Anda di halaman 1dari 8

Gangguan Pencernaan

A. Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada organ-organ saluran


pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi pada salah satu atau beberapa organ di saluran
cerna.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan
berakhir di anus. Sedangkan hati, pankreas, dan kantung empedu juga berperan dalam proses
pencernaan, meski organ-organ tersebut tidak dilewati oleh makanan dan terletak di luar saluran
pencernaan.
Sistem pencernaan berfungsi menerima dan mencerna makanan menjadi nutrisi yang dapat
diserap. Nutrisi tersebut kemudian disalurkan ke seluruh tubuh melalui darah. Sistem pencernaan
juga berfungsi memisahkan dan membuang bagian makanan yang tidak bisa dicerna oleh tubuh.

B. Penyebab dan Gejala Gangguan Pencernaan


Penyebab dan gejala gangguan pencernaan tergantung pada jenis penyakitnya. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa jenis gangguan pencernaan beserta penyebab dan gejala yang menyertainya:

1. Penyakit refluks asam lambung


Penyakit refluks asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kondisi
ketika asam lambung naik ke esofagus (kerongkongan). Kondisi ini terjadi akibat melemahnya
cincin otot kerongkongan yang berfungsi mencegah makanan kembali ke kerongkongan setelah
masuk ke lambung.
Gejala utama GERD meliputi:

 Rasa seperti terbakar di dada, biasanya setelah makan dan dapat memburuk di malam hari
 Makanan atau asam lambung naik ke bagian atas lambung
 Sensasi mengganjal di tenggorokan

2. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan di lapisan kerongkongan, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Esofagitis dapat disebabkan oleh kerusakan pada katup
kerongkongan, efek samping penggunaan obat, atau infeksi.
Umumnya, esofagitis ditandai dengan gejala berupa:

 Rasa seperti terbakar di dada


 Nyeri saat menelan
 Sulit menelan (disfagia) sehingga makanan terasa tersangkut di tenggorokan
 Nyeri dada
3. Akalasia
Akalasia adalah kondisi ketika saraf di area kerongkongan mengalami kerusakan. Kondisi
tersebut menyebabkan otot katup di antara kerongkongan dan lambung kehilangan kelenturan
sehingga makanan sulit terdorong ke lambung.
Gejala akalasia dapat berupa:

 Sulit menelan
 Keluarnya makanan atau air liur tanpa disadari
 Nyeri dada yang hilang timbul

4. Gastritis
Gastritis adalah peradangan di dinding lambung yang dapat terjadi tiba-tiba (akut) atau
berlangsung dalam jangka panjang (kronis). Kondisi ini dapat terjadi akibat luka pada dinding
lambung.
Gejala utama gastritis adalah:

 Nyeri di perut bagian atas yang dapat memburuk atau membaik setelah makan
 Mual dan muntah
 Perut terasa kembung setelah makan

5. Tukak lambung
Tukak lambung (peptic ulcer) adalah luka terbuka yang terbentuk di lapisan lambung atau di
usus 12 jari (ulkus duodenum). Tukak lambung dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri Helicobacter pylori atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dalam
jangka panjang.
Tukak lambung ditandai dengan beberapa gejala, seperti:

 Sakit perut dengan sensasi terbakar


 Rasa cepat kenyang, kembung, atau sendawa
 Mual setelah mengonsumsi makanan berlemak

6. Penyakit celiac
Penyakit celiac disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap konsumsi gluten. Pada penderita
penyakit celiac, gluten akan memicu reaksi sistem imun di usus halus. Bila kondisi tersebut
berlangsung terus-menerus, lapisan usus halus dapat rusak dan mengganggu penyerapan nutrisi.
Beberapa gejala penyakit celiac adalah:

 Diare dan sakit perut


 Kelelahan
 Penurunan berat badan
 Perut kembung

7. Penyakit batu empedu


Penyakit batu empedu terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu. Sumbatan tersebut
disebabkan oleh batu hasil pengkristalan kolesterol. Pada beberapa kasus, batu empedu terbentuk
dari pengkristalan bilirubin.
Penyakit batu empedu dapat menimbulkan gejala berupa:

 Nyeri di ulu hati yang muncul tiba-tiba dan memburuk dengan cepat
 Nyeri di antara tulang belikat
 Mual atau muntah

8. Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan pada kantung empedu. Peradangan dapat terjadi akibat
tersumbatnya kantung empedu oleh batu empedu dan tumor, atau karena infeksi. Kondisi
tersebut menyebabkan cairan empedu terperangkap di dalam kantung empedu dan memicu
peradangan.
Gejala dari kolesistitis yaitu:

 Nyeri yang tidak tertahankan pada bagian kanan atas atau ulu hati
 Nyeri yang menjalar ke bahu atau punggung bagian kanan
 Mual dan muntah
 Demam

9. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) akibat infeksi virus, penyakit autoimun,
penyalahgunaan NAPZA., serta paparan alkohol, obat, atau racun kimia. Gejalanya meliputi:

 Demam
 Kulit dan mata berwarna kuning
 Urine berwarna gelap
 Tinja berwarna pucat

10. Sirosis
Sirosis adalah terbentuknya jaringan parut di hati yang menyebabkan fungsi hati menurun atau
bahkan tidak dapat berfungsi sama sekali. Penyebab sirosis yaitu hepatitis, konsumsi minuman
beralkohol yang berlebihan, dan perlemakan hati.
Sirosis dapat ditandai dengan beberapa gejala berikut:
 Asites
 Muntah dan BAB berdarah
 Kulit dan mata berwarna kuning
 Pembuluh darah kecil yang tampak pada kulit
 Penurunan kesadaran

11. Pankreatitis
Pankreatitis adalah peradangan pada organ pankreas. Pankreatitis dapat disebabkan oleh penyakit
batu empedu atau kecanduan alkohol. Beberapa gejalanya adalah:

 Demam
 Nyeri di bagian atas perut
 Nyeri yang menjalar ke punggung
 Mual dan muntah

12. Radang usus


Radang usus adalah kondisi ketika lapisan dalam usus mengalami peradangan. Ada dua jenis
radang usus, yaitu penyakit Crohn dan kolitis ulseratif.
Gejala yang umumnya menandakan radang usus di antaranya:

 Nyeri perut
 Diare kronis
 Berat badan menurun

13. Divertikulitis
Divertikulitis terjadi ketika kantung divertikula mengalami peradangan. Divertikula adalah
kantong-kantong tidak normal yang biasanya terbentuk di bagian akhir usus besar. Pada
beberapa kasus, peradangan dapat disertai dengan infeksi.
Divertikulitis dapat menimbulkan gejala berikut:

 Demam
 Sakit perut
 Mual dan muntah
 Sembelit atau diare

14. Proktitis
Proktitis adalah peradangan pada rektum, yaitu bagian akhir dari usus besar yang tersambung ke
anus. Proktitis umumnya terjadi akibat penyakit atau kondisi lain, misalnya penyakit seksual
menular, radang usus, atau cedera anus.
Kondisi ini dapat menimbulkan gejala berupa:

 Sering merasa ingin buang air besar (tenesmus)


 Nyeri di perut, rektum, dan anus
 Diare berdarah dan berlendir
 Perdarahan dari rektum

15. Kanker usus besar


Kanker usus besar adalah jenis kanker yang timbul di usus besar. Kanker ini dapat bermula dari
tumor jinak yang disebut polip adenoma. Seiring waktu, polip tersebut berkembang menjadi
ganas.
Gejala dari kanker usus besar meliputi:

 Perubahan frekuensi buang air besar (BAB) yang terjadi terus-menerus, seperti diare,
sembelit, atau perubahan kepadatan tinja
 Perdarahan pada rektum
 Tinja mengandung darah
 Berat badan turun drastis

16. Fisura ani


Fisura ani adalah luka terbuka pada jaringan yang melapisi anus. Luka dapat terjadi ketika
berusaha mengeluarkan tinja yang besar dan keras saat BAB. Kondisi ini sering kali dialami oleh
bayi, tetapi bisa terjadi pada semua usia.
Fisura ani dapat ditandai dengan gejala berikut ini:

 Nyeri saat atau setelah BAB


 BAB yang mengeluarkan darah segar
 Robekan yang dapat terlihat pada kulit di sekitar anus
 Gumpalan atau benjolan kecil di kulit dekat fisura ani

17. Wasir
Wasir adalah pembengkakan pembuluh darah di sekitar atau di dalam anus. Kondisi ini sering
kali terjadi akibat sembelit kronis, hamil, atau obesitas.
Wasir bisa menimbulkan gejala berupa:

