Anda di halaman 1dari 23

Macam-macam gangguan yang terjadi pada usus halus

1.infeksi
Infeksi usus adalah peradangan yang dapat terjadi di usus kecil atau usus
besar. Kondisi ini umumnya ditandai dengan demam, diare, dan muntah-muntah.
Infeksi usus atau enterokolitis dapat disebabkan oleh bakteri, parasit, virus atau jamur.
Bakteri, virus, parasit, dan jamur, merupakan mikroorganisme yang dapat ditemukan di air,
tanah, bahkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Jika sampai masuk ke dalam tubuh
apalagi berkembang tidak terkendali, mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, termasuk infeksi usus.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing penyebab infeksi usus dan cara
penyebarannya:
1. Bakteri
Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi usus adalah:

● E. coli
● Shigella
● Salmonella
● Campylobacter
● Clostridium
● Yersinia

Seseorang dapat terinfeksi bakteri tersebut jika mengonsumsi makanan, seperti telur
dan daging, yang tidak dimasak matang atau mengonsumsi air yang terkontaminasi.

2. Parasit
Jenis parasit yang menyebabkan infeksi usus antara lain Entamoeba
histolytica dan Balantidium coli. Parasit ini umumnya menyebar melalui air, misalnya akibat
berenang di kolam renang umum serta minum air dari sumur atau tangki air yang
terkontaminasi.

3. Virus
Cytomegalovirus merupakan salah satu jenis virus penyebab infeksi usus. Virus ini umumnya
menyebar melalui kontak dengan air liur dan urine penderita, atau melalui transfusi darah.
Infeksi virus Cytomegalovirus dapat menimbulkan kondisi yang lebih serius pada penderita
HIV/AIDS dan penerima transplantasi organ.
4. Jamur
Jamur Candida hidup di dalam usus dalam jumlah yang terkendali. Namun, jika berkembang
terlalu banyak, jamur ini dapat menyebabkan infeksi usus.
Selain beberapa penyebab di atas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena infeksi usus, yaitu:

● Bekerja di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain


● Tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau sebelum makan
● Minum atau makan dari air dan makanan yang terkontaminasi
● Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita diabetes atau
HIV/AIDS
● Menjalani kemoterapi atau radioterapi
● Pernah menjalani transplantasi organ

Gejala infeksi usus dapat muncul dalam hitungan jam atau beberapa hari setelah terjadi
infeksi. Beberapa gejala infeksi usus yang umum terjadi adalah:

● Kram perut
● Diare
● Demam
● Kembung
● Hilang nafsu makan
● Mual dan muntah
● Terdapat darah pada tinja

Diagnosis Infeksi Usus


Untuk mendiagnosis infeksi usus, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait gejala yang
dialami pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

● Tes darah, untuk memastikan tanda-tanda adanya infeksi usus.


● Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi jenis mikroorganisme penyebab infeksi usus
● Kolonoskopi, untuk melihat kondisi usus besar dan ujung usus besar (rektum) dengan
menggunakan selang khusus yang dilengkapi kamera dan lampu
Pengobatan Infeksi Usus
Penanganan infeksi usus dapat berupa pemberian obat-obatan hingga operasi. Berikut adalah
penjelasannya:

Pemberian obat-obatan
Jenis obat-obatan yang diberikan tergantung pada penyebab infeksi usus, antara lain:

● Obat antiradang, seperti aminosalisilat atau kortikosteroid untuk mengurangi


peradangan di usus
● Obat antibiotik, seperti ciprofloxacin, ampicillin, dan rifaximin untuk mengatasi
infeksi usus yang disebabkan bakteri
● Obat imunosupresan, seperti mercaptopurine, azathioprine, atau cyclosporine
● Obat pereda nyeri, seperti acetaminophen, ibuprofen, dan naproxen
● Obat antijamur untuk menangani infeksi jamur
● Obat antidiare, seperti loperamide
● Obat pereda asam lambung, kembung, atau mual,
seperti lansoprazole, metoclopramide, atau ondansentron

Operasi
Jika pemberian obat-obatan tidak efektif untuk mengatasi infeksi usus atau bila infeksi usus
makin memburuk, dokter akan menyarankan prosedur operasi untuk mengangkat usus yang
bermasalah.
Selain metode pengobatan di atas, dokter juga akan menyarankan pasien menjalani perawatan
mandiri untuk mempercepat proses pemulihan, seperti:

● Minum air putih lebih sering atau oralit bila perlu


● Makan dengan porsi sedikit, tetapi sering
● Mengonsumsi makanan rendah lemak dan rendah serat ketika diare
● Menghindari konsumsi susu dan produk olahannya, minuman berkafein, dan
minuman yang mengandung gula tinggi

