Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

APENDISITIS DI RUANG MAWAR RSU MITRA DELIMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Medical Bedah (KMB)

OLEH :
YUDIT SETYORINI
NIM 1920110

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG
2021
KONSEP DASAR
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan

merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

(Brunner&Suddarth, 2014). Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi

pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya

adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut

sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi

yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al, 2010). Peradangan

apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ, dimana patogenis

utamanya diduga karena obstruksi pada lumen yang disebabkan oleh fekalit

(feses keras yang terutama disebabkan oleh serat) (Wim de Jong et al,

2010).

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras

yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi usus

tercemar dan usus meradang timbulah kuman-kuman yang dapat memperparah

keadaan tadi (Saydam Gozali, 2011).

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. berbagai hal sebagai faktor

pencetusnya:

1. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai

faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks

dan cacing askaris.

2. Penyebab lain penyebab apendiks karena parasit seperti E. hystolitica.


3. Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan

yang rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya

apendisitis. Konstipasi akan menarik bagian intrasekal, yang berakibat

timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi penyumbatan sehingga

meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon (R Tsamsuhidajat &

Wim De jong, 2010).

C. MANIFESTASI KLINIS
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang di dasari dengan

radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai

maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis

adalah:

1. Nyeri visceral epigastrium.

2. Nafsu makan menurun.

3. Dalam beberapa jam nyeri pindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney.

4. Kadang tidak terjadi nyeri tapi konstipasi.

5. Pada anak biasanya rewel, nafsu makan turun karena focus pada

nyerinya, muntah-muntah, lemah, latergik, pada bayi 80-90%

apendisitis terjadi perforasi (Tsamsuhidajat & Wong de jong, 2010).

Manisfestasi klinis lainya adalah:

1. Nyeri dikuadran kanan bawah disertai dengan demam ringan, dan

terkadang muntah kehilangan nafsu makan kerap dijumpai konstipasi

dapat terjadi.
2. Pada titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilicus dan

spina anterior ileum), terasa nyeri tekan local dan kekakuan otot bagian

bawah rektus kanan.

3. Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan

nyeri tekan, spasme otot dan adanya diare atau konstipasi.

4. Jika apendiks pecah, nyeri lebih menyebar abdomen menjadi lebih

terdistensi akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk. (Brunner &

Suddarth, 2014).

Jadi berdasarkan referensi diatas, manisfestasi yang sering muncul pada

kasus apendisitis adalah nyeri namun kadang bisa juga tanpa nyeri namun

terjadinya konstipasi. Pada anak-anak biasanya ditemukan data yaitu nafsu

makan menurun, terjadinya penurunan kesadaran hingga terjadinya

perforasi.

D. PATOFISIOLOGI

Appendisitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.


Beberapa faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan lumen
appendiks, cacing askaris yang dapat menimbulkan sumbatan, erosi mukosa
appendiks karena adanya parasit seperti E.histolitica, kebiasaan makan
makanan yang rendah serat sehingga dapat menimbulkan konstipasi sehingga
dapat memepengaruhi terhadap timbulnya appendisitis. Peningkatan kongesti
dan penurunan perfusi pada dinding apendik akan mengakibatkan terjadinya
nekrosis dan inflamasi pada appendiks.Sehingga pada keadaan tersebut akan
menimbulkan nyeri pada area periumbilikal. Adanya proses inflamasi yang
berkelanjutan maka terjadi pembentukan eksudat pada permukaan serosa
appendiks. Pada saat eksudat berhubungan dengan pariental peritoneum, maka
intesitas nyeri yang khas akan terjadi.Peningkatan obstruksi yang terjadi maka
bakteri akan berpoliferasi sehingga meningkatkan tekanan intraluminal dan
membentuk infiltrat pada dinding apendik yang disebut sebagai appendiks
mukosa. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri yang masuk pada
rongga perut akan mengakibatkan peritonitis atau inflamasi pada permukaan
peritoneum.Perforasi appendik dengan adanya abses akan menimbulkan nyeri
hebat pada bagian abdomen kanan bawah
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling),

rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).

2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng

Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut.

3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di

angkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas

Sign).

4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila

pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.

5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih

menunjang lagi adanya radang usus buntu.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. jika

terjadi peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks telah

mengalami perforasi (pecah).

