakit hidrosefalus, untuk mengetahui kondisi otak pengidap.

 Pemindaian otak dengan MRI, untuk mendapatkan gambaran otak secara rinci
dengan menggunakan medan magnetik dan gelombang radio.
 Pemindaian otak dengan USG, yang relatif lebih aman dan rendah risiko, serta dapat
dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi hidrosefalus pada janin
dalam kandungan atau bayi yang sudah lahir.

Pengobatan dalam menangani hidrosefalus adalah dengan melakukan tindakan operasi,


yang bertujuan untuk membuang kelebihan cairan serebrospinal di dalam otak.
Beberapa jenis operasi yang biasa dilakukan untuk menangani hidrosefalus, antara lain:

 Operasi pemasangan shunt. Shunt merupakan alat khusus berbentuk selang yang
dipasangkan oleh ahli bedah ke dalam kepala guna mengalirkan cairan otak ke
bagian tubuh lain dan diserap oleh pembuluh darah. Bagian tubuh yang paling
sering dipilih sebagai rute aliran cairan serebrospinal ini adalah rongga perut. Shunt
akan dilengkapi dengan katup yang berfungsi mengendalikan aliran cairan, sehingga
keberadaan serebrospinal di dalam otak tidak surut terlalu cepat.

 Operasi endoscopic third ventriculostomy (ETV). Pada prosedur ini, cairan


serebrospinal dibuang dengan cara menciptakan lubang penyerapan baru di
permukaan otak. Prosedur ini sering diterapkan pada kasus hidrosefalus yang dipicu
oleh penyumbatan ventrikel otak. ETV bertujuan agar cairan otak dapat tersebar
merata di seluruh bagian otak dan tidak menumpuk di satu lokasi tertentu.

8) AFASIA

Pemeriksaan penunjang di bawah ini:

 Penilaian komunikasi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pasien dalam menulis,


membaca, berbicara, memahami percakapan, dan ekspresi verbal.

 Pemindaian otak

Pemindaian bertujuan untuk mendeteksi adanya kerusakan pada otak dan melihat
seberapa parah kerusakan tersebut. Pemindaian bisa dilakukan dengan MRI, CT
scan, atau memakai tomografi emisi positron (PET scan).

Pengobatan afasia tergantung pada jenis afasia, bagian otak yang rusak, penyebab
kerusakan otak, serta usia dan kondisi kesehatan pasien. Jika kerusakan otak
tergolong ringan, afasia dapat membaik dengan sendirinya. Jika kondisinya cukup
berat, pengobatan bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut:

 Terapi wicara

Sesi terapi wicara dan bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


berkomunikasi dan berbicara. Sesi terapi ini harus dilakukan secara rutin. Terapi
wicara bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi seperti program komputer
atau aplikasi. Terapi ini dianjurkan untuk penderita afasia akibat stroke.

 Obat-obatan

Beberapa jenis obat juga dapat diberikan oleh dokter untuk membantu menangani
afasia. Obat-obatan yang diberikan biasanya bekerja dengan melancarkan aliran
darah ke otak, mencegah berlanjutnya kerusakan otak, serta menambah jumlah
senyawa kimia yang berkurang di otak.

 Operasi

Prosedur operasi juga dapat dilakukan jika afasia disebabkan oleh tumor otak.
Operasi bertujuan untuk mengangkat tumor di otak. Prosedur ini diharapkan akan
membantu mengatasi afasia.

9) ATAKSIA

Dokter dapat menyarankan pemeriksaan penunjang, seperti:

 Pemindaian otak. Untuk mengidentifikasi kondisi abnormal pada otak yang


menyebabkan ataksia. Pemindaian dapat dilakukan melalui foto Rontgen, CT scan
atau MRI.

 Pungsi lumbal. Dokter akan memeriksa cairan serebrospinal untuk melihat adanya
kondisi abnormal, seperti infeksi, yang menyebabkan gejala yang sama dengan
ataksia.

 Tes genetik. Untuk memastikan apakah ataksia disebabkan oleh mutasi gen. Dokter
akan mengambil sampel darah untuk diteliti.

Untuk meringankan ganggguan yang dialami penderita ataksia, dokter dapat


merekomendasikan:

 Obat-obatan. Contohnya adalah baclofen dan tizanidine untuk kejang dan kram
otot, obat sildenafil untuk disfungsi ereksi, suntik botulinum toxin untuk
menghilangkan kram otot, obat pereda nyeri untuk nyeri saraf (ibuprofen,
paracetamol), serta obat antidepresan untuk gangguan depresi.

 Penanganan mandiri untuk mengatasi gangguan kandung kemih. Misalnya,


membatasi asupan cairan, mengatur jadwal untuk berkemih secara teratur, serta
menghindari minuman yang dapat meningkatkan produksi urine, seperti kafein atau
alkohol.

 Pemakaian kacamata dengan prisma, untuk penderita ataksia yang mengalami


penglihatan ganda.
Di samping mengatasi kondisi yang menyebabkan ataksia, dokter juga dapat melakukan
terapi untuk membantu penderita agar bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara
mandiri. Contohnya adalah:

 Terapi fisik, untuk membantu koordinasi dan meningkatkan keleluasan penderita


dalam melakukan gerakan.

 Terapi bicara, untuk meningkatkan kemampuan bicara dan menelan.

 Terapi okupasi, untuk membantu penderita dalam melaksanakan kegiatan rutin,


misalnya makan sendiri.

10) MENINGITIS

Antibiotik

 Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.

 seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam; atau

 sefotaksim: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam.

 Pada pengobatan antibiotik lini kedua berikan:

 Kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam

 ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam

 Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama sedikitnya
5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada gangguan
absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan harus diberikan
secara parenteral. Lama pengobatan seluruhnya 10 hari.

 Jika tidak ada perbaikan:

 Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural atau abses
serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.

 Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam, seperti selulitis
pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau osteomielitis.

 Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah 3–5 hari,
ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS

 Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat


ditambahkan. Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen:

 INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 6–9 bulan


 Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg) – selama 6-9 bulan

 Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2 bulan pertama

 Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau Streptomisin: 30-50


mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) – selama 2 bulan

Steroid

 Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4 minggu,
dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat diberikan
deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu.

Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin deksametason
pada semua pasien dengan meningitis bakteri.

Anda mungkin juga menyukai