NIM : 19062
KELAS : 1B
Gangguan Pencernaan
1) DIARE
Diare merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang banyak dialami.
2) GASTRITIS
3) MAAG
Maag merupakan penyakit yang sudah tidak aneh lagi untuk kita semua, karena
penyakit yang satu ini biasanya dialami oleh banyak orang. Maag merupakan penyakit
atau gangguan sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya rasa perih pada dinding
lambung, selain itu maag juga disertai dengan adanya rasa mual dan perut menjadi
kembung.
Sembelit merupakan salah satu gangguan pada sistem pencernaan dimana si penderita
akan mengeluarkan fases yang keras.
5) APENDISITAS
Apendisitis merupakan gangguan sistem pencernaan yang mana umbai cacing atau usus
buntu mengalami peradangan.
6) TUKAK LAMBUNG
7) SARIAWAN
Gizi buruk terjadi karena pembentukan enzim mengalami gangguan. Gizi buruk ini
disebabkan karena sel-sel pankreas atropi mengalami kehilangan reticulum endoplasma
terlalu banyak.
9) KERACUNAN
10) CACINGAN
1) DIARE
Penyebab :
Keracunan makanan
Intoleransi laktosa
Makanan manis
Gejala :
Sakit perut
Kram perut
Sakit kepala
Kehilangan nafsu makan
Demam
Dehidrasi
2) GASTRITIS
Gejala : Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung, Hilang nafsu makan,
Cepat merasa kenyang saat makan, Perut kembung, Cegukan, Mual, Muntah, Sakit
perut, Gangguan saluran cerna, BAB dengan tinja berwarna hitam pekat, Muntah darah.
3) MAAG
Penyebab : Apabila terjadi gangguan, maka mukosa akan rusak dan menimbulkan rasa
sakit atau nyeri. Apabila gangguan ini terus-menerus terjadi, maka asam lambung akan
memecah mukosa dan menyebabkan iritasi dan peradangan. Kondisi inilah yang
mengkibatkan sakit maag. Rasa nyeri karena maag akut disebabkan oleh asam lambung
yang bersentuhan dengan lapisan mukosa, sehingga ujung-ujung saraf menjadi lebih
peka oleh rasa nyeri.
Gejala :
Cepat merasa kenyang saat makan dan rasa kenyang berkepanjangan setelah
makan.
Mual.
Sering bersendawa.
Nyeri pada ulut hati dan nyeri di tengah dada yang muncul ketika atau setelah
makan.
Sakit maag yang sering terjadi biasanya ditandai dengan gejala rasa panas di dalam
dada akibat naiknya asam lambung ke bagian kerongkongan. Stres pun membawa
dampak menjadi lebih negatif bagi pengidap sakit maag.
Penyebab : Gangguan ini terjadi disebabkan karena usus besar menyerap air terlalu
banyak. Sembelit disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti
misalkan buah dan sayur atau kebiasaan buruk yang selalu menunda buang air besar.
Gejala :
Terasa ada yang mengganjal pada rektum atau bagian paling akhir dari usus besar.
Perut kembung.
Sakit perut.
5) APENDISITAS
Penyebab :
Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di saluran
pencernaan atau di bagian tubuh lainnya
Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel disease.
Gejala : Nyeri pada perut. Nyeri ini disebut kolik abdomen. Rasa nyeri tersebut dapat
berawal dari pusar, lalu bergerak ke bagian kanan bawah perut. Namun, posisi nyeri
dapat berbeda-beda, tergantung usia dan posisi dari usus buntu itu sendiri. Dalam
waktu beberapa jam, rasa nyeri dapat bertambah parah, terutama saat kita bergerak,
menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, rasa nyeri ini juga bisa muncul
secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur. Bila radang usus buntu terjadi
saat hamil, rasa nyeri bisa muncul pada perut bagian atas, karena posisi usus buntu
menjadi lebih tinggi saat hamil.
6) TUKAK LAMBUNG
Penyebab : Terkikisnya lapisan dinding lambung itu sendiri. Luka yang muncul ini juga
bisa saja muncul pada dinding duodenum atau usus kecil serta esofagus atau
kerongkongan.
Gejala : Merasa nyeri atau perih pada bagian perut. Rasa nyeri yang muncul akan
menyebar ke leher, terasa semakin perih saat perut kosong, muncul ketika malam hari,
akan hilang dan kambuh lagi pada minggu kemudian.