3. Pemeriksaan Radiologi

1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang

membantu).

2) Ultrasonografi USG

3) CT-Scan.
Berdasarkan referensi diatas, yang menjadi kunci tata laksana

penentuan diagnosa apendisitis yaitu dengan dilakukan

pemeriksaan fisik yaitu salah satunya dengan mempalpasi bagian

perut bagian kanan bawah akan terjadi blumbeng sign, lalu dengan

memeriksa laboratorium dengan melihat peningkatan leukosit dan

pemeriksaan USG.

Pemeriksaan Diagnostik

1. SDP; Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat sampai

75%,

2. Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.

3. Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material

apendiks (fekalit), ileus terlokalisir. (Doengoes, Marilynn E, 2014).

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi keterlambatan penanganan. Faktor

keterlambatan dapat terjadi dari pasien ataupun tenaga medis. Faktor penderita

dapat berasal dari pengetahuan dan biaya. Faktor tenaga medis dapat berupa

kesalahan dalam mendiagnosa, keterlambatan mengangani maslah dan

keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit dan penangggulangan. Hal ini

dapat memacu meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi yang

sering adalah terjadi pada anak kecil dan orang tua.

Komplikasi 93% lebih sering terjadi pada anak kecil dibawah usia 2 tahun dan

40-75%% terjadi pada orang tua. Pada anak-anak dinding apendiks masih

sangat tips, omentum lebh pendek, dan belum berkembang secara sempurna
sehingga mudah terjadi apendisitis. Sedangkan pada orang tua, terjadi

gangguan pada pembuluh darah.Adapun jenis omplikasi diantaranya:

1. Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa

lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula

berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.

Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh

omentum

2. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri

menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama

sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat

diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul

lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik,

nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear

(PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi

dapat menyebabkan peritonitis.

3. Peritontis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi

berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila

infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya

peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus

paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan

dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa


sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan

leukositosis. (Mansjoer, 2009)

Komplikasi menurut (Brunner&Suddarth, 2014):

1) Komplikasi utama adalah perforasi apendiks yang dapat menyebabkan

peritonitis pembentukan abses (tertampungnya materi purulen), atau

flebilitis portal.

2) Perforasi biasanya terjadi setelah 24 jam setelah awitan nyeri.

Gejala yang muncul antara lain: Demam 37,7’C, nyeri tekan atau nyeri

abdomen.

Berdasarkan penjelasan diatas, hal yang bisa mengakibatkan

keparahan/komplikasi penyakit apendisitis dikarenakan dua hal yaitu faktor

ketidaktahuan masyarakat dan keterlambatan tenaga medis dalam menentukan

tindakan sehingga dapat menyebabkan abses, perforasi dan peritonitis.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis

1) Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose

apendisitis telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk

mengurangi risiko perforasi.

2) Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pemebedahan

dilakukan.

3) Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.

4) Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus

dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendiktomi).


Penundaan apendiktomi dengan cara pemberian antibiotik dapat

mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks dilakukan

drainage. (Brunner & Suddarth, 2014).

2. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah

defisit volume cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi

yang disebabkan oleh gangguan potensial atau aktual pada saluran

gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan mencapai nutris

yang optimal.

2) Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai

jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik

(bila terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan laksatif.

3) Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik

narkotik sesuai program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.

4) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-

tanda obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder

(Brunner & Suddarth, 2014).

3. Penatalaksaan Keperawatan

Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi.

Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.

Teknik laparoskopi sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang

lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka

yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra

abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan


untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada

wanita. (Rahayuningsih dan Dermawan, 2010).

Jadi berdasarkan pembahasan diatas, tindakan yang dapat dilakukan terbagi

dua yaitu tindakan medis yang mengacu pada tindakan

pembedahan/apendictomy dan pemberian analgetik, dan tindakan

keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan klien sesuai

dengan kebutuhan klien untuk menunjang proses pemulihan.