Komplikasi Infeksi Usus


Infeksi usus dapat meningkatkan risiko munculnya masalah kesehatan lain, terutama bila
tidak ditangani dengan tepat. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi antara lain:
● Robekan di usus besar
● Perdarahan hebat
● Dehidrasi berat
● Kanker usus besar
● Radang otak (ensefalitis) atau radang selaput otak (meningitis)
● Kejang
● Gagal ginjal
● Radang pankreas (pankreatitis)
● Penurunan kadar gula darah dan elektrolit darah
● Sindrom Guillain- Barré
● Radang sendi reaktif (Sindrom Reiter)
● Sepsis

Pencegahan Infeksi Usus


Infeksi usus merupakan penyakit yang dapat dicegah. Caranya antara lain dengan melakukan
hal-hal berikut:

● Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum atau setelah
makan, menyajikan makanan, dari toilet, serta setelah menyentuh hewan.
● Jangan minum air dari sumber yang tidak terjamin kebersihannya.
● Gunakan peralatan masak atau makan yang sudah dicuci bersih.
● Bersihkan bahan makanan menggunakan air mengalir.
● Masak makanan, seperti telur, daging, dan seafood sampai benar-benar matang.
● Simpan bahan makanan di lemari pendingin.
● Tutupi hidung dan mulut saat bersin atau batuk.
● Jangan melakukan kontak dengan orang lain bila Anda sedang sakit infeksi, atau
ketika orang lain sedang sakit infeksi.
2. PERDARAHAN