7) SARIAWAN
Penyebab : Adanya jamur candida albicans, yang memang berada di dalam mulut dalam
jumlah yang kecil dan pertumbuhan yang tidak terkendali. Namun, sariawan juga bisa
disebabkan oleh berbagai macam faktor lainnya, seperti cedera, infeksi, atau alergi.
Gejala :
Muncul warna kemerahan dan rasa nyeri pada bagian mulut yang terdapat gigi
palsu.
Penyebab : Secara garis besar, malnutrisi pada anak disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara asupan dengan kebutuhan zat gizi harian anak. Namun bukan hanya itu, kondisi
ini juga diakibatkan oleh beragam hal, meliputi:
Pola makan buruk
Alkoholisme
Gejala :
Perut membengkak
Kulit dapat menjadi lebih tipis, kering, inelastis, pucat dan dingin
Rambut rontok
Kelelahan parah
Mudah marah
Sulit berkonsentrasi
9) KERACUNAN
Gejala :
Mual.
Muntah.
Demam.
10) CACINGAN
Penyebab :
Gejala :
Kelelahan
Sakit perut
Perut kembung
Mual
Muntah
Diare
Disentri
1) DIARE
1. Pemberian oralit
Oralit diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dengan mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Bila tidak tersedia dapat diberikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang, dll. Walaupun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF 2004) yang
merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan bahwa oralit
formula baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual-muntah
hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena.
Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu
gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap
kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc larutan oralit setiap kali
buang air besar.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Pemberian zinc dilakukan dengan cara melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Zinc diberikan selama 10 hari
berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2 tablet (10 mg)/hari sedangkan
balita umur ≥ 6 bulan 1 tablet (20 mg)/hari
3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk
bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan lebih sering. Setelah diare berhenti,pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena
kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali
ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin.
Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai
dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.
Obat-obatan antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,
bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat
fatal.
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang
cara memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus membawa kembali
balita ke petugas kesehatan yaitu apabila ada demam, tinja berdarah, muntah berulang,
makan atau minum sedikit, tampak sangat haus, diare makin sering atau belum
membaik dalam 3 hari.
Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF 2004) yang
merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan bahwa oralit
formula baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual-muntah
hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena.
Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu
gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap
kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc larutan oralit setiap kali
buang air besar.
2) GASTRITIS
Untuk mengobati gastritis dan meredakan gejala-gejala yang ditimbulkan, dokter dapat
memberikan obat-obatan berupa:
1. Obat antasida. Antasida mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri)
secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung. Obat ini efektif untuk meredakan
gejala-gejala gastritis, terutama gastritis akut. Contoh obat antasida yang dapat
dikonsumsi oleh pasien adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
2. Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan gejala gastritis
dengan cara menurunkan produksi asam di dalam lambung. Contoh obat penghambat
histamin 2 adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.
Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki tujuan yang sama seperti
penghambat histamin 2, yaitu menurunkan produksi asam lambung, namun dengan
mekanisme kerja yang berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton adalah
omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.
3. Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, yaitu Helicobacter pylori. Contoh obat antibiotik yang dapat diberikan
kepada penderita gastritis adalah amoxicillin, clarithromycin, tetracycline, dan
metronidazole.
4. Obat antidiare. Diberikan kepada penderita gastritis dengan keluhan diare. Contoh
obat antidiare yang dapat diberikan kepada penderita gastritis adalah bismut
subsalisilat.
3) MAAG
o Antasida. Obat ini umumnya digunakan untuk mengatasi gejala sakit maag yang
tergolong ringan atau menengah. Antasida bekerja dengan cara menetralkan
asam lambung berlebih, sehingga menurunkan risiko iritasi pada dinding saluran
pencernaan. Antasida dapat dibeli tanpa resep.
o Obat penghambat pompa proton (PPI). Sama seperti H2RA, obat PPI bertujuan
untuk menurunkan kadar asam lambung. Contoh obat ini adalah omeprazole.
o Antidepresan. Obat ini diresepkan dokter untuk meredakan rasa nyeri saat sakit
maag.
Mengatasi sembelit utamanya dilakukan dengan mengubah gaya hidup jadi lebih sehat.