H. PATHWAY

Invasi & Multiplikasi

Apendisitis

Peradangan Jaringan

Meningkatkan tekanan intraluminal

Menghambat aliran limfe

Ulserasi pada dinding mukosa

Gangren dan perforasi

Appendektomy

Luka post op

Luka insisi

Kerusakan jaringan

Ujung syaraf putus

Kerusakan integritas
jaringan

Gambar 2.1 Patofisiologi appendektomy


Sumber : Mansjoer (2009
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS :
Pada saat dikaji, pasien dengan post operasi appendisitis paling sering di
temukan adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan pasien seperti diremas remas
ataupun rasa nyeri seperti ditusuk tusuk
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian :
Saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai
dilakukan pengkajian. Keluhan pada saat dikaji pasien yang telah menjalani
operasi appendisitis pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi
b. PENGKAJIAN POLA GORDON
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan:
Pada pasien appendisitis akut dengan post appendiktomi apabila sakit
periksake dokter,periksa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan
yang tepat
2. Pola metabolic-nutrisi :
Pada pasien appendisitis akut dengan post appendiktomi porsi makanan
tidak habis, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, mual, muntah
dan kenaikan suhu tubuhBrain : hilangnya sensasi pada persendian
3. Pola eliminasi:
Pada pasien appendisitis akut dengan post appendiktomi BAK dan BAB
tidak mengalami gangguan pada pasien post operasi appendikitis. Bladder :
susah berkemih, biasanya berkemih tidak teratur
4. Pola aktivitas dan latihan:
Pada pasien appendisitis akut dengan post appendiktomi mudah berkeringat
saat melakukan aktivitas, mengalami gangguaan melakukan aktivitas secara
mandiri.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pada pasien post operasi appendiitis akut mencapai kesadaran
penuh,keesadaran menunjukan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung
pada periode rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan
menggalami kesakitan pada pasien yang mengalami perforrasi appendik

B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi kuman pada luka operasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
asupan makanan yang adekuat.
d. Intoleansi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik pasca operasi
e. Kecemasan pemenuhan informasi berhubungan dengan kesiapan meningkatkan
pengetahuan penatalaksanaan pengobatan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
1) Nyeri berkurang
2) Menunjukan ekspresi wajah tampak releks
3) Skala nyeri 1 – 3
Intervensi :
a) Mengkaji skala nyeri R/ pendekatan komprehensif untuk menentukan intervensi
b) Ajarkan tehnik relaksasi pada saat nyeri R/ Dapat menurunkan stimulus nyeri
c) Memberikan lingkungan yang tenang R/ Lingkungan yang tenang akan
menurunkan stimulus nyeri
d) Mendorong untuk melakukan ambulasi dini R/Untuk menormalisasi funsi organ
untuk merangsang peristaltik dan flatus
e) Memberikan posisi nyaman R/ Dapat mengurangi ketegangan pada insisi abdomen
sehingga dapat mengurangi nyeri
f) Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab nyeri dan
lama nyeri akan berlangsung R/ Pengetahuan tentang mengurangi nyeri
g) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik R/ Analgetik akan
mengurangi rasa nyeri.
b. Diagnosa II : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan infasi kuman pada luka
operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka diharapkan tidak terjadi
infeksi Kriteria Hasil :
1) Tidak terjadi tanda – tanda infeksi
Intervensi :
a) Kaji tanda tanda infeksi Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka
b) Menjaga kebersihan kondisi balutan Rasional : Untuk mencegah terjadinya
infeksi.
c) Melakukan medikasi perawatan pada luka operasi R/ Untuk mencegah infeksi dari
kontaminasi kuman ke luka bedah
d) Anjurkan kepada pasien adan keluarga untuk menjaga kebersihan luka R/ supaya
tidak terjadi infeksi
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik R/ antibiotik untuk
mencegah infeksi pada luka
c. Diagnosa III : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan makanan yang adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan maka di harapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Asupan makanan adekuat
3)Mempertahankan berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
a) Observesi mual muantah R/ mengetahui keadaan pasien
b) Mengkaji makanan kesukaan pasien R/ Meningkatkan selera makan pasien
c) Menganjurkan makan porsi sedikt tapi sering R/ menjaga terpenuhinya asupan
makanan pada tubuh
d) Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhinya R/ Mengetahui pentingnya kebutuhan nutrisi untuk tubuh
e) Kolaborasi dengan ahli gizi R/ Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada klien.
d. Diagnosa VI : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahafisik pasca operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperaawatan maka diharapkan
terpenuhinya kebutuhan pasien secara mandiri
Krieria hasil :
1) Terpenuhinya kebutuhaan pasien
2) Pasien mampu melakukan aktivitas.
3) Mentoleransi aktivitas yang bisa dilakukan.
Intervensi :
a) Kaji respon, emosi, sosial, sepiritual R/ Untuk mengetahui tingkat ketergantungan
pasien
b) Membatu memenuhi kebutuhan pasien R/ untuk membatu memenuhi kebutuhaan
pasien
c) Menganjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pasien R/ kebutuhan pasien
tepenuhi
d) Hindari menjadwalkan aktivias perwaan selama periode istirahat R/ agar istirahat
teerpenuhi
e) Kolaborasi dengan ahli okupasi untuk membantu progrram aktivita R/ Untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas
e. Diagnosa IV : Kecemasan pemenuhan informasi berhubungan dengan kesiapan
meningkatkan pengetahuan penatalaksanaan pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan maka diharapkan pasien
dan keluarga mengetahui tentang penyakit dan lama penyembuhannya.
Kriteria hasil :
1) Kecemasan berkurang.
2) Menunjukan kemempuan pengetahuan dan keterampilan baru.
Intervensi :
a) Mengobservasi tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit R/ Mengetahui
sejauh mana pengetahuan pasien tentang penyakitnya
b) Menganjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan keadaan yang dirasakan R/
Mengetahui keadaan dan perasaan klien dan dapat memberikan informasi yang tepat
tentang proses keperawatan yang akan di terima.
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pemahaman penyakitnya R/ Membantu
pasien untuk mengetahui dan memahami penyakitnya.
d) Menganjurkan pasien untuk melakukan pengalihan perhatian sesuai kemampuan
R/ Untuk mengurangi rasa cemas pada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta Kimberly. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010.Keperawa tan Medikal Bedah Sisttem
Pencernnaan.Yogyakarta:Gosy en publising.
Grace, pierce A.2007.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta:Erlangga.
Herdman heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Judith M. Wilkinson. Nancy R, Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kowalak Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mutaqin,Arif & Kumala Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:Salemba Medika.
Nursalam.2003.Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika.
Reksoprojo,Soelarto (ed).2010.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta:Binarupa Aksara
Sjamsuhidayat,R & Wim,de Jong (ed).2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC.
Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah. Dari Burnner& Suddarth. Alih Bahasa Yasmin
Asih. Volume 1. Jakarta :EGC. William,Lippicott&Wilkins.2011.Nurs ing Memahami Berbagai
Macam Penyakit.Jakarta: Indeks Permata Puri Media.
Depkes RI.2008.Kasus Apendisitis.diakses dari : http://www.artikkelkedokteran.
com/arsip/kasus-appendisitisdi-indonesia-pada-tahun2008.html.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N