Usus halus kita memiliki panjang sekitar enam meter bahkan lebih. Usus halus memiliki
peran penting dalam penyerapan nutrisi dari makanan. Dibandingkan dengan bagian saluran
cerna lainnya, usus halus adalah tempat yang jarang untuk terjadi perdarahan. Namun,
perdarahan di usus halus dapat menjadi penyebab paling umum dari perdarahan saluran cerna
yang tidak jelas asalnya. Sekitar 5% dari perdarahan saluran cerna disebabkan karena
perdarahan pada usus halus. Pendarahan pada usus halus memiliki banyak penyebab yang
mendasari dan mungkin menjadi penyebab adanya darah pada tinja atau anemia pada
beberapa pasien. Karena usus halus sangat panjang dan pergerakannya tinggi, maka untuk
menemukan sumber perdarahan di usus halus tentunya merupakan tantangan yang besar.
Dalam beberapa tahun terakhir, ketersediaan inovasi alat pemeriksaan penunjang untuk
mendeteksi perdarahaan usus halus semakin canggih, seperti kapsul endoskopi, double-
balloon enteroscopy (DBE), dan CT Enterografi. Dengan pemeriksan penunjang tersebut
tentunya telah membantu para klinisi untuk memahami lebih baik tentang penyebab
perdarahan usus halus. Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab, gejala, dan
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi perdarahan usus halus, serta pilihan terapi apa
saja yang tersedia untuk pasien.
Berbagai jaringan yang tidak normal pada dinding usus halus dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan. Penyebab paling sering yang ditemui adalah kelainan vaskular atau kelainan
pembuluh darah pada dinding usus halus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan
pendarahan usus halus antara lain tumor jinak, tumor ganas, polip, penyakit Crohn, dan
adanya luka pada dinding usus halus. Kelainan vaskular dan adanya luka pada usus halus
akibat konsumsi obat anti-nyeri golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory (NSAID) adalah
penyebab umum perdarahan usus halus yang ditemui pada orang tua. Sedangkan tumor
dan penyakit Crohn adalah penyebab umum perdarahan usus halus yang terjadi pada pasien
di bawah usia 40 tahun.
Pendarahan usus halus bisa menimbulkan gejala bisa tidak. Umumnya, perdarahan usus halus
yang bergejala akan terjadi pada kondisi perdarahan yang banyak. Gejala yang sering ditemui
adalah adanya darah pada tinja, tinja berwarna hitam, nyeri perut, dan gejala anemia atau
kurang darah seperti mudah lelah. Jika terjadi perdarahan yang banyak dan tidak diketahui,
maka gejala yang dirasakan akan lebih berat seperti pusing, lemas, dan sesak napas. Gejala
bisa saja tidak nampak pada perdarahan yang berlangsung lambat.
.
Untuk mendiagnosis perdarahan usus halus, pertama-tama dokter akan menanyakan
mengenai keluhan dan riwayat penyakit Anda saat ini maupun terdahulu. Pertanyaan lain
yang juga ditanyakan antara lain mengenai riwayat penggunaan obat anti-nyeri, obat
pengencer darah, riwayat trauma, terapi menggunakan radiasi, riwayat operasi sebelumnya,
dan apakah sudah dilakukan pemeriksaan teropong atau belum. Begitu pula riwayat penyakit
keluarga penting untuk ditanyakan. Setelah mengumpulkan data dari pasien, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik dan bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang sesuai
dengan kondisi Anda.
Selain pemeriksaan laboratorium darah dan tinja, terdapat beberapa pemeriksaan penunjang
lain untuk mengetahui sumber perdarahan usus halus. Dalam banyak kasus, pemeriksaan
endoskopi dan enteroskopi adalah merupakan langkah awal yang dilakukan untuk
menentukan letak perdarahan. Endoskopi dan enteroskopi merupakan alat teropong yang
lentur menyerupai tabung yang panjang dengan lampu dan kamera diujungnya. Gambar yang
diperoleh dapat kita lihat melalui monitor. Selain untuk menentukan letak perdarahan,
endoskopi dan enteroskopi juga dapat digunakan untuk membantu menghentikan perdarahan,
mengambil jaringan untuk diperiksakan lebih lanjut, dan menandai lokasi perdarahan untuk
membantu ahli bedah dalam menentukan letak perdarahannya.
ika gagal untuk menemukan sumber perdarahan menggunakan endoskopi dan enteroskopi,
langkah umum berikutnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan endoskopi
kapsul. Endoskopi kapsul adalah pemeriksaan penunjang pada saluran cerna yang
menggunakan kamera dalam sebuah kapsul. Pasien akan diminta untuk menelan kapsul ini
sehingga kamera dapat mengambil gambar pada saluran cerna secara menyeluruh. Kapsul
endoskopi akan keluar dengan sendirinya bersamaan dengan tinja melalui anus setelah
beberapa jam atau hari. Selain endoskopi, masih ada beberapa pemeriksaan penunjang
lainnya yang dapat dikerjakan seperti pemeriksaan radiologis yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan.
Pendarahan usus halus dapat dikelola dengan berbagai metode seperti observasi dan
pemantauan, terapi obat-obatan, radiologis, endoskopi, maupun bedah yang dipilih sesuai
dengan indikasi, keahlian, dan ketersediaan alat. Pasien dengan perdarahan akut banyak
membutuhkan pemberian cairan dan darah, pemberian obat-obatan, pencarian lokasi
perdarahan, dan penghentian perdarahan. Tentunya, terapi yang akan diberikan oleh dokter
akan disesuaikan dengan penyebab perdarahan saluran cerna.
.
Penting untuk diingat, apabila Anda mengalami keluhan nyeri perut, adanya darah atau tinja
berwarna hitam, dan keluhan lemas serta pusing yang tidak kunjung membaik hingga merasa
napas menjadi sesak, maka konsultasikan diri Anda segera ke dokter untuk mengetahui
penyebab dan mendapatkan tatalaksana yang sesuai. Konsumsilah makanan sehat
dan berserat untuk menjaga kesehatan usus Anda. Gunakan obat anti-nyeri dengan bijak
dan obat pengencer sesuai dengan saran dokter.
3. ILEAC

Penyakit celiac adalah penyakit autoimun yang gejalanya muncul akibat


mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Penyakit celiac bisa menyebabkan keluhan
pada sistem pencernaan dan dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak diobati.

Gluten adalah jenis protein yang dapat ditemukan di makanan tertentu, seperti roti, pasta,
sereal, dan biskuit. Protein ini berfungsi membuat adonan roti atau makanan menjadi elastis
dan kenyal.Penyakit celiac terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi tidak normal
terhadap gliadin, yaitu komponen protein yang terkandung di dalam gluten.
Sistem imun tubuh penderita menganggap gliadin sebagai ancaman dan memproduksi
antibodi untuk melawannya. Antibodi itulah yang menyebabkan peradangan pada usus dan
mengganggu proses pencernaan.
Gejala penyakit celiac dapat berbeda pada anak-anak dan orang dewasa. Pada anak-anak,
gejalanya antara lain:
● Diare kronis
● Sembelit
● Perut kembung
● Mual dan muntah
● Sakit perut
● Tinja berbau tidak sedap, berminyak, dan terlihat pucat
● Penurunan berat badan atau berat badan sulit naik

Gejala penyakit celiac pada orang dewasa juga dapat berupa gangguan pencernaan, seperti
diare, mual dan muntah, nyeri perut, dan perut kembung. Namun, kebanyakan orang dewasa
dengan penyakit celiac juga mengalami gejala di luar sistem pencernaan, seperti:

● Nyeri sendi
● Sariawan
● Anemia defisiensi besi
● Sakit kepala
● Pengeroposan tulang (osteoporosis)
● Tubuh mudah lelah
● Kerusakan pada enamel gigi
● Menstruasi tidak teratur
● Kesemutan dan mati rasa di jari tangan dan kaki (neuropati perifer)
● Keguguran atau sulit mendapatkan keturunan
● Kejang
● Tes darah, untuk mendeteksi antibodi yang terkait dengan penyakit celiac
● Tes genetik, untuk menyingkirkan kemungkinan gejala yang dialami pasien
disebabkan oleh penyakit lain, dengan mendeteksi kelainan genetik pada gen HLA-
DQ2 dan HLA-DQ8

Penting bagi pasien untuk tidak menjalani diet bebas gluten sebelum tes di atas dilakukan.
Jika saat tes pasien sudah menjalani diet bebas gluten, hasil tes dapat terlihat normal
walaupun sebenarnya pasien memiliki penyakit celiac.
Jika dari hasil tes darah pasien diduga menderita penyakit celiac, dokter akan melakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan tersebut antara lain:

● Endoskopi, untuk melihat kondisi usus kecil dengan menggunakan selang kecil
berkamera (endoskop) atau kapsul endoskopi
● Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan di kulit (bagi pasien mengalami gejala
dermatitis herpetiformis) atau sampel jaringan di usus kecil, untuk diteliti di
laboratorium

Cara utama dalam mengatasi penyakit celiac adalah dengan menghindari makanan atau bahan
apa pun yang mengandung gluten. Selain pada makanan, gluten juga terdapat pada obat-
obatan, vitamin, bahkan lipstik. Cara ini harus dilakukan seumur hidup guna mencegah
terjadinya komplikasi.
Dengan diet bebas gluten, pasien akan terhindar dari kerusakan dinding usus dan gejala
terkait pencernaan, seperti diare dan nyeri perut. Beberapa makanan alami bebas gluten yang
dapat dikonsumsi adalah:

● Nasi
● Daging
● Ikan
● Kentang
● Buah-buahan
● Sayuran
● Susu dan produk turunannya

Selain jenis makanan di atas, ada juga jenis tepung yang bebas gluten, seperti tepung beras,
tepung kedelai, tepung jagung, dan tepung kentang.
Pada pasien anak-anak, diet bebas gluten selama 3–6 bulan dapat menyembuhkan usus yang
rusak. Namun, pada pasien dewasa, penyembuhan mungkin membutuhkan waktu sampai
beberapa tahun.
Selain diet bebas gluten, terapi tambahan juga dapat diperlukan untuk mengatasi gejala dan
mencegah komplikasi

Suplemen vitamin dan mineral


Jika pasien dinilai mengalami anemia dan malnutrisi yang cukup berat, atau jika pola makan
pasien belum bisa menjamin kecukupan gizinya, dokter akan memberikan suplemen agar
pasien mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Suplemen yang dapat
diberikan oleh dokter antara lain:

● Asam folat
● Tembaga
● Vitamin B12
● Vitamin D
● Vitamin K
● Zat besi
● Zinc

Kortikosteroid
Dokter akan meresepkan kortikosteroid pada pasien yang ususnya sudah rusak parah. Selain
untuk mengontrol peradangan, kortikosteroid juga berguna untuk meredakan gejala selama
proses penyembuhan usus.

Dapsone
Dapsone diberikan pada pasien penyakit celiac yang mengalami gejala dermatitis
herpetiformis. Obat ini berfungsi untuk mempercepat proses penyembuhan, tetapi mungkin
butuh waktu sampai 2 tahun agar gejala dermatitis herpetiformis dapat terkontrol.
Dokter umumnya memberikan dapsone dalam dosis kecil, untuk mencegah efek samping
seperti sakit kepala dan depresi. Dokter juga akan menyarankan pasien menjalani tes darah
secara berkala untuk memeriksa kemungkinan efek samping.

Komplikasi Penyakit Celiac


Jika dibiarkan tidak ditangani atau penderita tetap mengonsumsi makanan yang mengandung
gluten, penyakit celiac dapat menyebabkan komplikasi berikut:

● Malabsorpsi dan malnutrisi akibat tubuh tidak bisa menyerap nutrisi dengan sempurna
● Infertilitas dan keguguran, yang dapat disebabkan oleh kurangnya kalsium dan
vitamin D
● Intoleransi laktosa, akibat tubuh kekurangan enzim untuk mencerna laktosa, yaitu
gula yang biasanya ditemukan pada produk olahan susu, seperti keju
● Berat badan bayi lahir rendah, pada ibu hamil dengan penyakit celiac yang tidak
terkontrol
● Kanker, terutama kanker usus besar, limfoma usus, dan limfoma Hodgkin
● Gangguan sistem saraf, seperti neuropati perifer dan penurunan kemampuan untuk
berpikir dan menyelesaikan masalah