Lebih jelasnya, mari bahas satu per satu pengobatan sembelit.
1. Olahraga
Malas bergerak dan olahraga membuat gerakan usus melambat dan akhirnya
menyebabkan konstipasi. Supaya gerakan usus kembali normal dan Anda bisa buang
air besar kembali dengan lancar, cobalah untuk kembali berolahraga.Selain itu,
jangan malas untuk berjalan, misalnya memilih naik tangga agar Anda tidak seharian
duduk di kursi.
Feses yang tersumbat atau bergerak lambat melewati usus, akan diserap cairannya.
Ini membuat feses jadi makin padat dan kering.
Agar feses tersebut bisa dikeluarkan lebih lancar, Anda perlu meningkatkan asupan
cairan. Cobalah minum air sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter per hari agar konstipasi
bisa mereda.
Jika mengubah gaya hidup atau makanan Anda tidak berpengaruh, Anda dapat
mengkonsumsi obat laksatif (pelancar BAB) tanpa resep.
5) APENDISITAS
Terapi apendisitis yaitu dengan mengangkat usus yang buntu, dikenal dengan
apendektomi. Apendektomi yaitu pembedahan perut darurat yang paling sering
dilakukan. Ada dua jenis apendektomi:
2. Apendektomi terbuka: sebuah operasi usus yang buntu ini akan memotong perut
kanan bawah untuk mengangkat usus yang buntu
6) TUKAK LAMBUNG
Untuk mengobati tukak lambung, dokter akan melihat dari penyebab yang
mendasarinya.
Jika penyebab yang mendasarinya adalah karena infeksi bakteri H pylori, maka
dokter akan meresepkan kombinasi obat untuk Anda. Tujuan dari pengobatan untuk
helicobacter pylori adalah untuk membunuh bakteri tersebut, mengurangi asam
lambung dan melindungi lapisan pelindung dari lambung dan usus kecil.
Selanjutnya, anda akan meminum obat hingga dua minggu. Kombinasi dari obat-
obatan yang diresepkan oleh dokter termasuk 2 jenis antibiotik dengan 1 jenis
penekan asam lambung seperti proton pump inhibitors (PPI) atau H2 blocker.
Antibiotik digunakan untuk membantu membunuh infeksi, serta inhibitor pompa
proton (PPIs) atau H2 blocker digunakan untuk mengurangi asam lambung. Namun,
pengobatan ini memiliki efek samping yaitu diare atau sakit perut.
Jika tukak lambung timbul karena konsumsi obat OAINS, maka segera berhentilah
mengonsumsi obat tersebut. Selain itu, dokter akan merekomendasikan obat yang
dapat mengurangi asam lambung selama proses penyembuhan seperti antasida
untuk menetralisir asam lambung, atau H2 blockers dan proton pump inhibitors
(PPI) untuk menurunkan produksi asam lambung.
Obat-obatan untuk melindungi lapisan dari lambung dan usus kecil seperti sukralfat
dan misoprostol.
Pada kondisi yang jarang, operasi mungkin diperlukan untuk menangani perforasi
atau tukak lambung yang berdarah.
7) SARIAWAN
Sariawan umumya dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu 1–2 minggu. Meski
demikian, dapat dilakukan penanganan secara mandiri untuk mengurangi rasa sakit,
yaitu dengan:
Menggunakan pasta gigi yang lembut dan tidak mengandung bahan-bahan yang
memicu iritasi, seperti sodium laureth sulfate
Mengkonsumsi makanan yang lembut dan menghindari makanan yang terlalu keras,
pedas, asam, atau panas
Obat-obatan
Dokter akan memberikan obat-obatan jika sariawan tidak kunjung membaik. Beberapa
jenis obat yang biasanya diberikan oleh dokter adalah:
Obat pereda nyeri sering diberikan oleh dokter untuk mengurangi rasa sakit akibat
sariawan. Obat pereda nyeri ini bisa berbentuk obat kumur, semprot, atau oles.
Contohnya adalah benzocaine dan lidocaine.
Obat kortikosteroid
LPada beberapa kasus, dokter mungkin akan memberikan obat oles yang
mengandung kortikosteroid untuk mengurangi peradangan pada sariawan.
Obat antimikroba
Obat ini diberikan apabila sariawan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau
virus. Obat antimikroba bisa berupa antibiotik, antijamur, atau antivirus.