DENGAN ARTRITIS REUMATHOID

I. Pengkajian (tgl 29/3/21 pukul: 11.00 WIB)

1.1 Identitas Klien


Nama : Ny.T

Umur : 30 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Penghasilan :-

Alamat : Pagelaran

MRS tgl/ jam : 29/3/21 J.07.30

Ruangan : Mawar

No. Reg : 10700xx

Dx. Medis : Post Op Apendisitis

1.2 Identitas penanggung jawab


Nama : Tn.Z

Umur : 32 th

Jenis Kelamin :L

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia


Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : +- 1,5 jt

Alamat : Pagelaran

Hub. Dengan klien : Suami

1.3 Keluhan Utama : Pasien mengatakan sakit di seluruh bagian perut


1.4 Riwayat Penyakit Sekarang : Saat dikaji klien mengeluh nyeri pada luka post op,
ditusuk- tusuk, skala 6, terus – menerus, pada pengkajian PQRST, P (provokatif /paliatif) :
nyeri pada luka post op. Q (qualitas/ quantitas) : ditusuk-tusuk, R (region) : perut kanan
bawah, S (skala) : skala 6, T (timing) : terus-menerus. Badan lemas, panas, sakit apabila
balik ke sebelah kanan.
1.5 Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan pernah berobat ke Rumah Sakit ± 10
tahun yang lalu karena malaria, dan dirawat.
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga : Dalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai
penyakit sama dengan pasien. Sedangkan dalam keluarga pasien tidak ada penyakit
menurun (seperti Diabetes Millitus, epilepsy, dll) maupun penyakit menular (seperti TBC,
lepra, dll)
1.7 Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual:
Riwayat Psiko : Pasien mengatakan ingin segera sembuh

Riwayat Sosial : Pasien mengatakan hubungan dengan masyarakat atau


tetangga baik tidak ada masalah, hubungan dengan anak dan keluarga juga baik tidak ada
masalah.