Pada anak-anak, penyakit celiac yang tidak ditangani dapat menyebabkan gangguan
penyerapan makanan dalam jangka panjang. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi berupa:

● Gagal tumbuh pada bayi


● Gigi keropos
● Anemia, yang dapat menurunkan aktivitas dan performa dalam belajar
● Postur yang pendek
● Pubertas yang terlambat
● Gangguan sistem saraf, seperti kesulitan belajar, ADHD, dan kejang

Pencegahan Penyakit Celiac


Penyakit celiac tidak dapat dicegah. Namun, kemunculan gejalanya dapat dicegah dengan
menghindari makanan yang mengandung gluten, seperti:

● Roti
● Biskuit
● Gandum
● Kue
● Pasta
● Sereal
4. KANKER USUS HALUS

Kanker usus halus adalah penyakit langka yang menyerang usus halus. Sel-sel di dalam
jaringan usus halus akan berubah atau bermutasi. Kondisi ini menyebabkan sel-sel tersebut
tumbuh tak terkendali, sehingga tumor ganas terbentuk.Usus halus memiliki panjang sekitar 6
meter dan terdiri dari 3 bagian, yaitu:

duodenum (bagian atas) jejunum (bagian tengah) ileum (bagian bawah)

Secara umum, kanker usus halus dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

A. Adenokarsinoma

Sebanyak 40 hingga 10 kasus kanker usus halus tergolong dalam tipe adenokarsinoma. Maka
itulah, tipe ini termasuk yang paling umum ditemukan.Adenokarsinoma awalnya berkembang
pada sel-sel yang berada di dinding usus halus. Awalnya tampak seperti tumor jinak, tapi
beberapa dapat berpotensi berubah menjadi tumor ganas.Adenokarsinoma paling banyak
ditemukan di duodenum.

B. Sarkoma

Sarkoma merupakan sel kanker yang muncul pada jaringan-jaringan pendukung di dalam
tubuh. Salah satu jenis sel sarkoma yang paling sering ditemukan adalah gastrointestinal
stromal tumor (GIST).GIST dapat tumbuh di bagian manapun pada usus halus. Jenis sel
sarkoma lainnya adalah leiomisarkoma. Umumnya, jenis selini terletak di dinding otot usus
halus.

C. Limfoma

Limfoma pertama kali muncul pada jaringan limfa di usus halus. Jaringan limfa berperan
dalam mengatur sistem imun tubuh. Limfoma yang muncul di usus halus biasanya adalah
limfona non-Hodgkin.Limfoma pada usus halus lebih banyak terjadi di jejunum dan ileum.

D. Tumor karsinoid
Tumor karsinoid atau neuroendokrin terjadi pada sel-sel yang memproduksi hormon di dalam
usus halus. Umumnya, sel tersebut ditemukan di ileum atau usus buntu.

E. Kanker sekunder

Terkadang, kanker usus halus bisa jadi merupakan kanker sekunder. Ini artinya, penyebaran
sel kanker berasal dari bagian tubuh lain.Umumnya, organ tubuh yang dapat menyebarkan sel
kanker sekunder adalah kulit (melanoma), paru-paru, payudara, dan usus besar.

Tanda-tanda & gejala

● Kram atau sakit perut


● Kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas
● Mual dan muntah
● Buang air besar berdarah akibat usus halus terluka
● Kelelahan, akibat kehilangan banyak sel darah merah
● Diare

Pada kasus yang jarang terjadi, penyumbatan pada usus halus dapat menyebabkan usus
sobek. Ini adalah kondisi yang sangat serius dan membutuhkan penanganan medis sesegera
mungkin. Gejala-gejalanya meliputi:

● Sakit perut parah


● Merasa pusing
● Pingsan
● Perut membengkak

Gejala-gejala yang disebutkan kemungkinan juga dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan
lainnya. Selain itu, kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.
Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan
dokter Anda.

Penyebab
Penyebab pasti dari kanker usus halus. Namun, penyebab umum terbentuknya sel kanker di
dalam tubuh adalah terjadinya perubahan atau mutasi pada DNA.
DNA di sel-sel usus halus berperan dalam menjalankan fungsi usus secara normal. Sel-sel
tubuh yang sehat akan berkembang dan berduplikasi secara wajar, lalu kemudian mati dan
digantikan dengan sel baru.

Namun, pada sel-sel yang rusak dan bermutasi, sel akan terus berkembang dan tetap hidup
secara tidak terkendali. Penumpukan sel yang berlebihan ini dapat memicu pertumbuhan
jaringan tumor.