Obat suplemen
Bila perlu, dokter mungkin akan memberikan suplemen, seperti asam folat, vitamin
B1, B2, B6, B12, zat besi, dan zinc.
Pengobatan tergantung pada kesehatan seseorang dan derajat malnutrisi. Saran diet
berupa:
Jika diet yang disarankan tidak membantu, maka dokter, suster dan ahli diet akan
menyarankan untuk mengonsumsi nutrisi tambahan dalam bentuk minuman atau
suplemen. Jika seseorang memiliki kesulitan makan yang tidak dapat diatasi dengan
perubahan seperti konsumsi makanan halus atau berkuah, perawatan lain dapat
direkomendasikan seperti:
Selang makanan
9) KERACUNAN
Rehidrasi
Rehidrasi dapat diberikan menggunakan cairan rehidrasi oral yang telah distandarisasi
oleh WHO. Larutan ini mengandung elektrolit dan karbohidrat yang seimbang. Terapi ini
terbukti dapat menangani dehidrasi pada segala kelompok usia, terutama pada anak
dengan risiko dehidrasi yang lebih tinggi.
Anak yang sedang diberikan ASI dapat terus melanjutkan ASI. Pemberian cairan lain
seperti jus, minuman bersoda, atau minuman elektrolit untuk olahraga sebaiknya
dihindari. Pasien dewasa dapat diberikan cairan sebanyak yang dapat diberikan (kira-
kira 3 sampai 4 liter dalam satu hari).
10) CACINGAN
Mencuci sprei, handuk, dan pakaian dalam (terpisah dari seluruh anggota keluarga)
dengan air hangat, jangan diaduk karena dapat menyebarkan telur cacing ke udara.
Pastikan ruangan mendapat cahaya matahari yang cukup, karena telur cacing dapat
rusak oleh cahaya matahari.
Pastikan anggota keluarga yang dicurigai terinfeksi cacing melakukan mandi pagi,
membersihkan bagian rektum pada saat mandi, dan tidak mandi dalam bath tub.
Bersihkan dengan penyedot debu (vacuum cleaner) atau pel dengan air (jangan
gunakan sapu) daerah sekitar tempat tidur dan seluruh kamar tidur.
Bersihkan kuku dengan menyikat hingga bersih dan gunting kuku secara rutin. Cuci
tangan secara berkala terutama sebelum makan dan setelah ke kamar mandi.
1) AMNESIA
Merupakan gangguan pada otak yang disebabkan oleh kecelakaan atau cidera yang
menyebabkan trauma pada kepala (geger otak) sehingga penderita mengalami
kebingungan dan kehilangan ingatan. Amnesia bersifat sementara atau permanen
tergantung dari seberapa parahnya trauma yang diderita oleh otak.
2) EPILEPSI
Epilepsi disebut juga dengan penyakit ayan. Penderitanya sering mengalami kejang-
kejang yang mendadak dan berulang-ulang tanpa alasan.
3) STROKE
Merupakan penyakit yang terjadi karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
didalam otak sehingga otak menjadi rusak.
4) SAKIT KEPALA
Pada umumnya disebabkan karena melebarnya pembuluh darah pada daerah selaput
otak. Pelebaran pembuluh darah ini umumnya merupakan penyakit tersendiri tetapi
merupakan bagian dari timbulnya gejala penyakit yang lebih serius.
5) PARKINSON
6) POLIO
Disebabkan karena infeksi virus polio pada sumsum tulang belakang. Pada umumnya
virus ini menyerang anak-anak.
7) HIDROSEFALUS
Merupakan kelainan yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak atau
penumpukan cairan didalam otak yang menyebabkan pembengkakan didalam otak.
8) AFASIA
Merupakan kelainan pada fungsi bicara pada seseorang karena adanya kelainan otak.
Penderita ini tidak memiliki kemampuan untuk berbicara dan mengerti bahasa lisan.
9) ATAKSIA
Merupakan kelainan yang terjadi disebabkan karena sel-sel saraf didalam otak kecil
rusak atau mengalami degenerasi.
10) MENINGITIS
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi virus atau bakteri pada
meninges (selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang).
1) AMNESIA
Penyebab :
Adanya eliminasi yang terjadi lebih awal dari biasanya pada sel darah merah, yang
disebabkan oleh masalah kekebalan tubuh.