Riwayat Spiritual : Pasien mengatakan dirumah selalu sholat 5 waktu dan


juga mengaji

1.8 ADL (Activity Daily of Life):


1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan biasa dirumah 3x sehari,porsi satu
piring terdiri dari nasi,lauk, dan sayur, minum 5-6 gelas perhari air putih dan teh manis
kadang kadang.

Selama sakit : Pasien mengatakan makan 3x sehari porsi rumah sakit tidak habis, pasien
minum 1 botol tanggung aqua perhari

2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan dengan konsistensi padat
sering konstipasi

BAK 5x/hari, warna kuning jernih, volume normal

Selama sakit : BAB hanya 1x , dan belum BAB ±2 hari.

BAK kurang lebih 3x/hari

3. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien tidur 7-8 jam sehari, tidak ada kebiasaan yang dilakukan
sebelum tidur.

Selama sakit : Pasien tidur siang ± 5-6 jam perhari, pasien kesulitan tidur karena
menahan nyeri

4. Pola Personal Higiene


Sebelum sakit : Pasien dapat membersihkan tubuh secara bersih dan mandiri

Selama sakit : Pasien hanya seka saja

5. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan segala aktivitas sendiri

Selama sakit : Pasien melakukan aktivitas dibantu oleh keluarga

2. Pemeriksaan

2.1 Pemeriksaan Umum Pasien bedrest di tempat tidur, keadaan tampak lemah, terlihat
kesakitan, pasien masih mampu menjawab pertanyaan dengan spontan dan pasien tampak
cemas dengan penyakit yang ia derita.
Kesadaran: Composmentis GCS: 456

TD : 100/80

Suhu : 36 c

Nadi : 80 x/mnt

RR : 24 x/mnt

BB : 51 kg

TB : 166 cm

2.2 Pemeriksaan Fisik:


Kepala : Bentuk simestris , tidak ada luka , pertumbuhan rambut merata, warna
rambut hitam , sedikit rontok dan tidak berbau.

Mata : Simetris konjungtiva anemis , pupil isokor, kelainan (-) penggunaan alat
bantu (-) mata tampak cekung, neri tekan (-)

Hidung : Simetris, luka (-), lesi (-), sekret (-), polip (-), bernafas normal. PCH (-)

Mulut : Bibir pucat , caries (-) , lesi (-), perdarahan gusi (-) kesulitan menelan
(-) bau mulut (+)

Telinga : Simestris, sedikit ada serumen, perdarahan (-), alat bantu pendengaran
(-), fungsi pendengaran baik

Leher : Nyeri tekan (-), kelainan (-) lesi (-), kekakuan (-), keterbatasan gerak (-)

Thorax :

I: Normal , pergerakan dada ekspansi dada simetris

P: Nyeri tekan (-) massa (-)

P: Suara S1 dan S2 tunggal ( lup dup) , suara sonor

A: Vesikuler

Jantung :
I: Normal , ictus cordis (-)

P: Pulsasi pada dinding torak teraba kuat

P: Batas jantung normal, batas atas ICS II, batas bawah ICS V, batas kiri ICS V
mid clavicula sinistra, batas kanan ICS IV mid sternalis dextra

A: BJ 1 dan BJ 2 terdengar tunggal, suara tambahan (-)

Abdomen :

I: Terdapat bekas luka operasi , asites (-) benjolan (-)

A: Peristaltik usus 12x/mnit terdengar jelas

P: Ada nyeri tekan , edema (-), massa dan benjolan (-)

P: Terdengar hasil ketukan tympani di semua kuadran abdomen

Genetalia : Tidak terkaji

Ekstremitas : Tidak ada kelainan, kekuatan otot 5 5 5 5

Pemeriksaan Penunjang:

1. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Hasil Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Leukosit (WBC) 11,20 3,70 – 10,1
Neutrofil 95
Limfosit 1,2
Monosit 0,5
Esinofil 0,2
Basofil0,0
Neutrofil % 70,5 39,3 – 73,7 %
Limfosit % 10,1 18,0 – 48,3 %
Monosit % 5,3 4,40 – 12,7 %
Esinofil % 0,7 0,600 – 7,30 %
Basofil % 0,2 0,00 – 1,70 %
Eritrosit (RBC) 4,350 4,6 – 6,2 108 / µL
Hemoglobin 13,50 13,5 – 18,0 g/dL
(HGB) 40,30 40–54%
Hematokrit (HCT) 93,12 81,1 – 96, 0 µm3
MCV 30,10 27,0 – 31,2 pg
MCH 32,20 31,8 – 35,4 g/dL
MCHC 14,30 11,5 – 14,5 %
RDW 257 155 – 366 103/ µL
PLT 5,3 6,90 – 10,6 fL
MPV
KIMIA KLINIK
LEMAK 189 <150 mg/dL
Trigliserida 204 < 200 mg/dL
Kolesterol 35,05 > 34 mg/dL
Kolesterol HDL 132,32 < 100 mg/dL
Kolesterol LDL
FAAK GINJAL
BUN 13 7,8 – 20,23 mg/dL
Kreatinin 0,974 0,8 – 1,3 mg/dL

2. Pemeriksaan Radiologi
Rongsen : Tidak tampak kelainan yang spesifik tak tampak bayangan ontras
masuk kedalam rongga appendix ccum normal.

Pemeriksaan USG : Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc. Burney.

2.3 Therapi (oleh dr Sp.Pd tanggal 29-03-2021)


Infus : RL 20 tpm
Injeksi : Ranitidin 2x25 gram
Cetorolak 2x30 gram
Pelastin 2x1 gram
Malang ,29-03-2021

Mahasiswa

Yang mengkaji

YUDIT

NIM. 1920110
ANALISA DATA

NAMA : Ny.T RUANG : Mawar

UMUR : 30 th NO.REG : 10700xx

NO ANALISIS DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 Data Subjektif : Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
Klien mengatakan sakit di Pembedahan
seluruh bagian perut dan
nyeri nafsu
makan turun
Data Objektif :
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran :Composmentis
c. GCS : 456
d. TTV: TD :130/90 mmHg
e. Suhu : 36,6 °C
f. Nadi :80 x/menit
g. Respirasi : 24 x/menit
h. Pola nafas teratur
2 Kurang Terpapar Ansietas
Ds: Informasi

Pasien mengatakan Cemas dan


gelisah

Dan Nafsu makan turun

DO:

Pasien tampak lemah

Pasien tampak pucat


Makanan dari Rumah Sakit tampak
belum di makan.
3 Ds: Kelemahan Intoleransi Aktifitas

pasien mengatakan tidak memiliki


tenaga dan malas untuk melakukan
apapun

Do:

Pasien tampak hanya terbaring di


tempat tidur perawatan
RUMUSAN DIAGNOSA

NAMA : Ny.T RUANG : Mawar

UMUR : 30 th NO.REG : 10700xx

NO RUMUSAN DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TTD


DITEMUKAN TERATASI
1. Nyeri akut berhubungan denang agen 29/03/2021 -
pencidera fisik

Ansietas Berhubungan dengan kurang


2. 29-03-2021 -
terpapar infromasi

Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan


3. kelemahan 29-03-2021 -
IMPLEMENTASI

NAMA : Ny.T RUANG : Mawar

UMUR : 30 th NO.REG : 10700xx

NO DX. KEP TGL/ IMPLEMENTASI TTD


JAM

1. 1 29 – 03 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,


durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
– 2021
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respon non verbal
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Kolaborasi penggunaan analgetik

29 – 03 1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan


2 2
-2021 2. Monitor tanda-tanda ansietas
3. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
4. Latih teknik relaksasi

3 3 1. Monitor kelemahan Fisik dan Emosional


29-03- 2. Monitor pola dan jam tidur
2021 3. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

1 1 30-03- 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,


durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
2021
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respon non verbal
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Kolaborasi penggunaan analgetik

30-03- 1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan


2 2
2021 2. Monitor tanda-tanda ansietas
3. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
4. Latih teknik relaksasi

3 3 1. Monitor kelemahan Fisik dan Emosional


30-03- 2. Monitor pola dan jam tidur
2021 3. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
1 1 31-03- 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
2021
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respon non verbal
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Kolaborasi penggunaan analgetik
31-03-
1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
2021 2. Monitor tanda-tanda ansietas
2 2
3. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
4. Latih teknik relaksasi

