Anda di halaman 1dari 19

Definisi Apendisitis Atau Usus Buntu

Apendiksitis atau sering kita sebut sehari-hari dengan usus buntu merupakan
peradangan atau inflamasi yang terjadi pada apendiks. Apendisitis merupakan
penyebab nyeri pada abdomen akut yang paling banyak ditemukan.

Penyakit usus buntu atau apendisitis ini dapat mengenai semua umur, baik laki-laki
maupun perempuan, akan tetapi penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun.

Etiologi Apendisitis

Penyebab apendisitis atau usus buntu biasanya dapat disebabkan oleh beberapa hal
dibawah ini, antara lain adalah:

 Fekolit atau massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
 Tumor apendiks
 Cacing ascaris di dalam saluran pencernaan
 Erosi mukosa apendiks karena parasit e. Histolytica
 Hiperplasia jaringan limfe

Anatomi dan fisiologi Apendiks

Apendiks merupakan suatu organ kecil yang letaknya berada di bagian bawah coloc
ascenden. Apendiks bentuknya menggelantung seperti daging tumbuh kecik di bagian
bawah colon ascenden atau sering disebut dengan umbai cacing.

Apendiks ini sering disebut dengan usus buntu. Apendiks sendiri sebenarnya
merupakan saluran kecil di dalam saluran pencernaan yang tidak ada sambungannya,
kakanya disebut dengan usus buntu.

Pathway
Tanda Dan Gejala Apendisitis Atau Usus Buntu

Tanda dan gejala yang umum terjadi pada pasien usus buntu atau apendisitis adalah
sebagai berikut:

 Nyeri hingga kram di daerah perut kuadran kanan bawah


 Anoreksia atau hilang nafsu makan
 Mual dan muntah
 Demam ringan pada tahap awal penyakit dan dapat naik ketika terjadi peritonotis.
 Nyeri lepas pada pemeriksaan perut
 Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.\
 Konstipasi atau susah buang air besar
 Diare atau mencret
 Disuria atau kencing sedikit
 Gejala berkembang dengan cepat dan kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai
6 jam setelah munculnya gejala pertama.

Komplikasi Apendisitis
Komplikasi dari usus buntu atau apendisitis akut adalah keadaan yang terjadi akibat
dari perforasi atau kebocoran usus, seperti peritonitis generalisata, abses dan
pembentukan fistula, dan konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah,
pieloflebitis supuratif (radang dan trombosis vena porta), abses hepar dan septikemia.

Radang atau inflamasi dapat menjadi kronis dan dapat menyebabkan obstruksi pada
leher apendiks, sehingga akan menyebabkan retensi mukus dan kemudian
menimbulkan mukokel.

Iapendisitis atau usus buntu ini sering tidak menimbulkan masalah klinis, akan tetapi
walaupun jarang, dapat terjadi ruptur dari sel epitel yang mensekresi mukus dapat dan
dapat menyebar ke kavum atau rongga peritoneum.

Peemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan apendisitis dapat dilakukan dengan


memeriksakan laboratorium yang dapat dilihat dari kondisi leukositosis ringan, yaitu
leukosit berkisar antara 10.000-20.000/ml dengan peningkatan jumlah netrofil.

Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan kelainan pada
ginjal dan saluran kemih. Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium
enema, sedangkan pada apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan.

Pemeriksaan usg perlu dilakukan bila telah terjadi infiltrasi apendikularis.

Penatalaksanaan Apendisitis

Penatalaksanaan apendisitis dapat dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari taham
sebelum operasi hingga tahap setelah operasi.

Sebelum Operasi

 Pasang NGT harus dilakukan untuk dekompresi


 Pasang kateter urin untuk mengontrol produksi urin.
 Rehidrasi cairan perlu dilakukan
 Berikan antibiotik spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
 berikan obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai.
 Jika demam, demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

Operasi

 Dilakukan tindakan apendiktomi dan apendiks dibuang, jika apendiks mengalami


perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
 Abses apendiks selanjutnya diobati dengan antibiotika secara intravena,
massanya mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam
jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi
elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

Pasca Operasi
Penatalaksanaan apendisitis setelah menjalani operasi adalah sebagai berikut:

 Observasi tanda-tanda vital


 Angkat NGT bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
 Posisikan pasien dalam posisi semi fowler.
 Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
 Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan
sampai fungsi usus kembali normal.
 Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak.
 Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2×30 menit.
 Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
 Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Jika pada kondisi massa apendiks atau usus buntu dengan proses peradangan yang
masih aktif yang ditandai dengan :
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-
tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke
kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi
daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .

Kemudian jika pada kondsi masa apendiks dengan proses radang yang telah mereda
ditandai dengan :

 Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagi.
 Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
 Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan


istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan
lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu
sejak serangan sakit perut. pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi
abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

ASKEP APENDISITIS APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan Apendisitis Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat
dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan utama yang khas pada pasien apendisitis ini adalah nyeri perut kanan bawah
Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat penyakit darah tinggi, DM, infeksi dan lain-lain

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP APENDISITIS MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu seperti penyakit saluran pencernaan
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang

DO:
KU tampak sakit sedang hingga berat
TTV: takikardi, takipnea, TD naik dan suhu tubuh biasanya meningkat.

NUTRISI
DS:
Tidak nafsu makan, mual dan muntah

DO:
Tampak tidak nafsu makan

Sistem gastrointestinal
DS:
Riwayat penyakit pencernaan, hemoroid dan konstipasi

DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi biasanya pada apendisitis sudah buruk tampak kemerahan pada perut kanan
bawah.
Palpasi pada kuadran kanan bawah akan menghasilkan nyeri takan dan nyeri lepas
Perkusi abdomen pekak
Auskultasi bising usus normal hingga tidak ada bising usus.

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN


DS:Kebutuhan akan selimut
Panas

DO:
Suhu biasanya tinggi
Keluar keringat
Merah, bengkak, panas pada perut kanan bawah

KENYAMANAN
DS:
Nyeri pada perut terutama kanan bawah

DO:
Tampak kesakitan dan gelisah

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG


DIAGNOSA APENDISITIS

Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium biasanya didapatkan hasil leukositosis atau leukosit


lebih dari 20.000.

USG

Pada pemeriksaaan ultrasonografi biasanya ditemukan massa di kuadran perut kanan


bawah tepat pada organ apendiks.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


APENDISITIS

1. Nyeriakut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Mual berhubungan dengan nyeri
4. Risikoinfeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDISITIS

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

 memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai


kenyamanan
 mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
 mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut
 melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
 melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian
 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
 Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
 Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon pasien
 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Manajemen nyeri:

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,


awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
 Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:

 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat


 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

Perawatan dirumah

 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah


 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan
dalam pemberian obat

Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:


 Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.
 Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh indicator
sibagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian

 kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik


setiap……..
 kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
 gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan
ansietas dimasa lalu
 reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan untuk
pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
 berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat
rekreasi
 informasikan tentang gejala ansietas
 ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan
gejala penyakit fisik

penurunan ansietas (NIC);

 sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis


 instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
 jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama
prosedur

Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu

Aktivitas lain

 pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman
 beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
 bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
 sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk
menurunkan ansietas dan memperluas fokus
 coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
 dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
 yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan
nonverbal secara bergantian
 sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
 sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh
pasien
 singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan

penurunan ansietas (NIC);

 gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


 nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
 damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
 berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
 jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
 bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Mual berhubungan dengan nyeri

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

 Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat


kenyamanan, Hidrasi, Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek
gangguan, Keparahan mual dan muntah, Status nutrisi yang adekuat
 Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak mengalami

Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan

Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah
Nadi cepat dan lemah

 Melaporkan terbebas dari mual


 Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Pantau gejala subjektif mual pada pasien


 Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
 Kaji penyebab mual

Pemantauan nutrisi (NIC):

 Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan


 Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
 Pantau turgorkulit jika diperlukan
 Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
 Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
 Pantau asupan kalori dan makanan

Manajemen cairan (NIC):

 Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin


 Pantau TTV jika perlu
 Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap
hari, jika perlu
 Pantau status hidrasi, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Jelaskan penyebab mual


 Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua akan
terjadi
 Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk menekan
reflek muntah
 Ajarkan untuk makan secara perlahan
 Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama
makan

Aktivitas kolaboratif

 Berikan obat antiemetic sesuai anjuran


 Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang
adekuat dan tidak menyebabkan mua pada pasien
 Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

Aktivitas lain
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
 Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
 Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
 Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
 Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
 Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
 Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
 Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu

Perawatan dirumah

 Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang disiapkan
dirumah
 Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah

Diagnose 4 : Risiko infeksi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

 Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko
komunitas, penyakit menular, status imun, keparahan infeksi, keparahan infeksi
bai baru lahir, pengendalian resiko PMS, dan penyembuhan luka primer dan
sekunder.
 Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Memantau perilaku seksual
terhadap resiko pajanan PMS
Mengikuti strategi
pengendalian pemajanan
Menggunakan metode
pengendalian penularan PMS

Contoh lain: pasien dan keluarga akan:

 Terbatas dari tanda dan gejala infeksi


 Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
 Mengindikasikan status gi, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas
normal
 Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
 Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan
pemantauan

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan luka,
sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
 Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
 Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute,
hitung jenis, protein serum, albumin)
 Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Jelaskan pada ppasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi
 Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
 Jelaskan manfaat dan rasional serta efek samping imunisasi
 Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi

Pengendalian infeksi (NIC):

 Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar


 Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien

Aktivitas kolaboratif

 Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif
 Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan

Aktivitas lain

 Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat


yang sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang
perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi

Pengendalian infeksi (NIC):

 Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing


pasien
 Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan
 Terapkan kewaspadaan universal
 Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan

Perawatan dirumah

 Ajarkan tindakan hygiene dasar seperti mencuci tangan, tidak berbagi handuk,
gelas , dll
 Ajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan menyimpan makanan yang aman
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi factor dilingkungan mereka, gaya
hidup atau praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi
 Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah
biologis lainnya
 Jangan melakukan kunjungan rumah jika saudara sedang sakit
 Rujuk pasien dan keluarga kelembaga sosial untuk membantu menjaga
kebersihan rumah dan nutrisi
 Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala
infeksi serta kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan.

Itulah Askep Apendisitis Aplikasi Nanda NIC NOC yang dapat saya sampaikan. Mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi anda.

Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.

Anda mungkin juga menyukai