Memiliki riwayat penyakit kronis, seperti kanker, ginjal, rheumatoid arthritis, atau
ulcerative colitis.
Mengidap beberapa bentuk anemia, seperti talasemia atau anemia sel sabit, yang
bisa diturunkan.
Sedang hamil.
Gejala :
Tubuh lebih sering merasa lemah atau lelah atau saat berolahraga.
Sakit kepala.
Muncul keinginan untuk makan es batu, tanah, atau hal-hal lain yang bukan
makanan (kondisi ini disebut juga “pica”).
Sesak napas.
2) EPILEPSI
Penyebab : Kejang pada penderita epilepsi dapat dipicu karena beberapa kondisi,
contohnya stres, kelelahan, atau konsumsi obat. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi
dapat digolongkan menjadi:
Epilepsi simptomatik, yaitu epilepsi yang terjadi akibat suatu penyakit yang
menyebabkan kerusakan pada otak.
Epilepsi bisa terjadi pada semua usia, baik wanita atau pria. Namun, umumnya epilepsi
bermula pada usia anak-anak, atau malah mulai pada saat usia lebih dari 60 tahun.
Epilepsi merupakan penyakit saraf yang paling banyak terjadi. Berdasarkan data WHO
tahun 2018, sekitar 50 juta penduduk di dunia mengalami gangguan ini.
Gejala : Kejang merupakan gejala utama penyakit epilepsi yang terjadi saat timbul
impuls listrik pada otak melebihi batas normal. Kondisi tersebut menyebar ke area
sekelilingnya, dan menimbulkan sinyal listrik yang tidak terkendali. Sinyal tersebut
terkirim juga pada otot, sehingga menimbulkan kedutan hingga kejang. Tingkat
keparahan kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya
berlangsung beberapa detik dan hanya seperti memandang dengan tatapan kosong,
atau terjadi gerakan lengan dan tungkai berulang kali.
3) STROKE
Stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa
darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran
darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke
iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah
dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa
kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi hipertensi
yang tidak terkendali, melemahnya dinding pembuluh darah, dan pengobatan
dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terdiri dari dua jenis, yaitu perdarahan
intraserebral dan subarachnoid.
Gejala :
Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang berbeda-beda, sehingga gejala
stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah
mengapa gejala atau tanda stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya
stroke muncul secara tiba-tiba. Ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali,
yaitu:
Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum karena
mulut atau mata terkulai.
Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau mati rasa.
Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami
kelemahan.
Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali
meskipun penderita terlihat sadar.
Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo).
Penurunan kesadaran.
4) SAKIT KEPALA
Penyebab : Sakit kepala terjadi akibat aktifnya saraf nyeri di kepala. Kondisi ini dapat
dipicu oleh beberapa perilaku sehari-hari, seperti kurang tidur atau telat makan. Sakit
kepala juga dapat dipicu oleh sejumlah penyakit, antara lain sakit gigi, infeksi telinga,
migrain atau migrain pada anak, hipertensi, atau tumor otak.
Gejala : Gejala sakit kepala adalah sakit atau nyeri di kepala, yang bisa menyebar ke
wajah, leher, dan bahu. Penglihatan penderita juga dapat menjadi buram, serta lebih
sensitif terhadap cahaya dan suara.
5) PARKINSON
Penyebab : Penyakit Parkinson terkait dengan kerusakan atau kematian sel saraf di
bagian otak yang disebut susbstantia nigra. Hal itu menyebabkan berkurangnya produksi
dopamin sehingga gerakan tubuhpun melambat.
Gejala : Gejala awal parkinson biasanya cenderung ringan dan tidak disadari oleh
penderita. Terdapat 3 gejala utama yang dialami penderita Penyakit Parkinson yaitu
tremor, gerak tumbuh melambat dan kaku otot.
6) POLIO
Penyebab : Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui
rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran
darah.Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja
penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika
penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang terjadi.
