XI-7/21
ARTIKEL BIOLOGI
PENYAKIT APENDISITIS
Radang usus buntu atau apendisitis adalah peradangan usus buntu, sebuah organ yang
merupakan tabung sepanjang 1,5 cm membentang dari usus besar. Tidak ada yang benar-
benar yakin apa fungsi apendiks. Satu hal yang diketahui bahwa kita bisa hidup tanpa
apendiks.
Radang usus buntu atau appendictis adalah keadaan darurat medis yang
membutuhkan operasi yang cepat untuk mengangkat apendiks. Tanpa diobati, usus buntu
yang meradang akhirnya akan meledak, atau dalam bahasa medis disebut perforasi, sehingga
mengeluarkan isinya ke dalam rongga perut. Hal ini dapat menyebabkan peritonitis,
peradangan serius dari rongga lapisan perut (peritoneum) yang bisa berakibat fatal kecuali
jika ditangani dengan cepat dengan antibiotik yang kuat.
Terkadang radang usus buntu berisi nanah abses yang dapat menuju keluar usus buntu
yang meradang dan jika abses pecah akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut dan
abses inilah membuat apendiks menjadi bengkak dan tersumbat. Maka, meskipun apendiks
belum perforasi, semua kasus apendisitis diperlakukan darurat, yang membutuhkan
pembedahan sebagai bentuk penanganannya.
Penyebab Apendisitis
Apa yang menyebabkan radang usus buntu? Apendisitis atau radang usus buntu
terjadi ketika usus buntu tersumbat, biasanya berisi tinja, benda asing, atau kanker.
Penyumbatan juga dapat terjadi karena infeksi dan membengkak dalam menanggapi infeksi
di dalam tubuh.
Dalam banyak kasus, penyebab apendisitis terkadang tidak diketahui. Ada juga
beberapa penyebab untuk satu kasus apendisitis.
Dokter percaya bahwa obstruksi pada usus buntu dapat menyebabkan radang usus
buntu. Obstruksi dapat bersifat parsial atau lengkap. Obstruksi lengkap adalah penyebab
untuk operasi darurat.
Obstruksi sering diakibatkan oleh akumulasi atau penumpukan feses. Ini juga bisa
menjadi hasil dari folikel limfoid membesar, cacing, trauma, dan tumor.
Ketika ada penghambatan di usus buntu, bakteri dapat berkembang biak di dalam
organ. Ini mengarah pada pembentukan nanah. Tekanan yang meningkat bisa menyakitkan.
Ini juga bisa menghambat pembuluh darah lokal. Kurangnya aliran darah ke usus buntu dapat
menyebabkan gangren – jaringan tubuh mengalami nekrosis atau mati.
Jika usus buntu pecah, feses dapat mengisi perut. Ini adalah keadaan darurat medis.
Peritonitis adalah konsekuensi lain dari apendiks yang pecah. Ini adalah peradangan
jaringan yang melapisi dinding perut. Organ lain juga bisa menjadi meradang setelah pecah.
Organ yang terkena mungkin termasuk sekum, kandung kemih, dan kolon sigmoid.
Jika usus buntu yang terinfeksi bocor atau pecah berisiko membentuk abses, yang
dapat membatasi infeksi ke area berdinding kecil. Namun, abses masih bisa berbahaya.
Gejala Apendisitis
Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika
bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama.
Kehilangan selera makan
Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
Pembengkakan perut
Demam
Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)
Selain itu seiring berjalannya waktu, gejala apendisitis lainnya dari usus buntu
muncul, meliputi:
Nyeri tajam di mana saja, diantaranya di perut bagian atas atau bawah, punggung,
atau rektum
Nyeri ketika buang air kecil
Muntah yang mendahului nyeri perut
Kram parah
Sembelit atau bahkan diare
Jika memiliki salah satu gejala apendisitis yang disebutkan di atas, segera cari bantuan
medis, karena diagnosis dan pengobatan sangat penting. Jangan makan, minum, atau
menggunakan obat nyeri, antasida, obat pencahar, atau bantalan pemanas, yang dapat
menyebabkan apendiks meradang dan pecah.
Diagnosis Apendisitis
Mendiagnosis usus buntu bisa rumit. Gejala apendisitis biasanya samar atau sangat
mirip dengan penyakit lain seperti masalah infeksi kandung kemih, infeksi saluran urine
(ureter atau uretra), penyakit Crohn, gastritis, infeksi usus, dan masalah ovarium.
Operasi untuk mengangkat usus buntu, yang disebut apendiktomi, adalah pengobatan
standar untuk radang usus buntu. Secara umum, jika dicurigai usus buntu, dokter cenderung
segera mengambil apendiks sehingga perforasi dapat dicegah. Jika usus buntu telah
membentuk abses, pasien dapat menjalani dua prosedur: satu untuk mengeringkan abses
nanah dan cairan, dan prosedur selanjutnya untuk mengangkat apendiks. Namun, ada
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pengobatan apendisitis akut dengan antibiotik
dapat menghilangkan kebutuhan untuk operasi.
Dalam waktu 12 jam operasi pasien dapat bangun dan bergerak. Pasien biasanya
dapat kembali ke kegiatan normal dalam 2-3 minggu. Jika operasi dilakukan dengan
laparoskop (instrumen teleskop untuk melihat isi perut), sayatan yang dilakukan akan lebih
kecil dan pemulihan lebih cepat.
Perlu diketahui, tidak ada cara untuk mencegah apendisitis atau radang usus buntu.
Namun, usus buntu kurang sering pada orang yang makan makanan tinggi serat, seperti buah-
buahan dan sayuran segar.