Lama kelamaan, sel kanker dapat berkembang dan menyerang jaringan-jaringan sehat di
sekitarnya. Kemudian, sel-sel tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya.

Faktor risiko

1.Usia

Apabila Anda berusia lanjut, tepatnya di atas 60 hingga 70 tahun, risiko Anda untuk terserang
penyakit ini jauh lebih besar dibanding orang-orang berusia lebih muda.

2. Jenis kelamin

Kasus penyakit ini lebih banyak ditemukan pada penderita berjenis kelamin laki-laki
dibanding dengan perempuan.

3. Mutasi gen keturunan keluarga

Beberapa mutasi gen yang diturunkan dari orang tua dapat meningkatkan risiko terkena
berbagai macam penyakit, termasuk kanker usus halus.

4. Menderita penyakit Crohn

Orang dengan penyakit Crohn memiliki peluang lebih besar terserang kanker. Penyakit Crohn
adalah kondisi di mana sistem imun tubuh menyerang saluran pencernaan. Orang dengan
penyakit ini lebih mudah terkena kanker jenis adenokarsinoma.

5. Menderita penyakit celiac

Bagi penderita penyakit celiac, makan makanan yang mengandung gluten dapat
mengakibatkan sistem imun tubuh menyerang dinding usus. Pasien penderita penyakit celiac
memiliki risiko lebih tinggi terserang kanker jenis limfoma.

6. Memiliki polip usus keturunan


Pada beberapa kasus, orang-orang memiliki polip yang berkembang di usus dan rektum.
Apabila hal tersebut tidak segera ditangani, polip tersebut berisiko berubah menjadi tumor
ganas.

7. Sistem imun tubuh yang lemah

Apabila tubuh Anda memiliki sistem imun yang bermasalah, ada kemungkinan Anda dapat
terserang kanker usus halus. Contohnya, Anda menderita infeksi HIV atau melakukan
transplantasi organ.

8. Merokok dan minum minuman beralkohol

Secara keseluruhan, rokok dan alkohol dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi-fungsi
organ tubuh, termasuk usus halus. Jika Anda aktif merokok dan minum minuman beralkohol
secara berlebihan, peluang Anda terserang penyakit ini lebih besar.

9. Pola makan yang tidak tepat

Terlalu banyak makan berlemak, asin, dan krurang mengandung antioksidan atau serat dapat
meningkatkan risiko Anda mengalami penyakit ini.

Bagaimana dokter mendiagnosis kanker usus halus?

Kanker usus halus adalah penyakit yang agak sulit untuk didiagnosis. Pada saat proses
diagnosis, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Dokter akan menanyakan apa saja keluhan Anda, gejala yang Anda alami, serta riwayat
kesehatan Anda. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan dengan pemindaian untuk
memantau perkembangan kanker. Misalnya lewat X-ray, CT scan, atau MRI.

Anda juga mungkin diminta melakukan endoskopi (memasukkan kamera kecil ke dalam
kerongkongan, lambung, dan usus) untuk melihat lokasi kanker.

1. Tes pengambilan gambar

CT scan
MRI scan
Positron emission tomography (PET)
X-ray pada bagian atas sistem pencernaan dan usus halus
Nuclear medicine scans
2. Tes untuk melihat bagian dalam usus halus

Tes endoskopi dilakukan dengan memasukkan kamera ke dalam usus halus Anda, sehingga
dokter dapat mengamati dinding usus dengan lebih jelas. Prosedur yang dilakukan adalah:

Endoskopi atas
Endoskopi kapsul
Enteroskopi single-balloon
Enteroskopi double balloon
Enteroskopi spiral

3. Operasi

Operasi dilakukan karena terkadang sel kanker terletak di area tubuh yang sulit dideteksi.
Biasanya, dokter akan menyarankan laparotomi atau laparoskopi untuk tes ini.Dokter akan
memasukkan kamera pada prosedur bedah ini dan melihat bagian dalam perut
Anda.Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan antara lain:

Tes darah untuk melihat zat-zat dalam tubuh


Pemeriksaan fungsi hati (liver), bisa dengan tes darah
Pemeriksaan feses yang bisa mendeteksi adanya darah

5. ILEUS
Ileus adalah istilah medis untuk menurunnya pergerakan pada saluran pencernaan yang
menyebabkan penumpukan atau penyumbatan zat makanan.Ileus dapat menyebabkan
obstruksi usus, di mana zat makanan, gas, atau cairan tidak dapat lewat. Walau bisa
disebabkan oleh beberapa hal, ileus paling sering terjadi sebagai efek samping dari
operasi.Ileus termasuk masalah yang serius, tapi banyak orang sering kali tidak menyadari
bahwa makanan sedang menumpuk pada usus dan terus mengonsumsi makanan.Alhasil,
makanan yang terus masuk ini akan menimbulkan penumpukan dan menyumbat saluran
cerna.

Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.

1. Ileus obstruktif

disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan
atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.

2. Ileus paralitik atau adynamic ileus

adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik
untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus
tanpa adanya obstruksi mekanik

Tanpa perawatan, kondisi ini dapat melubangi atau merobek usus. Hal ini menyebabkan isi
usus yang mengandung banyak bakteri bocor ke area rongga tubuh. Pasien harus segera
mendapatkan perawatan medis bila ini terjadi Ileus dapat berkembang menjadi kondisi yang
membahayakan nyawa. Dua komplikasi paling parah adalah necrosis dan peritonitis.

Kondisi ini sangat umum dan dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Ileus adalah
kondisi yang dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Tanda dan gejala ileus

Di bawah ini merupakan gejala dan tanda umum dari ileus.

1. Kram perut
2. Kehilangan nafsu makan
3. Merasa kekenyangan
4. Konstipasi
5. Tidak dapat buang angin
6. Pembengkakan pada perut
7. Mual
8. Muntah seperti isi feses
Penyebab dan faktor risiko ileus
Ileus adalah kondisi yang umumnya terjadi setelah operasi. Efek samping ini bisa terjadi
karena sebelumnya pasien diberikan resep obat yang dapat memperlambat pergerakan
usus.Selain itu, beberapa kondisi yang juga dapat menimbulkan ileus adalah:

1. infeksi umum yang parah (sepsis),


2. cedera atau trauma,
3. serangan jantung,
4. gangguan yang mempengaruhi fungsi otot,
5. kanker usus besar,
6. penyakit Parkinson, yang mempengaruhi otot dan saraf pada usus,
7. penyakit Crohn, yang menyebabkan dinding usus menebal,
8. asupan darah yang sedikit pada bagian usus (mesenteric ischemia),
9. divertikulitis,
10. intususepsi, pada ileus yang dialami bayi

Apa yang meningkatkan risiko terkena kondisi ileus?

Ileus merupakan penyebab paling umum kedua seseorang kembali ke rumah sakit setelah
operasi. Kondisi tersebut lebih mungkin terjadi jika Anda baru saja menjalani operasi perut.

Prosedur bedah pada perut untuk menangani kondisi usus umumnya menyebabkan
penghentian gerakan usus.

Selain itu, berikut merupakan faktor-faktor yang membuat seseorang lebih berisiko
mengalami ileus.

1. Memiliki riwayat kondisi yang sama.


2. Ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalium dan kalsium.
3. Pernah mengalami cedera atau trauma pada usus.
4. Pernah menjalani pemeriksaan iradiasi pada perut atau area sekitarnya.
5. Mengalami penurunan berat badan drastis.
6. Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti obat-obatan tekanan darah tinggi,
hydromorphone (Dilaudid), morfin, oxycodone, atau antidepresan trisiklik
(amitriptyline, imipramine).
7. penuaan juga secara alami memperlambat gerakan usus.

Diagnosis dan pengobatan ileus


Berikut beberapa tes lanjutan yang dilakukan untuk kondisi ini.

1. X-ray: dapat menunjukkan tanda-tanda gas yang terjebak dan kemungkinan obstruksi,
namun X-ray tidak selalu menjadi cara yang paling akurat untuk mendiagnosis
kondisi ini.
2. CT scan: menunjukkan gambar dari X-ray yang mendetil untuk membantu dokter
mengidentifikasi potensi area lokasi ileus.
3. Ultrasonik: teknik imaging ini lebih umum digunakan untuk mengidentifikasi ileus
pada anak-anak.
4. Barium enema: tes yang menggunakan radiasi untuk mengambil gambar usus besar,
setelah usus besar diisi dengan barium.
5. Kolonoskopi: tabung tipis yang disinari dimasukkan melalui rektum ke dalam usus
besar untuk memeriksa lapisan usus besar.

Apa saja pengobatan untuk ileus?

Sebenarnya pengobatan yang diberikan bergantung pada seberapa parah kondisi yang Anda
alami. Pada orang-orang yang mengalami obstruksi parsial, makanan masih bisa melewati
usus dalam jumlah yang sedikit.Maka dari itu, dokter akan merekomendasikan diet rendah
serat. Hal ini dilakukan agar makanan lebih mudah dicerna dan mengurangi kepadatan feses,
sehingga akan lebih mudah melewati usus.Dokter juga mungkin akan menyuruh Anda untuk
menghentikan penggunaan obat yang mengganggu pergerakan usus.Sebagai gantinya, dokter
dapat meresepkan obat lain untuk mendorong pergerakannya. Biasanya jenis obat yang
diberikan adalah tegaserod atau neostigmine.