Gejala :
Polio nonparalisis
Polio nonparalisis adalah jenis polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejala polio
ini muncul 6-20 hari sejak terpapar virus dan bersifat ringan. Gejala berlangsung selama
1-10 hari, dan akan menghilang dengan sendirinya. Gejala tersebut meliputi:
Demam
Sakit kepala
Radang tenggorokan
Muntah
Polio paralisis
Polio paralisis adalah jenis polio yang berbahaya karena dapat menyebabkan
kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara permanen. Gejala awal polio paralisis
serupa dengan polio nonparalisis. Namun dalam waktu 1 minggu, akan muncul gejala
berupa:
7) HIDROSEFALUS
Penyebab : Penyebab hidrosefalus kongenital umumnya adalah infeksi pada masa
kehamilan, seperti cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma.
Sementara itu, pada hidrosefalus yang terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus)
umumnya disebabkan oleh penyakit di otak yang menimbulkan gangguan sirkulasi
cairan otak, seperti stroke perdarahan, tumor otak, cedera otak yang parah, radang
otak, atau radang selaput otak.
Gejala : Beberapa gejala hidrosefalus kongenital yang terjadi saat bayi baru lahir, antara
lain:
Kaki dan tangan berkontraksi terus, sehingga terlihat kaku dan sulit digerakkan.
Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar jika dibandingkan dengan
anak seusianya.
Kulit kepala bayi tipis dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas.
Muntah menyemprot.
Kejang berulang.
Mengompol
8) AFASIA
Penyebab : Afasia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala yang menandai
adanya kerusakan di bagian otak yang mengatur bahasa dan komunikasi. Salah satu
penyebab kerusakan otak yang paling sering memicu afasia adalah stroke. Saat
mengalami stroke, tidak adanya aliran darah ke otak menyebabkan kematian sel otak
atau kerusakan di bagian otak yang berfungsi memproses bahasa. Sekitar 25–40%
penderita stroke akan menderita afasia.Kerusakan otak akibat cedera kepala, tumor
otak, atau ensefalitis juga dapat menyebabkan afasia. Pada kasus-kasus ini, biasanya
afasia akan disertai dengan gangguan lain, seperti gangguan daya ingat dan gangguan
kesadaran. Selain itu, afasia dapat terjadi akibat penyakit yang menyebabkan penurunan
fungsi sel-sel otak, misalnya demensia dan penyakit Parkinson. Pada kondisi ini, afasia
akan berkembang secara bertahap seiring dengan perkembangan penyakit.
Gejala :
Gejala afasia dapat berbeda-beda, tergantung pada bagian otak yang rusak, serta
tingkat kerusakan yang terjadi. Berdasarkan gejala yang muncul, afasia dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
Afasia Wernicke dikenal dengan sebutan afasia reseptif atau motorik. Afasia
Wernicke biasanya disebabkan oleh kerusakan otak di bagian kiri tengah. Pada
afasia ini, penderita akan kesulitan memahami atau mengerti kata-kata yang
didengar atau dibaca. Akibatnya, penderita akan mengeluarkan kalimat atau kata-
kata yang juga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya.
Pada afasia Broca atau afasia ekspresif atau sensorik, penderita tahu apa yang ingin
disampaikan kepada lawan bicara, tetapi kesulitan dalam mengutarakannya. Afasia
Broca biasanya disebabkan oleh kerusakan otak di bagian kiri depan.
Afasia global
Afasia global merupakan afasia paling berat dan biasanya terjadi ketika seseorang
baru saja mengalami stroke. Afasia global biasanya disebabkan oleh kerusakan yang
luas pada otak. Penderita afasia global akan kesulitan bahkan tidak mampu
membaca, menulis, serta memahami perkataan orang lain.
Afasia anomik
Penderita afasia anomik atau anomia sering kali mengalami kesulitan dalam memilih
dan menemukan kata-kata yang tepat ketika menulis dan berbicara.
9) ATAKSIA
Penyebab : Ataksia Friedreich disebabkan oleh mutasi genetik yang biasa disebut X25
(juga disebut frataxin), sebuah protein yang diperlukan dalam sistem saraf, jantung, dan
pankreas. Protein akan mengalami penurunan pada orang yang menderita ataksia
Friedreich.Selain mewarisi masalah genetik atau cedera, penyebab lain dari ataksia
Friedreich, meliputi:
Cerebral palsy
Penyalahgunaan alkohol
Kanker
Epilepsi
Gejala :
Sulit menelan.