 Gatal dan nyeri di anus


 Benjolan di sekitar anus
 Perdarahan setelah BAB tanpa rasa nyeri yang ditandai dengan darah merah segar yang
menetes dari dubur
 BAB terasa tidak tuntas
C. Kapan harus ke dokter
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala gangguan pencernaan sebagai
berikut:

 Nyeri perut yang tidak tertahankan


 Muntah-muntah hebat atau mengandung darah
 Tidak bisa buang angin (kentut)
 Kesulitan makan
 BAB berdarah
 Hilang nafsu makan
 Berat badan turun drastis

Diagnosis Gangguan Pencernaan


Diagnosis gangguan pencernaan diawali dengan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan
secara detail, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Dokter akan menduga pasien
mengalami gangguan pencernaan bila terdapat gejala yang telah dijelaskan di atas.
Untuk memastikan penyebabnya, dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, antara lain:

Pemeriksaan sampel di laboratorium


Dokter akan mengambil sampel darah, urine, atau feses pasien, untuk diteliti di laboratorium.
Sampel tersebut dapat membantu dokter mengetahui penyebab gangguan sistem pencernaan,
misalnya infeksi bakteri atau virus.

1. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk melihat kondisi organ di saluran pencernaan dengan menggunakan
selang kecil berkamera. Selang dapat dimasukkan melalui mulut, dubur, atau ke sayatan kecil
yang dibuat di dekat organ yang akan diperiksa.
Selain melihat secara visual, endoskopi juga dapat dilakukan untuk mengambil sampel jaringan
(biopsi) pada organ yang bermasalah, guna diperiksa di bawah mikroskop.

2. Pemindaian
Pemindaian bertujuan untuk melihat kondisi organ di saluran pencernaan. Jenis pemeriksaan
yang dapat dilakukan antara lain foto Rontgen dengan barium, USG, CT scan, dan MRI.

Pengobatan Gangguan Pencernaan


Pengobatan untuk gangguan pencernaan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.
Dokter dapat meresepkan obat-obatan atau menjalankan prosedur bedah, seperti dijelaskan di
bawah ini:

Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat diresepkan dokter untuk menangani gangguan pencernaan adalah:

 Obat maag, seperti antasida, penghambat histamin-2 (H2 blockers), dan obat penghambat
pompa proton (proton pump inhibitor)
 Paracetamol
 Probiotik
 Antibiotik
 Obat imunosupresan
 Suntik botox

Prosedur bedah
Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan yang diderita pasien, dokter dapat melakukan salah
satu dari sejumlah prosedur bedah di bawah ini untuk mengatasi gangguan pencernaan:

 Kolesistektomi, untuk mengangkat kantung empedu


 Pemotongan usus pada kasus divertikulitis dan kanker usus besar
 Tindakan pengikatan (ligasi), penyuntikan zat untuk mengecilkan pembuluh darah
(skeloterapi), dan terapi laser, untuk mengatasi wasir
 Pembuatan stoma pada kasus kanker usus besar
 Transplantasi hati pada kasus sirosis parah
 Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP), untuk mengangkat batu
empedu

Komplikasi Gangguan Pencernaan


Bila tidak segera ditangani, gangguan pencernaan dapat menimbulkan komplikasi serius, baik di
organ yang terdampak maupun pada organ di sekitarnya. Beberapa komplikasi tersebut adalah:

 Perdarahan saluran pencernaan


 Anemia
 Dehidrasi
 Osteoporosis
 Fistula (saluran abnormal) antara usus dan kandung kemih
 Splenomegali
 Kekurangan nutrisi
 Penyempitan esofagus
 Pneumonia
Pencegahan Gangguan Pencernaan
Sebagian besar gangguan pencernaan dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat, yaitu
dengan:

 Mempertahankan berat badan ideal


 Memperbanyak makanan berserat, seperti buah dan sayur
 Menyimpan makanan dengan cara yang higienis dan tepat
 Berolahraga secara rutin
 Mencukupi asupan cairan
 Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
 Tidak menunda bila terasa hendak BAB
 Tidak mengejan terlalu keras saat BAB
 Tidak duduk atau jongkok terlalu lama, terutama saat di toilet
 Menghindari konsumsi minuman beralkohol
 Menerapkan perilaku seksual yang aman, seperti dengan menggunakan kondom dan tidak
bergonta-ganti pasangan
 Menghindari berbagi penggunaan jarum suntik

Anda mungkin juga menyukai