Namun, bila tidak berhasil atau bila Anda mengalami obstruksi total di mana makanan sama
sekali tidak bisa melewati usus, maka dokter akan melakukan operasi untuk memperbaiki
bagian usus tersebut.Selain itu, beberapa prosedur lainnya yang dapat dilakukan adalah:

1. nasogastric suction (Tabung NG), dengan memasukkan tabung melalui hidung ke


lambung untuk mengeluarkan cairan pencernaan, hal ini dapat meredakan rasa sakit
dan kembung,infus cairan dan elektrolit, cairan diberikan melalui pembuluh darah
untuk mencegah dehidrasi
2. dekompresi kolonoskopik, dengan memasukkan tabung fleksibel ke dalam usus
besar untuk
6. OBSTRUKSI USUS

Obstruksi usus adalah penyumbatan di usus, baik usus halus maupun usus besar. Kondisi ini
dapat menyebabkan masalah pada saluran pencernaan, seperti gangguan proses penyerapan
makanan atau cairan, serta gangguan pembuangan sisa pencernaan.Obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya
normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat
pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
Kejadian obstruksi usus umumnya terjadi pada bagian ileum, sebagai bagian tersempit.
Sumbatan aliran usus dapat terjadi karena tiga faktor yaitu faktor mekanis, faktor neurogenik,
dan faktor vaskular

A.Faktor Mekanis

1. Perlengketan

Perlengkatan merupakan penyebab obstruksi paling sering pada usus


halus dan usus besar. Perlengkatan terjadi setelah pembedahan
abdomen karena alasan yang tidak jelas. Jaringan perlukaan fibrosa
(jaringan parut) paska pembedahan dapat melingkar melewati suatu
bagian usus. Lingkaran tersebut menjadi fokus lokasi dimana usus
memuntir (volvulus) disekitarnya sehingga terjadi obstruksi pada usus
(Black & Hawks, 2009).
2. Hernia

Hernia berpotensi terjadinya obstruksi karena usus tidak dapat


berfungsi jika aliran darahnya terputus. Pada saat terjadi tekanan dari
cincin hernia (cincin jaringan otot dimana usus dapat menonjol
melewati cincin tersebut) memotong aliran darah ke segmen usus yang
mengalami hernia. Jika usus tidak dilepaskan, maka dapat menjadi
gangren karena hilangnya suplai darah (Black & Hawks, 2009).
3. volvulus

Volvulus adalah puntiran usus yang sering terjadi pada suatu fokus
yang diam pada rongga abdomen. Volvulus menyebabkan usus
menjadi tersumbat sehingga gas dan cairan berkumpul dalam usus
(Smeltzer & Bare, 2013).

4. Intususepsi
Intususepsi adalah terlipatnya usus (masuknya satu bagian usus ke
dalam bagian lain yang ada dibawahnya) sehingga terjadi penyempitan
lumen usus. Gerakan peristaltik dapat mendorong segmen proksimal
usus ke dalam segmen usus di distal (Black & Hawks, 2009).
5. Tumor
Tumor dalam dinding usus dapat meluas ke lumen usus atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus sehingga lumen
usus menjadi tersumbat sebagian. Apabila tumor tidak diangkat
mengakibatkan obstruksi lengkap (Smeltzer & Bare, 2013).
7. Penyakit Crohn ( Crohn's Disemerupakan salah satu penyakit radang usus dan

Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan


menahun pada dinding usus.

Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian
terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun
dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.

PENYEBAB

Penyebab penyakit Crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga
kemungkinan penyebabnya, yaitu:

• Kelainan fungsi sistim pertahanan tubuh

• Infeksi

• Makanan.

Gejala-gejala penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum
terjadi, yaitu :

1. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan


2. Penyumbatan usus Akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di
dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah
3. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi
dan kelemahan menahun
4. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses),
yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan
penurunan berat badan.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang,
terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan kulit.

Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi penyakit Crohn, namun pemeriksaan darah
bisa menunjukan adanya:

● Anemia
● peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih
● kadar albumin yang rendah
● tanda-tanda peradangan lainnya.

Barium enema bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk penyakit Crohn pada usus
besar.

Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar)
dan biopsi untuk memperkuat diagnosis.

CT scan bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses,
namun tidak digunakan secara rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.

Anda mungkin juga menyukai