OLEH
E. PENATALAKSANAAN
Alhinduan (2020), menyebutkan penatalaksanan yang dilakukan pada klien
apendisitis yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan :
a) Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnosa apendisitis telah ditegakan
dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
2. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan dilakukan.
3. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
4. Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah operasi
membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks dilakukan
drainage.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi. Keterlambatan dalam
tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopi sudah terbukti
menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses
intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa
dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita.
2. Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume cairan,
mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh gangguan potensial
atau aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan mencapai
nutris yang optimal.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Data demografi
Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b) Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan
bawah yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi.
3. Riwayat kesehatan dahulu : Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada
colon.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis
penyakit yang sama.
c) Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
1. Keadaan umum: Kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva
anemis.
2. Sistem kardiovaskuler: Ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD >110/70mmHg;
hipertermi.
3. Sistem respirasi: Frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada
ronchi, whezing, stridor.
4. Sistem hematologi: Terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi
dan pendarahan.
5. Sistem urogenital: Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta
tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar.
6. Sistem muskuloskeletal: Ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan
penyakit.
7. Sistem Integumen: Terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
8. Abdomen: Terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen.
d) Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan
obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola nutrisi dan metabolism Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus
kembali normal.
3. Pola Eliminasi Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung
kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola
eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara
karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4. Pola aktifitas Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri,
aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
5. Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua,
waktu dan tempat.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pola tidur klien.
7. Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan
harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
8. Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik
dalam keluarganya dan dalam masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak
stabil.
9. Pemeriksaan diagnostic
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
b) Foto polos abdomen dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik
seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya
komplikasi pasca pembedahan.
c) Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi.
d) Pemeriksaan Laboratorium
- Darah: Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 μ/ml.
- Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa
keperawatan utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur oprasi).
2. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah).
3. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasive.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan,
tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisa
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H.,
danamp; Kusuma, 2016).
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan tingkat nyeri (I.08238) Observasi:
berhubungan dengan
(L.08066) menurun dengan 1.1. Identifikasi lokasi,
agen pencedera fisik kriteria hasil: karakteristik, durasi
1. Keluhan nyeri frekuensi, kulaitas
(Prosedur oprasi).
menurun. nyeri, intensitas nyeri,
(D.0077) 2. Meringis menurun. skala nyeri.
3. Sikap protektif 1.2. Identifikasi respon
menurun. nyeri non-verbal.
4. Gelisah menurun. 1.3. Identivikasi factor
5. Frekuensi nadi membaik. yang memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik:
1.4. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri.
1.5. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
1.6. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
1.7. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
1.8. Jelaskan strategi
meredakan
nyeri.
1.9. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri.
1.10. Kolaborasi
pemberian analgetik
bila perlu.
C. Kontra -
indikasi
D. Persiapan 1. Set rawat luka steril
alat 2. Sarung tangan steril
3. Pinset 3 ( 2 anatomis, 1 sirugis)
4. Gunting (menyesuikan kondisi luka)
5. Balutan kassa dan kasaa steril
6. Kom untuk larutan antiseptic/ larutan pembersih
7. Salep antiseptic(bila diperlukan)
8. Depress
9. Lidi kapas
10. Larutan pembersih yang diresepkan (garam fisiologis,
betadine,….)
11. Gunting perban/ plaster
12. Sarung tangan sekali pakai
13. Plaster, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
14. Bengkok
15. Perlak pengalas
16. Kantong untuk sampah
17. Korentang steril
18. Alcohol 70%
19. Troli/ meja dorong
E. Prosedur 1. Persiapan alat
tindakan 2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, memanggil nama klien
b. Menjelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya Tindakan
pada klien/ keluarga
3. Tahap Kerja
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk beranya
sebelum kegiatan dimulai
b. Susun semua peralatan yang diperlukan di troly dekat
pasien (jangan membuka peralatan steril dulu)
c. Letakkan bengkok di dekat pasien
d. Jaga privacy pasien, dengan menutup tirai yang ada di
sekitar pasien, serta pintu dan jendela
e. Mengatur posisi pasien, intruksikan pada pasien untuk
tidak menyntuh area luka atau peralatan steril
f. Mencuci tangan
g. Pasang perlak pengalas
h. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan
lepaskan plaster, ikatan atau balutan dengan pinset
i. Lepaskan plaster dengan melepaskan ujung dan
menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit dan
mengarah pada balutan. Jika masih terdapat plaster
pada kulit bersihkan dengan kapas alcohol
j. Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan
pasien.
k. Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan
memberikan laurtan steril/ NaCl
l. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
m. Buang balutan kotor pada bengkok
n. Buang sarung tangan dan buang pada bengkok
o. Buka bak instrument steril
p. Siapkan larutan yang akan digunakan
q. Kenakan sarung tangan steril
r. Inspeksi luka
s. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang
direspekan atau larutan garam fisiologis
t. Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan
pinset steril
u. Gunakan satu kassa untuk satu kali usapan
v. Bersihkan dari are kurang terkontaminasi ke are
terkontaminasi
w. Gerakan dengan tekanan progresif menjuh dari insisi
atau tepi luka
x. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau
insisi. Usap dengan cara seperti diatas
y. Berikan salep antiseptic bila diresepkan, gunakan
Teknik seperti Langkah pembersihan
z. Pasang kassa steril kering pada insisi atau luka
aa. Gunakan plaster di atas balutan, fiksasi dengan ikatan
atau balutan
bb. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
cc. Bantu klien pada posisi yang nyaman
F. Evaluasi 1. Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya
pasien 2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
G. Hasil 1. Luka pasien tertutup dengan bersih dan rapi
tindakan
H. Link video https://www.youtube.com/watch?v=l7dBwpFUZhY
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Laparatomi Eksplorasi A.I.
Apendisitis Akut Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Melati 4 Rsud Dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya. Universitas Bhakti Kencana. Arianto, F. M. (2020). Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Cholelithiasis yang dirawat di Rumah Sakit. Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur. Erianto, M., Fitriyani, N., Siswandi, A., dan Sukulima, A. P. (2020).
Perforasi pada Penderita Apendisitis Di RSUD DR.H.Abdul Moeloek Lampung. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 490–496. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.335 HIDAYAT, E.
(2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis Yang Di Rawat Di Rumah Sakit
(POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR). Retrieved from
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066 Saputro, N. E. (2018). Asuhan Keperawatan
Pada Klien Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan
(STIKKES Insan Cendikia Medika Jombang). Retrieved from
http://awsassets.wwfnz.panda.org/downloads/earth_summit_2012_v3.pdf%0
Ahttp://hdl.handle.net/10239/131%0Ahttps://www.uam.es/gruposinv/meva/p ublicaciones
jesus/capitulos_espanyol_jesus/2005_motivacion para el aprendizaje Perspectiva alumnos.pdf
%0Ahttps://ww Setyaningrum, W. A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post
Operasi Appendektomi Hari Ke-1 Di Ruang Dahlia RSUD Banyudono. Naskah Publikasi, 16.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta. Sulekale, A.
(2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus Apendisitis Di Rumah Sakit
Santa Anna Kendari Tahun 2015 Karya. POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI. Sulistiyawati.
(2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non Hemoragik Yang Di Rawat Di
Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN
TIMUR). Retrieved from http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/