Nystagmus atau pergerakan bola mata yang tidak disengaja. Pergerakan mata ini
dapat terjadi pada satu atau kedua mata yang bergerak ke samping (horizontal),
atas-bawah (vertikal), atau memutar.
10) MENINGITIS
Penyebab : Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Untuk
meningitis purulenta sendiri paling sering disebabkan oleh Meningococcus,
Pneumococcus, dan Haemophilus influenzae sedangkan penyebab utama meningitis
serosa adalah Mycobacterium tuberculosis dan virus. Bakteri Pneumococcus adalah
salah satu penyebab meningitis terparah.
Gejala :
Meningitis umumnya menunjukan beragam gejala, seperti sakit kepala, kaku kuduk,
hingga demam. Sementara itu, gejala yang timbul pada bagian neurologis umumnya
menunjukan gejala kejang, gangguan sensorik, dan juga gangguan perilaku pada
pengidap. Saat mengidap meningitis, pengidap juga bisa mengalami penurunan
kesadaran sebagai salah satu gejala yang muncul. Edema otak juga bisa terjadi pada
pengidap meningitis, jika hal tersebut dibiarkan bisa menyebabkan herniasi otak.
1) AMNESIA
Terapi okupasi. Terapi jenis ini mengajarkan pasien untuk mengenalkan informasi
baru dengan ingatan yang masih ada.
Teori kognitif. Terapi ini bertujuan untuk memperkuat daya ingat pasien dengan
cara bantuan teknologi, seperti telepon, tablet, agenda elektronik, atau tablet.
Pemberian vitamin dan suplemen untuk mencegah kerusakan otak yang lebih parah.
2) EPILEPSI
Tata laksana lini pertama untuk serangan fokal yang pertama kali didiagnosis adalah
karbamazepin dan lamotigrin. Jika tidak efektif, dapat diberikan levetiracetam,
oxkarbazepin, dan asam valproat. Levetiracetam tidak dijadikan sebagai terapi lini
pertama karena tidak efektif dari segi biaya. Bila masih tidak efektif, pertimbangkan
pemberian terapi ajuvan berupa klobazam, atau gabapentin. Bila masih tetap tidak
efektif, maka pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier untuk diberikan
eslikarbazepin, lakosamid, fenobarbital, phenytoin, pregabalin, tiagabalin,
vigabatrin, atau zonisamid. Pertimbangkan pemberian terapi ajuvan bila terapi
antiepilepsi lini kedua tidak efektif.
Pada serangan umum tonik-klonik yang pertama kali didiagnosis, obat lini pertama
yang diberikan adalah asam valproat. Bila asam valproate tidak cocok, lamotigrin
dapat diberikan namun perlu berhati-hati karena dapat mengeksaserbasi serangan
mioklonik juvenil. Karbamazepin dan oxkarbazepin dapat digunakan dengan
mempertimbangkan risiko eksaserbasi serangan mioklonik atau serangan absans.
Berikan etosuksimid atau asam valproat pada pasien anak dan dewasa muda. Bila
ada risiko mengalami serangan tonik-klonik, berikan asam valproat terlebih dahulu.
Berhati-hati dengan efek teratogenik asam valproat.
3) STROKE
Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar (Glasgow Coma Scale <8). Pastikan jalan
napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan
Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%), berikan oksigen.
Mulai dari pemberian 2 liter per menit menggunakan nasal kanul dan tingkatkan
hingga 4 liter per menit sesuai kondisi pasien
Elevasi kepala 30o tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi kepala mana
yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak
STROKE ISKEMIK
Terapi suportif
STROKE HEMORAGIK
Penghentian Perdarahan
Kontrol Tekanan Darah(Kontrol tekanan darah dengan cara menurunkan tekanan
darah 15-20% bila tekanan darah >180/>120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan
bertambahnya volume darah di intrakranial)
Rehabilitasi
4) SAKIT KEPALA
Tes darah
Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa ada tidaknya infeksi yang bisa
menyebabkan sakit kepala.
Uji pencitraan
Pemeriksaan dengan CT scan dan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa apakah
sakit kepala disebabkan oleh tumor atau kerusakan otak.
Pungsi lumbal
Prosedur ini dilakukan untuk mengambil sampel cairan otak dan saraf tulang
belakang, untuk diperiksa dan mendeteksi adanya infeksi di otak.
Elektroensefalogram
Ada bermacam-macam metode pengobatan untuk menangani sakit kepala, mulai dari
konsumsi obat-obatan hingga operasi. Obat yang umum diberikan oleh dokter untuk
meredakan sakit kepala adalah:
Ibuprofen
Paracetamol
Sumatriptan
Ergotamine
5) PARKINSON
Metode pengobatan yang dapat dilakukan berupa:
Prosedur bedah.
Walau tidak dapat diobati, Penyakit Parkinson dapat dicegah. Berolahraga dan rutin
mengonsumsi makanan kaya antioksidan dipercaya dapat mengurangi risiko sesorang
terkena Penyakit Parkinson.
6) POLIO
Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh obat
ini adalah ibuprofen.
Obat antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai polio,
misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan adalah
ceftriaxone.
Obat ini digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh obat ini adalah
tolterodine dan scopolamine. Selain pemberian obat, kompres hangat juga dapat
digunakan untuk meredakan ketegangan otot.
7) HIDROSEFALUS
Pemindaian otak dengan MRI, untuk mendapatkan gambaran otak secara rinci
dengan menggunakan medan magnetik dan gelombang radio.
Pemindaian otak dengan USG, yang relatif lebih aman dan rendah risiko, serta dapat
dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi hidrosefalus pada janin
dalam kandungan atau bayi yang sudah lahir.
Operasi pemasangan shunt. Shunt merupakan alat khusus berbentuk selang yang
dipasangkan oleh ahli bedah ke dalam kepala guna mengalirkan cairan otak ke
bagian tubuh lain dan diserap oleh pembuluh darah. Bagian tubuh yang paling
sering dipilih sebagai rute aliran cairan serebrospinal ini adalah rongga perut. Shunt
akan dilengkapi dengan katup yang berfungsi mengendalikan aliran cairan, sehingga
keberadaan serebrospinal di dalam otak tidak surut terlalu cepat.
8) AFASIA
Penilaian komunikasi
Pemindaian otak
Pemindaian bertujuan untuk mendeteksi adanya kerusakan pada otak dan melihat
seberapa parah kerusakan tersebut. Pemindaian bisa dilakukan dengan MRI, CT
scan, atau memakai tomografi emisi positron (PET scan).
Pengobatan afasia tergantung pada jenis afasia, bagian otak yang rusak, penyebab
kerusakan otak, serta usia dan kondisi kesehatan pasien. Jika kerusakan otak
tergolong ringan, afasia dapat membaik dengan sendirinya. Jika kondisinya cukup
berat, pengobatan bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut:
Terapi wicara
Obat-obatan
Beberapa jenis obat juga dapat diberikan oleh dokter untuk membantu menangani
afasia. Obat-obatan yang diberikan biasanya bekerja dengan melancarkan aliran
darah ke otak, mencegah berlanjutnya kerusakan otak, serta menambah jumlah
senyawa kimia yang berkurang di otak.
Operasi
Prosedur operasi juga dapat dilakukan jika afasia disebabkan oleh tumor otak.
Operasi bertujuan untuk mengangkat tumor di otak. Prosedur ini diharapkan akan
membantu mengatasi afasia.
9) ATAKSIA
Pungsi lumbal. Dokter akan memeriksa cairan serebrospinal untuk melihat adanya
kondisi abnormal, seperti infeksi, yang menyebabkan gejala yang sama dengan
ataksia.
Tes genetik. Untuk memastikan apakah ataksia disebabkan oleh mutasi gen. Dokter
akan mengambil sampel darah untuk diteliti.
Obat-obatan. Contohnya adalah baclofen dan tizanidine untuk kejang dan kram
otot, obat sildenafil untuk disfungsi ereksi, suntik botulinum toxin untuk
menghilangkan kram otot, obat pereda nyeri untuk nyeri saraf (ibuprofen,
paracetamol), serta obat antidepresan untuk gangguan depresi.
10) MENINGITIS
Antibiotik
seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam; atau
Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama sedikitnya
5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada gangguan
absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan harus diberikan
secara parenteral. Lama pengobatan seluruhnya 10 hari.
Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural atau abses
serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.
Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam, seperti selulitis
pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau osteomielitis.
Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah 3–5 hari,
ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS
Steroid
Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4 minggu,
dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat diberikan
deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu.
Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin deksametason
pada semua pasien dengan meningitis bakteri.