Anda di halaman 1dari 36

Referat

APENDISITIS AKUT
Monica Azizatul Arifah - H1AP13027
Pembimbing: dr. Raymond Ukurta Meliala, Sp.B, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD.Dr. M. YUNUS BENGKULU
2017
BAB I
Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Operasi pada apendisitis akut menduduki
salah satu operasi terseringyang dilakukan
Insiden tertinggi
dalam kasus kegawatdaruratan abdomen
pada rentang usia
(10% dari semua kegawatdaruratan
20-30 tahun
abdomen)
Apendisitis dapat ditemukan
pada laki-laki maupun
perempuan dengan risiko
menderita apendisitis selama
hidupnya mencapai 7-8%

Apendisitis akut adalah salah satu penyebab nyeri


abdomen akut yang paling sering ditemukan.
Tinjauan Pustaka

BAB II
ANATOMI
ANATOMI
FISIOLOGI

• Apendisitis menghasilkan mukus/ lendir sejumlah 1-2cc.


• Kelebihan dari mucus akan mengair dari lumen ke caecum.
• Menghasilkan imunoglobulin sekretoar, yang dihasilkan oleh GALT (gut
assiciated lymphoid tissue) yang terdapat isepanjang saluran cerna termasuk
apendiks, yaitu igA
APENDISITIS AKUT
EPIDEMIOLOGI

• Amerika :250.000 kasus apendisitis dilaporkan setiap tahun, mewakili 1 juta


pasien perhari.
• Di negara asia dan afrika, kejadian apenisitis lebih rendah dibandingkan
• Kejadian pada laki-laki: perempuan = 3:2
ETIOLOGI

• Apendisitis disebabkan oleh obstruksi lumen appendix. Penyebab paling umum


dari obstruksi lumen termasuk hiperplasia limfoid sekunder dari inflammatory
bowel disease (IBD) atau infeksi (lebih umum selama masa kanak-kanak dan
dewasa muda), stasis tinja dan fecaliths (lebih umum pada pasien usia lanjut),
parasit (terutama di negara-negara Timur), atau, lebih jarang disebabkan oleh
neoplasma.
BAKTERIOLOGI

• Organisme utama yang terdapat pada apendiks normal, apendisitis akut, dan
apendisitis perforasi adalah Escheria coli dan Bacteroides fragilis.
PATOFISIOLOGI

1. Early stage appendicitis


2. Suppurative appendicitis
3. Gangrenoaus appendicitis
4. Perforated appendicitis
GEJALA

Gejala Appendicitis Akut Frekuensi (%)

Nyeri perut 100

Anorexia 100

Mual 90

Muntah 75

Nyeri berpindah 50

Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian anorexia/mual/muntah kemudian


50
nyeri berpindah ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)

*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam  


nyeri perut kanan bawah pada palpasi (tanda yang paling penting)

Demam ringan (38 ° C [atau 100.4 ° F]) - Tidak demam atau demam tinggi dapat terjadi

Peritoneal signs

  Localized nyeri pada perkusi

Other confirmatory peritoneal signs


Tanda-tanda
  psoas sign Umum Appendicitis
Akut
  Obturator sign

  Rovsing sign -sakit di perut kanan bawah dengan palpasi kiri perut kiri bawah

  Dunphy’s Sign- Nnyeri meningkat ketika sedang batuk

  Pasien mempertahankan fleksi pinggul dengan lutut ditarik untuk kenyamanan


PSOAS SIGN
ANATOMI PSOAS
SIGN
OBTURATOR SIGN
ANATOMI OBTUROR
SIGN
PENEGAKAN DIAGNOSA

• ANAMNESIS
• PEMERIKSAAN FISIK
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
2. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN FISIK- INSPEKSI

Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang
perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran
spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi
PEMERIKSAAN FISIK- PALPASI

a. Nyeri tekan Mc.Burney : Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran
kanan bawah atau titik Mc Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
b. Nyeri lepas : Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang
terjadi akibat rangsangan pada peritoneum.
c. Defans muskuler : Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan
abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietalis.
Rangsangan ini kemudian menyebabkan rangsangan pada muskulus rektus
abdominis sehinggga otot ini mengalami kontraksi.
PEMERIKSAAN FISIK- PALPASI