31-03- 1. Monitor kelemahan Fisik dan Emosional


3 3 2. Monitor pola dan jam tidur
2021 3. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
EVALUASI

NAMA : Ny.T RUANG : Mawar

UMUR : 30 th NO.REG : 10700xx

NO DX. KEP TGL/ CATATAN PERKEMBANGAN TTD


JAM
1 1 29-03- S:
2021 Klien mengatakan sakit di Seluruh bagian perut dan
nyeri nafsu makan turun belum membaik Skala Nyeri 7
O:
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran :Composmentis
c. GCS : 456
d. TTV: TD :130/90 mmHg
e. Suhu : 36,6 °C
f. Nadi :80 x/menit
g. Respirasi : 24 x/menit
h. Pola nafas teratur
A : Masalah Belum Teratasu
P : Lanjutkan Intervensi

29-03- S:
2 2
2021
Pasien mengatakan Cemas dan gelisah

Dan Nafsu makan turun belum membaik

O:

Pasien tampak lemah

Pasien tampak pucat

Makanan dari Rumah Sakit tampak belum di makan.

A : Masalah Belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

29-03-
3 3 2021
S:

pasien mengatakan tidak memiliki tenaga dan malas


untuk melakukan apapun belum membaik

O:

Pasien tampak hanya terbaring di tempat tidur perawatan

A : Masalah Belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
1 1 30-03- S:
2021 Pasien mengatakan nyeri berangsung berkurang skala
nyeri 5
O:
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran :Composmentis
c. GCS : 456
d. TTV: TD :124/90 mmHg
e. Suhu : 36,6 °C
f. Nadi :80 x/menit
g. Respirasi : 24 x/menit
h. Pola nafas teratur
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

30-03- S:
2 2
2021
Pasien mengatakan sudah mulai tengan

O:

Pasien tampak lebih tenang

A : Masalah Belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

S:
30-03-
3 3 Pasien mengatakan tenaganya membaik
2021
O:
Pasien tampak mulai terlihat segar.

A : Masalah Belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
1 1 31-03- S:
2021 Pasien mengatakan nyeri berangsung berkurang skala
nyeri 2
O:
Pasien tampak tenang, tidak meringis dan tidak gelisah
A : Masalah Belum Teratasi
P : Hentikan Intervensi

31-03- S:
2 2
2021
Pasien sudah merasakan tenang

O:

Pasien tampak lebih tenang

A : Masalah Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

S:
3 3
31-03-
Pasien mengatakan sudah baik
2021
O:

Pasien tampak mulai terlihat segar.

A : Masalah Teratasi

P : Hentikan Intervensi
INTERVENSI

NAMA : Ny.T RUANG : Mawar

UMUR : 30 th NO. REG : 10700xx

TGL/ DX. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD


JAM
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1.
berhubungan intervensi 1x24 jam durasi,frekuensi,kualitas,intensita
yang dirasakan klien
denang tingkat nyeri berkurang s nyeri.
agen dengan kriteriahasil : 2. Identifikasi skala nyeri. 2.
pencidera 3. Identifikasi respon non verbal
Luaran Utama : Tingkat 4. Monitor 3.
fisik efek samping
Nyeri penggunaan analgetik. yang dirasakan klien
5. Jelaskan strategi meredakan
Keluhan nyeri 5 menurun 4.
nyeri.
Gelisah 5 Menurun 6. Kolaborasi penggunaan analgetik klien

Setelah dilakukan
1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui
Ansietas tindakan keperawatan
mengambil keputusan kemampuan pasien
berhubungan 3x24 jam Tingkat ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan menurun 3. Informasikan secara factual 2. Untuk mengatahui status
kurang mengenai diagnosis, pengobatan, kesehatan
terpapar dan prognosis
informasi 4. Latih teknik relaksasi 3. Untuk membuka
pengetahuan pasien
4. Untuk mengurangi
kecemasan pasien

1. Untuk mengetahui status


kelelahan klien dan tingkat
Setelah dilakukan 1. Monitor kelemahan Fisik dan emosi
Intoleransi tindakan keperawatan Emosional 2. Memantau pola tidur klien
aktifitas 3x24 jam intoleransi 2. Monitor pola dan jam tidur
agar tidak terjadi kelelahan
berhubungan Aktifitas teratasi : 3. Anjurkan tirah baring
dengan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Untuk mengantisipasi
Keluhan Lelah 5 tentang cara meningkatkan asupan terjadinya kelemahan fisik
kelamahan
Menurun makanan 4. Agar kondisi klien pulih dan
stabil kembali
Perasaan Lemah 5
b.
Menurun

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1.


berhubungan intervensi 1x24 jam durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
yang dirasakan klien
denang tingkat nyeri berkurang nyeri.
agen dengan kriteriahasil : 2. Identifikasi skala nyeri. 2.
pencidera 3. Identifikasi respon non verbal
Luaran Utama : Tingkat 4. Monitor 3.
fisik efek samping
Nyeri penggunaan analgetik. yang dirasakan klien
5. Jelaskan strategi meredakan
Keluhan nyeri 5 menurun 4.
nyeri.
Gelisah 5 Menurun 6. Kolaborasi penggunaan analgetik klien

Setelah dilakukan
1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui
Ansietas tindakan keperawatan
berhubungan 3x24 jam Tingkat ansietas mengambil keputusan kemampuan pasien
dengan menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Untuk mengatahui status
kurang 3. Informasikan secara factual
terpapar mengenai diagnosis, pengobatan, kesehatan
informasi dan prognosis
3. Untuk membuka
4. Latih teknik relaksasi
pengetahuan pasien
4. Untuk mengurangi
kecemasan pasien

Setelah dilakukan
Intoleransi tindakan keperawatan 1. Untuk mengetahui status
aktifitas 1. Monitor kelemahan Fisik dan
3x24 jam intoleransi kelelahan klien dan tingkat
berhubungan Emosional
Aktifitas teratasi : 2. Monitor pola dan jam tidur emosi
dengan 2. Memantau pola tidur klien
kelamahan Keluhan Lelah 5 3. Anjurkan tirah baring
Menurun 4. Kolaborasi dengan ahli gizi agar tidak terjadi kelelahan
tentang cara meningkatkan asupan 3. Untuk mengantisipasi
Perasaan Lemah 5 makanan terjadinya kelemahan fisik
Menurun 4. Agar kondisi klien pulih
dan stabil kembali
a.

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui kualitas nyeri
berhubungan intervensi 1x24 jam durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
yang dirasakan klien
denang tingkat nyeri berkurang nyeri.
agen dengan kriteriahasil : 2. Identifikasi skala nyeri. 2. Mengetahui skala nyeri
pencidera 3. Identifikasi respon non verbal
Luaran Utama : Tingkat 4. Monitor 3. Untuk mengalihkan nyeri
fisik efek samping
Nyeri penggunaan analgetik. yang dirasakan klien
5. Jelaskan strategi meredakan
Keluhan nyeri 5 menurun nyeri. 4. Untuk mengurangi rasa
6. Kolaborasi penggunaan analgetik
Gelisah 5 Menurun nyeri klien

Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemampuan


tindakan keperawatan 1. Untuk mengetahui
Ansietas mengambil keputusan
berhubungan 3x24 jam Tingkat ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas kemampuan pasien
dengan menurun 3. Informasikan secara factual 2. Untuk mengatahui status
mengenai diagnosis, pengobatan,
kurang
dan prognosis kesehatan
terpapar
4. Latih teknik relaksasi 3. Untuk membuka
informasi
pengetahuan pasien
4. Untuk mengurangi
kecemasan pasien

Setelah dilakukan
Intoleransi tindakan keperawatan 1. Monitor kelemahan Fisik dan 1. Untuk mengetahui status
Emosional
aktifitas 3x24 jam intoleransi kelelahan klien dan tingkat
2. Monitor pola dan jam tidur
berhubungan Aktifitas teratasi : 3. Anjurkan tirah baring emosi
dengan 2. Memantau pola tidur klien
Keluhan Lelah 5 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
kelamahan Menurun tentang cara meningkatkan asupan agar tidak terjadi kelelahan
makanan 3. Untuk mengantisipasi
Perasaan Lemah 5 terjadinya kelemahan fisik
Menurun 4. Agar kondisi klien pulih dan
stabil kembali
b.

Anda mungkin juga menyukai