d. Rovsing sign : Penekanan perut sebelah kiri akan menyebabkan nyeri


sebelah kanan. Hal ini disebabkan karena tekanan tersebut menyebabkan
organ dalam terdorong kearah kanan dan memberikan tekanan pada
apendiks yang meradang.
e. Blumberg Sign : nyeri kanan bawah bila tekanan sebelah kiri
dilepaskan.
f. Dunphy's sign : Nyeri bertambah saat batuk.
g. Kocher/Kosher's sign : Didapati saat anamnesis, nyeri muncul pertama
kali di regio epigastrium atau di sekitar lambung, kemudian menjalar
berpindah ke regio iliaka dextra.
PEMERIKSAAN FISIK- PALPASI

h. Psoas sign: tanda ini biasanya ditemukan pada apendiks yang terletak
retrosekal. Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan m. psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks. Ada 2 cara memeriksa :
 Aktif: Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, pasien
memfleksikan articulatio coxaekanan dan nyeri dirasakan di perut kanan
bawah.
 Pasif: Pasien berbaring pada posisi lateral dekubitus kiri kemudian
pemeriksa melakukan ekstensi pasif paha kanan sambil menahan pinggul
kanan penderita (tanda bintang).
i
PEMERIKSAAN FISIK- PALPASI

i. Obturator Sign: Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila
panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam, terjadi
karena peradangan appendiksmenyentuh m.Obturator Internus yang
merupakan dinding panggul kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa
apendiks terletak pada rongga pelvis.
PEMERIKSAAN FISIK

• PERKUSI
• AUSKULTASI
• PEMERIKSAAN COLOK DUBUR/ RECTAL TOUCHE
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara


10.000 – 20.000/ml ( leukositosis ) dan neutrofil diatas 75
%.Pemeriksaan urin bisa dilakukan untuk melihat adanya eritrosit,
leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu
dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih
atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan
appendisitis.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

• CT-SCAN
• ABDOMINAL X-RAY
• USG
ALVARADO SKOR
DIAGNOSIS BANDING

1. Kehamilan ektopik :
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yangtidak jelas
seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai
pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvic dan bisa terjadi
syok hipovolemik.
2. Divertikulitis Meckel :
Gambaran klinisnya hampir sama dengan appendicitis akut dan sering
dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendicitis akut
sehinggadiperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.
DIAGNOSIS BANDING

3. Ureterolithiasis :
Jika diperkirakan berada dekat appendiks dapat menyerupai appendicitis
retrocaecal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, dengan hematuria dan
demam atau leukositosis.
 
4. Demam dengue :
Dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil positif
untuk rumple leed, trombositopenia dan hematokrit yang meningkat
 
TATALAKSANA

Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.


Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.
Karena pengobatan radang usus buntu yang tepat penting untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas lebih lanjut. Appendektomi dapat dilakukan
dengan laparotomi (biasanya melalui sayatan kuadran kanan bawah) atau
laparoskopi.  
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN

1. Apendisitis akut adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang
paling sering ditemukan.
2. Variasi posisi dari apendiks meliputi paracolic (terletak di sulcus pada
sisi luar dari caecum), Retrocecal (apendiks terletak dibagian belakang
caecum dan mungkin semuanya atau sebagiannya berada di
ekstraperitoneal), preileal, postileal, promontoric, pelvic, dan midinguinal.
3. Diagnosis apendisitis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik,dan pemeriksaan penunjang.
4. Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. 
DAFTAR PUSTAKA 
Windi, c.s., Sabir, M., 2016. Perbandingan Antara Suhu Tubuh, Kadar Leukos it, dan Platelet Distributor Wisth (PDW) pada
Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jurnal kesehatan Taduloko Vol.2 No.2.
Wiyono, M.H., 2011. Aplikasi Skor Alvarado pada Penatalaksanaan Apendisitis Akut. J.Kedokt Meditek. Vol.17 No.44
Schwartz, S.I., Ellis, H., 1997. Maingot’s Abdominal Operatiom. Ed.II.
Snell, S.R., 2011. Anatomi Klinis. Berdasarkan Sistem. Jakarta:EGC

Paulsen, F., & J. Waschke., 2012. Atlas Anatomi Manusia “Sobotta”, Edisi 23 Jilid 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedoktern EGC

Craig, S., Et all. 2017. Appendicitis. Medscape. Update Jan 19, 2017.
Jaffe, B., Berger, D., 2006. The Appendix Schwartz’s Principes of Surgery, 8 th ed. Chapter 29. New York:McGraw-Hill. p 1119-35

Craig, S., Et all. 2017. Appendicitis. Medscape. Update Jan 19, 2017.
D. MIKE HARDIN, JR., M.D., 1999, Texas A&M University Health Science Center, Temple, Texas, Am Fam
Physician. 1;60(7):2027-2034.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai